Laporan Praktikum IV [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ama
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM IV TRANSPORTASI LARUTAN HARA DAN HASIL FOTOSINTESIS SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TRANSPIRASI



Disusun Oleh : Nur Rahmah Awaliyah 14222123



Dosen Pembimbing : Dini Afriansyah, M.Pd



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 2017



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumbuhan membutuhkan O2, CO2, air dan unsur hara untuk hidup. Komponen unsur hara dan air didistribusikan dari satu bagian ke bagian lainnya melalui proses transportasi. Transpor pada tingkat seluler bergantung pada permiabilitas selektif membran. Protein transpor tertentu memungkinkan sel tumbuhan mempertahankan lingkungan sekitarnya. Pompa proton berperan penting dalam transpor melewati membran tumbuhan. Potensial membran dan gradien H+ yang dihasilkan oleh pompa proton dimanfaatkan untuk menggerakkan transpor berbagai zat terlarut. Tumbuhan memerlukan air dan mineral. Air dan mineral ini diserap dari dalam tanah menggunakan air pengambilan zat-zat ini dilakukan secara difusi dan osmosis. Osmosis berkaitan dengan beberapa keadaan sel tumbuhan. Berdasarkan jalur yang ditempu air dan garam mineral yang masuk ke akar, pengangkutan air dan garam mineral dibedakan menjadi simplas dan apoplas. Simplas adalah brgeraknya air dan mineral lewat jalur dalam sel, yaitu sitoplasma sel dengan jalan menembus membran plasma. Sedangkan apoplas adalah bergeraknya air lewat jalur luar sel atau lewat dinding-dinding sel. Pada tumbuhan berpembuluh (misal spermatophyta), transportasi larutan dilakukan oleh xilem dan floem. Mekanisme proses penyerapan unsur hara dan air dapat berlangsung karena adanya proses imbibisi, difusi, osmosis, dan transpor aktif. Dalam aktifitasnya, tumbuhan selalu melakukan absorbsi air dari lingkungannya. Namun demikian tumbuhan juga melakukan pelepasan air berupa uap melalui seluruh permukaan daun, khususnya melalui stomata. Mekanisme pemasukan dan pelepasan ini terjadi dalam mekanisme kontrol keseimbangan cairan tubuh tanaman. Proses kehilangan air dalam bentuk uap dari jaringan tumbuhan melalui stomata dapat diartikan sebagai proses transpirasi.



B. Tujuan Adapun tujuan dari praktikum ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh penyinaran terhadap pengangkutan zat hara pada tanaman 2. Untuk mengetahui pengaruh kelengkapan pada tanaman seperti akar dan daun terhadap pengankutan zat hara pada tanaman. 3. Untuk mengamati dan membandingkan transpirasi pada tanaman berkarakter lengkap, tanpa akar, tanpa daun, tanpa akar dan tanpa daun. 4. Untuk mengamati pengaruh cahaya matahari terhadap transpirasi.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. TRANSPORTASI PADA TUMBUHAN Untuk mengangkut air dan garam mineral, tumbuhan memerlukan suatu proses pengangkutan. Pengangkutan zat ini dilakukan oleh jaringan pengangkut yang melewati berkas pembuluh. Pengangkutan inilah yang disebut dengan transportasi (Lakitan, 2013). Transportasi pada tumbuhan melibatkan jaringan-jaringan pengangkut, seperti xylem dan floem. Keberadaan xylem dan floem pada setiap tumbuhan sangat penting keberadannya, jika seandainya jaringan pengangkut xylem dan floem tidak ada pada tumbuhan, maka dapat dipastikan transportasi pada tumbuhan tidak akan terjadi. Xylem dan floem sangat penting bagi proses kehidupan sebuah tanaman dan juga bagaimana mereka berperan untuk mengambil air dari dalam tanah dan kemudian menyebarkannya ke seluruh bagian tanaman agar semua organ tanaman dapat berkembang secara maksimal (Sutrian, 2004). 1. Transport Aktif Transpor aktif adalah pengangkutan zat dengan bantuan energi. Sumber energi yang digunakan berasal dari ATP dan ADP. Pengangkutan lintas membran dengan menggunakan energi ATP, melibatkan pertukaran ion Na+ dan K+ (pompa ion) serta protein kontraspor yang akan mengangkut ion Na+ bersama molekul lain seperti asam amino dan gula. Arahnya dari daerah berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Misal perpindahan air dari korteks ke stele (Campbell, 2006). 2. Transport Pasif Transport pasif tidak memerlukan energi, perpindahan molekul terjadi karena adanya gradien (perbedaan) konsentrasi, molekul bergerak karena energi kinetik yang dimiliki oleh molekul itu sendiri (ingat efek gerak Brown), perpindahan molekul akan berhenti apabila larutan mencapai equilibrium (keseimbangan konsentrasi), zat (molekul) yang berpindah dapat berupa padat, cair, maupun gas (Campbell, 1999).



Transport pasif dibagi menjadi difusi dan osmosis. Difusi adalah proses penyerapan berlangsung akibat adanya perbedaan tegangan antara tanaman dan tanah karena perbedaan konsentrasi unsur hara. Difusi merupakan perpindahan zat-zat atau molekul-molekul dari daerah konsentrasi tinggi (hipertonik) ke konsentrasi rendah (hipotonik). Faktor yang mempengaruhi difusi adalah konsentrasi unsur hara pada titik tertentu, jarak antara permukaan akar dengan titik tertentu, kadar air tanah, volume akar tanaman. Pada tanah bertekstur halus difusi akan berlangsung lebih cepat daripada tanah yang bertekstur kasar. Difusi meningkat jika konsentrasi hara di permukaan akar rendah/menurun atau konsentrasi hara di larutan tanah tinggi/meningkat. Unsur P dan K diserap tanaman terutama melalui difusi (Campbell, 1999). Menurut Suyitno (2016), Pada kebanyakan tumbuhan berkayu, bagian kulit terpisah dengan bagian kayunya. Setelah zat-zat menembus masuk ke dalam jaringan akar, selanjutnya akan diangkut menuju daun untuk diolah menjadi berbagai zat yang dibutuhkan dalam tubuh seperti lemak, protein, vitamin dan zat-zat penting lainnya. Pengangkutan zat pada tumbuhan berlangsung melalui dua cara, yakni : 1. di luar pembuluh angkut (ekstravaskuler) 2. di dalam pembuluh angkut (vaskuler) Pengangkutan ekstravaskuler berlangsung dalam dua cara, yakni : 1. Simplastik 2. Apoplastik Pada pengangkutan simplastik, air bergerak menembus sel ke sel, dari sitoplasma ke sitoplasma sel yang lain. Sedang pengangkutan apoplastik, air bergerak merambat melalui ruang-ruang antar sel.



Gambar. Struktur akar dan bidang penyerapan 1. Pengangkutan Vakuler Pengangkutan zat secara fasikuler terjadi melalui pembuluh kayu (xilem) dan pembuluh kulit (floem). Pengangkutan air dari akar ke batang terjadi melalui pembuluh kayu, membentuk aliran air (benang air). Setelah mencapai daun, sebagian dimanfaatkan oleh sel-sel daun untuk memasak makanan. Sebagian air dan garam mineral yang lain dipindah ke floem, menyatu dengan aliran sukrosa (asimilat). Pada tumbuhan dikotil, bagian xilem berada di bagian kayu, sedangkan floemnya berada di bagian kulit dekat kambium. Pada monokotilseperti jagung dan tebu, xilem dan floem bersatu membentuk satu berkas angkutan. Letaknya tersebar. Sedang pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke bagian tubuh yang lain dilakukan melalui pembuluh kulit (pembuluh tapis) dan membentuk aliran asimilat. Selain asimilat, melalui floem juga diangkut bermacam-macam zat organik lain, hormon dan juga ion-ion atau garam mineral yang berasal dari xilem. 2. Faktor-faktor Pengangkutan Air pada Tumbuhan Faktor-Faktor yang memperngaruhi pengangkutan air pada tumbuhan melalui pembuluh xylem adalah : 1. Tekanan Akar Akar tumbuhan menyerap air dan garam mineral baik siang maupun malam. Pada malam hari, ketika transpirasi sangat rendah atau bahkan nol, sel-sel akar masih tetap menggunakan energi untuk



memompa ion – ion mineral ke dalam xylem . Air akan mengalir masuk dari korteks akar, menghasilkan suatu tekanan positif yang memaksa cairan naik ke xylem . Dorongan getah xylem ke arah atas ini disebut gaya tekanan akar (roof pressure). Tekanan akar juga menyebabkan tumbuhan mengalami gutasi, yaitu keluarnya air yang berlebih pada malam hari melalui katup pelepasan (hidatoda) pada daun. Biasanya air yang keluar dapat kita lihat pada pagi hari berupa tetesan atau butiran air pada ujung-ujung helai daun rumput atau pinggir daun kecil herba (tumbuhan tak berkayu) dikotil (Salisbury, 1995). Rambut akar mengambil air dari dalam tanah secara osmosis. Osmosis adalah gerakan air dari larutan yang kurang pekat (cair) ke larutan yang lebih pekat melalui selaput semipermeabel. Selaput semipermeabel adalah selaput yang hanya dapat dilalui oleh air. Rambut akar mengambil air secara osmosis karena dinding-dinding selnya bersifat semipermeabel dan cairan selnya lebih pekat dari pada air tanah. Saat rambut akar menyerap air, cairan sel rambut akar akan menjadi lebih encer daripada cairan sel-sel yang terletak disebelah dalam rambut akar. Karena sel bagian dalam lebih pekat, maka sel bagian dalam akan menyerap air dari rambut akar. Dengan cara ini, air akan bergerak dari sel ke sel sampai pada pembuluh kayu. Pergerakan air secara osmosis dari sel ke sel pada akar menimbulkan suatu tekanan yang disebut tekanan akar. Tekanan akar akan mendorong air sehingga naik ke pembuluh kayu di batang. Tekanan akar tampak pada sebagian besar tumbuhan, tapi hal ini terjadi jika tanah cukup lembab, dan bila kelembaban udara tinggi artinya ketika transpirasi sedang sangat rendah. Tetesan air akan terlihat keluar dari bukaan (hidatoda) pada ujung atau tepi daun rerumputan atau daun arbei. Fenomena itu disebut gutasi. Jika tumbuhan ditempatkan pada kondisi atmosfer yang cukup kering, atau di tanah yang berkelembapan rendah atau sekaligus dalam kedua keadaan tersebut, maka tekanan akar tidak muncul sebab air dalam batangnya berada di bawah tegangan dan bukan di bawah tekanan (Salisbury, 1995).



2. Kapilaritas Batang Kapilaritas adalah gejala naik atau turunnya cairan di dalam pipa kapiler atau pipa kecil. Kapilaritas disebabkan oleh interaksi molekulmolekul di dalam zat cair. Di dalam zat cair molekul-molekulnya dapat mengalami gaya adhesi dan kohesi. Gaya kohesi adalah tarik-menarik antara molekul-molekul di dalam suatu zat cair sedangkan gaya adhesi adalah tarik menarik antara molekul dengan molekul lain yang tidak sejenis. Apabila adhesi lebih besar dari kohesi seperti pada air dengan permukaan gelas, air akan berinteraksi kuat dengan permukaan gelas sehingga air membasahi kaca dan juga permukaan atas cairan akan melengkung (cekung). Keadaan ini dapat menyebabkan cairan dapat naik ke atas oleh tegangan permukaan yang arahnya keatas sampai batas keseimbangan gaya ke atas dengan gaya berat cairan tercapai. Jadi air dapat naik keatas dalam suatu pipa kecil yang biasa disebut pipa kapiler. Jadi, kapilaritas sangat tergantung pada kohesi dan adhesi. Air naik dalam pembuluh pipa kapiler dikarenakan adhesi sedangkan raksa turun dalam pembuluh pipa kapiler dikarenakan kohesi (Salisbury, 1995). Pengangkutan air melalui pembuluh kayu (xylem ), terjadi karena pembuluh kayu tersusun seperti rangkaian pipa-pipa kapiler. Dengan kata lain, pengangkutan air melalui xylem mengikuti prinsip kapilaritas. Daya kapilaritas disebabkan karena adanya kohesi antara molekul air dengan air dan adhesi antara molekul air dengan dinding pembuluh xylem . Baik kohesi maupun adhesi ini menimbulkan tarikan terhadap molekul air dari akal sampai ke daun secara bersambungan (Salisbury, 1995). Air yang sudah sampai ke pembuluh kayu batang akan terus naik hingga ke daun. Naiknya air pada pembuluh kayu batang disebabkan oleh adanya kapilaritas batang. Kapilaritas menyebabkan naiknya cairan ke dalam tabung yang sempit, yang terjadi karena zat cair tersebut membasahi dinding tabung (dengan adanya adesi) lalu tertarik ke atas (Salisbury, 1995). Cara kerja kapilaritas ini seperti sumbu kompor yang direndam di dalam cairan (air atau minyak). Walaupun hanya bagian bawah sumbu



yang terendam cairan, bagian atas sumbu dapat menjadi basah karena cairan merembes dari bagian bawah ke bagian atas. Kapilaritas pada pembuluh kayu ini dapat terjadi karena pembuluh kayu merupakan pembuluh yang sangat halus berupa pipa-pipa kapiler. Pembuluh xylem dapat kita pandang sebagai pembuluh kapiler, sehingga air naik di dalamnya sebagai akibat adanya adhesi antara dinding xylem dengan molekul-molekul air (Salisbury, 1995). 3. Daya Hisap Daun Daya hisap daun adalah timbulnya tarikan terhadap air yang ada pada sel– sel di bawahnya dan tarikan ini akan diteruskan molekul demi molekul, menuju ke bawah sampai keseluruh kolom air pada xylem sehingga menyebabkan air tertarik ke atas dari akar menuju ke daun. Proses tersebut juga biasa disebut dengan transpirasi. Dengan adanya transpirasi membantu tumbuhan dalam proses penyerapan dan transportasi air di dalam tumbuhan. Adapun transpirasi itu sendiri merupakan mekanisme pengaturan fisiologis yang berhubungan dengan proses adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan (Salisbury, 1995). Menurut Cristhoper (2001), daya hisap daun mempunyai peranan penting sehingga air tanah dapat naik ke atas. Air bergerak secara vertikal melalui pembuluh xylem melawan grafitasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi daya hisap daun antara lain: a) Intensitas cahaya, semakin tinggi intesitas cahaya matahari yang diterima daun, maka kecepatan transpirasi juga akan semakin tinggi. b) Temperatur udara, makin tinggi temperatur maka kecepatan transpirasi akan semakin tinggi. c) Kelembaban udara, jika kelembaban udara disekitar tanaman tinggi justru terjadi perlambatan dalam transpirasi. Jika kelembaban rendah (kering) transpirasi akan berlangsung cepat. d) Kandungan air tanah, jika kandungan air tanah banyak maka potensial air tanah akan lebih tinggi daripada di dalam sel-sel xylem sehingga laju transpirasi akan meningkat (tinggi). Jika air tanah sedikit maka



penyerapan akar juga akan lambat dan tidak seimbang dengan kecepatan transpirasi.



B. Transpirasi Pelepasan uap air melalui stomata disebut transpirasi. Bentuk pelepasan air transpirasi bersama-sama dengan air yang menempel pada permukaan daun dan



batang,



secara



keseluruhandisebut



evapotranspirasi.



Evaporasi



merupakan pelepasan uap air dari benda-benda tak hidup, seperti daribebatuan, tanah, permukaan luar batang, dsb (Campbell, 2008). Transpirasi merupakan satu mekanisme untuk membuah kelebihan air atau air sisa metabolisme. Laju transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal tumbuhan



yang



bersangkutan,



maupun



berbagai



faktor



klimatik



lingkungannya. Secara internal, transpirasi dikontrol dengan pengaturan konduktivitas stomata, daya hisap daun, dan tekanan akar, laju fotosintesis dan respirasi, serta jenis dan umur tanamannya. Sedang faktor eksternal yang penting adalah suhu, kelembaban udara, kecepatan angin dan beda potensial air antara tanah – jaringan - atmosfer. Oleh bermacam-macam tenaga penggerak dan daya kohesi, maka dalam tubuh tumbuhan terbentuk aliran air atau benang air yang tak terputus. Di sisi lain, transpirasi dapat dipandang sebagai salah satu mekanisme pelepasan kelebihan panas tubuh tumbuhan, serta mendorong aliran air tanah masuk ke jaringan untuk mendapatkan berbagai nutrisi yang dibutuhkan. Transpirasi juga merupakan mekanisme kontrol keseimbangan daan stabilitas cairan tubuh. Stabilitas cairan tubuh terjaga apabila volum penyerapan air sebanding dengan volum kebutuhan air untuk mempertahankan turgiditas jaringan (tekanan hidrostatik) dan air untuk mendukung metabolisme serta stabilisasi suhu jaringannya. Bila transpirasi berlebihan yang tidakseimbang dengan aliran air yang masuk, maka jaringan akan kehilangan turgiditasnya. Tumbuhan menjadi layu atau bahkan mengering dan mati (Lakitan, B. 2013).



BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM A. Waktu dan Tempat Praktikum Fisiologi Tumbuhan yang berjudul Transportasi Larutan Hara dan Hasil Fotosintesis serta Hubungannya dengan Transpirasi dilaksanakan pada hari Selasa, 16 Mei 2017 pukul 13.20-15.00 WIB di Laboratorium Biologi Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang.



B. Alat dan Bahan 1. Alat Praktikum Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beaker glass (botol mineral 600 ml dengan bentuk yang sama), silet atau pisau, label, tissue, pena permanen dan alat ukur (meteran pakaian), pengaduk, kapas, silk dan timbangan analitik. 2. Bahan Praktikum Adapun bahan yang digunakan adalah air atau akuades dan pacar air (Impatiens balsamina)



C. Cara Kerja Adapun langkah yang harus dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut: 1. Impatiens balsamina (pacar ait) dibersihkan dari kotoran tanpa merusak sistem perakaran. 2. Disediakan 8 beaker glass yang sudah berisi air berwarna sebanyak 300 ml. 3. Digunakan 4 sampel Impatiens balsamina untuk pengukuran tanpa penyinaran dan dengan pernyinaran. Dimana Impatiens balsamina yang digunakan dengan karaker lengkap, tanpa akar, tanpa daun, tanpa akar dan tanpa daun.



4. Untuk perlakuan tanpa penyinaran dilakukan diruang gelap. Dimasukkan sampel ke dalam beaker glass yang berisi air berwarna selama 5, 10, 15, 25 dan 35 menit kemudian diukur jarak transportasinya. Untuk perlakuan dengan penyinaran dilakukan dengan jarak 10 dan 20 cm antara lampu dan sampel selama 5, 10, 15, 25 dan 35 menit kemudian diukur jarak transportasinya. 5. Disediakan beaker glass diisi dengan air berwarna sebanyak 300 ml kemudian ditimbang digunakan sebagai kontrol. 6. Sampel Impatiens balsamina dengan karakter lengkap, tanpa akar, tanpa daun, tanpa akar dan tanpa daun masing-masing dimasukkan ke dalam beaker glass, diisi dengan air berwarna sebanyak 300 ml, ditutup dengan kapas dan disilk kemudian ditimbang.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Tabel 1. Pengukuran Transportasi dan Hara Pada Impatiens balsamina Tanpa penyinaran (cm) Waktu



Ulangan ke



Tanpa Daun



Dengan Penyinaran (cm)



Tanpa akar dan tanpa



Lengkap



daun



Tanpa Daun



5’



1



2



0,5



13



2



10’



1



4



0,5



15



4



15’



1



6



1



16



6



25’



1



6,1



1



18



8



35’



1



7



1



22



9



Tabel 2. Pengukuran Transpirasi dan Hara Pada Impatiens balsamina Tanpa penyinaran (gr) Waktu



Kontrol



Tanpa Daun



Dengan Penyinaran (gr)



Tanpa akar dan tanpa



Lengkap



daun



Tanpa Daun



0’



300



300



300



300



300



5’



306



307



306



308



306



10’ 306



307



306



307



305



15’ 306



306



306



306



305



25’ 306



305



306



304



303



35’ 306



304



304



303



302



B. Pembahasan Berdasarkan data hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui pada tabel 1 yaitu mengenai Transportasi dan Hara pada Impatiens balsamina bahwa pada perlakuan tanpa penyinaran diketahui tanaman Impatiens balsamina tanpa daun memiliki jarak transportasinya 2 cm pada menit ke 5, pada menit ke 10 jarak transportasinya 4 cm, pada menit ke 15 jarak transportasinya 6 cm, pada menit ke 25 jarak transportasinya 6,1 cm, pada menit ke 35 jarak transportasinya 7 cm. Pada tanaman Impatiens balsamina tanpa akar dan tanpa daun pada menit ke 5 jarak transportasinya 0,5 cm, pada



menit ke 10 jarak transportasinya 0,5 cm, pada menit ke 15 jarak transportasinya 1 cm, pada menit ke 25 jarak transportasinya 1 cm, pada menit ke 35 jarak transportasinya 1 cm. Pada perlakuan dengan penyinaran yaitu dengan organ tumbuhan yang lengkap diketahui pada menit ke 5 memiliki jarak transportasi 13 cm, pada menit ke 10 memiliki jarak transportasi 15 cm, pada menit ke 15 memiliki jarak transportasi 16 cm, pada menit ke 25 memiliki jarak transportasi 18 cm, dan pada menit ke 35 memiliki jarak transportasi 22 cm. Pada perlakuan dengan penyinaran yaitu dengan organ tanpa daun diketahui pada menit ke 5 memiliki jarak transportasi 2 cm, pada menit ke 10 memiliki jarak transportasi 4 cm, pada menit ke 15 memiliki jarak transportasi 6 cm, pada menit ke 25 memiliki jarak transportasi 8 cm, pada menit ke 35 memiliki jarak transportasi 9 cm. Pada tabel 2 yaitu mengenai Transpirasi dan Hara Pada Impatiens balsamina dengan kontrol 300 dan 306 pada perlakuan tanpa penyinaran dan tanaman tanpa daun diketahui pada menit ke 5 memiliki berat total 307 gram, pada menit ke 10 memiliki berat total 307 gram, pada menit ke 15 memiliki berat total 306 gram, pada menit ke 25 memiliki berat total 305 gram, pada menit ke 35 memiliki berat total 304 gram. Pada tanaman tanpa akar dan tanpa daun diketahui pada menit ke 5 memiliki berat total 306 gram, pada menit ke 10 memiliki berat total 306 gram, pada menit ke 15 memiliki berat total 306 gram, pada menit ke 25 memiliki berat total 306 gram, pada menit ke 35 memiliki berat total 304 gram. Pada perlakuan dengan penyinaran dengan tanaman Lengkap pada menit ke 5 memiliki berat total 308 gram, pada menit ke 10 memiliki berat total 307 gram, pada menit ke 15 memiliki berat total 306 gram, pada menit ke 25 memiliki berat total 304 gram, pada menit ke 35 memiliki berat total 303 gram. Pada perlakuan dengan penyinaran dengan tumbuhan tanpa daun diketahui pada menit ke 5 memiliki berat total 306 gram, pada menit ke 10 memiliki berat total 305 gram, pada menit ke 15 memiliki berat total 305 gram, pada menit ke 25 memiliki berat total 303 gram, pada menit ke 35 memiliki berat total 302 gram. Menurut Pandey (1983), terdapat beberapa manfaat beberapa faktor yang mempengaruhi transpirasi yaitu:



1. Cahaya. Stomata akan membuka jika terdapat cahaya dan akan menutup jika dalam keadaan gelap. Jika cahayanya kuat maka akan mempercepat transpirasi, karena cahaya mengandung panas yang dapat menaikkan temperatur. Kenaikan temperature sampai batas tertentu menyebabkan melebarnya stomata. 2. Daya tekan akar, bila batang pisang dipotong, maka air akan keluar melalui permukaan potongan batangnya. Air terdorong ke luar karena adanya tekanan akar. Karena itu, tekanan akar menjadi salah satu pendorong masuknya air dari tanah ke dalam akar. 3. Daya hisap daun, melalui daun akan terjadi pelepasan uap air yang disebut transpirasi. Karena air dalam tubuh tumbuhan membentuk benang air, maka lepasnya molekul air pada daun akan diikuti naiknya air pada akar dan batang. Selanjutnya air dari tanah juga akan terserap masuk ke akar. Dari pernyataan diatas dapat diketahui ketika proses transportasi dilakukan tanpa penyinaran dengan organ tumbuhan tanpa daun tapi dengan akar maka akan menghambat proses dari transportasi, hal ini disebabkan karena ketika di beri perlakuan tanpa penyinaran atau tanpa cahaya maka stomata akan menutup, ditambah lagi tanpa ada nya organ tumbuhan berupa daun itu menyebabkan proses transportasi air ke tanaman terhambat., namun bukan berarti tidak terjadi proses transportasi karena tanaman tersebut masih memiliki akar sehingga daya tekan akar akan mendorong air masuk sehingga terjadi proses transportasi pada tanaman tersebut. Pada saat perlakuan dengan tanaman yang tidak memiliki akar dan daun proses transportasi masih tetap berlangsung namun hanya sedikit saja yaitu berkisar anatara 0,5 sampai dengan 1 cm. Berbeda ketika diberi perlakuan dengan penyinaran cahaya matahari ditambah lagi dengan organ tumbuhan yang lengkap sehingga proses trasnportasi berjalan dengan baik karena terpenuhnya faktor – faktor yang mempengaruhi laju transpirasi, yaitu cahaya, daya isap daun, dan daya tekan akar. Pada saat organ tanaman tanpa daun penurunan laju transportasi begitu signifikan karena seperti yang kita ketahui bahwa daun berperan sangat besar dalam proses transportasi tanaman.



Pada saat pemgukuran proses tranportasi dapat dibahas bahwa terjadi kesalahan pada saat melakukan praktikum karena hasil dari tabel menunjukkan tidak ada perbedaan antara ketika tanaman di beri penyinaran dengan ketika tanaman tidak mendapatkan penyinaran. Kesalahan yang terjadi bisa saja karena human error atau faktor lain seperti errornya neraca analitik yang digunakan untuk menimbang berat larutan hara dari tumbuhan tersebut.



BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa cahaya matahari memiliki pengaruh yang besar untuk proses transportasi dan hasil transpirasi pada suatu tanaman, karena cahaya matahari digunakan oleh daun untuk membuka stomata sehingga proses transportasi dapat berjalan dengan baik. Kelengkapan organ tumbuhan juga mempengaruhi laju transportasi dan hasil trasnpirasi karena terdapat faktor-faktor yang berkaitan tentang kelengkapan organ tumbuhan dengan transportasi dan laju transpirasi, yaitu daya tekan akar dan daya hisap daun.



DAFTAR PUSTAKA Campbell, Neil A dkk. 2008. BIOLOGI. Erlangga: Jakarta. Dardjat, Sastramiharja. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Lakitan, B. 2013. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Rajawali Press: Jakarta Johannes, Eva dkk. 2014. Pedoman Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Universitas Hasanuddin. Koryati, Try. 2004. Pemanfaatan Zat Pengatur Tumbuh Untuk Memperpendek Masa Non Produktif Pada Tanaman Karet. Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian. Vol 2. No 2. Hal : 2. UNHAM Press, Medan. Salisbury, F. B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. ITB: Bandung. Drs. Suyitno, Al. Ms. (2016). Penyerapan zat dan Transportasi pada Tumbuhan. PDF Biologi. E-journal.com