LP, ASKEP Paraplegia Antoni Fandefitson [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. W DENGAN DIAGNOSA MEDIS PARAPLEGIA DI RUANG ROE RSUD dr.DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA



OLEH : ANTONI FANDEFITSON NIM: 2021.01.14901.008



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM PROPESI NERS TAHUN 2021



i



LEMBAR PENGESAHAN Asuhan Keperawatan ini disusun olek : Nama



: Antoni Fandefitson



NIM



: 2021.01.14901.008



Program Studi



: Profesi Ners



Judul



: Laporan



Pendahuluan



Dan



Asuhan



Keperawatan



keperawatan pada pada Pasien Ny. W dengan Diagnosa Paraplegia di Ruang ROE RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. Telah



melakukan



asuhan



keperawatan



sebagai



persyaratan



untuk



menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan Program Studi Ners Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.



PEMBIMBING PRAKTIK Pembimbing Akademik



Pembimbing Lahan



Meilitha Carolina, Ners.,M.Kep.



Katharina, S.Kep.,Ners.



Mengetahui KUP Profesi Ners



Meilitha Carolina, Ners., M. Kep.



i



KATA PENGANTAR



Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan yang



Laporan Pendahuluan Dan Asuhan Keperawatan keperawatan pada pada Pasien Ny. W dengan Diagnosa medis Para Plegia di Ruang ROE RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya”. Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan pendahuluan ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada : 1.



Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes. selaku Ketua STIKES Eka Harap Palangka Raya.



2.



Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep. selaku ketua program studi Sarjana Keperawatan sekaligus selaku pembimbing akademik yang telah memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.



3.



Ibu Isna Wiranti S.Kep.,Ners. Selaku Koordinator PPK.



4.



Ibu Katharina, S.Kep.,Ners. selaku pembimbing lahan yang telah memberikan bantuan dalam proses praktik lapangan dan penyelesaian laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan ini.



5.



Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.



6.



Kepada keluarga Ny.I yang telah bersedia mengizinkan pasien sebagai kelolaan dalam asuhan keperawatan.



7.



Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi kasus ini. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan studi



kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.



Palangka Raya, 01 November 2021



Antoni Fandefitson



ii



DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN i LEMBAR PENGESAHAN i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Konsep Penyakit 1 2.1.1 Definisi 1 2.1.2 Etiologi 2 2.1.3 Klasifikasi 3 2.1.4 Patofisiologi 3 2.1.5 Manifestasi Klinis 8 2.1.7 Pemeriksaan Penunjang 13 2.1.8 Penatalaksanaan Medis 18 1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian 21 2.2.2 Diagnosa Keperawatan 21 2.2.3 Intervensi 22 2.2.4 Implementasi 23 2.2.5 Evaluasi 23 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Anamnesa19 3.2 Pemeriksaan Fisik 20 3.3 Analisa Data 24 3.4 Prioritas Masalah 26 3.5 Rencana Keperawatan 27 3.6 Implentasi dan Evaluasi 29 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN



20



i iii



BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA



1.1 Konsep Penyakit 1.1.1 Pengertian Paraplegia merupakan paralysis permanen dari tubuh yang disebabkan oleh luka atau penyakit yang dipengaruhi oleh medulla spinalis. Apabila cedera itu mengenai daerah L1-2 dan atau dibawahnya maka dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih. Paraplegia adalah kondisi di mana bagian bawah tubuh (ekstermitas bawah) mengalami kelumpuhan atau paralysis yang disebabkan karena lesi transversal pada medulla spinalis. 1.1.2 Etiologi Cidera sumsum tulang belakang terjadi akibat patah tulang belakang dan terbanyak mengenai daerah servikal dan lumbal.cedera terjadi akibat hiperfleksi, hiperekstensi, kompressi, atau rotasi tulang belakang.didaerah torakal tidak banyak terjadi karena terlindung dengan struktur toraks. Fraktur dapat berupa patah tulang sederhana, kompressi, kominutif, dan dislokasi, sedangkan kerusakan pada sumsum tulanmg belakang dapat beruypa memar, contusio, kerusakan melintang, laserasi dengan atau tanpa gangguan peredaran darah, atau perdarahan. 1. Kecelakaan otomobil, industri Kecelakaan yang hebat dapat menyebabkan suatu benturan dari organ tubuh salah satu yang terjadi adalah



cidera tulang belakang secara



langsung yang mengenai tulang belakang dan melampui batas kemampuan tulang belakang dalam melindungi saraf –saraf yang berada didalamnya. 2. Terjatuh, olahraga Peristiwa jatuh karena suatu kegiatan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya cidera salah satunya karena kegiatan olahraga yang berat contohnya adalah olahraga motor GP , lari, lompat.



3. Luka tusuk, tembak Luka tusuk pada abdomen atau tulang belakang dapat dikatakan menjadi faktor terjadinya cidera karena terjadi suatu perlukaan atau insisi luka tusuk atau luka tembak. 4. Tumor Tumor merupakan suatu bentuk peradangan, jika terjadi komplikasi pada daerah tulang belakang spinal ini merupakan bentuk cidera tulang belakang. 1.1.3 Klasifikasi Klasifikasi cedera medula spinalis meliputi: 1. Tetraplegia (kuadriplegia) merupakan cedera medula spinalis di bagian servikal yang menyebabkan hilangnya kekuatan otot pada keempat ekstremitas. 2. Paraplegia merupakan cedera medula spinalis, segmen torakolumbal atau sakral termasuk cauda equina dan conus medullaris. 1.1.4 Patofisiologi (WOC) Mekanisme utama terjadi cedera vertebra adalah karena hiperekstensi, hiperfleksi trauma kompresi vertical dan rotasi, bisa sendiri atau kombinasi. Cedera karena hiperekstensi paling umum terjadi pada area cerfical dan kerusakan terjadi akibat kekuatan akselerasi sampai deselerasi. Cedera akibat hiperfleksi terjadi akibat regangan / tarikan yang berlebihan, kopresi dan perubahan bentuk dan modula spinalis secara tiba-tiba. Trauma kopresi vertical umumnya terjadi pada area thorak lumbal dari T12 – L2, terjadi akibat kekuatan gaya sepanjang aksis tubuh dari atas sehingga mengakibatkan kompresi medula spinalis kerusakan akar syaraf disertai serpihan vertebrata. Kerusakan medula spinalis akibat kompersi tulang, herniasi disk, hematoma, edema, regangan dari jaringan syaraf dan gangguan sirkulasi pada spinal. Adanya perdarahan akibat trauma dari gray sampai white matter menurunkan perfusi vaskuler dan menurunnya kadar oksigen mengakibatkan iskemia pada daerah



cedera. Keadaan tersebut lebih lanjut mengabatkan edema sel dan jaringan menjadi nekrosis. Sirkulasi dalam white matter akan kembali normal kurang lebih 24 jam. Perubahan kimia dan metabolisme yang terjadi adalah meningkatnya asam laktat dalam jaringan dan menurunnya kadar oksigen secara cepat 30 menit setelah



trauma,



meningkatnya



kosentrasi



norepprinehine.



Meningkatnya



norepprinehine disebabkan karena evek iskemia rupture vaskuler atau nekrosis jaringan syaraf. Trauma medula spinalis dapat menimbulkan renjatan spinal (spinal shock). Jika terjadi keruskan secara transfersal sehingga mengakibatkan pemotongan komplit rangsangan. Pemotongan komplit rangsangan menimbulkan semua fungsi refloktorik pada semua sgemen dibawah garis kerusakan akan hilang. Fase rejatan ini berlangsung beberapa minggu sampai beberapa bulan (3-6 minggu).



WEB OF CAUTION (WOC) PARAPLEGIA



B1 (Breathing)



Kerusakan T1-T12



Kehilangan inervasi otot infero



B2 (Blood)



B3 (Brain)



B4 (Bladder)



Kerusakan pada korteksepifisis diskus



Peningkatan (Edema)



Kelumpuhan



Mengiritasi mukosa gastrointestinal



Anestasi



Vonitus



Penekanan saraf dan pembuluh darah



B5 (Bowel)



Eksudat



Batuk



Imobilisasi



MK : Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif



MK : Risiko Infeksi



Sirkulasi darah daerah cedera tidak adekuat



MK : Gangguan Perfusi Jaringan



Gangguan fungsi rectum, nyeri pada vesika urinaria



MK : Gangguan Eliminasi urine



MK : Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh



B6 (Bone)



Kerusakan lumbal 25



Paraplegia paralisis



Penurunan fungsi sendi



MK : Mobilitas Fisik



1.1.4 Manifestasi klinis 1. Keluhan berupa kelemahan otot 2. Tidak dapat mengangkat badan untuk berdiri dari sikap duduk ataupun sujud. 3. Gangguan fungsi motorik dan sensorik ekstremitas 4. Gangguan fungsi bladder dan bowel 5. Gangguan fungsi seksual 6. Gangguan peredaran darah di bawah 1.1.5 Pemeriksaan penunjang 1.  Foto rongcen : adanya fraktur vertebrata. 2.  CT Scan : adanya edema medula spinalis 3.  MRI : kemungkinan adanya kompresi, edema medula spinalis. 4.  Serum kimia : adanya hiperglikemia atau hipoglikemia ketidak seimbangan elektrolit, kemungkinan menurunnya Hb dan hemotoktrit. 5.  Urodinamik : proses pengosongan bladder. 1.1.6 Penatalaksanaan 1. Stabilisasi daerah tulang yang mengalami cedera seperti dilakukan pemasangan collar servical, atau dengan menggunakan bantalan pasir. 2. Mencegah progresivitas gangguan medula spinalis misalnya dengan pemberian oksigen, cairan intravena, pemasangan NGT. 3. Terapi Pengobatan : a. Kortikosteroid seperti dexametason untuk mengontrol edema. b. Antihipertensi seperti diazolxide untuk mengontrol tekanan darah akibat autonomic hiperrefleksia akut. c. Kolinergik seperti bethanechol chloride untuk menurunkan aktifitas bladder. d. Anti depresan seperti imipramine hyidro chklorida untuk meningkatkan tonus leher bradder. e. Antihistamin untuk menstimulus beta – reseptor dari bladder dan uretra. f. Agen antiulcer seperti ranitidine



g. Pelunak fases seperti docusate sodium. 4. Tindakan operasi, di lakukan dengan indikasi tertentu seperti adanya fraktur dengan fragmen yang menekan lengkung saraf. 1.2 Konsep Dasar Mobilisasi 1.2.1 Definisi Menurut Mubarak dkk, (2015:307). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Risnanto & Isnani, 2014). Hambatan mobilitas fisik merupakan terbatasnya pergerakan fisik tubuh, satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah [ CITATION Her14 \l 1057 ]. Mobilitas atau mobilisasi adalah kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya (Risnanto & Isnani, 2014). Hambatan mobilitas fisik merupakan terbatasnya pergerakan fisik tubuh, satu atau lebih ekstremitas secara mandiri dan terarah [ CITATION Her14 \l 1057 ]. 1.2.2 Klasifikasi 1. Jenis Mobilitas 1) Mobilitas penuh. Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran sehari- hari. Mobilitas penuh ini merupakan saraf motorik volunter dan sensorik untuk dapat mengontrol seluruh area tubuh seseorang. 2) Mobilitas sebagian. Merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas dan tidak mampu bergerak secara bebas karena di pengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan saraf sensorik pada area tubuhnya. Hal ini dapat dijumpai pada kasus cedera atau patah tulang dengan pemasangan traksi. Pasien paraplegi dapat



mengalami mobilitas sebagian pada ekstremitas bawah karena kehilngan kontrol mekanik dan sensorik. Mobilitas sebagian di bagi menjadi 2 jenis, yaitu : (1) Mobilitas sebagian temporer, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya sementara. Hal tersebut dapat disebabakan oleh trauma reversibel pada sistem muskuloskeletal, contohnya adalah adanya dislokasi sendi dan tulang. (2) Mobilitas sebagian permanen, merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan yang sifatnya menetap. Hal tersebut disebabkan oleh rusaknya sistem saraf yang refersibel. Contohnya terjadinya hemiplegi karena stroke, paraplegi karena cedera tulang belakang, poliomelitis karena terganggunya sistem saraf motorik dan sensoris. 2. Rentang Gerak dalam mobilisasi Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu : 1) Rentang gerak pasif Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.



2) Rentang gerak aktif Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan



otot-ototnya



secara



aktif



misalnya



berbaring



pasien



menggerakkan kakinya. 3) Rentang gerak fungsional Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang diperlukan (Carpenito, 2000). 3.



Jenis Immobilitas :



Menurut Mubarak (2008) secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain : 1) Imobilitas fisik : kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.



2) Imobilitas intelektual : kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak. 3) Imobilitas emosional : kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan seseorang yang dicintai. 4) Imobilitas sosial : kondisi ini bisa menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering terjadi akibat penyakit. 1.2.3 Tujuan Mobilisasi Menurut Mubarak dkk, (2015:308) tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktivitas hidup sehari hari dan aktivitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan nonverbal. Menurut Brunner & Suddarth 2002 dalam buku Mubarak dkk, (2015:308), tujuan mobilisasi ROM adalah sebagai berikut: 1



Mempertahankan fungsi tubuh dan mencegah kemunduran serta mengembalikan rentan gerak aktivitas tertentu sehingga penderita dapat kembali normal atau setidak-tidaknya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.



2



Memperlancar peredaran darah



3



Membantu pernapasan menjadi lebih kuat



4



Mempertahankan tonus otot, memelihara, dan meningkatkan pergerakan dari persendian



5



Memperlancar eliminasi alvi dan urine



6



Melatih atau ambulasi



1.2.4 Jenis Mobilisasi Menurut Hidayat dan Uiyah (2012:109) ada 2 jenis mobilisasi yaitu: 1.2.4.1 Mobilisasi penuh Mobilisasi penuh merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak secara penuh, bebas tanpa pembatasan jelas yang dapat mempertahankan untuk berinteraksi sosial dan menjalankan peran sehari-harinya.



1.2.4.2 Mobilisasi sebagian Mobilisasi sebagian merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak dengan batasan jelas, tidak mampu bergerak secara bebas, hal tersebut dapat dipengaruhi oleh gangguan saraf motorik dan sensorik pada area tubuh seseorang. Mobilisasi sebagian ini ada dua jenis, yaitu : 1. Mobilisasi sebagian temporer. Mobilisasi sebagian temporer merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan bersifat sementara, hal tersebut dapat disebabkan adanya trauma reversible pada sistem muskuloskeletal. 2. Mobilisasi sebagian permanen. Mobilisasi sebagian permanen merupakan kemampuan individu untuk bergerak dengan batasan bersifat menetap, hal tersebut disebabkan karena rusaknya sistem saraf yang reversible sebagai contoh terjadinya paraplegia karena injuri tulang belakang, pada poliomyelitis karena terganggunya system saraf motorik dan sensorik. 1.2.5 Manfaat dan Prinsip Mekanik Tubuh Apabila dilakukan dengan baik dan benar, mekanik atau gerak tubuh sangat bermanfaat bagi seseorang. Menurut ( Sutanto & Fitriana, 2017:40) manfaat tersebut antara lain: 1. Gerak tubuh yang dilakukan secara teratur dapat membuat tubuh menjadi segar. 2. Gerak tubuh yang teratur dapat memperbaiki tonus otot dan sikap tubuh, mengontrol berat badan, mengurangi stress, serta dapat meningkatkan relaksasi. Gerak tubuh akan merangsang peredaran darah ke otot dan organ tubuh yang lain sehingga dapat meningkatkan kelenturan tubuh. 3. Gerak tubuh pada anak dapat merangsang pertumbuhan badan. Dalam kaitannya dengan aktivitas keperawatan, menurut ( Sutanto & Fitriana, 2017:40) prinsip mengenai mekanik atau gerakan tubuh diantaranya sebagai berikut : menggunakan gerakan tubuh secara tepat dan benar dapat meningkatkan fungsi muskuloskeletal, serta mencegah terjadinya penyakit dan kecelakaan dengan demikian akan meningkatkan kesehatan tubuh, mekanik tubuh yang baik dapat memberikan penampilan serta fungsi tubuh yang baik, mekanik tubuh yang baik dapat dicapai melalui pengetahuan sebagai pedoman dalam bertindak dan mekanik



tubuh berkaitan dengan berbagai usaha pencegahan cedera atau cacat pada system muskuloskeletal. 1.2.6 Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi Menurut Mubarak dkk (2015:308), mobilitas seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya : 1.2.6.1 Gaya hidup Mobilitas seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilainilai yang dianut, serta lingkungan ia tinggal (masyarakat). Sebagai contoh : wanita jawa, tabu bagi mereka melakukan aktivitas yang berat. Orang yang memiliki budaya sering berjalan jauh memiliki kemampuan mobilitas yang kuat. Sebaliknya, ada orang yang mengalami gangguan mobilitas (sakit) karena adat dan budaya tertentu dilarang untuk beraktivitas. 1.2.6.2 Ketidakmampuan Kelemahan fisik dan mental akan menghalangi seseorang untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari. Secara umum, ketidakmampuan terbagi menjadi dua macam, yakni ketidakmampuan primer disebabkan oleh penyakit atau trauma. Sementara ketidakmampuan sekunder terjadi akibat dapak dari ketidakmampuan primer (misal kelemahan otot dan tirah baring). Penyakit-penyakit tertentu dan kondisi cedera akan berpengaruh terhadap mobilitas 1.2.6.3 Tingkat energi Energi dibutuhkan untuk banyak hal, salah satunya mobilisasi. Dalam hal ini, energi yang dimiliki masing-masing individu bervariasi. Agar seseorang dapat melakukan mobilitas dengan baik, dibutuhkan energi yang cukup. Disamping itu, ada kecenderungan seseorang untuk menghindari stressor guna mempertahankan kesehatan fisik dan psikologis. 1.2.6.4 Usia Usia berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan mobilisasi. Karena terdapat perbedaan kemampuan mobilitas pada tingkat usia yang



berbeda. Hal ini dikarenakan kemampuan atau kematangan fungsi alat gerak sejalan dengan perkembangan usia. 1.2.7 Tahap Mobilisasi Mobilisasi pasca operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan di atas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif, dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi, dan berjalan keluar kamar (Smeltzer, 2001). Skala ADL (Acthyfiti Dayli Living) 0



: Pasien mampu berdiri



1



: Pasien memerlukan bantuan/ peralatan minimal



2



:Pasien memerlukan bantuan sedang/ dengan pengawasan



3



: Pasien memerlukan bantuan khusus dan memerlukan alat



4



: Tergantung secara total pada pemberian asuhan



1.3 Konsep Dasar Gangguan Mobilitas Fisik 1.3.1 Definisi Gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri (SDKI, 2016:124). Berdasarkan uraian di atas, seseorang yang mengalami masalah gangguan kebutuhan mobilitas fisik akan mengalami sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Hal tersebut menandakan bahwa bagian ekstremitas sangat penting dalam melakukan kegiatan sehari-hari. 1.3.2 Penyebab 1. Kerusakan integritas struktur tulang 2. Perubahan metabolisme 3. Ketidakbugaran fisik 4. Penurunan kendali otot 5. Penurunan massa otot 6. Penurunan kekuatan otot 7. Keterlambatan perkembangan 8. Kekakuan sendi



9. Kontraktur 10. Malnutrisi 11. Gangguan muskuloskeletal 12. Gangguan neuromuskular 13. Indeks massa tubuh di atas persentil ke 75 sesuai usia 14. Efek agen farmakologis 15. Program pembatasan gerak 16. Nyeri 17. Kurang terpapar informasi tentang aktivitas fisik 18. Kecemasan 19. Gangguan kognitif 20. Keengganan melakukan pergerakan 21. Gangguan sensori persepsi (SDKI, 2016:124) 1.3.3 Tanda dan Gejala 1.3.3.1 Tanda dan Gejala Minor 1. Subjektif yaitu mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas. 2. Objektif yaitu kekuatan otot menurun, rentang gerak (ROM) menurun. 1.3.3.2 Tanda dan Gejala Mayor 1. Subjektif yaitu enggan melakukan pergerakan, nyeri saat bergerak. Dan merasa cemas saat bergerak 2. Objektif yaitu sendi kaku., gerakan tidak terkoordinasi, gerakan terbatas. dan fisik lemah. (SDKI, 2016:124) 1.3.4 Kondisi Klinis Terkait 1. Stroke 2. Cedera Medula Spinalis 3. Trauma 4. Fraktur 5. Osteoarthritis 6. Osteomalasia 7. Keganasan (SDKI, 2016:125)



1.3.5



Dampak Gangguan Mobilitas Fisik Imobilitas dalam tubuh dapat memengaruhi sistem tubuh, seperti perubahan



pada metabolisme tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan sistem pernafasan, perubahan kardiovaskular, perubahan sistem muskuloskeletal, perubahan kulit, perubahan eliminasi (buang air besar dan kecil), dan perubahan perilaku (Widuri, 2010). 1.3.5.1 Perubahan Metabolisme Secara umum imobilitas dapat mengganggu metabolisme secara normal, mengingat imobilitas dapat menyebabkan turunnya kecepatan metabolisme dalam tubuh. Hal tersebut dapat dijumpai pada menurunnya basal metabolism rate ( BMR ) yang menyebabkan berkurangnya energi untuk perbaikan sel-sel tubuh, sehingga dapat memengaruhi gangguan oksigenasi sel. Perubahan metabolisme imobilitas dapat mengakibatkan proses anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat berisiko meningkatkan gangguan metabolisme. Proses imobilitas dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan pengingkatan nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami imobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak perubahan metabolisme, di antaranya adalah pengurangan jumlah metablisme, atropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, deminetralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi, dan gangguan gastrointestinal 1.3.5.2 Ketidakseimbangan Cairan dan Elektrolit Terjadinya ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sebagai dampak dari imobilitas akan mengakibatkan persediaan protein menurun dan konsentrasi protein serum berkurang sehingga dapat mengganggu kebutuhan cairan tubuh. Di samping itu, berkurangnya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstisial dapat menyebabkan edema sehingga terjadi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Imobilitas juga dapat menyebabkan demineralisasi tulang akibat menurunnya aktivitas otot, sedangkan meningkatnya demineralisasi tulang dapat mengakibatkan reabsorbsi kalium.



1.3.5.3 Gangguan Pengubahan Zat Gizi Terjadinya gangguan zat gizi disebabkan oleh menurunnya pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-zat makanan pada tingkat sel menurun, di mana sel tidak lagi menerima glukosa, asam amino, lemak, dan oksigen dalam jumlah yang cukup untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.



1.3.5.4 Gangguan Fungsi Gastrointestinal Imobilitas dapat menyebabkan gangguan fungsi gastrointestinal. Hal ini disebabkan karena imobilitas dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan, seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat menyebabkan gangguan proses eliminasi.



1.3.5.5 Perubahan Sistem Pernapasan Imobilitas menyebabkan terjadinya perubahan sistem pernapasan. Akibat imobilitas, kadar haemoglobin menurun, ekspansi paru menurun, dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolisme terganggu. Terjadinya penurunan kadar haemoglobin dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga mengakibatkan anemia. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.



1.3.5.6 Perubahan Kardiovaskular Perubahan sistem kardiovaskular akibat imobilitas antara lain dapat berapa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya pembentukan trombus. Terjadinya hipotensi ortostatik dapat disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi yang tetap dan lama, refleks neurovaskular akan menurun dan menyebabkan vasokontrriksi, kemudian darah terkumpul pada vena bagian bawah sehingga aliran darah ke sistem sirkulasi pusat terhambat. Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena imobilitas dengan posisi horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang terkumpul pada ekstermitas bawah bergerak dan meningkatkan aliran vena kembali ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya. Terjadinya trombus juga disebabkan oleh vena statsi yang merupakan hasil penurunan kontrasi muskular sehingga meningkatkan arus balik vena.



1.3.5.7 Perubahan Sistem Muskuloskeletal



Perubahan yang terjadi dalam sistem muskuloskeletal sebagai dampak dari imobilitas adalah sebagai berkut:



1. Gangguan Muskular . Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilitas dapat menyebabkan turunya kekuatan otot secara langsung. Menurunnya fungsi kapasitas otot ditandai dengan menurunnya stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan atropi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain menunjukkan tanda lemah atau lesu. 2. Gangguan Skeletal. Adanya imobilitas juga dapat menyebabkan gangguan skletal, misalnya akan mudah terjadinya kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur merupakan kondisi yang abnormal dengan kriteria adanya fleksi dan fiksasi yang disebabkan atropi dan memendeknya otot. Terjadinya kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak berfungsi. 1.3.5.8 Perubahan Sistem Integumen Perubahan sistem integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas kulit karena menurunannya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya iskemia serta nekrosis jaringan superfisial dengan adanya luka dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang menurun ke jaringan. 1.3.5.9 Perubahan Eliminasi Perubahan dalam eliminasi misalnya penurunan jumlah urine yang mungkin disebabkan oleh kurangnya asupan dan penurunan curah jantung sehingga aliran darah renal dan urine berkurang. 1.3.5.10 Perubahan Perilaku Perubahan perilaku sebagai akibat imobilitas, antara lain lain timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi, perubahan siklus tidur dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya perubahan perilaku tersebut merupakan dampk imobilitas karena selama proses imobilitas seseorang akan mengalami perubahan peran, konsep diri, kecemasan, dan lain-lain (Widuri, 2010). 1.3.6 Komplikasi Komplikasi Menurut Garrison (dalam Bakara D.M & Warsito S, 2016) gangguan mobilitas fisik dapat menimbulkan komplikasi, yaitu abnormalitas tonus, orthostatic hypotension, deep vein thrombosis, serta kontraktur. Selain itu,



komplikasi yang dapat terjadi adalah pembekuan darah yang mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan daan pembengkaan. Kemudian, juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalir ke paru. Selanjutnya yaitu dekubitus. Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit. Bila memar ini tidak dirawat akan menjadi infeksi. Atrofi dan kekakuan sendi juga menjadi salah satu komplikasi dari gangguan mobilitas fisik. Hal itu disebabkan karena kurang gerak dan mobilisasi. Komplikasi lainnya, seperti disritmia, peningkatan tekanan intra cranial, kontraktur, gagal nafas, dan kematian (Andra, Wijaya, Putri , 2013). 1.3.7 Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah gangguan mobilitas fisik yaitu dengan memberikan latihan rentang gerak. Latihan rentang gerak yang dapat diberikan salah satunya yaitu dengan latihan Range of Motion (ROM) yang merupakan latihan gerak sendi dimana pasien akan menggerakkan masingmasing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara pasif maupun aktif. Range of Motion (ROM) pasif diberikan pada pasien dengan kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang maupun sendi dikarenakan pasien tidak dapat melakukannya sendiri yang tentu saja pasien membutuhkan bantuan dari perawat ataupun keluarga. Kemudian, untuk Range of Motion (ROM) aktif sendiri merupakan latihan yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa membutuhkan bantuan dari perawat ataupun keluarga. Tujuan Range of Motion (ROM) itu sendiri, yaitu mempertahankan atau memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulasi darah, mencegah kelainan bentuk (Potter & Perry, 2012). Saputra (2013) berpendapat bahwa penatalaksanaan untuk gangguan mobilitas fisik, antara lain : 1. Pengaturan posisi tubuh sesuai dengan kebutuhan pasien, seperti memiringkan pasien, posisi fowler, posisi sims, posisi trendelenburg, posisi genupectoral, posisi dorsal recumbent, dan posisi litotomi. 2. .Ambulasi dini. Salah satu tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot serta meningkatkan fungsi kardiovaskular. Tindakan ini bisa dilakukan dengan cara melatih posisi duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, bergerak ke kursi roda, dan yang lainnya.



3. Melakukan aktivitas sehari-hari. Melakukan aktivitas sehari-hari dilakukan untuk melatih kekuatan, ketahanan, dan kemampuan sendi agar mudah bergerak, serta mingkatkan fungsi kardiovaskular. 4. Latihan Range of Motion (ROM) aktif atau pasif. 1.4 Manajemen Asuhan Keperawatan 1.4.1 Pengkajian Pengkajian muskuloskeletal dapat bersifat umum atau sudah terfokus untuk masalah yang lebih spesifik. Pengkajian dapat meliputi evaluasi status fungsional klien, kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari dan kemampuan memenuhi kebutuhan diri secara mandiri. Pengkajian ini mengevaluasi kegiatan olahraga klien dan aktivitas rekereasi klien yang dapat mempromosikan kesehatan muskuloskeletal klien (Black & Hawks, 2014). 1.4.2 Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. SDKI.D.0054, HAL.124 2) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan. SDKI.D.0109, HAL.240



1.4.3 Rencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. SDKI.D.0054, HAL.124



Tujuan (Kriteria hasil ) Intervensi Setelah diberikan tindakan SIKI, I.05173, Hal, 30 keperawatan selama 3x24 jam diharapkan mobilitas Dukungan Mobilisasi: fisik meningkat SLKI, 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan L.05042 dengan kriteria hasil fisik : 2) Identifikasi toleransi fisik melakukan 1. Kekuataan otot pergerakan meningkat dengan skor 3) Monitor keadaan umum selama 5 melakukan mobilisasi 2. Rentang gerak (ROM) 4) Libatkan keluarga untuk membantu meningkat dengan skor pasien dalam peningkatkan Mobilisasi 5 5) Jelaskan tujuan dari prosedur mobilisasi 3. Pergerakan ekstermitas 6) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus miningkat dengan skor dilakukan (duduk di tempat tidur, mika 5 miki) 4. Gerakan terbatas menuruun dengan skor 5



Rasional 1. Mengetahui keluhan sehingga mobilisasi terganggu 2. Mengetahui seberapa jauh toleransi pergerakan 3. Menilai keadaan umum selama melakukan mobilisasi 4. Melatih keluarga dalam membantu mobilisasi pasien 5. Memberikan pemahaman tentang mobilisasi pada pasien dan keluarga dan membantu proses penyembuhan 6. Melatih mobilisasi sederhana



Diagnosa Keperawatan 1. Defisit



Tujuan (Kriteria hasil ) Setelah diberikan tindakan perawatan diri keperawatan selama 3x24 berhubungan dengan jam diharapkan Defisit perawatan diri meningkat kelemahan SDKI.D.0109, HAL.240 SLKI, L.11103 dengan kriteria hasil :



Rasional 1. Mengetahui keluhan sehingga defisit perawatan diri twerganggu Dukungan Perawatan Diri: 2. Supaya pasien dapat tenang dan merasakan nyaman 1) Identifikasi kebiasaan aktivitas 3. Untu membantu pasien membiasakan diri perawatan diri sesuai usia dlam perawatan diri 2) Sediakan lingkungan yang terapeutik 4. Dapat membantu dalam kemandirian 1) Kemampuan mandi (5) (mis. Suasana hangat, rileks, privasi) 5. Agar pasien dapat melakukan kemandirian 2) Kemampuan 3) Dampingi dalam melakukan untuk terus menerus mengenankan pakaian perawatan diri sampai mandiri 6. Dalam pemberian obat untuk psien



3) 4) 5) 6)



Intervensi SIKI, I.11348 Hal, 36



(5) 4) Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak Kemampuan makan (5) mampu melakukan perawatan diri Kemampuan ke toilet 5) Anjurkan melakukan perawatan diri (BAB/BAK) (5) secara konsisten sesuai kemampuan Melakukan perawatan 6) Berkolaborasi dengan tim medis dalam diri (5) pemberian obat Minat melakukan perawatan diri (5)



1.4.3.1 Intervensi Observasi : 1. Identifikasi adanya keluhan fisik lainnya saat melakukan aktivitas. 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan. 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi 4. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi Terapeutik : 1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (mis. pagar tempat tidur) 2. Fasilitasi melakukan pergerakan,jika perlu 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan Edukasi : 1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi 2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini 3. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (mis. duduk di tempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur ke kursi) (SIKI I.05173, 2018) Observasi : 1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia 2) Monitor tingkat kemandirian 3) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias, dan makan Terapeutik : 1) Sediakan lingkungan yang terapeutik (mis. Suasana hangat, rileks, privasi) 2) Siapkan keperluan pribadi (mis. Parfum, sikat gigi, dan sabun mandi) 3) Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri Edukasi : 1) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan 1.4.4 Implementasi Lakukan, informasikan, dan tuliskan, adalah frase tindakan implementasi. Melakukan asuhan keperawatan dengan dan untuk klien. Menginformasikan hasil dengan cara berkomunikasi dengan klien dan anggota tim layanan kesehatan lain, secara individual atau dalam konferensi perencanaan. Menuliskan informasi dengan cara mendokumentasikannya sehingga penyedia layanan kesehatan selanjutnya dapat melakukan tindakan dengan tujuan dan pemahaman. Selalu ingat bahwa komunikasi dan dokumentasi yang adekuat akan memfasilitasi kontinuitas asuhan (Rosdahl dan Kowalski, 2017) 1.4.5 Evaluasi Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan



implementasi.



mengevaluasi



Klien



asuhan



adalah



keperawatan



fokus



evaluasi.



adalah,



Langkah-langkah



menganalisis



respon



dalam klien,



mengidentifikasi faktor yang berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan, dan perencanaan untuk asuhan di masa depan. Menurut Dinarti, dkk, (2013), evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assesment, planning). Komponen SOAP yaitu S (subyektif) dimana perawat menemukan keluhan klien yang masih dirasakan setelah dilakukan tindakan. O (obyektif) adalah data yang berdasarkan hasil pengukuran atau observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah selesai tindakan keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data subyektif dan obyektif (biasanya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan), P (planning) adalah perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN



Nama Mahasiswa



: Antoni Fandefitson



NIM



: 2021.01.14901.008



Ruang Praktek



: ROE



Tanggal Praktek



: 01 November 2021



Tanggal & Jam Pengkajian: 01 November 2021, Jam 11.20 WIB I.



PENGKAJIAN A.



B.



IDENTITAS PASIEN Nama



: Ny. W



Umur



: 55 Th



Jenis Kelamin



: Perempuan



Suku/Bangsa



: Dayak/Indonesia



Agama



: Islam



Pekerjaan



: IRT



Pendidikan



: SMP



Status Perkawinan



: Sudah Menikah



Alamat



: Jln. Sulawesi



Tgl MRS



: 01 November 2021



Diagnosa Medis



: PARAPLEGIA



RIWAYAT KESEHATAN /PERAWATAN 1. Keluhan Utama : Pasien mengatakan kedua kaki sulit untuk digerakan 2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pada tanggal 01 November 2021 Ny.W mengalami kecelakaan lalu lintas, kemudian keluarga



membawa Ny.W ke RSUD dr. Doris Sylvanus



Palangka Raya. Setelah sampai di IGD RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dilakukan pemeriksaan yaitu ada luka gores dibagian bokong dan pergeseran tulang belakang dan tampak penonjolan tulang, TTV : 131/78 mmHg, N : 99x/menit, S : 36,5 .0C , RR : 22 x/ menit, Ny.W diberikan terapi tindakan pemasangan infus Nacl 0,9% pada tangan sebelah kanan, kemudian Ny.W dianjurkan rawat inap di ruang ROE untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut. 3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi) Keluarga pasien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat penyakit



sebelumnya dan tidak pernah melakukan operasi. 4.



Riwayat Penyakit Keluarga Pasien mengatakan bahwa tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.



C.



Suhu : 36,5 °C,



KEBUTUHAN DASAR RASA NYAMAN NYERI Nyeri Skala Nyeri : tidak ada Gambaran Nyeri : tidak ada



Gelisah



Lokasi nyeri : tidak ada Frekuensi Nyeri : tidak ada Durasi /Perjalaan : tidak ada Tanda Obyektif :  Mengerutkan muka Respon emosional : Baik



 Menjaga area yang sakit



Penyempitan Fokus : Penanganan nyeri



Cara mengatasi nyeri : Lain-lain : ………........... Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan Nyeri



Ο Hipertermi



Ο Hipotermi



1. OKSIGENASI Nadi : 99 x /menit, Pernapasan : 22x /mnt



2. CAIRAN Kebiasaan minum : 1200- 1500 CC /hari,



TD: 131/78 mmHg



Jenis : Air mineral



Bunyi Nafas : Vesikuler



Respirasi : Baik



Turgor kulit : Baik



Kedalaman : - Fremitus : Baik



Mukosa mulut : Baik, lembab



Sputum : Tidak ada produksi sputum,



Punggung kaki: Baik warna : Baik



S Sirkulasi oksigen : Baik



Pengisian kapiler : < 2 detik



Dada : Simetris



Mata cekung : Tidak ada



Oksigen : ( Tgl : - Canula /sungkup : - ltr/m



Konjungtiva : Baik Sklera : Baik



WSD : ( Tgl: - di – Keadaan -.)



Edema : Tidak ada



Riwayat Penyakit : Tidak ada



Distensi vena jugularis : Tidak ada



Lain – lain : …………………………………..



Asites : Tidak ada Minum per NGT : Tidak ada Terpasang Dekompresi NGT : Tidak ada ( dimulai tgl : - Jenis : dipasang di : - ) Terpasang infuse : NaCl 0,9% ( dimulai tgl : 01 November 2021 Jenis : NaCl 0,9% dipasang di : Tangan sebelah kanan)



Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan



Lain –lain : ……………………………… Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah



Ο Intolerance aktivitas Ο Pola nafas tdk efektif



keperawatan



Ο Gg pertukaran gas Ο Penurunan Curah Jantung



Ο Kekurangan volume cairan ,



Ο Gg Perfusi Jaringan



Ο Kelebihan volume cairan



Ο dll…………………………………........................... 3. NUTRISI



Ο dll…………………………………. 4. KEBERSIHAN PERORANGAN



TB : 155 cm



BB : 47 Kg



Kebiasaan mandi : 3 x/hari



Kebiasaan makan : 3 kali /hari ( teratur )



Cuci rambut : 1x/2 hari



Keluhan saat ini :



Kebiasaan gosok gigi : 2 x /hari  Bersih



Kotor



 Bersih



Kotor



Nyeri ulu hati /salah cerna , berhub dengan : Tidak ada



Keadaan kulit kepala  Bersih



Kotor



Disembuhkan oleh : Tidak ada



Keadaan gigi dan mulut



Tidak ada nafsu makan Sakit /sukar menelan



mual



muntah



Sakit gigi



Kebersihan badan :



Stomatis Keadaan rambut :



Pembesaran tiroid : Tidak ada hernia /massa : Tidak ada Keadaan kuku :



 Bersih



 Pendek



Maltosa : Tidak ada Kondisi gigi/gusi : Baik



Keadaan vulva perineal : Baik



Penampilan lidah : Baik



Keluhan saat ini : Tidak ada



Bising usus 20 x /mnt



Iritasi kulit : Tidak ada



Makanan /NGT/parental (infuse) :



Luka bakar : Tidak ada



(dimulai tgl : - J. Cairan : -



Keadaan luka : Tidak ada



Dipasang di: -



Lain lain : Tidak ada



Kotor Panjang



Porsi makan yang dihabiskan : 3 porsi / hari Makanan yang disukai : ayam, ikan, sayur Diet : … Tidak ada Lain lain : Tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatanMasalah keperawatan : Tidak ada masalah Ο Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan Ο Ketidakseimbangan nutrisi : lebih dari kebutuhan Ο dll………………………………….



keperawatan Ο Defisit perawatan diri : …………….. Ο Gangguan integritas kulit



5. AKTIVITAS ISTIRAHAT Aktivitas waktu luang : Berbaring



Ο dll…………………………………. 6. ELIMINASI Kebiasaan BAB : 1 x /hari



Aktivitas Hoby : Berkebun



BAK : 5 x /hari



Kesulitan bergerak : Setelah sakit aktivitas terganggu



Meggkan laxan : Tidak ada



Kekuatan Otot : Ekstremitas atas kanan 5, kiri 5 dan



Meggkan diuretic : Tidak ada



Ekstremitas bawah kanan 0, kiri 0



Keluhan BAK saat ini : Tidak ada



Tonus Otot : Cukup baik



Keluhan BAB saat ini : Tidak ada



Postur : Baik tremor : Tangan kanan dan kiri



Peristaltik usus : Tidak ada



Rentang gerak : Terbatas



Abdomen : Tidak ada Nyeri tekan : Tidak ada Lunak



Keluhan saat ini : Aktivitas masih di bantu keluarga



/keras : Tidak ada



Penggunaan alat bantu : Korsi roda



Massa : Tidak ada



( tgl : 03 2021 di ruang ROE )



Ukuran/lingkar abdomen : 84 cm



Pelaksanaan aktivitas : Terbatas



Terpasang kateter urine : Tidak ada



Jenis aktivitas yang perlu dibantu : Mandi, makan, bab, ( dimulai tgl : ………………… di : ………} bak (ADL)



Penggunaan alcohol : Tidak ada Jlh /frek : ….x /hari.



posisi berbaring



Lain – lain……………………………………



Lain - lain : …………………………………. Masalah Keperawatan : Gangguan mobilitas fisik



Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah



 Gangguan mobilisasi fisik



keperawatan



Ο dll…………………………….



Masalah Kepewatan Ο Diare



Ο Konstipasi



Ο Retensi urine



Ο Inkontinen urine ΟDisuria ΟKeseringan Ο Urgensi



Kebiasaan tidur :



7. TIDUR & ISTIRAHAT Malam Siang



8. PENCEGAHAN TERHADAP BAHAYA Reflek : Baik



Lama tidur : Malam : 7- 8 jam, Siang : 5 jam



Penglihatan : kurang



Kebiasaan tidur :



Pendengaran : cukup baik



-



Sebelum sakit tidur malam 8 jam, tidur siang 5 Penciuman : Baik



-



Setelah sakit tidur malam 7 jam, tidur siang 4 jamPerabaan : Baik



Kesulitan tidur



Lain – lain : ………………………



Cara mengatasi : Tidak ada Lain – lain : ………………………………. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah kprawatan Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Ο Gangguan Pola Tidur



keperawatan Ο Resiko Trauma Fisik Ο Resiko Injuri Ο Gangguan Persepsi Sensorik 10. KEAMANAN



9. NEUROSENSORI Rasa Ingin Pingsan /Pusing : Tidak ada



Alergi /sensitifitas : Tidak ada reaksi : Tidak ada



Stroke ( Gejala Sisa ) : Tidak ada



Perubahan sistem imun sebelumnya : Tidak ada



Kejang : Tidak ada Tife : Tidak ada



Riwayat penyakit hub seksual ( tgl /tipe : Tidak ada



Agra : Tidak ada Frekuensi : Tidak ada



Perilaku resiko tinggi : Tidak ada



Status Postikal : Tidak ada Cara mengontrol : -



Transfusi darah /jumlah : Tidak ada



Status mental : Baik Waktu : Baik



Gambaran reaksi : Tidak ada



Tempat : Baik orang : Baik



Riwayat cedera kecelakaan : Kecelakaan lalulintas



Kesadaran : Composmetis



Fraktur /dislokasi sendi : Pinggang sampai ujung kaki



Memori saat ini Baik , yang lalu : Baik



Artritis /sendi tak stabil : Tidak ada



Kaca mata : Tidak ada Kotak lensa : Tidak ada



Masalah punggung : Tidak dapat digerakan



Alat bantu dengar : Tidak ada



Perubahan pada tahi lalat : Tidak ada



Ukuran /reaksi Pupil : kiri /kanan : Baik



Pembesaran nodus : Tidak ada



Facial Drop : Tidak ada Kaku kuduk : Tidak ada



Kekuatan Umum : Tampak berbaring, terpasang infus



Gangguan genggam /lepas : Ki / Ka : Tidak ada



NaCl 0,9% pada tangan kanan, tampak meringis



Postur : Baik Kordinasi :Baik



Cara berjalan : Terbatas



Refleks Patela Ki /Ka : Kaki kiri +2, Kaki kanan +1



Rem : Tidak ada



Refleks tendo dalam bisep dan trisep : Baik



Hasil kultur, pemeriksaan sistem imun : Tidak ada



Kernig Sign : Tidak ada Babinsky : Tidak ada Chaddock : Tidak ada Brudinsky : Tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah



Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah



keperawatan



keperawatan



Ο Gangguan perfusi jaringan cerebral



Ο Resiko Injuri Ο Gangguan Penularan infeksi



11. SEKSUALITAS Aktif melakukan hubungan seksual : Tidak ada Aktif melakukan hubungan seksual : Tidak ada Penggunaan kondom : Tidak ada



Penggunaan kondom : Tidak ada



Masalah – masalah /kesulitan seksual : Tidak ada



Masalah – masalah /kesulitan seksual : Tidak ada



Perubahan terakhir dalam frekuensi /minat : Tidak ada



Perubahan terakhir dalam frekuensi /minat : Tidak ada



Wanita :



Pria :



Usia Menarke : …… thn, Lama siklus : ……..hari



Rabas penis : ……… Gg Prostat : ……………..



Lokasi : ……………………………………..



Sirkumsisi : …………….. Vasektomi : ………..



Periode menstruasi terakhir : …………………….



Melakukan pemeriksaan sendiri : ………………



Menopause : ……………………………………….



Payudara test : …………………………………



Rabas Vaginal : ……………………………………



Prostoskopi /pemeriksaan prostat terakhir : ……



Perdarahan antar periode : ………………………



………………………………………………….



Melakukan pemeriksaan payudara sendiri / mammogram…………………………………………………. : ……………………………………



Tanda ( obyektif )



Tanda ( obyektif )



Pemeriksaan : ………………………………….



Pemeriksaan : ………………………………….



Payudara /penis /testis : ……………………….



Payudara /penis /testis : ……………………….



Kutil genatelia/test : …………………………..



Kutil genatelia/test : ………………………….. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan Ο Perdarahan Ο Gg citra tubuh Ο Disfungsi Seksual Ο Gg Pemenuhan Kebthn seksualitas 12. KESEIMBANGAN & PENINGKATAN HUBUNGAN PSIKO SERTA INTERAKSI SOSIAL Lama perkawinan : ….thn, Hidup dengan : …….. Sosiologis : ………………………………… Masalah /Stress : …………………………………



Perubahan bicara : Penggunaan alat bantu



Cara mengatasi stress : …………………………..



komunikasi : ……………………………………



Orang pendukung lain : ………………………….



Adanya laringoskopi : …………………………..



Peran dalam struktur keluarga : …………………



Komunikasi verbal / non verbal dengan keluarga /



Masalah – masalah yang berhubungan dengan



penyakit orang terdekat lain : ………………



/kondisi : ……………………..….Psikologis :



Spiritual : ………………………………………..



……………



Kegiatan keagamaan : ………………………….



Keputusasaan : ………………………………….



Gaya hidup : ……………………………………



Ketidakberdayaan : ……………………………..



Perunahan terakhir : ……………………………..



Lain – lain : …………………………………….



Lain – lain : ………………………………



Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan Ο Kecemasan Ο Ketakutan Ο Koping individu tidak efektif Ο Isolasi diri Ο Resiko merusak diri Ο Hambatan komunikasi verbal Ο Spiritual Distres Ο Harga diri rendah D.



PENYULUHAN DAN PEMBELAJARAN 1. Bahasa Dominan ( Khusus ) : Tidak ada Buta huruf : Tidak ada Ο Ketidakmampuan belajar (khusus )



Ο Keterbatasan kognitif



2. Informasi yang telah disampaikan :  Pengaturan jam besuk



 Hak dan kewajiban klien



Tim /petugas yang



merawat Ο Lain – lain : …………………………………………………………………………………. 3. Masalah yang ingin dijelaskan  Perawatan diri di RS



 Obat – obat yang diberikan



 Lain – lain cara melakukan ROM  Orientasi Spesifik terhadap perawatan ( seperti dampak dari agama /kultur yang dianut ) Obat yang diresepkan ( lingkari dosis terakhir ) : 4. Faktor resiko keluarga ( tandai hubungan ) : Ο Diabetes



Ο Tuberkulosis



Ο Penyakit jantung



Ο Epilepsi



Ο Penyakit ginjal Ο Kanker



Ο Stroke



Ο TD Tinggi



ΟPenyakit jiwa



Ο Lain –



lain E.



Pemeriksaan Fisik Lengkap Terakhir :



1. Status Mental ; 



Orientasi



: - Orientasi waktu : Pasien dapat mebedakan pagi, siang dan



malam. - Orintasi orang : Pasien dapat membedakan antara keluarga dan perawat. - Orientasi tempat : Pasien tau bahwa saat ini dirinya sedang di rawat di rumah sakit.







Afektifitas



: ………………………………………………….



2. Status Neurologis ; Uji Syaraf Kranial : Nervus Kranial I



: Pasien dapat mencium aroma minyak kayu putih



Nervus Kranial II



: penglihatan berkurang



Nervus Kranial III



: Pasien dapat menggerakan bola mata keatas dan



kebawah Nervus Kranial IV



: Pasien dapat menggerakan bola mata kekiri dan



kekanan Nervus Kranial V



: Pasien dapat mengunyah dengan baik



Nervus Kranial VI



: Pasien dapat membedakan rasa makanan



Nervus Kranial VII



: Pasien dapat tersenyum



Nervus Kranial VIII



: Pasien dapat mendengar dengan baik



Nervus Kranial IX



: Pasien dapat menelan dengan baik



Nervus Kranial X



: Pasien dapat berbicara dengan baik dan lancar



Nervus Kranial XI



: Pasien dapat menggerakan leher kekiri dan



kekanan Nervus Kranial XII



: Pasien dapat mengecap makanan dengan baik



3. Ekstermitas Superior : a) Motorik Pergerakan



: Baik



Kekuatan



: 5



5



b) Tonus c) Refleks Fisiologis -



Bisep



: Baik



-



Trisep



: Baik



-



Radius



: Baik



-



Ulna



: Baik



d) Refleks Patologis Hoffman Tromer



: Baik



e) Sensibilitas Nyeri 4. Ekstremitas Inferior : a) Motorik



: Tidak ada



Pergerakan



: Terbatas



Kekuatan



:1



1



b) Tonus c) Refleks Fisiologis Refleks Patella



: Positif



d) Refleks Patologis - Babinsky



: Baik



- Chaddock



: Baik



- Gordon



: Baik



- Oppenheim



: Baik



- Schuffle



: Baik



5. Rangsang Meningen



F.



a) Kaku kuduk



: Tidak ada



b) Brudzinksky I & II



: Tidak ada



c) Lassaque



: Tidak ada



d) Kernig Sign



: Tidak ada



DATA GENOGRAM Keterangan: :Laki-laki :Perempuan :Tinggal Serumah : Pasien :Meninggal Dunia



G.



DATA PEMERIKSAAN PENUNJANG ( DIAGNOSTIK & LABORATORIUM )



H.



PENATALAKSANAAN MEDIS Hari/Tanggal Pemberian Obat : Senin 03 November 2021



No



Nama Obat



Dosis



Indikasi



. 1.



Pemberian Inf. NaCl 0,9%



1000 cc



Digunakan



untuk



mengatasi



atau



mencegah kehilangan sodium yang disebabkan



dehidrasi,



berlebih,



atau



Sodium



adalah



fungsi



keringat



penyebab



lainnya.



elektrolit



dengan



untuk mengatur



jumlah



air



dalam tubuh Anda. Sodium juga memainkan peran pada bagian impuls saraf dan kontraksi otot. 2.



Ketorolac Trometamol



30 mg/ml



Digunakan untuk meredakan nyeri dan peradangan.



Ketorolac



merupakan



obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS)



yang



memiliki



bentuk



sediaan tablet dan suntik. 3.



Dexametason



3x5 mg



Adalah



obat



digunakan



anti



pada



radang



berbagai



yang kondisi



peradangan, seperti reaksi alergi.



Palangka Raya, 03 November 2021 Mahasiswa.



ANTONI FANDEFITSON NIM. 2021.01.14901.008



ANALISIS DATA



DATA SUBYEKTIF DAN DATA OBYEKTIF Diagnosa Keperawatan 1 DS : Pasien mengatakan kedua kaki sulit untuk digerakkan



: 99x/menit



S



: 36,50C



MASALAH



Kerusakan lumbal 2-5



Gangguan mobilitas fisik



Paraplegia paralisis



DO : - Rentang gerak terbatas, - Tidak dapat menggerakan ekstremitas bawah - Pasien tampak lemas - Pasien tampak berbaring - Pasien kadang ingin menggunakan korsi roda 5 5 1 1 - Fisik lemah Skala aktivitas 4 ( Dibantu orang lain dan alat ) Td : 131/ 78 mmHg N



KEMUNGKINAN PENYEBAB



Penurunan fungsi sendi Gangguan mobilitas fisik



RR : 22x/menit



PRIORITAS MASALAH 1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera muskuloskeletal dibuktikan dengan Pasien mengatakan nyeri dari pinggang sampai ujung kaki. Rentang gerak



terbatas. Tidak dapat menggerakan ekstremitas bawah, pasien tampak lemas, pasien tampak berbaring, pasien kadang ingin menggunakan korsi roda, skala aktivitas 4 (Dibantu orang lain dan alat), TD : 131/ 78 mmHg, N : 99x/menit, S : 36,50C, RR : 22x/menit, skala kekuatan otot: 5 5 1 1



RENCANA KEPERAWATAN Nama Pasien : Ny.W Ruang Rawat : ROE Diagnosa Keperawatan Diagnosa Keperawatan 1 1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan cedera muskuloskeletal (SDKI.D.0054, HAL.124)



Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi Setelah diberikan tindakan SIKI, I.05173, Hal, 30 keperawatan selama 3x24 D Dukungan Mobilisasi: jam diharapkan mobilitas 1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik fisik meningkat SLKI, 2) Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan L.05042 dengan kriteria 3) Monitor keadaan umum selama melakukan hasil : mobilisasi 1. Kekuataan otot meningkat 4) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam dengan skor 5 peningkatkan Mobilisasi 2. Rentang gerak (ROM) 5) Jelaskan tujuan dari prosedur mobilisasi meningkat dengan skor 5 6) Ajarkan mobilisasi sederhana yang harus 3. Pergerakan ekstermitas dilakukan (duduk di tempat tidur, mika miki) miningkat dengan skor 5 7). Ajarkan ROM pasif dan aktif bertahap 4. Gerakan terbatas menuruun dengan skor 5



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Rasional Mengetahui keluhan sehingga mobilisasi terganggu Mengetahui seberapa jauh toleransi pergerakan Menilai keadaan umum selama melakukan mobilisasi Melatih keluarga dalam membantu mobilisasi pasien Memberikan pemahaman tentang mobilisasi pada pasien dan keluarga dan membantu proses penyembuhan Melatih mobilisasi sederhana



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN Hari/Tanggal Jam Rabu, 03 ONovember 2021 Jam 7.00-14.00 WIB Diagnosa 1



Implementasi 1) Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik 2) Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan 3) Memonitor keadaan umum selama melakukan mobilisasi 4) Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam peningkatkan Mobilisasi 5) Menjelaskan tujuan dari prosedur mobilisasi 6) Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (duduk di tempat tidur, mika miki) 7). Mengajarkan ROM pasif dan aktif bertahap



Evaluasi (SOAP)



Tanda tangan dan Nama Perawat



S :Pasien mengatakan masih sulit untuk bergerak, dan dibantu oleh keluarga O: -



Pasien tampak berbaring



-



Aktivitas pasien dibantu oleh keluarga



-



Pasien tampak mengerti setelah dijelaskan



-



Pasien dan keluarga tampak bekerja sama



A :Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi : 1) Mengidentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik 2) Mengidentifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan 3) Memonitor keadaan umum selama melakukan mobilisasi 4) Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam peningkatkan Mobilisasi 5) Menjelaskan tujuan dari prosedur mobilisasi 6) Mengajarkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (duduk di tempat tidur, mika miki) 7). Mengajarkan ROM pasif dan aktif bertahap



Antoni Fandefitson



DAFTAR PUSTAKA Aditama, T.Y. (2010). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Edisi kedu. Jakarta: UI Press. Afrida, (2010). Manajemen rumah sakit. Jakarta: UI Hartati. (2013). Gambaran kinerja perawat dalam pelaksanaan asuhan keperawatan. Makasar: Unhas Muninjaya, (2011). Manajemen Kesehatan . Jakarta: EGC. Simamora, (2012). Buku Ajar Manajemen Keperawatan. Jakarta: EGC. SDKI, (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: PPNI. SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperwatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan Keperawatan, (Edisi 1), Jakarta. PPNI. SLKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi eperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan eperawatan (Edisi 1), Jakarta. PPNI.



SATUAN ACARA PENYULUHAN TENTANG RANGE OF MOTION (ROM)



Oleh: ANTONI FANDEFITSON (2021-01-14901-008)



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2021/2022



SATUAN ACARA PENYULUHAN ROM Judul                         :    ROM Hari/tanggal              :    10 November 2021 Tempat                      :    Ruang ROE Lama                         :    30 menit Penyaji                      :    Antoni Fandefitson Audiens                     :    Keluarga / klien di ruang (ROE)



A. Tujuan Instruksional Umum Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit klien / keluarga diharapkan dapat  mengerti  tentang ROM pasien  mau  pulang. B. Tujuan Instruksional Khusus 1. Menjelaskan tentang ROM 2. Menjelaskan tentang jenis ROM 3. Menjelaskan tentang tujuan ROM 4. Menjelaskan tentang manfaat ROM 5. Menjelaskan tentang prosedur tindakan ROM



C. Sasaran Adapun sasaran dari penyuluhan ini ditujukan khususnya kepada klien dan keluarga klien di Ruang ROE. D. Materi (terlampir) 1. Pengertian ROM 2. Jenis ROM 3. Tujuan ROM 4. Manfaat ROM 5. Prosedur tindakan ROM



E. Alat Bantu : Menggunakan alat bantu Laptop, Leaflet. F. Metode Ceramah dan tanya jawab. G. Kegiatan Penyuluhan NO



WAKTU



KEGIATAN PENYULUHAN



KEGIATAN PESERTA



1.



5 menit



Pembukaan : 1.     Mengucapkan salam.



·   Menjawab salam



2.     Menjelaskan nama dan akademi



·   Mendengarkan



3.     Menjelaskan tujuan pendidikan



·   Mendengarkan



kesehatan 4.     Menyebutkan materi yang diberikan. 5.     Menanyakan kesiapan peserta 2.



10 menit



Pelaksanaan : 1.     Penyampaian materi



·   Mendengarkan



a.  Menjelaskan tentang pengertian ROM b.  Menjelaskan tentang jenis ROM c.  Menjelaskan tentang tujuan ROM d.  Menjelaskan tentang manfaat ROM e.  Menjelaskan tentang prosedur tindakan ROM 2.     Tanya jawab a.  Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya



·   Bertanya



3.



10 menit



Evaluasi 1.     Menanyakan kembali hal-hal yang ·   Menjelaskan sudah   dijelaskan mengenai ROM



4.



·  



2.     5 menit Penutup : 1.     Menutup pertemuan dengan menyimpulkan materi yang telah dibahas



·   Mendengarkan ·   Menjawab salam



2.     Memberikan salam penutup



H. Evaluasi : 1. Peserta mampu mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh perawat 2. Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diajukan perawat 3. Penilaian



Lampiran TINJAUAN TEORI



1. Pengertian. Range of Motion (ROM) merupakan prosedur dan usaha untuk memenuhi kebutuhan fisik terutama aktivitas gerak (mobilisasi) untuk pasien dengan keterbatasan gerak. 2. Jenis ROM ROM terdiri dari fleksi dan ekstensi siku, pronasi dan supinasi lengan bawah, fleksi bahu, abduksi dan adduksi bahu.rotasi bahu, ekstensi jari-jari tangan, inversi dan eversi jari kaki, fleksi dan ekstensi pergelangan kaki, fleksi dan ekstensi lutut, rotasi pangkal paha, abduksi dan adduksi pangkal paha. 3. Manfaat ROM Manfaat dilakukannya range of motion adalah untuk memenuhi kebutuhan aktivitas. Aktivitas pada anggota gerak akan memperlancar sirkulasi dan perfusi jaringan. Selain itu, koordinasi persyarafan akan menjadi lebih optimal. Sedangkan, manfaat dilakukannya range of motion pada pasien dengan gangguan mobilisasi adalah untuk mencegah disuse atrofi syndrome pada otot dengan gangguan mobilitas fisik. ROM dapat merangsang sistem syaraf, meningkatkan perfusi jaringan sekaligus merehabilitasi sistem muskulo skeletal yang mengalami gangguan. 4. Tujuan ROM a. Memelihara dan mempertahankan kekuatan otot b. Memelihara mobilitas persendian c. Menstimuulasi persendian d. Mencegah kontraktur sendi 5. Patofisiologi Proses terjadinya gangguan aktivitas tergantung dari penyebab gangguan yang terjadi. Ada tiga hal yang yang dapat menyebabkan gangguan tersebut. Diantaranya adalah: a. Kerusakan otot Kerusakan otot ini meliputi kerusakan anatomis maupun fisiologis otot. Otot berperan sebagai sumber daya dan tenaga dalam proses pergerakan jika terjadi kerusakan pada otot, maka tidak akan terjadi pergerakan jika otot



terganggu. Otot dapat rusak oleh beberapa hal seperti trauma langsung oleh benda tajam yang merusak kontinuitas otot. Kerusakan tendon atau ligaman, radang dan lainnya. b. Gangguan pada skelet Rangka yang menjadi penopang sekaligus poros pergerakan dapat terganggu pada kondisi tertentu hingga menggangu pergerakan atau mobilisasi. Beberapa penyakit dapat mengganggu bentuk, ukuran maupun fungsi dari sistem rangka. Diantaranya adalah, farktur, radang sendi, kekakuan sendi dan lain sebagainya. c. Gangguan pada sistem persyarafan. Syaraf berperan penting dalam menyampaikan impuls dari dan ke otak. Impuls tersebut merupakan perintah dan koordinasi antara otak dan anggota gerak. Jadi, jika syaraf tergganggu maka akan terjadi gangguan penyampaian impuls dari dan ke organ target. Dengan tidak sampainya impuls maka akan mengakibatkan



gangguan



mobilisasi.



Kerusakan dapat terjadi pada susunan syaraf pusat (upper motor neuron/UMN) atau pada susunan Syaraf tepi (lower motor neuron/LMN). Yang termasuk UMN adalah otak. Contoh penyakit yang mengganggu otak adalah stroke dan dapat menyebabkan gangguan mobilisasi. Sedangkan untuk LMN adalah Guillaine-bare syndrome dan gangguan sistem syaraf lainnya seperti trauma tulang belakang. 6. Indikasi dilakukan ROM : a. Pasien tirah baring lama b. Pasien yang mengalami penurunan tingkat kesadaran c. Pasien dengan kasus fraktur d. Pasien post operasi yang kesedarannya belum pulih 7. Diagnosa Keperawatan a. Kerusakan mobilitas fisik b.d kekakuan sendi/kontraktur b. Intoleransi aktivitas b. d kelemahan secara umum 8. Prosedur a. Cara fleksi dan ekstensi pergelangan tangan



Prosedur Kerja: 1). Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk dengan lengan 2). Pegang tangan klien dengan satu tangan dan tangan lain memegang pergelangan tangan klien 3). Tekuk tangan klien ke depan sejauh mungkin 4). Lakukan observasi pada perubahan yang terjadi b. Cara fleksi dan ekstensi siku Prosedur Kerja: 1). Atur posisi lengan klien dengan menjauhi sisi tubuh dengan telapak mengarah ke



tubuh



klien



2). Letakkan tangan di atas siku dan pegang tangan klien dengan tangan yang lainnya 3). Tekuk siku klien sehingga tangan klien mendekati bahu 4). Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya 5). Lakukan observasi pada perubahan yang terjadi c. Cara pronasi dan supin Prosedur Kerja: 1). Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh dengan siku menekuk 2). Letakkan satu tangan pada pergelangan dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya 3).Putar lengan bawah psien sehingga telapak tanga pasien menjauhi pasien 4). Kembalikan ke posisi awal 5). Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangan menghadap ke arah pasien 6). Kembalikan ke posisi semula 7). Lakukan observasi pada perubahan yang terjadi d. Cara fleksi bahu Prosedur Kerja: 1). Atur posisi tangan pada pasien di sisi tubuhnya 2). Letakkan satu tangan di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan tangan lainnya 3). Angkat lengan klien pada posisi awal



4). Lakukan observasi perubahan yang terjadi e. Cara abduksi dan adduksi bahu 1). Atur posisi lengan klien disamping badannya 2). Letakkan satu tangan di atas siku klien dan pegang tangan klien dengan tangan lainnya 3). Gerakkan lengan klien menjauh dari tubuhnya ke arah perawat 4). Kembalikan ke posisi semula 5). Catat perubahan yang terjadi f. Cara rotasi bahu Prosedur Kerja: 1). Atur posisi lenganmenjauhi dari tubuh degan siku menekuk 2). Letakan satu tangan di lengan atas klien dengan siku dan pegang tangan klien dengan tangan yang lain 3). Gerakkan lengan ke bawahsampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan mengahadap ke bawah 4). Kembalikan ke posisi semula 5). Gerakkan lengan ke bawahsampai menyentuh tempat tidur, telapak tangan mengahadap ke atas 6). Kembalikan ke posisi semula 7). Obsevasi perubahan yang terjadi g. Cara fleksi dan ekstensi jari-jari Prosedur Kerja: 1). Pegang jari-jari pasien dengan satu tangan sementara tangan lainnya memegang kaki 2). Bengkokan jari-jari kaki ke bawah 3). Luruskan jari-jari kemudian dorongan ke belakang 4). Kembalikan ke posisi semula 5). Observasi perubahan yang terjadi h. Cara infersi dan efersi kaki Prosedur Kerja: 1). Pegang separuh bagian atas dengan satu tangan dan pegang pergelangan kaki



dengan tangan lain 2). Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya 3). Kembalikan ke posisi semula 4). Putar kaki keluar sehingga telapak kaki menjauhi kaki lainnya 5). Kembalikan ke posisi semula 6). Observasi perubahan yang terjadi i. Cara fleksi dan extensi pergelangan kaki Prosedur Kerja: 1). Letakkan satu tangan pada telapak kaki klien dan satu tangan yang lain di atas pergelangan kaki, jaga kaki lurus dan releks 2). Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari ke arah dada klien 3). Kembalikan ke posisi semula 4). Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien 5). Observasi perubahan yang terjadi j. Cara fleksi dan extensi lutut Prosedur Kerja 1). Letakkan satu tangan di bawah lutut klien dan pegang tumit klien dengan tangan yang lain 2). Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha 3). Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin 4). Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas 5). Kembalikan ke posisi semula 6). Obsevasi perubahan yang terjadi k. Cara rotasi pangkal paha Prosedur Kerja: 1). Letakkan satu tangan pada pergelangan kaki dan satu tangan lainnya di atas lutut 2). Putar kaki menjauhi perawat 3). Putar kaki mengarah perawat 4). Kembalikan ke posisi semula 5). Observasi perubahan yang terjadi



l. Cara abduksi dan adduksi pangkal paha Prosedur Kerja: 1). Letakkan satu tangan di bawah lutut klien dan satu tangan pada tumit 2). Jaga posisi klien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur. Gerakkan kaki menjauhi badan perawat 3). Kembalikan ke posisi semula 4). Obsevasi perubahan yang terjadi



DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth. 2010. Keperawatan medikal bedah. Edisi 8. EGC, Jakarta. Price S.A, Lorraine MW. Patophysiology, konsep klinis proses-proses penyakit. EGC Jakarta. Potter & perry, 2011, Buku ajar fundamental keperawatan edisi 4, EGC,



Jakarta.



sendi,dan ROM adalah otot Melakukan Latihan / Mencegah pergerakan pada terjadinya Sistem Persendian



APA itu ROM ?



kekakuan sendi



Manfaat ROM



Memperlanc



Menentukan



ar



nilai



darah



kemampuan



Memperbaik



sendi tulang



i tonus otot



dan



Meningkatk



otot



sirkulasi



dalam



an



melakukan



mobilisasi



pergerakan



sendi



Mengkaji



Memperbaik



tulang,



i



toleransi



otot



untuk



latihan



Jenis ROM 1. R O M A k ti f 2. R O M P a si f



Gerakan ROM



1. Gerakan Leher :  











 Mengangk at Dagu ke arah







atas  Kembalika n posisi ke awal







 Tekuk Kepala belakang



atas Kembalikan posisi lengan kearah tubuh Tekuk siku dan gerakkan kedepan Tekuk siku dan gerakkan kearah atas ke belakang Gerakkan bahu dengan lingkaran penuh



sejauh



3. Gerakan Siku :



mungkin 



2.



Gerakan Bahu :



 Angkat lengan ke atas kearah kepala  Kembalikan lengan ke posisi awal  Gerakkan lengan kebelakang tubuh dengan posisi tetap lurus  Angkat tangan ke samping dengan telapak tangan kearah



 Tekuk Siku sejajar dengan lengan atas



4. Gerakan Lengan Bawah :  Putar lengan bawah dengan posisi tangan terbuka ke atas  Putar lengan bawah dengan posisi tangan terbuka ke bawah



 Luruskan siku ke posisi awal  Luruskan siku sejauh mungkin



 



5. Gerakan Pergelangan Tangan



 



 Gerakkan telapak tangan ke



bawah  Gerakkan tangan sejajar dengan lengan bawah  Gerakkan tangan ke atas kearah bahu  Tekuk pergelangan tangan kearah dalam  Tekuk pergelangan tangan kearah luar



6. Gerakan Jari :  Kepalkan tangan  Luruskan jari/terbu ka  Tekuk jari kebelaka ng  Jauhkan masingmasing jari  Gabung jari secara bersamasama



7. Gerakan Ibu Jari :  Gerakkan ibu jari ke telapak tangan



 Gerakkan ibu jari kembali menjauh  Gerakkan RANGE OF ibu MOTION jari kesamping (ROM)  Gerakkan ibu LATIHAN AKTIF jari kedalam DAN PASIF  Sentuh jari-jari dengan ibu jari



TERIMAKASIH