Laporan Kasus Gea [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA RUMAH SAKIT HUSADA



Topik



: Gastroenteritis akut ec virus dengan dehidrasi ringan-sedang



Nama



: Claudia Lintang Septaviori



NIM



: 112016306



Dokter Pembimbing : dr. Siti Zuraida, Sp.A IDENTITAS PASIEN Nama



: An. APZ



Tanggal Lahir



: 05 September 2016



Umur



: 9 bulan 16 hari



Jenis kelamin



: Perempuan



Alamat



: Jl Budi Rahayu III No 20



Agama



: Islam



Pendidikan



: belum sekolah



IDENTITAS ORANG TUA Ayah 



Nama



: Tn. A







Umur



: 34 tahun







Suku bangsa



: Jawa







Alamat



: Jl Budi Rahayu III No 20







Agama



: Islam







Pendidikan



: S1







Pekerjaan



: Pegawai







Penghasilan



: ± Rp 5.000.000,00







Nama lengkap



: Ny. S







Umur



: 31 tahun







Suku bangsa



: Betawi







Alamat



: Jl Budi Rahayu III No 20







Agama



: Islam







Pendidikan



: S1







Pekerjaan



:-







Penghasilan



:-



Ibu



Hubungan dengan ayah



: Anak kandung



Hubungan dengan ibu



: Anak kandung



RIWAYAT PENYAKIT Anamnesis



: Allonamnesis



Keluhan utama



: mencret dan muntah sejak 3 hari SMRS



Keluhan tambahan



: demam sejak 3 hari SMRS



Riwayat penyakit sekarang : Sejak tiga hari sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami mencret dan muntah disertai dengan demam. Muntah sebanyak kurang lebih 3 kali. Muntahan berisi air, dan susu. Pasien juga mengalami mencret sebanyak kurang lebih 4 kali, BAB cair tetapi masih ada ampas, warna kuning kecoklatan. Tidak ada lendir ataupun darah. Pasien juga mengalami demam semenjak mencret muncul. Demam tidak mendadak tinggi, pasien di rumah di ukur suhu dengan menggunakan termometer awalnya suhu 37,8 ºC. Demam terus-menerus sepanjang hari. Pada hari ini orang tua pasien belum memberikan obat.



Sejak dua hari SMRS, pasien mengalami mencret hingga kurang lebih 6 kali dan sudah 3 kali ganti popok. Pasien juga mengalami muntah sebanyak 3 kali, muntahan berisi air. Pasien masih demam di ukur suhunya 37,6 ºC. Pada awalnya anak rewel dan terus menangis disertai tambah sering menetek dengan minum sangat bernafsu (seperti kehausan). Sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengalami mencret sebanyak kurang lebih 6 kali, pasien juga mengalami muntah setelah makan sebanyak 3 kali. Terakhir kali pasien makan bubur serta minum susu. Penderita masih bisa BAK dengan lancar, sehari 3 kali BAK. Gejala mimisan atau gusi berdarah disangkal. Nyeri saat buang air kecil disangkal, nyeri saat menelan disangkal, nyeri perut disangkal. 5 jam sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami mencret hingga kurang lebih 6 kali dan sudah 3 kali ganti popok. Pasien mengalami demam dengan suhu 39,0℃. Sampai di IGD RS Husada, langsung diberikan sanmol drop, sehingga suhu pasien dapat menurun hingga 37,3℃. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN Kehamilan Perawatan antenatal : Teratur di dokter sebulan sekali sampai kehamilan 7 bulan, dan sebulan 2 kali pada kehamilan 7-9 bulan. Penyakit kehamilan



: Tidak ada.



Kelahiran Tempat kelahiran



: Rumah Sakit



Penolong persalinan : Dokter Cara persalinan



: Partus normal, penyulit: -



Masa gestasi



: cukup bulan (39 minggu)



Keadaan bayi



: Berat badan lahir



: 3200 gram



Panjang badan lahir : 47 cm Lingkar kepala



: lupa



Sianosis



: (-)



Ikterik



: (-)



Kejang



: (-)



Kelainan bawaan



: Tidak ada



Nilai APGAR



:



Ibu



pasien



tidak



mengetahui.



Ibu



pasien



mengatakan bayinya langsung menangis, kulit kemerahan, dan bergerak aktif. Kelainan bawaan



: tidak ada



Kurva Lubchenko



Kesan : Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan (NCB-SMK) dengan berat badan lahir antara persentil 50 dan persentil 75.



RIWAYAT PERTUMBUHAN Umur



Berat Badan



Panjang Badan/Tinggi Badan



0 tahun



3200 gram



47 cm



9 bulan 16 hari



6700 gram



62 cm



Kesan: Riwayat pertumbuhan pasien tidak dapat dinilai, karena data tidak lengkap.



RIWAYAT PERKEMBANGAN Motorik kasar : 



Usia 3 bulan sudah bisa mengangkat kepala







Usia 7 bulan sudah bisa tengkurap







Usia 9 bulan sudah bisa merangkak



Motorik halus : 



Usia 6 bulan sudah bisa menggapai benda



Bahasa : Sosial : berespon terhadap orang yang baru dikenal, dan sudah bisa tersenyum. Kesan



: perkembangan sesuai usia



RIWAYAT IMUNISASI Program Pengembangan Imunisasi (PPI) / Diwajibkan Imunisasi



Waktu Pemberian Bulan 0



1



2



3



4



5



Booster (tahun) 6



BCG



I



DPT



I



II



III



II



III



IV



Polio



I



Hepatitis B



I



II



III



9



12



18



5



6



IV



Campak



I



Non-PPI / Dianjurkan : Vaksin



Usia



Hepatitis A



-



-



-



-



Typhoid



-



-



-



-



MMR



-



-



-



-



Varicela



-



-



-



-



Pneumokokus



-



-



-



-



Hib



-



-



-



-



Influenza



-



-



-



-



12



Rotavirus



-



-



-



-



Kesan: Imunisasi dasar lengkap. Imunisasi booster belum dilakukan sesuai umur anak. Imunisasi non-PPI tidak dilakukan. Usia (bulan ) 0–6 bulan



6- 9 bulan



ASI Ad libitum on demand Ad libitum on demand



Susu Formula Susu formula 3 bulan 60 cc 3 kali sehari Susu formula 120 cc dalam 34 kali sehari



Bubur Saring



Nasi Tim



Buah



Nasi+lauk



-



-



-



-



-



-



Bubur



-



-



3x/hari porsi kecil



-



RIWAYAT MAKANAN ASI diberikan selama 6 bulan, tetapi saat usia 3 bulan peberian susu ASI dicampur dengan susu formula 60-120cc 3-4 kali sehari dicampur dengan ASI. Pada usia 6 bulan pasien minum ASI dicampur dengan susu formula dengan tambahan bubur saring 2 kali sehari. Kesan: Kualitas makanan baik, dan kuantitas makanan kurang baik.



Riwayat penyakit yang pernah diderita Penyakit



Umur



Penyakit



Umur



Diare



-



Morbili



-



Otitis



-



Parotitis



-



Radang paru



-



Demam berdarah



-



Tuberkulosis



-



Demam tifoid



-



Kejang



-



Cacingan



-



Ginjal



-



Alergi



-



Jantung



-



Kecelakaan



-



Darah



-



Operasi



-



Difteri



-



Asma



-



Riwayat penyakit pada anggota keluarga lain atau orang lain serumah : Tidak ada anggota keluarga yang mengalami hal serupa 37,3℃.Tidak ada yang memiliki keluhan serupa di keluarga pasien. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA Penyakit



Ya



Tidak



Alergi







Asma







Tuberculosis







Hipertensi







Kejang demam







Hubungan



DATA KELUARGA AYAH/WALI



IBU/WALI



Umur (thn)



34 tahun



31 tahun



Perkawinan ke



1



1



Keadaan Kesehatan/ Penyakit bila ada



Sehat



Sehat



Umur saat menikah



32 tahun



28 tahun



Kosanguinitas



Tidak ada



Tidak ada



NO Tanggal



Jenis



Lahir (umur) 1.



5



Hidup



Kelamin



September Perempuan Hidup



Lahir



Abortus



Mati -



-



Mati



Keterangan



(Sebab)



Kesehatan



-



Sakit



2016 (9 bulan 16 hari)



DATA PERUMAHAN Kepemilikan Rumah



: Milik orang tua pasien



Keadaan Rumah



: 1 rumah ditinggali 3 orang (ayah, ibu, dan pasien), terdiri diri 1 kamar tidur, 1 kamar mandi, 1 dapur, dan 1 ruang tamu.



Ventilasi



: Terdapat jendela di masing-masing kamar, 1 jendela di ruang tamu , 1 jendela di dapur. Terdapat lubang udara di atas tiap pintu sebagi tempat pertukaran udara.



Cahaya



: Sinar matahari dapat masuk ke ruang tamu dan kamar. Terdapat lampu dengan sinar putih di setiap ruangan (kamar tidur, kamar mandi, ruang tamu, dapur).



Keadaan Lingkungan



: Kebersihan lingkungan kurang bersih, selokan depan rumah lancar, di sekitaran rumah pasien banyak debu dan agak padat.



Sumber air



: Air PAM



KESAN: Kondisi lingkungan rumah pasien cukup baik PEMERIKSAAN FISIK Tanggal : 21 Agustus 2016 Jam : 19.00 WIB PEMERIKSAAN UMUM Keadaan umum



: Tampak sakit sedang, anak tampak lemas



Kesadaran



: Compos Mentis



Tanda-tanda vital



:







Frekuensi nadi



: 100x/menit







Frekuensi napas



: 24 x/menit







Suhu



: 37,3oC







Tekanan darah



:-



Data Antropometri -



Berat badan



: 6,7kg



-



Tinggi badan



: 66 cm



Kesan : Status gizi anak baik



PEMERIKSAAN SISTEMATIS Kepala



: Bentuk dan ukuran normocephali, rambut hitam, distribusi rambut merata, rambut tidak mudah dicabut.



Mata



: Bentuk simetris, palpebra superior tidak tampak cekung, palpebra inferior tidak tampak cekung, kedudukan kedua bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva palpebral anemis -/-, sklera ikterik -/-, kornea kanan dan kiri jernih, pupil kanan dan kiri bulat simetris (2 mm/ 2mm), refleks cahaya +/+.



Telinga



: Bentuk normotia, MAE kiri dan kanan lapang, kedua membran timpani utuh, hiperemis -/-, bulging -/-, reflex cahaya +/+, serumen -/-.



Hidung



: Bentuk normal, septum deviasi (-), sekret (-)



Mulut



: Bentuk normal, sianosis (-), bibir dan mukosa mulut kering (+)



Lidah



: Bentuk dan ukuran normal, tidak kotor



Tonsil



: T1-T1, hiperemis (-), detritus (-)



Faring



: hiperemis (-), uvula di tengah



Leher



: Bentuk tidak ada kelainan, KGB tidak teraba membesar, tiroid tidak membesar



Toraks



: Anterior



Inspeksi



Bentuk gerakan



Posterior normal,tidak dada



ada Bentuk normal, lesi kulit (-).



tertinggal,



retraksi sela iga (-), tipe pernapasan thoracoabdominal , lesi kulit (-), massa (-)



Paru



: Anterior Inspeksi



Posterior



Simetris dalam keadaan statis dan Simetris dalam keadaan statis dinamis



dan dinamis



Simetris dalam keadaan statis dan Palpasi



dinamis, fremitus dada kanan sama dengan dada kiri



Perkusi



Auskultasi



-



-



Pulmo dextra et sinistra :



Pulmo dextra et sinistra :



Suara



nafas



dasar



vesikuler Suara nafas dasar vesikuler,



Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-),



Ronkhi (+/+), Wheezing (-/-)



Jantung



:



Inspeksi



: Tidak tampak pulsasi ictus cordis.



Palpasi



: Tidak dilakukan.



Perkusi



: Tidak dilakukan.



Auskultasi : Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-).



Abdomen



:



Inspeksi



: Datar, tidak tampak gambaran vena, tidak tampak gerakan peristaltik usus.



Palpasi



: Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan epigastrium (-).



Perkusi



: Timpani di seluruh lapang abdomen.



Auskultasi : Bising usus (+) meningkat Genitalia eksterna



: Perempuan , massa (-) , sekret (-), swelling (-)



Ekstremitas



: Akral teraba hangat, edema (-), deformitas (-), sianosis (-) CRT 9%



Normal, lelah, gelisah, Apatis,



letargi,



tidak



irritable



saadar



Normal-meningkat



Takikardi, bradikardi pada kasus berat



Kualitas nadi



Normal



Normal-melemah



Lemah, kecil, tak teraba



Pernapasan



Normal



Normal-cepat



Dalam



Mata



Normal



Sedikit cowong



Sangat cowong



Air mata



Ada



Berkurang



Tidak ada



Mulut dan lidah



Basah



Kering



Sangat kering



Cubitan kulit



Segera kembali



Kembali 2 detik



Capillary refill



Normal



Memanjang



Memanjang, minimal



Extremitas



Hangat



Dingin



Dingin, mottled, sianotik



Kencing



Normal



berkurang



minimal



Asidosis metabolik dapat terjadi karena: kehilangan NaHCO3 melalui tinja; ketosis kelaparan; produk-produk metabolik yang bersifat asam yang tidak dapat dikeluarkan (karena oligouria atau anuria); berpindahnya ion natrium dari CES ke CIS; penimbunan asam laktat (anoksia jaringan tubuh). 5



Dehidrasi hipotonik (dehidrasi hiponatremia) yaitu bila kadar natrium dalam plasma berkurang dari 130 mEq/l, dehidrasi isotonik bila kadar natrium dalam plasma 130-150 mEq/l, sedangkan dehidrasi hipertonik hipernatremia bila kadar natrium dalam plasma lebih dari 150 mEq/l. Pada dehidrasi isotonik dan hipotonik penderita tampak tidak begitu haus, tetapi pada penderita dengan dehidrasi hipertonik, rasa haus akan nyata sekali dan sering disertai kelainan neurologis seperti kejang, hiperfleksi dan kesadaran menurun, sedangkan turgor dan tonus tidak terlalu buruk. 5



PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan. Misalnya penyebab dasar yang tidak diketahui atau terdapat penyebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi berat. Pemeriksaan laboratorium yang terkadang diperlukan pada diare akut antara lain2: 1. Darah : darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik. 2. Urine : urine lengkap, kultur dan tes kepekaan terhadap antibiotik. 3. Tinja : -



Pemeriksaan makroskopik : perlu dilakukan pada semua penderita dengan diare. Tinja yang watery dan tanpa mukus atau darah biasanya disebabkan oleh enterotoksin virus, protozoa atau disebabkan oleh infeksi diluar saluran gastrointestinal. Tinja yang mengandung darah atau mukus dapat disebabkan oleh infeksi bakteri yang menghasilkan sitotoksin. Bakteri enteroinvasif yang menyebabkan peradangan mukosa atau parasit usus seperti E. histolytica, B. coli dan T. trichiura. Apabila terdapat darah biasanya bercampur dalam tinja kecuali pada infeksi dengan E. histolytica darah sering terdapat pada permukaan tinja dan pada infeksi EHEC terdapat garis-garis darah pada tinja. Tinja berbau busuk didapatkan pada infeksi Salmonella, Giardia, Cryptosporidium dan Strongyloides.



-



Pemeriksaan mikroskopik : untuk mencari adanya leukosit, letak anatomis serta proses peradangan mukosa. Leukosit di dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang menyerang mukosa kolon. Leukosit yang positif menunjukkan adanya kuman invasif yang memproduksi sitotoksin (Shigella, Salmonella, C. jejuni).



Leukosit yang ditemukan umumnya PMN, kecuali pada S. typhii leukosit mononuklear. Parasit yang menyebabkan diare umumnya tidak memproduksi leukosit dalam jumlah banyak. Normalnya tidak diperlukan pemeriksaan untuk mencari telur atau parasit kecuali terdapat riwayat bepergian, kultur rinja negtif untuk enteropatogen, diare lebih dari 1 minggu atau pada pasien immunocompromised. -



Kultur tinja harus segera dilakukan bila dicurigai terdapat Hemolytic Uremic Syndrome, diare dengan tinja berdarah, bila terdapat leukosit pada tinja, KLB diare dan pada penderita immunocompromised.



DIAGNOSIS BANDING Diare dapat disebabkan oleh infeksi, toksin, alergi saluran cerna (termasuk alergi susu sapi), defek malabsorbsi, inflammatory bowel disease, penyakit celiac, atau adanya cedera pada enterosit. Infeksi spesifik dibedakan satu sama lain melalui pemeriksaan tinja.1,2



Gejala Klinis



rotavirus



shigella



salmonella



ETEC



EIEC



kolera



Masa tunas



17-72 jam



24-48 jam



6-72 jam



6-72 jam



6-72 jam



48-72 jam



Panas Mual muntah Nyeri perut



Nyeri kepala Lama sakit



+



++



++



-



++



-



Sering



Jarang



Sering



+



-



Sering



Tenesmus



Tenesmus,



Tenesmus,



-



Tenesmus,



Kramp



kramp



kolik



-



+



+



-



-



-



5-7 hari



>7 hari



3-7 hari



2-3 hari



Variasi



3 hari



Sedang



Sedikit



Sedikit



Banyak



Sedikit



Banyak



5-10x/hari



>10x/hari



Sering



Sering



Sering



Terus



kramp



Sifat tinja Volume Frekuensi



menerus Konsistensi Darah



Cair



Lembek



Lembek



Cair



Lembek



Cair



-



+/-



Kadang



-



+



-



Bau



Langu



Busuk



+



Tidak



Amis khas



Warna



Kuning



Merah



hijau



hijau



Kehijauan



Tak



Merah



Seperti



berwarna



hijau



cucian beras



Leukosit



-



+



+



-



-



Lain-lain



anorexia



Kejang+/-



Sepsis+/-



meteorismus



Infeksi



-



sistemik



TATALAKSANA Departemen Kesehatan menetpkan lima pilar penatalaksanaan diare bagi semua kasus diare baik yang dirawat di rumah maupun di rumah sakit, yaitu2: 1. Rehidrasi dengan menggunakan oralit 2. Zinc diberikan selama 10 hari berturut-turut 3. ASI dan makanan tetap diteruskan 4. Antibiotik selektif 5. Nasihat kepada orang tua Penderita diare dengan dehidrasi ringan-sedang harus dirawat di sarana kesehatan dan segera diberikan terapi rehidrasi oral dengan oralit. Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama 75 ml/kgBB. Bila berat badan tidak diketahui, perkiraan kekurangan cairan dapat ditentukan dengan menggunakan umur : umur 5 tahun adalah 1200 ml dan dewasa adalah 2400 ml. Bila penderita masih haus dan masih ingin minum harus diberi lagi. Bila kelopak mata menjadi bengkak, oralit harus dihentikan sementara dan beri minum air putih atau air tawar. Bila edema kelopak mata sudah hilang dapat diberikan lagi. 2 Zinc mengurangi lama dan beratnya diare. Zinc juga dapat mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinc dilakukan di awal masa diare selama 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien. Pemberian zinc pada diare dapat meningkatkan absorbsi air dan elektrolit oleh usus halus, meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical, dan meningkatkan respon imun yang mempercepat



pembersihan patogen dari usus. Dosis zinc untuk anak di bawah umur 6 bulan adalah 10 mg per hari, dan untuk anak di atas 6 bulan adalah 20 mg per hari. 2 ASI dan makanan tetap diteruskan untuk mencegah kehilangan berat badan serta pengganti nutrisi yang hilang. Pada diare berdarah nafsu makan akan berkurang. Adanya perbaikan nafsu makan menandakan fase kesembuhan. 2 Antibiotik jangan diberikan kecuali ada indikasi misalnya diare berdarah atau kolera. Pemberian antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu juga akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik. 2 Beri nasihat kepada ibu atau pengasuh untuk segera kembali jika demam, tinja berdarah, berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau belum membaik dalam 3 hari. 2



KOMPLIKASI Komplikasi utama dari gastroenteritis adalah dehidrasi dan gangguan fungsi kardiovaskular akibat hipovolemia berat. Kejang dapat terjadi akibat demam tinggi, terutama pada infeksi Shigella. Abses intestin dapat terjadi ada infeksi Shigella dan Salmonella, terutama pada demam tifoid yang dapat memicu perforasi usus. Muntah hebat akibat gaastroenteritis dapat menyebabkan ruptur esofagus atau aspirasi.4 Kematian akibat diare mencerminkan adanya gangguan sistem homeostasis cairan dan elektrolit yang memicu dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit dan instabilitas vaskular, serta syok. 4



PENCEGAHAN Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara 2: 1. Mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare -



Penggunaan air bersih yang cukup



-



Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis BAB, sebelum dan sesudah makan



-



Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga



-



Mengkonsumsi makanan yang matang



2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu (host) -



Memberi ASI paling tidak sampai usia 2 tahun



-



Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak



-



Imunisasi rotavirus



PROGNOSIS Secara umum prognosis untuk diare akut pada anak bergantung dari penyakit penyerta atau komplikasi yang terjadi. Jika diare segera ditangani sesuai dengn kondisi umum pasien maka kemungkinan pasien dapat sembuh. Yang terpenting adalah mencegah terjadinya dehidrasi dan syok karena dapat berakibat fatal. Jika terdapat penyakit penyerta yang memperberat keadaan pasien maka perlu dilakukan pengobatan terhadap penyakitnya selain penanganan terhadap diare.



DAFTAR PUSTAKA 1. Marcdante KJ, Kliegman RM, Jenson HB, Behrman RE. Nelson ilmu kesehatan anak esensial. Edisi ke-6. Jakarta: Elsevier; 2011.h. 481-6. 2. Subagyo B, Santoso NB. Buku ajar hastroenterologi-hepatologi. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015. H. 87-117. 3. Rudolph AM. Buku ajar pediatri rudolph. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2007.h. 1142-47. 4. Norasid H, Surratmadja S, Asnil PO. Gastroenterologi anak praktis. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.h.51-3. 5. Hassan R, Alatas H. Ilmu kesehatan anak. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.h. 283-7.