LP Askep Apendiktomi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST APENDIKTOMI DI RUANG NUSA INDAH RSUD BANGLI PADA TANGGAL 10-13 MEI 2021



OLEH NI KADEK DIAN KUSUMA ERAWATI 18.321.2879 A.12-B



PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2021



Konsep Dasar Penyakit Apendisitis A. Definisi Apendisitis Apendisitis adalah peradangan yang terjadi pada apendiks vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering (Wijaya & Putri, 2013). Apendisitis merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran kanan bawah dari rongga abdomen dan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer & Bare, 2013). B. Klasifikasi Apendisitis di klasifikasikan menjadi dua yaitu apendisitis akut dan apendisitis kronis. 1. Apendisitis akut. Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. Gajala apendisitis akut ialah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. Keluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. Disini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat 2. Apendisitis kronik. Diagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya: riwayat nyeri perut kanan bawah lebih dari 2 minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Kriteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus lama dimukosa dan adanya sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1-5 persen. 3. Apendisitis Perforata Apendisitis ini terjadi disebabkan adanya fekalit didalam lumen. Keterlambatan diagnosis merupakan faktor yang berperan dalam terjadinya perforasi apendiks. Insiden yang sering terjadinya perforasi ini adalah pada anak kecil dan lansia. Faktor yang mempengaruhi seringnya terjadi pada lansia disebabkan karena gejalanya yang samar, keterlambatan pengobatan, adanya perubahan anatomi apendiks berupa penyempitan lumen dan arteriosclerosis. Sedangkan pada anak disebabkan karena



dinding apendiks yang masih tipis, komunikasi anak yang belum baik sehingga memperpanjang waktu diagnosis. 4. Apendisitis Rekurens Kasus ini baru dapat dipikirkan jika ada riwayat nyeri pada perut kanan bawah secara berulang, yang mendorong dilakukannya apendiktomi. Kelainan ini terjadi bila serangan apendisitis akut pertama kali sembuh secara sepontan. Risiko untuk terjadinya serangan secara berulang lagi sekitar 50%. Insiden apendisitis rekurens adalah 10% dari spesimen apendiktomi yang diperiksa secara patologik. C. Penyebab Apendisitis Apendisitis akut terjadi karena proses radang bakteri yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks, dan cacing askaris yang menyumbat (Haryono, 2012). Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang juga mencetuskan apendisitis di samping hyperplasia jaringan limfe, fekalith, tumor apendiks dan cacing askaris. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis yaitu erosi mukosa apendiks karena parasite seperti E.histolytica D. Tanda dan Gejala Nyeri akan terasa pada abdomen kuadran bawah dan biasanya disertai oleh demam ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan. Nyeri tekan lokal pada titik Mc. Burney bila dilakukan tekanan. Apabila apendiks melingkar di belakang sekum, nyeri tekan dapat terasa di daerah lumbal. Tanda gejala apendisitis: 1. Rovsing sign adalah nyeri perut kanan bawah yang terjadi saat dilakukan palpasi di perut bawah kiri dan diduga kuat sudah terjadi iritasi peritoneum. 2. Psoas sign adalah nyeri perut kanan bawah yang timbul saat dilakukan hiperekstensi dari tungkai bawah kanan. Respon yang positif menunjukkan adanya masa inflamasi yang mengenai otot psoas (retrocecal appendidtis). 3. Obturator sign adalah nyeri perut kanan bawah yang timbul saat dilakukan internal rotasi pada posisi tungkai bawah kanan fleksi. Respon yang positif menandakan adanya massa inflamasi yang mengenai rongga obturator (pelvic apendisitis). 4. Cough sign adalah nyeri perut kanan bawah yang timbul saat penderita batukbatuk. Gejala ini menandakan sudah terjadi iritasi peritoneum



E. Penatalaksanaan Pembedahan diindikasikan bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan. Apendiktomi adalah pembedahan yang dilakukan untuk mengangkat apendiks yang telah terinflamasi, hal ini dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi. Apendiktomi dapat dilakukan dibawah anastesi umum atau spinal dengan insisi abdomen bawah atau dengan laparoskopi (Smeltzer & Bare, 2013).



Konsep Dasar Post Apendiktomi A. Definisi Apendiktomi adalah pembedahan atau operasi pengangkatan apendiks (Haryono, 2012). Apendiktomi merupakan pengobatan melalui prosedur tindakan operasi hanya untuk penyakit apendisitis atau penyingkiran/pengangkatan usus buntu yang terinfeksi. Apendiktomi dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan risiko perforasi lebih lanjut seperti peritonitis atau abses (Marijata dalam Pristahayuningtyas, 2015). Post apendiktomi merupakan peristiwa setelah dilakukannya tindakan pembedahan pada apendik yang mengalami inflamasi. Kondisi post operasi dimulai saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya. Pasien yang telah menjalani pembedahan dipindahkan ke ruang perawatan untuk pemulihan post pembedahan (memperoleh istirahat dan kenyamanan). B. Etiologi Etiologi



dilakukannya



tindakan pembedahan pada penderita apendiksitis



dikarenakan apendik mengalami peradangan. Apendiks yang meradang dapat menyebabkan infeksi dan perforasi apabila tidak dilakukan tindakan pembedahan. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus. Disamping hiperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askariasis dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasit seperti E.histolytica (Sjamsuhidayat, 2011). Faktor-faktor yang mempermudah terjadinya radang apendiks menurut Haryono (2012) diantaranya: a. Faktor sumbatan Faktor sumbatan merupakan faktor terpenting terjadinya apendisitis (90%) yang diikuti oleh infeksi. Sekitar 60% obstruksi disebabkan oleh hyperplasia



jaringan lymphoid sub mukosa, 35% karena stasis fekal, 4% karena benda asing, dan sebab lainnya 1% diantaranya sumbatan oleh parasit dan cacing. b. Faktor bakteri Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenesis primer pada apendisitis akut. Adanya fekolit dalam lumen apendiks yang telah terinfeksi dapat memperburuk dan memperberat infeksi, karena terjadi peningkatan stagnasi feses dalam lumen apendiks, pada kultur yang banyak ditemukan adalah kombinasi antara Bacteriodes fragilis dan E.coli, Splanchius, Lacto-bacilus, Pseudomonas, Bacteriodes splanicus. Sedangkan kuman yang menyebabkan perforasi adalah kuman anaerob sebesar 96% dan aerob lebih dari 10%. c. Kecenderungan familiar Hal ini dihubungkan dengan terdapatnya malformasi yang herediter dari organ, apendiks yang terlalu panjang, vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang mudah terjadi apendisitis. Hal ini juga dihubungkan dengan kebiasaan makan dalam keluarga terutama dengan diet rendah serat dapat memudahkan terjadinya fekolit dan menyebabkan obstruksi lumen. d. Faktor ras dan diet Faktor ras berhubungan dengan kebiasaan dan pola makanan sehari-hari. Bangsa kulit putih yang dulunya mempunyai resiko lebih tinggi dari negara yang pola makannya banyak serat. Namun saat sekarang kejadiannya terbalik. Bangsa kulit putih telah mengubah pola makan mereka ke pola makan tinggi serat. Justru negara berkembang yang dulunya mengonsumsi tinggi serat kini beralih ke pola makan rendah serat, kini memiliki risiko apendisitis yang lebih tinggi.



C. Proses Penyembuhan Luka Post Operasi Apendisitis Proses penyembuhan luka Penyembuhan luka terdiri dari tiga tahap, yaitu : 1. Fase Inflamasi atau ”lag phase” Pada fase ini tromobosit akan mengeluarkan prostaglandin dan bahan-bahan kimia tertentu yang mempengaruhi pembekuan darah, mengatur tonus dinding pembuluh darah, dan kemotaksis terhadap leukosit. Pada fase ini juga terdapat tanda-tanda radang, yaitu kalor, dolor, rubor, dan tumor. Pada fase ini hanya fibrin melakukan pertautan pada luka. Fase ini berlangsung lima hari setelah terjadinya luka.



2. Fase proliferasi Fase ini terjadi setelah berakhirnya fase inflamasi sampai kira-kira akhir minggu ketiga. Pada fase ini terjadi proloferasi fibroblast. Fibroblast akan menghasilkan serat kolagen yang terdiri dari asam amino. Asam amino tersebut berguna untuk pertautan luka. 3. Fase Remodelling Fase ini merupakan fase pamatangan yang terdiri atas penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan arah gravitasi, dan akhirnya penyerapan ulang jaringan baru. D. Komplikasi 1. Komplikasi setelah pembedahan apendik : a. Infeksi pada luka, ditandai apabila luka mengeluarkan cairan kuning atau nanah, kulit di sekitar luka menjadi merah, hangat, bengkak, atau terasa semakin sakit, b. Abses (nanah), terdapat kumpulan di dalam rongga perut dengan gejala demam dan nyeri perut. c. Perlengketan usus, dengan gejala rasa tidak nyaman di perut, terjadi sulit buang air besar pada tahap lanjut, dan perut terasa sangat nyeri d. Komplikasi yang jarang terjadi seperti ileus, gangren usus, peritonitis, dan obstruksi usus. 2. Masalah yang timbul post apendiktomi Masalah yang banyak terjadi pada penderita post apendiktomi menurut Wilkinson & Ahern (2013): a. Nyeri akut b. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh c. Hambatan mobilitas fisik d. Konstipasi e. Resiko kekurangan volume cairan f. Ansietas g. Resiko infeksi h. Bersihan jalan napas tidak efektif i. Defisit pengetahuan



E. Manifestasi Klinis Menurut Wijaya & Putri (2013), klien yang dilakukan tindakan apendiktomi akan muncul berbagai manifestasi klinis seperti berikut: a) Nyeri tekan pada luka operasi b) Perubahan tanda-tanda vital c) Kelelahan dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas perawatan diri d) Gangguan integritas kulit e) Mual dan muntah, anoreksia f) Nafsu makan menurun g) Demam yang tidak terlalu tinggi F. Patofisiologi Apendiktomi



biasanya disebabkan adanya penyumbatan lumen apendiks yang



dapat diakibatkan oleh fekalit/atau apendikolit, hiperplasia limfoid, benda asing, parasit, mioplasma atau striktur karena fibrosir akibat peradangan sebelumnya. Obstruksi lumen yang terjadi mendukung perkembangan bakteri dan sekresi mukus sehingga menyebabkan distensi lumen dan peningkatan tekanan dinding lumen. Tekanan yang meningkat akan menghambat aliran limfe sehinngga menimbulkan edema, diapedesis bakteri dan pulserasi mukosa. Pada saat tersebut, terjadi apendisitis akut fokal yang ditandai oleh nyeri periumbilikal.Sekresi mukus yang terus berlanjut dan tekanan yang terus meningkat menyebabkan obsruksi vena, peningkatan edema, dan pertumbuhan bakteri yang menimbulkan radang. Peradangan yang timbul meluas dan mengenai pritoneum sehingga timbul nyeri daerah kanan bawah.



PATHWAY Hiperflasia dari folikel limfoid



Obstruksi pada kolon



Ulserasi pada mukosa, adanya leukosit dlm lumen apendiks



Benda asing, striktur karena fibrosis



Tumor



Obstruksi Mukus terbendung Menekan dinding appendik Aliran limfe terganggu Edema Appendik meradang



Demam



Hipertemi



Nyeri pada daerah perut kuadran kanan bawah (Mc Burney) - Tanda rovsing - Tanda blumberg



(Appendiksitis)



Infeksi



Keletihan dan kelemahan



Iritasi Penurunan peristaltic usus



Pucat, ketakutan, gugup dan gelisah



Appendiktomi



post operasi



Pengaruh Anastesi



Resiko cidera



Mual, muntah



Adanya luka operasi



Pernafasan terganggu



Suplai O2



Konstipasi Resiko kekurangan volume cairan



Nyeri akut



Ansietas



Pola nafas tidak efektif



tif



Nyeri akut



Kelemahan



Resiko infeksi



Gangguan Mobilitas Fisik



Kurang Informasi



Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar)



Ansietas



G. Penatalaksanaan Penatalaksaan appendisitis menurut Andra & Yessi, 2013 : a. Sebelum operasi 1) Observasi Dalam 8-12 jam setelahtimbulnya keluhan, tanda dan gejala apendisitis sering kali belum jelas, dalam keadaan ini observasi ketat perlu dilakukan. Pasien diminta melakukan tirah baring dan dipuasakan.Laksatif tidak boleh diberikan bila dicurigai adanya apendisitis ataupun



perioritas lainnya. Pemeriksaan



abdomen dan rectal serta pemeriksaan darah (leukosit dan hitung jenis) diulang secara periodic, foto abdomen dan toraks tegak dilakukan untuk mencari memungkinkan adanya penyulit lain. Pada kebanyakan kasus, diagnosa ditegakkan dengan lokalisasi nyeri di daerah kanan bawah dalam 12 jam setelah timbulnya keluhan. 2) Antibiotik Apendisitis tanpa komplikasi biasanya tanpa perlu di berikan antibiotik, kecuali apendisitis ganggrenosa atau apendisitis perporasi.Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perporasi. b. Operasi 1) Apendiktomi. 2) Apendiks di buang, jika apendiks mengalami perporasi bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotik. 3) Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV, masaanya mungkin mengecil, atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. c. Pasca operasi Dilakukan observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan di dalam, syok, hipertrmia atau gangguan pernafasan, angkat sonde lambung, bila pasien sudah sadar, sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah, baringkan pasien dalam posisi fowler. Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama



itu pasien dipuasakan, bila tindakan operasi lebih besar,



misalnya pada perforasi atau peritonitis umum, puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal. Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2x30 menit. Hari kedua dapat dianjurkan untuk duduk di luar kamar. Hari ke tujuh jahitan diangkat dan pasien di perbolehkan pulang.



H. Pemeriksaan Penunjang 1. Hitung



WBC/leukosit



total



hampir



selalu meningkat diatas 10.000sel/mm³,



pada sebagian besar pasien (95%). Jumlah



leukosit



yang



sangat tinggi



(>



20.000/mm³) memberi kesan kearah apendisitis komplikata dengan gangren atau perforasi. 2. Foto polos abdomen posisi tegak dilakukan untuk mengesampingkan adanya perforasi dan obstruksi intestinalis. Pemeriksaan ini mungkin menunjukkan dilatasi lengkung usus halus pada fosa iliaka dekstra. 3. Ultrasonografi abdomen untuk mengesampingkan penyebab lain yang mencakup penyebab ginekologik. Ultrasonografi



dapat memperlihatkan organ



tubular



aperistaltik dan tidak mengempis dengan dinding tabung yang tebal. Pemeriksaan ultrasonografi dapat digunakan untuk menunjukkanadanya nyeri tekan olehprobe ultrasonografi (sensitivitas 85%, spesifitas 90%). 4. CT scan merupakan pemeriksaan pilihan (sensitivitas 90%, spesifisitas 90%) Protein C-reaktif meningkat pada setiap kelainan peradangan seperti apendisitis (Shenoy dan Nileswar, 2014)



Konsep Asuhan keperawatan 1. Pengkajian Menurut Muttaqin & Sari (2011), dapat ditemukan masalah psikososial yaitu pasien dengan pasca bedah akan mengalami kecemasan akibat nyeri hebat pada luka post operasinya. Selain itu pengkajian pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan diantaranya: a. Tanda-tanda Vital



Pada pasien post operasi biasanya akan didapatkan



takikardi



dan



peningkatan frekuensi pernapasan akibat dari respon kesakitan yang hebat dari pembedahan. b. Abdomen



Pada abdomen akan ditemukan keluhan nyeri pada regio kanan bawah, kembung pada pasien dengan komplikasi perforasi, peningkatan respon nyeri pada saat palpasi dan nyeri lepas. Kemudian dapat dilakukan pemeriksaan diagnostik diantaranya: a. Pemeriksaan darah lengkap Leukosit mencapai 10.000-20.000/ml, b. C-Reaktif Protein (CRP)



mengalami



peningkatan



yang



menyebabkan



inflamasi. c. USG untuk melihat adanya inflamasi pada apendisitis. Menurut Mardalena (2017), pasien post operasi apendiktomi perlu dilakukan pengkajian berikut ini: a. Pola nutrisi



Kebiasaan makan makanan rendah serat dapat memicu terjadinya konstipasi yang akan menjadi salah satu penyebab dari timbulnya apendisitis. b. Kebiasaan eliminasi



Pasien mengalami konstipasi, tanda-tanda diare, distensi abdomen, nyeri tekan/lepas, penurunan bising usus c. Nyeri kenyamanan : nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilikus, yang



meningkat berat dan terlokalisasi pada setengah jarak antara umbilikus dan tulang ileum kanan.



2. Diagnosa Keperawatan 1. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif 2. Nyeri akut behubungan dengan agen pencedera fisik (mis.abses, amputasi, prosedur operasi) ditandai dengan pasien mengelu nyeri, tampak meringis, gelisah, dan sulit tidur. 3. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan ditandai dengan sulit tidur, tampak gelisah, tampak tegang, dan cemas. 4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri ditandai dengan nyeri saat bergerak, merasa cemas saat bergerak.



3. Rencana Keperawatan Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Resiko infeksi



Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3 x 24 jam pasien diharapkan Infeksi tidak terjadi Kriteria hasil : 1. Area luka bakar mulai pulih secara adekuat 2. Nilai-nilai laboratorium dalam batas normal 3. Jaringan sekitarnya bersih, kering dan utuh.



Intervensi



Rasional



Kontrol infeksi : 1. Tekankan pentingnya teknik mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien 2. Gunakan teknik septic antiseptik ketat selama perawatan luka berlangsung 3. Awasi/batasi pengunjung 4. Periksa area yang terbakar secara rutin 5. Awasi tanda vital



1. Mencegah kontaminasi silang dan menurunkan resiko infeksi 2. Mencegah pasien terpajan pada organisme penyebab infeksi 3. Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung. 4. Infeksi oportunistik terjadi sehubungan dengan depresi sistem imun atau proliferasi flora normal tubuh selama terapi antibiotik sistemik. 5. Indikasi resiko memerlukan evaluasi cepat dan intervensi 6. Menurunkan resiko infeksi pada sisi insersi dan kemungkinan mengarah septikimia. 7. Membantu untuk mencegah infeksi yang lebih parah 8. Untuk mengetahui kondisi pasien



Kolaborasi 6. Tempatkan infus pada area yang tidak terbakar 7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotic 8. Kolaborasi dengan dokter dan tenaga kesehatan lainnya dalam pengecekan darah lengkap.



Nyeri Akut



Setelah dilakukan proses keperawatan selama 3 x 24 jam pasien diharapkan Rasa nyaman pasien terpenuhi dengan Kriteria hasil : 1. Pasien melaporkan rasa nyeri dalam batas yang dapat di toleransi 2. Wajah tenang dan rileks 3. Mengekspresikan kemampuan peningkatan jumlah jam tidur.



Manajemen nyeri : 1. Tutup luka sesegera mungkin kecuali perawatan luka bakar metode pemajanan pada udara terbuka. 2. Tinggikan ekstermiatas luka bakar secara periodik 3. Ubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai indikasi 4. Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu pengahangat, penutup tubuh hangat 5. Kaji keluhan nyeri, perhatiakan lokal/karakter dan intesitas skala 1-10 6. Berikan tindakan kenyamanan dasar contoh pijatan pada area yang tak sakit perubahan posisi dengan sering 7. Dorong penggunaan teknik manejemen stres, contoh relaksasi progresif, napas dalam, bimbingan imajinasi, dan visualisasi. 8. Berikan aktivitas terapeutik tepat untuk usia/kondisi 9. Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan



1. Suhu berubah dan gerakan udara dapat menyebabkan nyeri hebat pamajanan pada ujung saraf. 2. Peninggian mungkin diperlukan pada awal untuk menurunkan pembentukan edema, setal perubahan posisi dan peninggian menurunkan ketidaknyamanan serta resiko kontraktur sendi. 3. Gerakan dan latihan dapat menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan otot. Latihan tergantung pada lokasi dan luas cedera. 4. Pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar mayor sumber panas ekstermitas perlu untuk mencegah menggigil 5. Nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan/kerusakan tetapi biasanya paling berat selama ganti balutan dan debridemen. 6. Meningkatkan relaksasi menburunkan tegangan otot dan kelelahan umum Kolaborasi : 7. Memfokuskan kembali 10. Berikan analgesik sesuai perhatian, meningkatkan indikasi relaksai dan meningktakan rasa kontorl yang dapat menurunka ketergantungan farmakologis 8. Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang dialami dan memfokuskan kembali perhatian 9. Kekurangan tidur dapat meningkatkan persepso



nyeri/kemampuan koping menurun 10. Metode IV sering digunakan pada awal untuk memasimalkan efek obat. Ansietas



Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama ...x24 jam, diharapkan pasien tidak mengalami cemas dengan kriteria hasil: 1. Pasien dapat beristirahat dengan normal 2. Pasien tidak lagi merasa stress 3. Pasien dapat berkonsentrasi dengan baik



Pengurangan kecemasan 1. Identifikasi pada saat terjadi perubahan tingkat kecemasan 2. Berikan informasi factual terkait diagnosis, perawatan dan prognosis 3. Instruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksasi 4. Atur pengunaan obatobatan untuk mengurangi kecemasan secara tepat.



1. Untuk menegetahui tingakat kecemasan yang dialami pasien 2. Agar keluarga serta pasien memahami tentang ansietas 3. Agar keluarga dan pasien bisa mengaplikasikan teknik relaksasi di rumah 4. Untuk mengurangi cemas pasien



Gangguan mobilitas fisik



Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama ...x24 jam, diharapkan gerakan fisik pasien normal dengan kriteria hasil: 1. Pasien dapat bergerak dengan mudah 2. Pasien dapat berkoordinasi dengan tubuhnya



Pengaturan Posisi



1. Agar perlatan yang digunakan sesuai untuk pasien 2. Mengurangi kekakuan pada tubuh pasien 3. Agar pasien dapat mengetahui cara menghindari nyeri pada saat pidah posisi 4. Agar nyeri tidak bertambah 5. Agar nyeri tidak dirasakan saya pidah posisi



1. Monitor peralatan traksi yang sesuai 2. Dorong latihan ROM aktif dan pasif 3. Instruksikan pasien bagaimana menggunakan postur tubuh dan mekanika tubuh yang baik ketika beraktivitas 4. Jangan menempatkan pasien pada posisi yang bisa meningkatkan nyeri 5. Barikan obat sebelum membalikkan badan pasien dengan tepat



4. Implementasi Keperawatan Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan •



Mandiri: aktivitas perawat yang didasarkan pada kemampuan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan







Delegatif: tindakan keperawatan atas instruksi yang diberikan oleh petugas kesehatan yang berwenang.







Kolaboratif: tindakan perawat dan petugas kesehatan yang lain dimana didasarkan pada keputusan bersama.



5. Evaluasi Keperawatan Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan yang terencanakan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan, dengan cara melibatkan pasien yang nantinya diharapkan dapat memperoleh evaluasi disetiap diagnosa sebagai berikut. No dx



Evaluasi S : Evaluasi perasaan atau keluhan yang dikeluhkan pasien secara subjektif setelah diberikan implementasi O : Evaluasi keadaan pasien dengan pengamatan dari perawat secara objektif A : Analisa masalah klien oleh perawat setelah mengetahui respon secara subjektif dan objektif. Apakah masalah teratasi, masalah teratasi sebagian atau masalah belum teratasi P : Perencanaan selanjutnya yang akan diberikan kepada pasien. Apakah perencanaan keperawatan dipertahankan, perencanaan keperawatan dimodifikasi atau melanjutkan perencanaan keperawatan yang lainnya



DAFTAR PUSTAKA



Andra, S. W., & Yessie, M. P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika. Haryono, Rudi. 2012. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publisher Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika. Shenoy, K R., & Nileshwar, A. (2014). Buku Ajar Ilmu Bedah Ilustrasi Warna Jilid 1 Edisi Ketiga. Jakarta: Karisma Publishing Group. Sjamsuhidajat R & Wim de Jong. (2011). Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3.Jakarta : EGC. Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC. Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika



ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.A DENGAN DIAGNOSA MEDIS POST APENDIKTOMI DI RUANG NUSA INDAH RSUD BANGLI TANGGAL 10-13 MEI 2021



1. PENGKAJIAN 1) Identitas Identitas Pasien Nama



: An. A



Umur



: 18 tahun



Agama



: Hindu



Jenis Kelamin



: Laki-laki



Status



: Mahasiswa



Pendidikan



: S1 Keperawatan



Pekerjaan



:-



Suku Bangsa



: Indonesia



Alamat



: Kintamani



Tanggal Masuk



: 07 Mei 2021



Tanggal Pengkajian: 10 Mei 2020 No. Register



: 2054xxxx



Diagnosa Medis : Post Apendiktomi



Identitas Penanggung Jawab Nama



: Tn. K



Umur



: 30 th



Hub. Dengan Pasien : Ayah Pasien Pekerjaan



: Guru SD



Alamat



: Kintamani



2. Status Kesehatan 1) Status Kesehatan Saat Ini 1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini) •



Saat MRS 07 Mei 2021: Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah







Saat ini 10 Mei 2021: Pasien mengatakan, nyeri pada daerah operasi dengan sekala nyeri 4.



2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini Pada tanggal 07 Mei 2021 pukul 20.00 malam pasien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah, keluarga pasien langsung membawa pasien ke UGD RSUD Bangli, saat sampai di UGD pasien langsung mendapat pertolongan pertama. Pasien didiagnosa mengalami Apendisitis. Lalu pada tanggal 08 pasien dijadwalkan untuk operasi. 3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya Pasien mengatakan keluarganya langsung membawanya ke rumah sakit.



2) Satus Kesehatan Masa Lalu 1. Penyakit yang pernah dialami Pasien mengatakan bahwa ia tidak memiliki penyakit terdahulu 2. Pernah dirawat Pasien mengatakan belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya 3. Alergi Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi makanan, minuman, atau obat. 4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll) Pasien mengatakan memiliki kebiasaan merokok, 1 batang/hari, dan minum alcohol 2-3x/minggu 3) Riwayat Penyakit Keluarga/ penyakit keturunan Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keturunan seperti, asma, diabetes mellitus, hipertensi, dll



4) Diagnosa Medis dan therapy Diagnosa Medis : Post Apendiktomi Therapy



:



No



Nama Obat



Dosis



Rute IV



Indikasi



1



RL



20 tpm



Cairan



2



Norages 100 gr/8 jam



100 gr@8jam IV



Meredakan dan nyeri



4



Metrodinazole



500mg@8jam Oral



Menangani infeksi akibat bakteri atau parasit



peradangan



3. Pola Kebutuhan Dasar (Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) 1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan Pasien mengatakan bahwa ia mengetahui penyakitnya saat ini yaitu usus buntu dan pasien atau salah satu anggota keluarganya yang sakit maka akan langsung di bawa ke rumah sakit. 2) Pola Nutrisi-Metabolik •



Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit ia biasanya makan 3 porsi/hari, sering mengkonsumsi makanan pedas, makan makanan yang kurang serat, dan minum 6 gelas/hari







Saat sakit



:



Pasien mengatakan bahwa ia hanya makan 2 porsi/hari dan juga minum hanya 3 gelas/hari 3) Pola Eliminasi 1. BAB - Sebelum sakit : Pasien mengatakan susah untuk BAB, terkadang mengalami tanda-tanda diare, dan bau normal seperti BAB pada umumnya, -



Saat sakit



:



Pasien mengatakan saat sakit 1 hari sekali dengan konstifasi padat san berwarna kuning



2. BAK - Sebelum sakit : Pasien mengatakan BAK normal, bisa 3-5 kali perhari. Jumlah urine kurang lebih 2000cc perhari berwarna kuning pucat, berbau amis, dan mampu mengontrol BAK -



Saat sakit : Pasien mengatakan saat sakit dia BAK 2-3 kali perhari. Jumlah urine kurang lebih 800cc perhari berwarna kuning, berbau obat, dan mampu mengontrol BAK.



4) Pola aktivitas dan latihan •



Aktivitas Kemampuan Perawatan Diri



0



1



2



3



4



Makan dan minum Mandi Toileting Berpakaian Berpindah



0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total •



Latihan -



Sebelum sakit



:Pasien mengatakan sebelum sakit pasien setiap hari



olahraga ringan di sore hari -



Saat sakit



: Pasien mengatakan saat sakit Pasien mengatakan belum



berani turun dari tempat tidur sehingga aktivitas toileting dibantu. 5) Pola kognitif dan Persepsi/perseptual/panca indera Penglihatan, penciuman, perasa, dan pendengaran masih normal. Pasien mengatakan tidak megetahui tentang penyakit yang dideritanya sekarang 6) Pola Persepsi-Konsep diri Pasien berharap cepat sembuh dan tetap bersyukur dan menganggap sakitnya adalah sebuah cobaan.



• Citra tubuh : pasien mengatakan memiliki masalah terhadap citra pandang dirinya karena bekas jahitan di perut kanannya. • Harga diri : pasien mengatakan tidak merasa malu meskipun harus dirawat saat ini. • Peran diri : pasien mengatakan saat sakit tidak bisa melakukan peran dirinya sebagai mahasiswa. • Identitas diri : pasien mengatakan bahwa dia menyadari dirinya sebagai laki-laki. • Ideal diri : pasien mengatakan sangat berharap agar dirinya cepat sembuh dan dapat beraktivitas seperti biasa. 7) Pola Tidur dan Istirahat -



Sebelum sakit : Pasien mengatakan sebelum sakit bisa tidur kurang lebih 7 jam tidak adanya gangguan tidur. Biasanya pasien tidur dari jam 23.00 sampai dengan 05.00 pagi dengan perasaan tenang setelah bangun pagi.



-



Saat sakit



:



Pasien mengatakan saat sakit hanya bisa tidur kurang lebih 4 jam karena nyeri di daerah bekas opersi yang dirasakannya 8) Pola Peran-Hubungan Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga, dan sanak saudaranya. 9) Pola Seksual-Reproduksi Pasien mengatakan sebelum sakit dan saat sakit tidak mengalami masalah pada organ reproduksinya 10) Pola Toleransi Stress-Koping -



Sebelum sakit: Pasien mengatakan untuk menghilangkan stress biasanya mendengarkan music, atau bermain dengan teman-temannya



-



Sesudah sakit: Untuk saat ini pasien hanya bisa bercerita dengan keluarganya karena tidak bisa beraktivitas seperti biasanya.



11) Pola Nilai-Kepercayaan -



Sebelum sakit: Pasien beragama Hindu, Pasien mengatakan percaya kepada tuhan dan rajin sembahyang.



-



Setelah sakit: Pasien hanya bisa berdoa ditempat tidur



4. Pengkajian Fisik a. Keadaan umum : baik Tingkat kesadaran : komposmetis GCS



: Eye: 4, Motorik: 6, Verbal:5



b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 90x/menit, Suhu = 36,5OC , TD = 120/80 MmHg, RR = 20x/menit c. Keadaan fisik a) Kepala dan leher : - Kepala : Inspeksi



: persebaran rambut pasien merata, tidak terdapat uban, bentuk kepala siemtris



Palpasi



: tidak adanya nyeri tekan,tidak teraba masa



- Leher : Inspeksi



: tidak adanya pembengkakan pada leher.



Palpasi



: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.



b) Dada : - Paru Inspeksi



: Bentuk simetris kanan dan kiri, penurunan ekspansi paru, tidak ada lesi, tidak ada benjolan.



Palpasi



: vokal premitus (tujuh puluh tujuh) getaran kira kanan sama.



Perkusi



: Bunyi rales pada paru-paru



Auskultasi : Bunyi paru abnormal - Jantung Palpasi



: Iktus kordis teraba 2cm dari midclavicula sinistra



Inspeksi



: Iktus kordis tidak nampak



Auskustasi : bunyi pekak di ISC 2 parasternum dekstra, ICS 3-4 parastrernal jntung kanan, bunyi pekak di ICS 2 parasternum sinistra, ICS 6 jantung kiri



c) Payudara dan ketiak : Inspeksi



: ketiak dan dada pasien tampak simetris.



Palpasi



: Tidak ada nyeri tekan.



d) Abdomen Inspeksi



: : bentuk simentris, terdapat luka post operasi appendiktomi dengan jahitan, luka tampak sedikit kemerahan, luka operasi bersih, pus (-), panjang luka ± 5 cm, terdapat 5 jahitan luka.



Auskultasi



: Peristaltik usus 17 x/menit



Palpasi



: tympani



Perkusi



: tidak ada pembesaran hati, tidak ada pembesaran ginjal maupun limfa, suhu sekitar luka hangat.



-



Genetalia



:



Tidak ada kelainan pada genetalia pasien, genetalia tampak bersih, tidak terpasang kateter -



-



Integumen : Inspeksi



: kulit pasien berwarna sawo matang tidak terdapat lesi atau odem



Palpasi



: tidak ada nyeri tekan



Ekstremitas : -



Atas Inspeksi



: kedua tangan simetris, pada tangan kiri terpasang infus NaCl 0,9%, turgor kulit elastis



Palpasi -



: tidak adanya nyeri tekan



Bawah Inspeksi



: kedua kaki simetris, tidak adanya lesi, tidak adanya odem kekuatan



Palpasi -



Neurologis



: tidak adanya nyeri tekan :







Status mental da emosi







Pengkajian saraf kranial : Tidak dikaji







Pemeriksaan reflex



: Tidak dikaji



: Tidak dikaji



5. Pemeriksaan Penunjang 1. Data laboratorium yang berhubungan (yang terbaru) Jenis Pemeriksaan Hemoglobin



Hasil



Satuan



Normal



14



g/dL



14-18



WBC



11.000



mm3



5000-10.000



Eritrosit



5.8



X 103/mm3



4.5-6



Trombosit



167



X 103/mm3



150-400



2. Pemeriksaan radiologi 3. Hasil konsultasi 4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain -



6. Tabel Analisa Data DATA



ETIOLOGI (Sesuai dengan patofisiologi)



DS: P : Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan jika digunakan untuk bergerak, nyeri berkurang pada waktu istirahat. Q : Pasien mengatakan nyeri terasa panas seperti ditusuk-tusuk R : Pasien mengatakan nyeri terasa di daerah operasi S : Pasien mengatakan nyeri dengan skala 4 T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul DO: Pasien tampak meringis, gelisah.



Apendisitis



DS: Pasien mengatakan masih merasa cemas akan kondisinya dan takut lukanya terinfeksi DO: Pasien tampak khawatir dengan kondisinya, pasien tampak gelisah



MASALAH Nyeri Akut



Pembedahan Luka insisi Nyeri Akut



Apendisitis



Ansietas



Pembedahan Luka insisi Kurang informasi Ansietas



DS: pasien mengeluh nyeri saat bergerak, Pasien mengatakan belum berani turun dari tempat tidur sehingga aktivitas toileting dibantu, DO: gerakan pasien terbatas,



Apendisitis



Pembedahan Kelemahan



Defisit Perawatan Diri



Defisit Perawatan Diri



7. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan Prioritas NO



TANGGAL / JAM DITEMUKAN



DIAGNOSA KEPERAWATAN



TANGGAL TERATASI



Ttd



1



10 Mei 2021/ 07.15



Nyeri akut behubungan dengan agen pencedera fisik (prosedur operasi) ditandai dengan DS: pasien mengeluh nyeri P : Pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan jika digunakan untuk bergerak, nyeri berkurang pada waktu istirahat. Q : Pasien mengatakan nyeri terasa panas seperti ditusuk-tusuk R : Pasien mengatakan nyeri terasa di daerah operasi S : Pasien mengatakan nyeri dengan skala 4 T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul DO: Pasien tampak meringis, gelisah.



13 Mei 2021



ERA



2



10 Mei 2021/ 07.30



Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan ditandai dengan sulit tidur, tampak gelisah, tampak tegang, dan cemas.



13 Mei 2021



ERA



3



10 Mei 2021 07.45



Deficit perawatan diri berhubungan 13 Mei 2021 dengan rasa nyeri ditandai dengan pasien mengeluh nyeri saat bergerak, Pasien mengatakan belum berani turun dari tempat tidur sehingga aktivitas toileting dibantu, gerakan pasien terbatas,



ERA



Hari/ Tgl



8. Rencana Tindakan Keperawatan No



Rencana Perawatan



Dx



Intervensi



Tujuan dan Kriteria



Tt d Rasional



Hasil Senin/ 10 Mei 2021



1



Setelah dilakukan proses keperawatan selama 1 x 24 jam pasien diharapkan Rasa nyaman pasien terpenuhi dengan Kriteria hasil : 1. Pasien melaporkan rasa nyeri dalam batas yang dapat di toleransi 2. Wajah tenang dan rileks 3. Mengekspresikan kemampuan peningkatan jumlah jam tidur.



Manajemen nyeri : 1. Kaji keluhan nyeri, perhatiakan lokal/karakter dan intesitas skala 1-10 2. Ubah posisi dengan sering dan rentang gerak pasif dan aktif sesuai indikasi 3. Pertahankan suhu lingkungan nyaman, berikan lampu pengahangat, penutup tubuh hangat 4. Berikan tindakan kenyamanan dasar contoh pijatan pada area yang tak sakit perubahan posisi dengan sering 5. Berikan aktivitas terapeutik tepat untuk usia/kondisi 6. Tingkatkan periode tidur tanpa gangguan 7. Dorong penggunaan teknik manejemen stres, contoh relaksasi progresif, napas dalam, bimbingan imajinasi, dan visualisasi.



1. Nyeri hampir selalu ada pada beberapa derajat beratnya keterlibatan jaringan/kerusakan tetapi biasanya paling berat selama ganti balutan dan debridemen. 2. Gerakan dan latihan dapat menurunkan kekakuan sendi dan kelelahan otot. Latihan tergantung pada lokasi dan luas cedera. 3. Pengaturan suhu dapat hilang karena luka bakar mayor sumber panas ekstermitas perlu untuk mencegah menggigil 4. Meningkatkan relaksasi menburunkan tegangan otot dan kelelahan umum 5. Membantu mengurangi konsentrasi nyeri yang dialami dan memfokuskan kembali perhatian Kolaborasi : 6. Kekurangan tidur dapat 8. Berikan analgesik sesuai meningkatkan persepso nyeri/kemampuan indikasi koping menurun 7. Memfokuskan kembali perhatian, meningkatkan relaksai dan meningktakan rasa kontorl yang dapat menurunka ketergantungan farmakologis 8. Metode IV sering digunakan pada awal untuk memasimalkan efek obat.



Senin/



2



10 Mei 2021



Senin/ 10 Mei 2021



3



Setelah dilakukan Pengurangan kecemasan tindakan asuhan 1. Identifikasi pada saat keperawatan selama 1x24 terjadi perubahan tingkat jam, diharapkan pasien kecemasan tidak mengalami cemas 2. Berikan informasi factual dengan kriteria hasil: terkait diagnosis, 1. Pasien dapat perawatan dan prognosis beristirahat dengan 3. Atur pengunaan obatobatan untuk mengurangi normal kecemasan secara tepat. 2. Pasien tidak lagi 4. Instruksikan klien untuk merasa stress menggunakan teknik 3. Pasien dapat relaksasi berkonsentrasi dengan 5. Kolaborasi dengan baik keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri: tindakan asuhan 1. Monitor kemampuan keperawatan selama perawatan diri secara ...x24 jam, diharapkan mandiri pasien mampu melakukan perawatan 2. Monitor kebutuhan pasien terkait dengan alat-alat diri : aktivitas sehari-hari, kebersihan diri, alat bantu dengan kriteria hasil: 1. Mampu makan untuk berpakaian, sendiri eliminasi dan makan 2. Mampu berpakaian 3. Berikan bantuan sampai tanpa dibantu orang pasien mampu melakukan lain perawatan diri 3. Mampu berpindah, toileting, dan 4. Ajarkan keluarga pasien untuk mendukung menjaga kebersihan sendiri kemandirian dengan membantu hanya ketika pasien tak mampu melakukan



1. Untuk menegetahui tingakat kecemasan yang dialami pasien 2. Agar keluarga serta pasien memahami tentang ansietas 3. Untuk mengurangi cemas pasien 4. Agar keluarga dan pasien bisa mengaplikasikan teknik relaksasi di rumah 5. Untuk memberikan rasa aman kepada pasien



1. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pasien untuk melakukan perawatan diri 2. Agar mengetahui apa saja yang tidak dimiliki pasien sehingga bisa membuat pasien tidak melakukan perawatan diri 3. Agar perawatan diri pasien terpenuhi 4. Untuk memaksimalkan kondisi pasien dalam melakukan perawatan diri



9. Implementasi Keperawatan Tgl/Jam



No.



Implementasi



Dx Evaluasi Proses



Paraf/Nama



Dx 10 Mei 2021



2,3



09.10



DS: pasien mengeluh nyeri Mengkaji keluhan nyeri, P : Pasien mengatakan nyeri lokal/karakter dan intesitas skala. pada luka jahitan jika digunakan untuk bergerak, nyeri berkurang pada waktu istirahat. Q : Pasien mengatakan nyeri terasa panas seperti ditusuk-tusuk R : Pasien mengatakan nyeri terasa di daerah operasi S : Pasien mengatakan nyeri dengan skala 4 T : Pasien mengatakan nyeri hilang timbul DO: Pasien tampak meringis, gelisah.



11.00



Melakukan pengecekan tanda-tanda 1,2,3 vital.



14.00



Memberikan obat antibiotic sesuai yang diresepkan dokter



14.00



2



Memberikan obat analgesik sesuai yang diresepkan dokter



15.15



1,2



Mengajak pasien untuk melakukan teknik relaksasi napas dalam



DS:DO: - TD : 120/80mmHg - Nadi : 90x/menit - Suhu : 36,5oC - RR : 20x/menit DS: pasien mengatakan siap diberikan obat DO: Nama Obat: Metrodinazole Rute: Oral Dosis: 500mg DS: pasien mengatakan siap diberikan obat DO: Nama obat: Noragen Rute: IV Dosis: 100 mg/8jam DS: pasien mengatakan merasa sedikit tenang



ERA



DO: pasien tampak antusias mengikuti instruksi perawat



15.25



16.00



2



3



Menganjurkan keluarga untuk mendampingi pasien dengan cara yang tepat



Membantu pasien dalam melakukan perawatan diri



DS: keluarga mengatakan mendampingi pasien rumah sakit DO: pasien terlihat saat didampingi keluarganya



pasien selalu saat di tenang oleh



DS: pasien mengatakan masih merasa sedikit nyeri saat melakukan perawatan diri DO: pasien tampak menahan rasa sakit nya