Laporan Praktikum Silvi 5 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR ACARA V PENGENALAN STUMP, CABUTAN, PUTERAN, DAN PENANAMAN



Disusun oleh: Nama



: Talitha Nadiadiva



NIM



: 18/430176/KT/08865



Coass



: Ilham Dwi Ardiansyah



LABORATORIUM SILVIKULTUR & AGROFORESTRI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2019



ACARA V PENGENALAN STUMP, CABUTAN, PUTERAN, DAN PENANAMAN



ABSTRAK Praktikum dilakukan untuk mengetahui teknik pemindahan tanaman yaitu dengan cara cabutan dan puteran dimana bibit yang sudah tumbuh dipindahkan kedalam polybag yang telah disediakan. Sistem cabutan dilakukan dengan mengambil dan atau mencabut semai dari tempat semula tanpa menyertakan tanah yang melingkupi tanaman tersebut. Sedangkan sistem puteran sedikit berbeda dengan sistem cabutan karena sistem ini pengambilan semai dilakukan dengan menyertakan tanah yang melingkupi tanaman tersebut dari tempat semula. Pengaruh dari kedua sistem ini dapat diketahui setelah dilakukan penyiraman setiap hari selama 2 minggu. Perubahan yang dapat diukur yaitu perubahan bentuk, ukuran, dan kondisi bibit dan dihitung juga jumlah tanaman yang mati. Kata kunci: Cabutan, puteran, kondisi bibit I.



PENDAHULUAN



I.1



Latar Belakang Bibit adalah bahan calon tanaman atau bahan tanaman yang siap ditanam di lapangan. Transplanting merupakan usaha untuk memindahkan bibit dari seedbed ke bedeng penyapihan dengan jarak tanam yang lebih longgar. Transplanting atau penyapihan bertujuan agar semai dapat tumbuh lebih besar dan kuat dengan perakaran yang lebih baik. Kerusakan perakaran akibat pencabutan yang tidak hati-hatiakan menyebabkan semai menjadi kering. Penyapihan atau pemindahan yang kurang hati-hati akan menyebabkan kematian. Salah satu cara untuk mengatasi kerusakan atau kematian pada saat transportasi bibit adalah bibit yang dipindahkan dibungkus jadi satu yang diusahakan akar tertutup rapat dan bagian atas terbuka. Teknik pemindahan tanaman yaitu, dengan cara cabutan, dimana bibit yang sudah tumbuh dipindahkan dari dalam polybag yang telah disediakan kemudian diukur tinggi tiap tanaman setelah dua minggu pengamanan dan menghitung jumlah tanaman yang mati. Teknik pemindahan anakan ini



dilakukan dengan dua cara yakni: Cabutan dan Puteran, teknik ini juga melihatkan pertahanan dari anakan tumbuhan tersebut. Selain itu juga pemindahan anakan dan penanaman ini juga berguna untuk melihat dan mengamati daya survey atau daya tahan hidup anakan di suatu lahan. Bisa kita lihat bahwa anakan yang ada di polybag tidak akan sama hidup nya dengan anakan yang ada di lahan yang luas, hal ini di karenakan proses perkembangan akar anakan yang ada di polybag tertahan dibandingkan dengan anakan yang ada di lahan. I.2



Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah : 1.



Mengenal stump sebagai salah satu bibit generatif



2.



Mengetahui teknik pemindahan dan pemeliharaan stump, cabutan, dan puteran



3.



Mengetahui kelebihan dan kekurangan membuat bibit secara cabutan dan puteran



4. I.3



Mengetahui cara pembuatan lubang tanam dan penanaman yang benar.



Manfaat Manfaat dari adanya praktikum silvikultur mengenai teknik pemindahan dengan stump, cabutan dan puteran adalah memudahkan dalam mencari bibit generasi yang akan ditanam di lapangan.



II.



TINJAUAN PUSTAKA Pengembangan atau perbanyakan tanaman yang dilakukan secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman yang dilakukan tanpa melalui proses perkawinan, tetapi dengan mengambil bagian tanaman seperti daun, batang, umbi dan lain-lain. Pembiakan vegetatif sangat diperlukan karena bibit hasil pengembangan secara vegetatif merupakan duplikat induknya, sehingga mempunyai struktur genetik yang sama serta cepat berbunga dan berbuah (Adinugraha, dkk., 2012).



Bibit stump adalah bibit yang dikeringkan dalam bentuk batang dan akar. Bibit stump diperolah dari pemangkasan daun, pucuk dan sebagian dari akar serta pembungaan tanah dari awal bibit pohon. Kelebihan dari stump ini adalah pengairan yang mudah, harga yang murah, serta tidak mengurangi daya tumbuh dan kualitas (Wudianto, 2004). Menurut Hardiwinoto (2005) bibit yang telah ditanam di lapangan perlu diberi perlakuan pemeliharaan dengan menjaga kelembaban tanah (penggunaan mulsa) dan membersihkan taanh di sekitarnya. Penanaman semai dapat dilakukan dengan bermacam – macam cara, ada 2 jenis yang terkenal yaitu: 1. Compresision method, yaitu pada tanah berpasir 2. Dug hole method yang terdiri atas: 



Center hole method, yaitu cara penanaman bibit yang bibitnya diletakkan di tengah (tengah – tengah lubang).







Side hole method, yaitu cara penanaman bibit dengan meletakkan bibit di tepi lubang.







Wedge method, yaitu cara penanaman bibit dengan bagian akarnya diletakkan pada dasar lubang yang berbentuk W.



Menurut Rayan (2009), Ada beberapa cara pemindahan bibit dari persemaian yaitu: 1.



Sistem cabut, yakni bibit yang telah tumbuh di persemaian dan cukup umur dicabut dengan hati-hati. Namun, sebelum dilakukan pencabutan bedeng persemaian harus dibasahi dengan air untuk memudahkan pencabutan dan tidak merusak akar.



2.



Sistem putaran, yaitu bibit diambil beserta tanahnya. Namun, sebelum bibit diambil tanah dibasahi dengan air telebih dahulu. Pengadaan bibit dari anakan alam dapat dilakukan dengan cabutan



dan stump. Ditingkat lokal, khususnya pada tingkatan masyarakat yang masih belum mengerti teknik budidaya dengan benih, hingga saat ini masih banyak orang yang menggunakan cabutan anakan alami yang memang tumbuh



disekitar pohon induk atau terbawa air atau hewan seperti kelelawar (Mansur dan Tuheteru, 2010). Stump merupakan bahan tanaman yang dibuat dari anakan tanaman dimana semua daun-daun dan akar sekundernya dibuang, kecuali akar tunggang dan batang dipotong sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Pemotongan daun dilakukan dengan tujuan untuk menghindari penguapan yang berlebihan, sedangkan pemotongan akar dilakukan untuk merangsang pertumbuhan akar baru yang lebih banyak (Sari, 2001). Penggunaan stump sebagai tanaman dimana akar-akar rambut mengalami kerusakan menyebabkan penyerapan air dan unsur hara dari dalam tanah memerlukan waktu untuk membentuk akar-akar rambut (Omon dan Masano, 1986). Stump merupakan bibit tanaman yang berasal dari semai sebagian batang dan akarnya dipotong dengan maksud ditanam di lapangan, stump mempunyai sisa-sisa akar agar proses pembentukan dan pertumbuhan akar baru segera terbentuk. Sisa akar pada stump merupakan sumber karbohidrat zat pengatur tumbuh bagi sisa tajuk di atas permukaan tanah (Trisna dkk., 2013). Cara penanganan tanaman bahan stump hampir sama dengan sistem cabutan hal yang membedakannya adalah bahan stump dilakukan pemotongan pada batang atau bisa dikatakan 30 % akar dan 80 % batang. Dalam proses penanaman bahan stump diusahakan proses penanamannya lebih cepat sebelum kadar kelembaban tanaman tersebut turun atau dengan kata lain sebelum akarnya kering, karena hal tersebut sanggat menentukan tumbuh dan tidaknya tanaman. Oleh karenanya dalam melakukan perbanyakan tanaman sistem stump diusahakan proses pencabutan, penanganan, dan penanaman harus hatihati dan harus sesuai prosedur yang telah ditetapkan (Indriyanto, 2008). III. METODE III.1 Waktu dan Tempat Praktikum silvikultur tentang Stump, cabutan, dan puteran dilaksanakan pada Sabtu, 7 September 2019 pukul 8.00-13.00 WIB. Praktikum silvikultur ini



berlangsung di Laboratotium Silvikultur Intensif Klebengan Fakultas Kehutanan UGM. III.2 Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah anakan permudaan alam dan semai siap tanam, kertas gambar, alat tulis, caliper, penggaris, gunting/gergaji, cetok/cangkul, kamera, pupuk, acir bamboo setinggi 1.25m, dan ember/tas plastik/pelepah pisang. III.3 Cara Kerja 1. Anakan alam (wildling) di Arboretum Fakultas Kehutanan UGM diamati. 2. 15 anakan alam dari spesies yang sama dikoleksi dengan ketentuan 5 batang dilakukan dengan cara puteran dan 10 batang dengan cara cabutan. Anakan alam yang tingginya relatif sama (usahakan yang kurang dari 40 cm) dengan diameter batang kurang dari 3,5 mm dipilih. Adapun teknis pengumpulan anakan alam secara puteran dan cabutan adalah sbb: a.



Puteran -



Tanah



di



sekitar



anakan



alam



tersebut



digali



dengan



cetok/cangkul, memutar dengan jarak antara batang dengan area pemutaran (radius) ±5 cm dengan kedalaman pengedukan 15-20 cm; atau sesuaikan dengan daerah perkembangan akarnya. -



Bagian akar beserta bongkahan tanah yang menyertainya dibungkus dengan pelepah pisang kemudian diikat, sedemikian rupa sehingga tidak ada tanah yang runtuh/tercecer. Anakan tersebut diletakkan ke dalam ember/kantong kain/plastik.



b.



Secara cabutan -



Jika pencabutan dilakukan pada musim kemarau, tanah dibasahi di sekitar semai terlebih dahulu.



-



Anakan dicabut dengan cara menggenggam batang bagian bawah anakan alam. Dilakukan secara perlahan sedemikian rupa sehingga tidak banyak akar yang rusak.



-



10 batang anakan cabutan tersebut disatukan dan ditambahkan tanah dan digumpalkan dengan akar tersebut. Kemudian dibungkus kembali dengan pelepah pisang dan diikat.



-



Dimasukkan dalam ember yang berisi air (1/4 tinggi ember).



3. Penanganan anakan alam di persemaian Klebengan. a.



Secara puteran -



Anakan alam dari hasil koleksi secara puteran dipindahan ke polybag



dengan



mempertahankan



bongkahan



tanah



yang



menyertahinya. Kemudian ditambahkan ke dalam polybag terutama pada rongga/sela diantara bongkahan tanah tersebut dengan dinding polybag. -



Disisakan 2-3 lembar daun dari setiap batang anakan alam dan dikurangi setiap lembar daun tersebut hingga tersisa 1/3-nya. Apabila berdaun majemuk, maka disisakan 1/3 dari setiap tangkai daun.



-



Semai yang telah dipasang sungkup plastic dimasukkan ke dalam bedeng.



-



Diberi label yang berisi informasi: tanggal penyungkupan, No KDS (Kelompok Diskusi Silvikultur), Nama Co-Ass, jenis tanaman, cara koleksi anakan alam (puteran/cabutan?), dan nomor ulangan (1-5) untuk setiap polybag



-



Media dalam polybag dibasahi dengan cara menambahkan air sebanyak 1 gelas plastic bekas air mineral.



-



Dibuat pengkabutan di dalam ruang bedengan bersungkup tersebut dengan cara menyemprotkan air dengan menggunakan hand sprayer. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kelembaban.



b.



Secara cabutan -



Tanam anakan alam dari hasil cabutan ke dalam polybag yang telah berisi media tanam dengan cara: dibuat lubang tanam di bagian tengah dengan menggunakan tangkai/stick bambu sedalam kurang lebih panjang akar dari anakan cabutan tersebut.



Dipotong akarnya jika akar terlalu panjang/melebihi ukuran panjang polybag. -



Disisakan 2-3 lembar daun dari setiap batang anakan alam dan dikurangi setiap lembar daun tersebut hingga tersisa 1/3-nya. Apabila berdaun majemuk, maka disisakan 1/3 dari setiap tangkai daun.



-



Diberi label/tulis keterangan yang berisi informasi: tanggal penyungkupan, No KDS (Kelompok Diskusi Silvikultur), Nama Co-Ass,



jenis



tanaman,



cara



koleksi



anakan



alam



(puteran/cabutan?), dan pada setiap polybag tuliskan nomor ulangan (1-5). -



Diletakkan 5 polybag ke dalam bedeng semai yang telah diberi sungkup plastic dan 5 batang diletakkan di luar bedeng bersungkup tersebut.



-



Media dalam polybag dibasahi dengan cara menambahkan air sebanyak 1 gelas plastic bekas air mineral.



-



Dibuat pengkabutan di dalam ruang bedengan bersungkup tersebut dengan cara menyemprotkan air dengan menggunakan hand sprayer.



4. Perawatan dan pengamatan -



Setiap polybag disiram air sebanyak 1 gelas plastik bekas air mineral dan disemprotkan air dengan menggunakan hand sprayer di dalam sungkup. Kedua kegiatan tersebut dilakukan setiap hari.



-



Setiap hari Senin, diamati dan dihitung berapa jumlah total tunas/daun baru yang tumbuh dan melakukan pengamatan ini sampai berumur 4 minggu dari sejak pemindahan anakan ke bedeng semai bersungkup tersebut.



-



Pada akhir pengamatan, dihitung jumlah tanaman yang mati dan diamati kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan kematian tersebut.



-



Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh, membuat 1) Grafik untuk jumlah rerata tunas/daun baru yang tumbuh dan 2) Grafik untuk jumlah semai yang hidup pada akhir pengamatan, yang dikaitkan dengan waktu pengamatan (minggu 1, 2, 3 dst.) untuk ketiga perlakuan tersebut.



-



Dihitung pula persen hidup semai pada akhir pengamatan dengan rumus sbb: (jumlah semai yang hidup/jumlah semai yang ditanam) X 100%. Hitung pula persen kematiannya.



Untuk setiap perlakuan (puteran, cabutan dalam bedeng bersungkup dan cabutan di luar bedeng bersungkup), pilih masing-masing 1 batang semai dan gambar akarnya dalam kertas millimeter. Amati perbedaannya



IV.



HASIL



Tabel 1. Data pertumbuhan tanaman metode cabutan di luar Jenis Tanaman Calliandra calothyrsus Calliandra calothyrsus Pterygota alata Pterygota alata Pterygota alata



0



1



Tinggi Minggu ke- (cm) 2 3 4 5



6



Keterangan



25



27



29



30,2



31,7



32,8



34



Hidup



28



28,5



29,5



30,7



31,5



33



34



Hidup



22 25 28



22,5 27,5 -



24 27,6 -



24,9 -



25,8 -



27,5 -



29



Hidup Mati Mati



-



Tabel 2. Data pertumbuhan tanaman metode cabutan di dalam sungkup Jenis Tanaman Calliandra calothyrsus



0



Tinggi Minggu ke- (cm) 1 2 3 4 5



6



55



57



-



59



-



-



-



Keterangan Mati



Calliandra calothyrsus Calliandra calothyrsus Pterygota alata Pterygota alata



48,5



48,5



49,5



50,7



51,5



53



54



Hidup



37



38,5



39



40,2



40,9



41,4



41,8



Hidup



42 37



42,5 37,3



43 38



44,6 38,6



45 39,4



45,9 40,6



51 41



Hidup Hidup



Tabel 3. Data pertumbuhan tanaman metode puteran diluar Jenis Tanaman Calliandra calothyrsus Calliandra calothyrsus Pterygota alata Pterygota alata Pterygota alata



0



Tinggi Minggu ke- (cm) 1 2 3 4 5



Keterangan



6



59



59,6



60



60,2



60,7



61,2



61,8



Hidup



29



29,5



30,1



30,7



31,5



33



34



Hidup



60 55 60



60,6 55,3 60,3



61 56 61



61,2 56,1 61,2



61,7 56,4 61,9



62 57 62,6



62,4 57,5 63



Hidup Hidup Hidup



Tabel 4. Persentase tanaman yang hidup setelah 1,5 bulan Metode Cabutan di luar



Cabutan di dalam sungkup



Puteran di luar



Puteran di dalam sungkup



V.



PEMBAHASAN



Jenis Tanaman Calliandra calothyrsus Pterygota alata Calliandra calothyrsus Pterygota alata Calliandra calothyrsus Pterygota alata Calliandra calothyrsus Pterygota alata



Jumlah Awal



Jumlah Akhir



% hidup



2 3



2 1



100 33.3333



3 2



2 2



66.6667 100



2 3



2 3



100 100



3 2



2 2



66.6667 100



Pada praktikum kali ini membahas mengenai sistem pemindahan bibit. Sistem pemindahan bibit yang berasal dari pembiakan generatif terdapat tiga cara, yaitu sistem cabutan, puteran, dan stump. Namun, pada praktikum kali ini hanya menggunakan dua sistem, yaitu cabutan dan puteran. Sistem cabutan merupakan proses pemindahan bibit yang telah tumbuh di persemaian dan cukup umur dicabut dengan hati-hati. Sistem cabutan dilakukan dengan mengambil atau mencabut semai dari tempat semula tanpa menyertakan tanah yang melingkupi tanaman tersebut. Tanaman yang telah dicabut harus segera ditanam. Namun, sebelum dilakukan pencabutan bedeng persemaian harus dibasahi dengan air untuk memudahkan pencabutan dan tidak merusak akar. Berbeda dengan sistem cabutan, aplikasi sistem puteran dilakukan dengan mengambil semai dari tempat semula dengan menyertakan tanah yang melingkupi tanaman tersebut. Puteran terbaik adalah antara 30100 cm. Teknik ini dilakukan dengan cara membuat lingkaran disekitar tanaman yang akan dipindahkan sehingga tanah yang terdapat disekitar akar ikut terangkat. Keuntungan yang diperoleh dari pembibitan dengan cara cabutan dan puteran yaitu bibit yang digunakan berasal dari alam dan tidak harus melalui proses perkecambahan di persemaian dan juga bibit sudah ditulari oleh ektomikoriza dari tanah hutan sehingga dapat menjamin bibit tersebut akan tumbuh dengan baik. Kekurangan dari metode cabutan yaitu menyebabkan rusaknya struktur akar sehingga kemampuan tanaman tersebut untuk bertahan hidup terganggu. Metode puteran memiliki harapan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode cabutan. Sedangkan kelemahan dari metode putaran yaitu sulit dalam membawa bibit karena harus menyertakan tanah disekitar akar. Pada praktikum ini digunakan Calliandra calothyrsus dan Pterygota alata sebanyak 5 individu tanaman pada setiap metode. Pengamatan



pertumbuhan semai dilakukan selama 1,5 bulan. Dari praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada metode cabutan di luar persentase



hidup Calliandra calothyrsus yang ditanam yaitu 100% dan Pterygota alata yaitu 33,34%. Pada metode cabutan di dalam sungkup persentase hidup Calliandra calothyrsus yaitu 33,34% dan Pterygota alata yaitu 100%. Pada metode puteran di luar persentase hidup Calliandra calothyrsus dan Pterygota alata yaitu 100%. Pada metode puteran di dalam sungkup persentase Calliandra calothyrsus yang hidup yaitu 66% dan Pterygota alata yaitu 100%.



Faktor yang memengaruhi dan membuat hasil sistem puteran lebih baik, yaitu media tanah yang digunakan sebagai tempat pertumbuhan. Tanaman yang digunakan cocok dengan tanah sehingga dapat bertumbuh dengan maksimal. Selain itu faktor iklim, yang berupa kelembaban, suhu, dll yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tingg batang. Kemudian panas matahari serta penyiraman terhadap juga dapat berpengaruh penting. Untuk panas matahari membantu pertumbuhan semai karena dari sinar matahari tersebut tumbuhan dapat tumbuh dan berkembang serta berfotosintesis, kemudian untuk penyiraman pun berpengaruh terhadap pertumbuhan, seperti apabila tanaman tidak disiram maka tanaman tersebut akan mengalami proses kekurangan air, tetapi untuk penyiraman pun terdapat waktu-waktu tertentu, jangan pada saat siang hari karena dapat mematikan tanaman. Faktor human error, saat praktikan menerapkan teknik puteran dimana tanah sudah tidak menempel pada akar, karena tanah belum dibasahi sehingga tanah yang kering telah lepas.



VI.



KESIMPULAN Dari praktikum ini dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Stump adalah bibit/semai yang diambil dari tempat semula tetapi bagian atas dan bawahnya dipotong sehingga hanya menyisakan batang bagian bawah dan akar. 2. Pemindahan bibit dengan teknik stump dilakukan dengan mengambil bibit/semai dari tempat semula kemudian bagian atas dan bawahnya dipotong sehingga hanya menyisakan batang bagian bawah dan akar. Teknik cabutan dilakukan dengan mencabut semai dari tempat semula



tanpa menyertakan tanah yang melingkupi. Teknik puteran dilakukan dengan mengambil semai dari tempat semula dengan menyertakan tanah yang melingkupinya. 3. Kelebihan dari pemanfaatan stump yaitu pengangkutannya mudah, penyimpanannya mudah, dan persentase tanaman tinggi. Kelebihan dari cara cabutan adalah lebih hemat waktu disbanding puteran, mudah dalam pelaksanaan, dan mudah dalam pengangkutan. Akan tetapi, tingkat resiko kerusakan akar lebih besar. Kelebihan dari cara puteran adalah kedudukan akar dan tanah tidak banyak mengalami perubahan. Akan tetapi cara ini lebih sulit dalam pengangkutannya dan memakan waktu lebih lama. 4. Lubang tanam dibuat dengan ukuran 30cm x 30cm x 30cm. kemudian pupuk dimasukkan ke dalam lubang tanam dan dicampur dengan sebagian tanah. Tanah lapisan atas ditambahkan ke dalam lubang. Bibit ditanam dengan melepas polybag terlebih dahulu. Lalu tanah lapisan atas yang tersisa dimasukkan dan dipadatkan.



VII.



SARAN Praktikum sudah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan prosedur yang ada namun alangkah lebih baik jika semai yang digunakan dalam acara ini sudah disiapkan terlebih dulu karena dapat menghambat jalannya praktikum sehingga membuat selesainya praktikum menjadi lama.



DAFTAR PUSTAKA Adinugraha, H.A., Pudjiono, S. dan Herawan, T., 2012. Teknik Perbanyakan Vegetatif Jenis Tanaman Acacia Mangium. INFO TEKNIS. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Vol. 5 No. 2, September 2012. Hardiwinoto, S., Priyanto, D.A., Sukirno, dan Widyanto, A. 2005. Buku Ajar Mata Kuliah Silvikultur. Yogyakarta: Fakultas Kehutanan UGM. Indriyanto. 2008. Pengantar Budidaya Hutan. Bumi Aksara. Jakarta Mansur, I. dan FD. Tuheteru, 2010. Kayu Jabon. Penebar Swadaya. Jakarta. Omon, R.M. dan Masani. 1986. Pengaruh Hormon NAA terhadap Perumbuhann cabutan dan stump dipterocarpus retusus B. L. Di Darmaga. Buletin Penelitian Hutan. 479:28-35



Rayan. 2009. Teknik Persemaian dalam Rangka Pengadaan Bibit Untuk Penanaman. Peneliti pada Balai Litbang Kehutanan Kalimantan. Sari, N.T., 2001. Pengaruh Penahan Kelembaban Dan Lama Penyimpanan Terhadap Pertumbuhan Stump Jati (Tectona grandis L.f). ). Warta Rimba Volume 2, Nomor 2 Desember 2014. Trisna, N., 2013. Pengaruh Berbagai Jenis Zat Pengatur Tumbuh Terhadap Pertumbuhan Stump Jati (Tectona grandis L.f). Warta Rimba Volume 1, Nomor 1 Desember 2013. Wudianto, R. 2004. Membuat Stek, Cangkok, dan Okulasi. Kanisius. Yogyakarta