14 0 255 KB
LAPORAN PENDAHULUAN KASUS ATRESIA ESOFAGUS DI RUANG NICU
Dosen Koordinator : Ns. Marina Kristi Layun., M.Kep Dosen Pembimbing : Ns. Kiki Hardiansyah, S.Kep, M.Kep, Sp., M.Kep
DI SUSUN OLEH : LINAWATI DWI LESTARI P1908100
PROGRAM STUDI PROFESI NERS INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA 2020
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Atresia esophagus merupakan suatu kelainan kongenital dimana esophagus tidak terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan terbentuknya hubungan antara esophagus dengan trakea yang disebut fistula trakeaoesophageal (Tracheoesophageal Fistula/ TEP). Fistula trakeoesofageal (TEF) dan esophagus atresia (EA) adalah darurat bedah, menyajikan selama pertama saat setelah lahir. Thomas Gibson adalah yang pertama, yang di 1696 dijelaskan deskripsi klinis dan patologis yang akurat dari anomali yang paling umum, di mana EA dikaitkan dengan TEF. Pada saat itu penyakit ini dianggap sebagai yang fatalkondisi, yang merupakan tidak fatal lagi sekarang hari. Utama terobosan terjadi pada tahun 1941, ketika ahli bedah Amerika Cameron Haight dicapai bertahan hidup dengan sukses anastomosing dua ujung kerongkongan dan dengan demikian mengatasi obstruksi pada saluran gastro-intestinal. Prematuritas merupakan hal umum dan lebih dari 50% penderita disertai dengan berbagai kelainan lain seperti penyakit jantung kongenital, kelainan traktus urinarius dan kelainan traktus gastrointestinal atresi esophagus ataupun fistula trakeoesofageal ditangani dengan tindakan bedah. Diagnosis ini harus diperhatikan pada setiap neonatus yang mengeluakan banyak mukus dan saliva, dengan atau tanpa tanda-tanda gangguan pernapasan. Atresia esophagus (AE) merupakan kelainan kongenital yang ditandai dengan tindak menyambungnya esophagus bagian proksimal dengan esophagus bagian distal. AE dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus (FTE), yaitu kelainan congenital dimana terjadi persambungan abnormal antara esophagus dengan trakea. Atresia Esophagus (AE) merupakan kelaianan kongenital yang cukup sering dengan insidensi rata-rata sekitar 1 setiap 2500 hingga 3000
kelahiran hidup. Insidensi AE di Amerika Serikat 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup. Di dunia, insidensi bervariasi dari 0,4 – 3,6 per 10.000 kelahiran hidup. Insidensi tertinggi terdapat di Finlandia yaitu 1 kasus dalam 2500 kelahiran hidup. B. Tujuan Tujuan Umum Setelah membaca dan mempelajari makalah ini diharapkan mahasiswa dapat mengerti tentang sistem pernapasan berhubungan dengan Atresia Esofagus. Tujuan Khusus a. Untuk memahami Konsep Dasar Penyakit Atresia Esofagus. b. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Penyakit Atresia Esofagus.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP DASAR 1. Definisi Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu), pada esofagus. Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea setinggi
karina
(disebut
sebagai
atresia
esophagus
dengan
fistula). Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus untuk mengadakan pasase yang kontinyu. Esophagus mungkin saja membentuk sambungan dengan trachea (fistula trakheaesofagus) (Wong, Donna L. 2003: 512).
Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula trakeoesofagus. Atresia esofagus sering disertai kelainan bawaan lain, seperti kelainan jantung, kelainan gastroin testinal (atresia duodeni atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata). Atresia esofagus adalah malpormasi yang disebabkan oleh kegagalan esofagus untuk mengadakan pasase yang kontinu: esophagus mungkin saja atau mungkin juga tidak membentuk sambungan dengan trakea (fistula trakeoesopagus) atau atresia esophagus adalah kegagalan esophagus untuk membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung selama perkembangan embrionik adapun pengertian lain yaitu bila
sebuah segmen esofagus mengalami gangguan dalam pertumbuhannya (congenital) dan tetap sebagai bagian tipis tanpa lubang saluran. Fistula trakeo esophagus adalah hubungan abnormal antara trakeo dan esofagus. Dua kondisi ini biasanya terjadi bersamaan, dan mungkin disertai oleh anomaly lain seperti penyakit jantung congenital. Untuk alasan yang tidak diketahui esophagus dan trakea gagal untuk berdeferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu keempat dan kelima. Atresia Esofagus termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan trachea. 2. Etiologi Atresia Esophagus Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa menyebabkan terjadinya kelainan atresia esophagus, hanya dilaporkan angka rekuren sekitar 2% jika salah satu dari saudara kandung yang terkena. Atresia esophagus lebih berhubungan dengan sindroma trisomi 21, 13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini, teori tentang terjadinya atresia esophagus menurut sebagian besar ahli tidak lagi berhubungan dengan kelainan genetik. Perdebatan tentang proses embriopatologi masih terus berlanjut. Selama embryogenesis proses elongasi dan pemisahan trakea dan esophagus dapat terganggu. Jika pemisahan trekeoesofageal tidak lengkap maka fistula trakeoesofagus akan terbentuk. Jika elongasi melebihi proliferasi sel sebelumnya, yaitu sel bagian depan dan belakang maka trakea akan membentuk atresia esophagus. Atresia esophagus dan fistula trakeoesofagus sering ditemukan ketika bayi memiliki kelainan kelahiran seperti :
Trisomi
Gangguan
saluran
pencernaan
lain
(seperti
hernia
diafragmatika, atresia duodenal, dan anus imperforata).
Gangguan
jantung
(seperti
ventricular
tetralogifallot, dan patent ductus arteriosus).
septal
defect,
Gangguan ginjal dan saluran kencing (seperti ginjal polisistik atau horseshoe kidney, tidak adanya ginjal,dan hipospadia).
Gangguan Muskuloskeletal
Sindrom VACTERL (yang termasuk vertebr, anus, candiac, tracheosofagealfistula, ginjal, dan abnormalitas saluran getah bening).
Lebih dari setengah bayi dengan fistula atau atresia esophagus memiliki kelainan lahir
Atresia Esophagus dapat disebababkan oleh beberapa hal, diantaranya sebagai berikut :
Faktor obat => Salah satu obat yang dapat menimbulkan kelainan kongenital yaitu thali domine .
Faktor radiasi => Radiasi pada permulaan kehamilan mungkin dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin yang dapat menimbulkan mutasi pada gen
Faktor gizi
Deferensasi usus depan yang tidak sempurna dan memisahkan dari masing-masing menjadi esopagus dan trachea.
Perkembangan
sel
endoteal
yang
lengkap
sehingga
menyebabkan terjadinya atresia.
Perlengkapan dinding lateral usus depan yang tidak sempurna sehingga terjadi fistula trachea esophagus
Tumor esophagus.
Kehamilan dengan hidramnion
Bayi lahir prematur,
Tapi tidak semua bayi yang lahir premature mengalami penyakit ini. Dan ada alasan yang tidak diketahui mengapa esefagus dan trakea gagal untuk berdiferensiasi dengan tepat selama gestasi pada minggu ke empat dan ke lima.
3. Klasifikasi Atresia Esophagus Terdapat variasi dalam atresia esofagus berdasar klasifikasi anatomi. Menurut Gross of Boston, variasi atresia esofagus beserta frekuensinya adalah sebagai berikut: Tipe A – atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (10%) Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal ( Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
d) Disfagia atau kesulitan menelan => Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus. e) Kesulitan bernafas dan tersedak => Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea. f) Batuk kronis => Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea. g) Meningkatnya infeksi saluran pernafasan => Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontak dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen. 10. Prognosis Prognosis bergantung pada jenis kelainan anatomi dari atresia dan adanya komplikasi. -
Saat ini tingkat keberhasilan operasi atresia esofagus mencapai 90%.
-
Adanya defek kardiovaskular dan berat badan lahir rendah mempengaruhi ketahanan hidup.
-
Kematian dini biasanya disebabkan kelainan kardiovaskular dan abnormalitas kromosom.
-
Kematian lanjut biasanya akibat gangguan pernapasan.
B. ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian Asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi baru lahir adalah berdasarkan tahapan-tahapan pada proses keperawatan.
tahap
pengkajian merupakan tahap awal, disini perawat mengumpulkan semua imformasi
baik dari klien dengan cara observasi dan dari
keluarganya. Lakukan penkajian bayi baru lahir.observasi manipestasi atresia esophagus dan fistula. Traekeoesofagus, saliva berlebihan, tersedat, sianosis, apneu. 1. Lakukan pengkajian pada bayi baru lahir Saliva berlebihan dan mengiler Tersedak Sianosis Apnea Peningkatan distres pernapasan setelah makan Distensi abdomen 2. Observasi, Manifestasi atresia esofagus 3. Bantu dengan prosedur diagnostik misalnya : Radiografi dada dan abdomen, kateter dengan perlahan dimasukkan kedalam esofagus yang membentuk tahanan bila lumen tersebut tersumbat. 4. Pantau dengan sering tanda-tanda distres pernapasan 5. Laringospasme yang disebabkan oleh aspirasi saliva yang terakumulasi dalam kantung buntu Pengkajian setelah operasi: 1. Kaji Monitor pernafasan dan suhu tubuh 2. Berikan oksigen dan ventilator pernapasan jika perlu 3. Beri analgetik jika perlu 4. Lakukan scaning untuk evaluasi fungsi esofagus 5. Kaji fungsi tube (pemberian makan) berfungsi dengan baik 6. Hisap sekret dengan selang nasogastrik
b. Diagnosa Keperawatan Preoperasi 1. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan lubang abnormal antara esophagus dan trakea atau obstruksi untuk menelan sekresi. 2. Ansietas
berhubungan
dengan
kesulitan
menelan
dan
ketidaknyamanan. 3. Gangguan menelan berhubungan dengan obstruksi mekanis. Postoperasi 1. Ketidakseimbangan
nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
tubuh
berhubungan dengan anoreksia. c. Intervensi NO Diagnosa
Tujuan dan
Keperawatan 1
Intervensi
Kriteria Hasil
Bersihan jalan napas NOC tidak
NIC
1. Respiratory
efektif berhubungan dengan
lubang
abnormal
antara
status:
ventilation 2. Respiratory
status:
airway patency Kriteria hasil:
atau obstruksi untuk
1. Mendemonstrasikan bentuk efektif dan suara
nafas
bersih,
yang
tidak
1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal
esophagus dan trakea menelan sekresi.
Airway suction
ada
sianosis
dan
dyspnea
(mampu
mengeluarkan sputum,
mampu
bernafas
dengan
mudah , tidak ada
suctioning 2. Auskultasi
suara
nafas sebelum dan sesudah suctioning 3. Informasikan pada klien dan keluarga rentang suction 4. Minta klien nafas dalam
sebelum
suction dilakukan
pursed lips)
5. Berikan
2. Menunjukkan jalan
O2
dengan
nafas
yang
menggunakan
paten(klien
tidak
nasal
merasa
tercekik,
memfasilitasi
frekuensi
suction
pernafasan rentang tidak nafas
untuk
dalam normal,
ada
nasotrakeal 6. Monitor
suara
status
oksigen pasien
abnormal) Airway Management
Mampu
1. Buka
jalan
mengidentifikasi
nafas,gunakan
dan
mencegah
teknik chin lift
factor yang dapat
atau jaw thrust
menghambat
bila perlu
jalan
nafas
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 3. Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat jalan
nafas
buatan 4. Pasang mayo bila perlu 5. Lakukan fisioterapi
dada
jika perlu 2
Ansietas
NOC
berhubungan dengan kesulitan dan
menelan,
1. Anxiety self control 2. Anxiety level
NIC 1. Gunakan pendekatan
yang
ketidaknyamanan
Kriteria Hasil
menenangkan
1. Keluarga
klien
mampu
pasien 2. Nyatakan
dengan
jelas
harapan
mengidentifikasi pasien
dan
mengungkapkan
terhadap pasien 3. Jelaskan
semua
prosedur
kepada
gejala cemas
keluarga dan apa
2. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan teknik untuk
mengontrol
cemas 3. Vital
sign
4. Postur
tubuh,
ekspresi bahasa tingkat
klien
selama
4. Pahami prespektif pasien
terhadap
situasi stress. 5. Temani
pasien
untuk memberikan
wajah, tubuh
dirasakan
prosedur
dalam
batas normal
yang
kenyamanan
dan
dan
megurangi takut
aktivitas
menunjukkan berkurangnya 3
Gangguan
kecemasan menelan NOC
NIC
berhubungan dengan
1. Pencegahan aspirasi
obstruksi mekanis
2. Ketidakefektifan pola menyusui 3. Statusmenelan: tindakan untuk
pribadi mencegah
pengeluaran cairan dan partikel padat kedalam paru 4. Status menelan: fase
Aspiration Precautions 1. Memantau tingkat kesadaran, reflex
batuk,
reflex
muntah,
dan kemampuan menelan 2. Memonitor
esophagus:
status paru
penyaluran
cairan
3. Menjaga/mempe
atau partikel padat
rtahanakan jalan
dari
nafas
faring
ke
lambung
4. Posisi tegak 90
5. Status menelan: fase oral:
persiapan,
penahanan,dan pergerakan
cairan
atau partikel padat kearah
posterior
dimulut Kriteria Hasil: 1. Dapat mempertahankan makanan didalam mulut 2. Kemampuan menelan adekuat 3. Pengiriman bolus ke selaras
hipofaring dengan
reflex menelan 4. Kemampuan untuk mengosongkan rongga mulut 5. Mampu mengontrol mualdan muntah d. Implementasi
derajat
atau
sejauh mungkin 5. Jauhkan manset trake meningkat
Pelaksanaan keperawatan merupakan kegiatan yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Selama pelaksanaan kegiatan dapat bersifat mandiri dan kolaboratif. Selama melaksanakan kegiatan perlu diawasi dan dimonitor kemajuan kesehatan klien. e. Evaluasi Pada tahap ini perawat mengkaji kembali hal-hal pernah dilakukan, berdasarkan pada kriteria hasil yang telah ditetapkan. Apabila terdapat masalah–masalah klien yang belum teratasi, perawat hendaknya mengkaji kembali hal–hal yang berkenaan dengan masalah tersebut dan kembali melakukan intrvensi keperawatan. Sebaliknya bila masalah klien telah teratasi maka perlu dilakukan pengawasan dan pengontrolan yang teratur untuk mencegah timbulnya serangan atau gejala – gejala yang memicu terjadinya serangan.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Atresia esofagus adalah kelainan konginetal yang ditandai dengan tidak menyambungnya esofagus bagian proksimal dengen esofagus bagian distal. Atresia esofagus dapat terjadi bersama fistula trakeosfagus yaitu kelainan konginetal dimana terjadi persambungan abnormal anatara esofagus dengan trakea. Atresia esophagus adalah malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus untuk mengadakan pasase yang kontinyu. Esophagus mungkin saja membentuk sambungan dengan trachea (fistula trakheaesofagus).(Wong, Donna L. 2003: 512) B. Saran Diharapkan bagi wanita hamil untuk mencukupi kebutuhan nutrisi khususnya asam folat untuk mengurangi resiko cacat konginetal pada janin yang dikandung.
DAFTAR PUSTAKA Betz, Cealy L. & Linda A. Sowden. 2010. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta: EGC. Suriadi dan Rita Yulianti. 2010. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta : CV Sagung Seto Esther,
Laura. https://www.academia.edu/8319081/IDK_Atresia_Esophagus.
15
Januari 2017. Keliat, Budi Anna, dkk. 2015-2017. Diagnosa Keperawatan NANDA Edisi 10. Jakarta : EGC.