Laporan Praktikum Antropometri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di masyarakat, cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah antropometri gizi. Dewasa ini dalam program gizi masyarakat, pemantauan status gizi anak balita menggunakan metode antropometri, sebagai cara untuk menilai status gizi. Disamping itu pula dalam kegiatan penapisan status gizi masyarakat selalu menggunakan metode tersebut. Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara universal, tidak mahal, dan metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian, dan komposisi dari tubuh manusia. Oleh karena itu, disebabkan pertumbuhan anak-anak dan dimensi tubuh pada segala usia dapat mencerminkan kesehatan dan kesejahteraan dari individu dan populasi, antropometri dapat juga digunakan untuk memprediksi performa, kesehatan, dan daya tahan hidup. (Supariasa, 2002) Antropometri penting untuk kesehatan masyarakat dan juga secara klinis yang dapat mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan sosial dari individu dan populasi. Selain itu, aplikasi antropometri mencakup berbagai bidang karena dapat dipakai untuk menilai status pertumbuhan, status gizi dan obesitas, identifikasi individu, olahraga, militer, teknik dan lanjut usia. Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran. Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri gizi adalah pengukuran yang berhubungan dengan berbagai macam dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Umumnya, antropometri digunakan untuk mengukur status



gizi dari berbagai ketidak seimbangan antara asupan protein dan energi. (Supariasa, 2002) B. Tujuan a. Tujuan umum - Mengetahui status gizi mahasiswa FKM UHO b. Tujuan khusus - Mengidentifikasi status gizi mahasiswa FKM UHO berdasarkan IMT - Mengidentifikasi kebutuhan karbohidrat, protein, dan lemak pada mahasiswa FKM UHO C. Alat yang Digunakan - Timbangan digital (Pengukur Berat badan) - Alat Pengukur Tinggi Badan D. Prosedur Kerja a. Pengukuran Berat Badan 1. Pastikan bahwa sampel tidak menggunakan pakaian tebal agar diperoleh berat badan seakurat mungkin. 2. Ketika alat timbang sudah menunjukkan 00,00 mintalah kepada sampel untuk berdiri ditengah-tengah alat timbang 3. Pastikan posisi badan sampel dalam keadaan berdiri tegak, mata/kepala lurus ke arah depan (tidak menunduk), kaki tidak menekuk. 4. Setelah sampel berdiri dengan benar, secara otomatis alat timbang akan menunjukkan hasil penimbangan. Segera mencatat hasil penimbangan tersebut. b. Pengukuran Tinggi Badan 1. Tempelkan alat pengukur pada bagian dinding dengan bagian yang lebih panjang menempel ke lantai dan bagian yang lebih pendek menempel di tembok. Tarik alat pengukur ke atas hingga anda bisa melihat angka 0 pada garis merah di kaca pengukur yang menempel di lantai sehingga anda harus dibantu seseorang untuk menahan ujung atas alat pengukur. 2. Tempelkan alat dengan bahan yang kuat dan pastikan kestabilan alat tersebut.



3. Setelah anda memastikan bahwa bagian atas sudah menempel dengan stabil maka alat pengukur dapat anda tarik ke atas dan pengukuran tinggi siap dilakukan. 4. Lepaskan sepatu dan hiasan rambut yang mungkin dapat mempengaruhi hasil pengukuran. 5. Sampel berdiri membelakangi dinding dengan posisi berdiri tegak bebas, 6. 7. 8. 9.



tidak sikap tegap seperti tentara. Tangan dibiarkan tergantung bebas menempel ke depan. Tumit rapat, tetapi ibu jari tidak rapat. Kepala, tulang belikat, pinggul dan tumit menempel ke dinding. Dengan menggunakan tangan kanan, turunkan meteran alat pengukur hingga pas di atas kepala kemudian baca dan catatlah hasil pengukuran dengan



desimal satu di belakang koma. 10. Setelah dibaca dengan tepat, naikkan meteran dari atas kepala.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penilaian Status Gizi 1. Pengertian Status Gizi (Nutrition Status) Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Contoh : Gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya pemasukan 2.



dan pengeluaran yodium dalam tubuh. (Supariasa, 2002) Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk. (Achadi, 2002) Penilaian status gizi bertujuan untuk : a. Memberikan gambaran secara umum mengenai metode penilaian status gizi. b. Memberikan penjelasan mengenai keuntungan dan kelemahan dari masing-masing yang ada. c. Memberikan gambaran



singkat



mengenai



pengumpulan



data,



perencanaan dan implementasi untuk penilaian status gizi. Metode dalam penilaian status gizi dibagi dalam dua kelompok, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung terdiri dari penilaian dengan tanda klinis, tes laboratorium, metode biofisik dan antropometri. Sedangkan penilaian status gizi secara tidak langsung berupa



survei konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Adapun metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan pengukuran antropometri. (Achadi, 2002) a. Penilaian Status Gizi Secara Langsung 1. Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri



secara



umum



digunakan



untuk



melihat



ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. (Supariasa, 2002) 2. Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara tepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit. (Supariasa, 2002) 3. Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain : darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan



otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik. (Supariasa, 2002) 4. Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap. (Supariasa, 2002) b. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Langsung 1. Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.



Pengumpulan



data



konsumsi



makanan



dapat



memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi. (Supariasa, 2002) 2. Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat. (Supariasa, 2002) 3. Faktor Ekologi Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi dan lain-lain. Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk



mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi. (Supariasa, 2002) B. Indikator Pertumbuhan 1. Indeks Antropometri a. Berat Badan Menurut Umur ( BB/U ) Indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Berat badan menurut umur tidak sensitif untuk mengetahui apakah seseorang mengalami kekurangan gizi masa lalu atau masa kini. Berat badan menurut umur merefleksikan status gizi masa lalu maupun masa kini. (Anggraeni, 2012). b. Tinggi Badan Menurut Umur ( TB/U ) Indeks ini menggambarkan status gizi masa lalu. Beaton dan bengoa ( 1973 ) menyatakan bahwa indeks TB/U disamping memberikan gambaran statis gizi masa lampau juga lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi. (Anggraeni, 2012) c. Berat Badan Menurut Tinggi Badan ( BB/TB ) Berat badan memiliki hubungan yang linear dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu. Jelliffe pada tahun 1966 telah memperkirakan indeks ini untuk mengidentifikasi status gizi. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini (sekarang ). Indeks BB/TB adalah merupakan indeks yang independen terhadap umur. (Anggraeni, 2012).



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN



Pengukuran antropometri yang dilakukan pada praktikum ini antara lain pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menentukan Indeks Massa Tubuh



(IMT), serta untuk menentukan kebutuhan protein, lemak, dan karbohidrat setiap harinya. Hasil yang diperoleh dari semua pengukuran tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini: (Tabel 1)



No



Nama



1



Antropometri



IMT



BB(kg)



TB(m)



Rezky Ferina



40,8



1,57



16,58



2



Ridha Muliani



47,5



1,56



19,51



3



Rosmina



46



1,53



19,59



4



Riska Jalil



43,5



1,59



17,16



5



Ramlah



41,9



1,53



17,69



6



Nirmala Idrus



43,9



1,57



17,67



7



Sarmila



50,9



1,61



19,49



8



Sarlin



53



1,6



20,7



9



Ria Rizqa



57,6



1,52



24,89



10



Siti Alwiyah



44,6



1,47



20,38



11



Susanto



50



1,65



18,21



12



Hendrawan



55,8



1,70



19,17



13



Selfiarni



47,9



1,58



19,06



14



Rahmayuningsih



44,9



1,55



18,52



Status Gizi Gizi kurang Gizi Baik Gizi baik Gizi kurang Gizi kurang Gizi kurang Gizi baik Gizi baik Gizi baik Gizi baik Gizi kurang Gizi baik Gizi baik Gizi baik



Zat gizi makan K (g)



P (g)



L (g)



173,68



28,94



38,59



185,25



30,87



41,16



235,92



39,32



52,42



178.355



29,72



39,63



172.19



28,69



38,26



176,50



28,69



38,26



219,02



36,50



48,67



191,20



31,86



42,49



260,72



43,45



57,93



177,68



29,61



39,48



161,80



26,96



35,95



180,13



30,02



30,03



212,11



35,35



47,13



180,76



30,12



40,16



Hasil perhitungan di atas akan dijabarkan sebagai berikut 1. Rezky Ferina BB 40,8 IMT = Tb (m)2 = 1,57 2 = 16,58 Dilihat dari nilai IMT, maka Rezky Ferina dikategorikan dalam kategori kurus tingkat berat, dan memiliki status gizi kurang karena memiliki nilai IMT di bawah 17. Untuk meningkatkan status gizinya, maka Rezky Ferina perlu untuk menaikkan berat badan sebanyak 10,5 kg sehingga akan memperoleh berat badan 51,3 kg. Energi BMR dari Rezky Ferina yaitu: 655 + (9,6 × 40,8) + (1,8 × 1,57) – (4,7 × 18) = 964,90 kkal, Energi total yaitu: 964,90 kkal × 1,2 (tidak berolahraga) = 1157,88 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Rezky Ferina yaitu: 60% × 1157,88 kkal = 694,73 kkal atau setara dengan 173,682 gram. Kebutuhan protein harian Rezky Ferina yaitu: 10% × 1157,88 kkal = 115,79 kkal atau setara dengan 28,94 gram Kebutuhan lemak harian Rezky Ferina yaitu: 30% × 1157,88 kkal = 347,36 kkal atau setara dengan 38,59 gram 2. Ridha Muliani BB IMT = Tb (m)2



=



47,5 1,56 2



= 19,51



Dilihat dari nilai IMT, maka Ridha Muliani dikategorikan dalam kategori normal, dan memiliki status gizi baik karena memiliki nilai IMT di kisaran 18,525,0. Energi BMR dari Ridha Muliani yaitu: 655 + (9,6 × 47,5) + (1,8 × 1,56) – (4,7 × 18) = 1029,20 kkal, Energi total yaitu: 1029,20 kkal × 1,2 (tidak berolahraga) = 1235,04 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Ridha Muliani yaitu: 60% × 1235,04 kkal = 741,02 kkal atau setara dengan 185,256 gram.



Kebutuhan protein harian Ridha Muliani yaitu: 10% × 1235,04 kkal = 123,5 kkal atau setara dengan 30,87 gram Kebutuhan lemak harian Ridha Muliani yaitu: 30% × 1235,04 kkal = 370,51 kkal atau setara dengan 41,16 gram 3. Rosmina IMT =



BB Tb (m)2



=



46 1,5322



= 19,59



Dilihat dari nilai IMT, maka Rosmina dikategorikan dalam kategori normal, dan memiliki status gizi baik karena memiliki nilai IMT di kisaran 18,5-25,0. Energi BMR dari Rosmina yaitu: 655 + (9,6 × 46) + (1,8 × 1,532) – (4,7 × 18) = 1014,75 kkal, Energi total yaitu: 1014,75 kkal × 1,55 (3-5 kali seminggu berolahraga) = 1572,86 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Rosmina yaitu: 60% × 1572,86 kkal = 943,72 kkal atau setara dengan 235,92 gram. Kebutuhan protein harian Rosmina yaitu: 10% × 1572,86 kkal = 157,2 kkal atau setara dengan 39,32 gram Kebutuhan lemak harian Rosmina yaitu: 30% × 1572,86 kkal = 471,86 kkal atau setara dengan 52,42 gram 4. Riska Jalil IMT =



BB 2 Tb (m)



=



43,5 1,5932



= 17,16



Dilihat dari nilai IMT, maka Riska Jalil dikategorikan dalam kategori kurus tingkat ringan, dan memiliki status gizi kurang karena memiliki nilai IMT kurang dari 18,5 dan lebih dari 17. Untuk meningkatkan status gizinya, maka Riska Jalil perlu untuk menaikkan berat badan sebanyak 9,78 kg sehingga akan memperoleh berat badan 53,28 kg. Energi BMR dari Riska Jalil yaitu: 655+(9,6 × 43,5) + (1,8 × 1,592) – (4,7 × 18) = 990,86 kkal, Energi total yaitu: 990,86 kkal × 1,2 (tidak berolahraga) = 1189,03 kkal



Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Riska Jalil yaitu: 60% × 1189,03 kkal = 713,42 kkal atau setara dengan 178,35 gram. Kebutuhan protein harian Riska Jalil yaitu: 10% × 1189,03 kkal = 118,9 kkal atau setara dengan 29,72 gram Kebutuhan lemak harian Riska Jalil yaitu: 30% × 1189,03 kkal = 356,71 kkal atau setara dengan 39,63 gram 5. Ramlah IMT =



BB Tb (m)2



=



41,9 1,5392



= 17,69



Dilihat dari nilai IMT, maka Ramlah dikategorikan dalam kategori kurus tingkat ringan, dan memiliki status gizi kurang karena memiliki nilai IMT kurang dari 18,5 dan lebih dari 17. Untuk meningkatkan status gizinya, maka Ramlah perlu untuk menaikkan berat badan sebanyak 6,61 kg sehingga akan memperoleh berat badan 43,51 kg. Energi BMR dari Ramlah yaitu: 655+(9,6 × 41,5) + (1,8 × 1,539) – (4,7 × 22) = 956,61 kkal. Energi total yaitu: 990,86 kkal × 1,2 (tidak berolahraga) = 1147,93 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Ramlah yaitu: 60% × 1147,93 kkal = 688,76 kkal atau setara dengan 1772,19 gram. Kebutuhan protein harian Ramlah yaitu: 10% × 1147,93 kkal = 114,79 kkal atau setara dengan 28,69 gram Kebutuhan lemak harian Ramlah yaitu: 30% × 1147,93 kkal = 344,38 kkal atau setara dengan 38,26 gram 6. Nirmala Idrus BB IMT = Tb (m)2



=



43,9 1,576 2



= 17,67



Dilihat dari nilai IMT, maka Nirmala Idrus dikategorikan dalam kategori kurus tingkat ringan, dan memiliki status gizi kurang karena memiliki nilai IMT kurang



dari 18,5 dan lebih dari 17. Untuk meningkatkan status gizinya, maka Nirmala Idrus perlu untuk menaikkan berat badan sebanyak 7,94 kg sehingga akan memperoleh berat badan 51,84 kg. Energi BMR dari Nirmala Idrus yaitu: 655+(9,6 × 43,9) + (1,8 × 1,576) – (4,7 × 21) = 980,57 kkal. Energi total yaitu: 980,57 kkal × 1,2 (tidak berolahraga) = 1176,68 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Nirmala Idrus yaitu: 60% × 1176,68 kkal = 706,01 kkal atau setara dengan 176,50 gram. Kebutuhan protein harian Nirmala Idrus yaitu: 10% × 1176,68 kkal = 117,67 kkal atau setara dengan 29,41 gram Kebutuhan lemak harian Nirmala Idrus yaitu: 30% × 1176,68 kkal = 353,01 kkal atau setara dengan 39,22 gram 7. Sarmila IMT =



BB Tb (m)2



=



50,9 2 1,616



= 19,49



Dilihat dari nilai IMT, maka Sarmila dikategorikan dalam kategori normal, dan memiliki status gizi baik, karena memiliki nilai IMT di kisaran 18,5-25,0. Energi BMR dari Sarmila yaitu: 655+(9,6 × 50,9) + (1,8 × 1,616) – (4,7 × 18) = 1061,94 kkal, Energi total yaitu: 1061,94 kkal × 1,375 (1-3 kali seminggu berolahraga) = 1460,17 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Sarmila yaitu: 60% × 1460,17 kkal = 876,10 kkal atau setara dengan 219,02 gram. Kebutuhan protein harian Sarmila yaitu: 10% × 1460,17 kkal = 146,02 kkal atau setara dengan 36,5 gram Kebutuhan lemak harian Sarmila yaitu: 30% × 1460,17 kkal = 438,05 kkal atau setara dengan 48,67 gram 8. Sarlin IMT =



BB 2 Tb (m)



=



53 1,6 2



= 20,7



Dilihat dari nilai IMT, maka Sarlin dikategorikan dalam kategori normal, dan memiliki status gizi baik, karena memiliki nilai IMT di kisaran 18,5-25,0. Energi BMR dari Sarlin yaitu: 66+(13,7 × 53) + (5 × 1,6) – (6,8 × 19) = 670,9 kkal, Energi total yaitu: 670,9 kkal × 1,9 (2 kali sehari berolahraga) = 1274,71 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Sarlin yaitu: 60% × 1274,71 kkal = 764,83 kkal atau setara dengan 191,207 gram. Kebutuhan protein harian Sarlin yaitu: 10% × 1274,71 kkal = 127,47 kkal atau setara dengan 31,86 gram Kebutuhan lemak harian Sarlin yaitu: 30% × 1274,71 kkal = 382,41 kkal atau setara dengan 42,49 gram 9. Ria Rizqa BB 57,6 2 IMT = Tb (m) = 1, 5212 = 24,89 Dilihat dari nilai IMT, maka Ria Rizqa dikategorikan dalam kategori normal, dan memiliki status gizi baik, karena memiliki nilai IMT di kisaran 18,5-25,0. Energi BMR dari Ria Rizqa yaitu: 655+(9,6 × 57,6) + (1,8 × 1,521) – (4,7 × 19) = 1121,39 kkal, Energi total yaitu: 1121,39 kkal × 1,55 (3-5 kali seminggu berolahraga) = 1738,15 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Ria Rizqa yaitu: 60% × 1738,15 kkal = 764,83 kkal atau setara dengan 260,72 gram. Kebutuhan protein harian Ria Rizqa yaitu: 10% × 1738,15 kkal = 173,82 kkal atau setara dengan 43,45 gram Kebutuhan lemak harian Ria Rizqa yaitu: 30% × 1738,15 kkal = 521,45 kkal atau setara dengan 57,93 gram 10. Sitti Alwiyah



IMT =



BB 2 Tb (m)



=



44,6 1, 479 2



= 20,38



Dilihat dari nilai IMT, maka Sitti Alwiyah dikategorikan dalam kategori normal, dan memiliki status gizi baik, karena memiliki nilai IMT di kisaran 18,5-25,0. Energi BMR dari Sitti Alwiyah yaitu: 655+(9,6 × 44,6) + (1,8 × 1,478) – (4,7 × 21) = 987,12 kkal, Energi total yaitu: 987,12 kkal × 1,2 (tidak berolahraga) = 1184,54 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Sitti Alwiyah yaitu: 60% × 1184,53 kkal = 710,73 kkal atau setara dengan 177,68 gram. Kebutuhan protein harian Sitti Alwiyah yaitu: 10% × 1184,53 kkal = 118,45 kkal atau setara dengan 29,61 gram Kebutuhan lemak harian Sitti Alwiyah yaitu: 30% × 1184,53 kkal = 355,36 kkal atau setara dengan 39,48 gram 11. Susanto IMT =



BB Tb (m)2



=



50 2 1, 657



= 18,21



Dilihat dari nilai IMT, maka Susanto dikategorikan dalam kategori kurus tingkat ringan, dan memiliki status gizi kurang, karena memiliki nilai IMT di atas 17 dan dibawah 18,5. Untuk meningkatkan status gizinya, Susanto harus menaikkan berat badan sebanyak 9,13 kg. Sehingga akan mendapatkan berat badan sebanyak 59,13 kg.



Energi BMR dari Susanto yaitu: 66+(13,7 × 50) + (5 × 1,657) – (6,8 × 22) = 695,94 kkal, Energi total yaitu: 695,94 kkal × 1,55 (3-5 kali berolahraga) = 1078,71 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Susanto yaitu: 60% × 1078,71 kkal = 647,22 kkal atau setara dengan 161,80 gram. Kebutuhan protein harian Susanto yaitu: 10% × 1078,71 kkal = 107,87 kkal atau setara dengan 29,96 gram Kebutuhan lemak harian Susanto yaitu: 30% × 1078,71 kkal = 323,61 kkal atau setara dengan 35,95 gram



12. Hendrawan IMT =



BB 2 Tb (m)



=



55,8 1,706 2



= 19,17



Dilihat dari nilai IMT, maka Hendrawan dikategorikan dalam kategori normal, dan memiliki status gizi baik, karena memiliki nilai IMT di kisaran 18,5-25,0. Energi BMR dari Hendrawan yaitu: 66+(13,7 × 55,8) + (5 × 1,706) – (6,8 × 21) = 696,19 kkal, Energi total yaitu: 696,19 kkal × 1,725 (6-7 kali seminggu berolahraga) = 1200,93 kkal



Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Hendrawan yaitu: 60% × 1200,93 kkal = 720,56 kkal atau setara dengan 180,139 gram. Kebutuhan protein harian Hendrawan yaitu: 10% × 1200,93 kkal = 120,09 kkal atau setara dengan 30,02 gram Kebutuhan lemak harian Hendrawan yaitu: 30% × 1200,93 kkal = 360,28 kkal atau setara dengan 40,03 gram



13. Selfiarni IMT =



BB Tb (m)2



=



47,9 2 1, 585



= 19,06



Dilihat dari nilai IMT, maka Selfiarni dikategorikan dalam kategori normal, dan memiliki status gizi baik, karena memiliki nilai IMT di kisaran 18,5-25,0. Energi BMR dari Selfiarni yaitu: 655+(9,6 × 47,9) + (1,8 × 1,585) – (4,7 × 19) = 1028,39 kkal, Energi total yaitu: 1028,39 kkal × 1,375 (1-3 kali seminggu berolahraga) = 1414,04 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Selfiarni yaitu: 60% × 1414,04 kkal = 848,42 kkal atau setara dengan 212,11 gram.



Kebutuhan protein harian Selfiarni yaitu: 10% × 1414,04 kkal = 141,4 kkal atau setara dengan 35,35 gram Kebutuhan lemak harian Selfiarni yaitu: 30% × 1414,04 kkal = 424,21 kkal atau setara dengan 47,13 gram



14. Rahmayuningsih IMT =



BB Tb (m)2



=



44 , 9 1,5 572



= 18,52



Dilihat dari nilai IMT, maka Rahmayuningsih dikategorikan dalam kategori normal, dan memiliki status gizi baik, karena memiliki nilai IMT di kisaran 18,5-25,0. Energi BMR dari Rahmayuningsih yaitu: 655+(9,6 × 44,9) + (1,8 × 1,557) – (4,7 × 18) = 1004,24 kkal, Energi total yaitu: 1004,24 kkal × 1,2 (tidak berolahraga) = 1205,09 kkal Berdasarkan energi BMR dan energi total yang didapatkan, maka dapat ditentukan bahwa: Kebutuhan karbohidrat harian Rahmayuningsih yaitu: 60% × 1205,09 kkal = 723,05 kkal atau setara dengan 180,76 gram. Kebutuhan protein harian Rahmayuningsih yaitu: 10% × 1205,09 kkal = 120,51 kkal atau setara dengan 30,12 gram Kebutuhan lemak harian Rahmayuningsih yaitu: 30% × 1205,09 kkal = 361,53 kkal atau setara dengan 40,16 gram



BAB IV KESIMPULAN Berdasarkan hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa dari 14 sampel terdapat 5 sampel yang memiliki nilai IMT dibawah 18,5. Satu diantaranya dikategorikan dalam kurus tingkat berat, dimana memiliki nilai IMT 16,58. Sedangkan empat sampel lainnya di kategorikan dalam kurus tingkat ringan. Tinggi dan berat badan seseorang sangat mempengaruhi nilai IMT. Untuk mendapatkan nilai IMT normal, maka tinggi dan berat badan seseorang harus seimbang. Selain nilai IMT, pada praktikum ini, didapatkan pula kebutuhan zat gizi makan. Zat gizi makan seseorang ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu usia, tinggi badan, berat badan, jenis kelamin, dan aktivitas. Semakin sering beraktivitas, maka zat gizi makan yang diperlukan akan meningkat. Selain itu, usia juga mempengaruhi zat gizi makan yang dibutuhkan. Semakin bertambah usia seseorang, maka zat gizi makan yang dibutuhkan akan berkurang juga.