LP Asma Gadar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA PASIEN DENGAN ASMA



OLEH : I WAYAN HERRY WIGUNA 16.901.1402



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRAMEDIKA PPNI BALI 2017



A.



KONSEP DASAR PENYAKIT 1.



Definisi / Pengertian Asma adalah penyakit jalan napas obstruksi intermiten reversible dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu, dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi (Smeltzer, 2002 : 611). Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi/peradangan dan hiperresponsif (Reeves, 2001 : 48). Asma adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam –macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebihan dari kelenjar – kelenjar di mukosa bronchus (Harnawatia, 2009)



2.



Epidemiologi / Insiden Kasus Di Amerika utara, 5% dari orang dewasa juga dirundung oleh asma. Keseluruhannya, kira-kira 1 juta orang Kanada dan 15 juta orang Amerika yang menderita dari penyakit ini. Angka dari kasus-kasus baru dan angka tahunan dari opname rumah sakit untuk asma telah meningkat 30% selama 20 tahun belakangan ini. Bahkan dengan kemajuan dalam perawatan, kematian-kematian karena asma diantara orang-orang muda sudah lebih dari berlipat ganda.



3.



Penyebab / Faktor Predisposisi berdasarkan tipe asma (a) Asma Ekstrinsik (asma imunologik / asma alergi) Merupakan reaksi alergi terhadap beberapa faktor pencetus. Disamping itu, asma ekstrinsik biasanya berhubungan dengan faktor genetik yang dipengaruhi oleh faktor pencetus, seperti: -



Inhalasi alergen (debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang, obat-obatan)



(b) Asma Intrinsik (asma non imunologi / asma non alergi) Merupakan tipe asma yang faktor penyebabnya tidak spesifik. Asma intrinsik dapat berkembang menjadi bronkitis kronik sampai pada emfisema. Asma ini biasanya ditimbulkan oleh: -



Infeksi : parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal



-



Fisik : cuaca dingin, perubahan temperatur



-



Iritan : kimia



-



Polusi udara : CO, asap rokok, parfum



-



Emosional : takut, cemas dan tegang



-



Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.



(c) Asma Gabungan Merupakan tipe asma yang paling umum diderita oleh masyarakat. Asma ini memiliki faktor pencetus yang merupakan gabungan dari asma tipe intrinsik dan asma tipe ekstrinsik. Faktor Presipitasi a. Alergen Di mana alergen dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu : 



Inhalan : yang masuk melalui saluran pernafasan contohnya, debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.







Ingestan : yang masuk melalui mulut contohnya, makanan dan obatobatan.







Kontaktan : yang masuk melalui kontak dengan kulit contohnya, perhiasan, logam dan jam tangan



b. Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya asma. c. Stres Stres atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga memperberat serangan asma.



d. Lingkungan kerja Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan di mana ia bekerja misalnya : orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik abses, polusi lalu lintas. e. Olah raga atau aktivitas jasmani yang berat. Sebagian besar penderita asma akan mendapatkan serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan asma. Serangan asma karena aktivitas biasnaya terjadi sgera setelah selesai aktivitas tersebut. 4.



Patofisiologi Terjadinya Penyakit Asma adalah obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian mukus kental. Akibatnya beban alveoli menjadi meningkat dan dinding alveoli menebal serta menjadi hiperinflasi pada alveoli. Hal ini menyebabkan udara terperangkap di dalam jaringan paru (CO2 terjebak di dalam darah, O2 tak bisa masuk), inilah yang menyebabkan obstruksi saluran nafas. Pada beberapa individu, system imunologis mengalami kelainan sehingga mengalami respon imun yang buruk, di mana antigen merangsang IgE di sel mast, hal ini menyebabkan proses mediator kimiawi yaitu pelepasan dari produk-produk sel mast, seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A). Pelepasan - pelepasan tersebut mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas sehingga menyebabkan bronkospasme. System saraf otonom mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur melalui saraf parasimpatis. Ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, polutan, maka jumlah asetilkolin menjadi meningkat. Peningkatan tersebut menyebabkan bronkokonstriksi dan juga merangsang pembentukan mediator kimiawi.



5.



Klasifikasi a. Berdasarkan Penyebab



1) Asma alergik : disebabkan oleh alergen – alergen yang dikenal (misal : serbuk sari, binatang, makanan, amarah, jamur). 2) Asma idiopatik atau non alergik : tidak berhubungan dengan alergen spesifik, faktor penyebab : perubahan cuaca, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, pemakaian obat. 3) Asma gabungan : merupakan bentuk asma yang paling umum, mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun idiopatik (non alergik). b. Berdasarkan tingkatan asma 1) Tingkat I : a) Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. b)



Timbulbilaadafaktorpencetusbaikdidapatalamiahmaupundengan



test



provokasibronkial di laboratorium. 2) Tingkat II : a) Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas. b) Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan. 3) Tingkat III : a) Tanpa keluhan. b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. c) Penderitasudahsembuhdanbilaobattidakditeruskanmudahdiserangkembali. 4) Tingkat IV : a) Klienmengeluhbatuk, sesaknafasdannafasberbunyi wheezing. b) Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas. 5) Tingkat V : a) Status asmatikusyaitusuatukeadaandaruratmedisberupaseranganasmaakut yang beratbersifatrefratorsementaraterhadappengobatan yang lazimdipakai. b) Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel.Pada asma yang berat dapat timbul gejala seperti kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi. 6.



Gejala Klinis







Dispnea berat (sesak nafas)







Retraksi dada







Napas cuping hidung







Wheezing







Pernapasan yang dalam dan cepat







Ekspirasi dalamdan lambat karena udara yang ditangkap terperangkap karena spasme dan mucus.







Berlangsung selama 1 jam sampai beberapa jam (kasus biasa), dapat reda dengan spontan atau terapi bronkodilator.







7.



Batuk produktif, sering pada malam hari



Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan persistem yang diprioritaskan pada bagian thorax. Pada thorax : -



Inspeksi



: Mengamati gerakan untuk menunjang inspeksi



-



Palpasi



: bentuk dada, otot yang bekerja



-



Auskultrasi



: Mengetahui apakah ada suara bising (wheezing/mengi pada bronki)



-



Perkusi



: Untuk memgamati adanya cairan atau tidak pada cavum pleura



Kulit thorak kering, muka pucat, bibir kering 8.



Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium  Darah (terutama eosinofil, Ig E total, Ig E spesifik)  Sputum (eosinofil, spiral curshman, kristal charcot – leyden) b. Radiologi  Tes fungsi paru dengan spirometri/peak flow meter untuk menentukan adanya obstruksi jalan nafas.  Thorax photo didapatkan penyempitan bronkus spasme.



9.



Diagnosis Kriteria a. Ringan : Denyut nadi < 100/menit, (APE > 60 %) b. Sedang : Denyut nadi 100 – 120/menit, (APE 40 – 60 %) c. Berat



10.



: Denyut nadi > 120 /menit, (APE < 40 % atau 100/menit)



Terapi/Tindakan Penanganan Yang termasuk obat antiasma adalah : Bronkodilator Untuk bronkodilatasi atau pelebaran bronkus. 1)



Agonis β 2 Terbutalin, salbutamol, dan feneterol memiliki lama kerja 4 - 6 jam, sedangkan agonis β 2 long-acting bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol, foemoterol, bambuterol, dan lain – lain. Bentuk aerosol dan inhalansi memberikan efek bronkodilatasi yang sama dengan dosis yang jauh lebih kecil yaitu sepersepuluh dosis oral dan pemberiannya lokal.



2)



Metilxantin Teofilin dan aminofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengan konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang.



3)



Antikolinergik Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi dan profilaksis. Salah satu contoh antikolinergik ini adalah atropin. Jenis obat-obatan ini menimbulkan efek bronkodilator.



4)



Kortikosteroid Kortikosteroid dapat mengurangi inflamasi dan mengurangi konstriksi saluran nafas. Jenis kortikosteroid yang biasa digunakan adalah hidrokortison. Obat jenis ini biasanya diberikan secara intravena.



Pathway



Faktor Intrinsik



Faktor Ekstrinsik



Alergen(bulu binatang,debu, serbuk bunga) Antigen merangsangIgE di sel mast, maka terjadi reaksi antigen-antibody



Sistem Saraf Otonom



Faktor pemicu: Infeksi, emosi,olahraga berlebih, dingin, polutan, merokok,



Terjadi Proses pelepasan produk-produk sel mast (mediator kimiawi): Histamin, Bradikinin, prostaglandin, anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A)



Saraf parasimpatis Asetinkolin pada otot polos bronkus meningkat



Mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas Bronkokontriksi Peningkatan Spasme otot bronkus Edema mukosa mukus



Bersihanjalannaf astidakefektif



Obstruksi jalan napas asma



Aliran O2 terhambat



Ekspirasi panjang



Suplai O2 keperiferinadekuat



Ketidakefektifan pola nafas



Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer



B.



KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KAJIAN KEPERAWATAN KRITIS 1. Pengkajian a. Keluhan :  Sesaknafastiba-tiba,biasanyaadafaktorpencetus  Terjadikesulitanekspirasi / ekspirasidiperpanjang  Batukdengansekretlengket  Berkeringatdingin  Terdengarsuaramengi / wheezing keras  Terjadiberulang, setiapadapencetus  Seringadafaktorgenetik/familier Primary survey : AIRWAY Pengkajian: Pada pasien dengan status asma tikus ditemukan adanya penumpukan sputum pada jalan nafas. Hal ini menyebabkan penyumbatan jalan napas sehingga status asma tikus ini memperlihatkan kondisi pasien yang sesak karena kebutuhan akan oksigen semakin sedikit yang dapat diperoleh. BREATHING Pengkajian : Adanya sumbatan pada jalan napas pasien menyebabkan bertambahnya usaha napas pasien untuk memperoleh oksigen yang diperlukan oleh tubuh.Namun pada status asma tikus pasien mengalami nafas lemah hingga adanya henti napas. Sehingga ini memungkinkan bahwa usaha ventilasi pasien tidak efektif. Disamping itu adanya bising mengi dan sesak napas berat sehingga pasien tidak mampu menyelesaikan satu kalimat dengan sekali napas, atau kesulitan dalam bergerak. Pada pengkajian ini dapat diperoleh frekuensi napas lebih dari 25 x / menit. Pantau adanya mengi.



CIRCULATION Pengkajian : Pada kasus status asmatikus ini adanya usaha yang kuat untuk memperoleh oksgien maka jantung berkontraksi kuat untuk memenuhi kebutuhan tersebut hal ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut nadi lebih dari 110 x/menit. Terjadi pula penurunan tekanan darah sistolik pada waktu inspirasi, arus puncak ekspirasi ( APE ) kurang dari 50 % nilai dugaan atau nilai tertinggi yang pernah dicapai atau kurang dari 120 lt/menit. Adanya kekurangan oksigen ini dapat menyebabkan sianosis yang dikaji pada tahap circulation ini.



Secondary Survey: Pemeriksaan secondary survey merupakan suatu kegiatan mencari perubahan-perubahan yang dapat berkembang menjadi lebih gawat dan mengancam jiwa apabila tidak segera diatasi dengan pemeriksaan dari kepala sampai kaki (head to toe). Biasanya dilakukan setelah pemeriksaan primer dan setelah resusitasi. Pemeriksaan sekunder dilakukan untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin tidak diidentifikasi sebagai masalah yang mengancam jiwa (masalah-masalah yang tidak mengharuskan untuk dilakukan perawatan atau penanganan segera agar korban selamat, tetapi mungkin mengancam jiwa jika tidak ditangani) dan juga untuk mendeteksi penyakit atau trauma yang diderita pasien sehingga dapat ditangani lebih lanjut.  Disability  Pasien tampak lemah  Eksposure  Tidak adanya edema ekstremitas  Tidak ada jejas pada kepala  Five intervention Pemeriksaan Laboratorium:



-



Pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis leukosit), kadar elektrolit serum,ureum dan kretinin,



-



Pemeriksaan analisa gas darah (pH, pCO2, pO2, HCO3, SaO2)



 Give comfort  Pasien tampak kesulitan dalam menarik nafas  Terdapat penggunaan otot bantu pernafasan  Head to toe  Kepala dan wajah : tidakada data abnormal  Leher : pada pemeriksaan leher tidak ada data yang abnormal  Dada : suara nafas mengi/wheezing, terdapat penggunaan otot bantu pernafasan  Abdomen dan pinggang : Inspeksi : tidak ada distensi abdomen Auskultasi : Bising usus normal Perkusi : suara perut timpani Palpasi : tidak di temukan adanya pembesaran hati.  Pelvis dan perineum : tidak ada masalah pada pemeriksaan pelvis dan perenium.  Ekstremitas : akral teraba dingin, periksa CRT, kaji adanya sianosis  Inspect the posterior surface Tidak ada masalah pada pemeriksaan bagian belakang. 2. Diagnosakeperawatan : a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sputum b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan c. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai oksigen in adekuat 3. Perencanaan Keperawatan : a.



Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama …. X 10 menit, diharapkan jalan napas klien efektif dengan criteria hasil :



NOC Label >> Respiratory Status : Airway Patency       



RR klien normal 16-20 x/menit Irama pernapasan teratur Kedalaman inspirasi normal Tidak ada suara nafas tambahan Tidak ada penggunaan otot bantu napas Tidak ada retraksi dinding dada Penggunaan otot bantu napas



Intervensi : NIC Label >>>Airway Management   



Pertahankan kepatenan jalan napas pasien Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan penyisipan actual saluran nafas Auskultasi suara nafas, catat hasil penurunan daerah ventilasi atau tidak adanya







suara adventif Monitor pernapasan dan status oksigen yang sesuai



NIC Label >>>Medication Administration   



Ikuti lima pemberian obat yang benar Catat riwayat kesehatan pasien serta riwayat alergi Menentukan pengetahuan pasien dan pemahaman mengenai obat yang akan di



 



gunakan Monitor keadaan pasien dalam menentukan respon dari obat yang diberikan Berikan obat dengan nebulizer



b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1x10 menit, diharapkan pola nafas pasien efektif dengan kriteria hasil : NOC Label >>> Respiratory Status : Breathing -



pasien melaporkan sesak napas berkurang



-



pernafasan teratur



-



takipneu atau bradipneu tidak ada



-



pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri



-



tanda vital dalam batas normal



-



penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada



-



napas cuping hidung tidak ada



-



tidak ada suara nafas tambahan



Intervensi : NIC Label >>> Oxygen Therapy      



Bersihkan secret yang ada di mulut, hidung, dantrakea yang sesuai Mempertahankan jalan napas patency Siapkan peralatan oksigenasi dan hidupkan panaskan humidifier Mengelola oksigen tambahans eperti yang diperintahkan Monitor aliran oksigen Monitor efektivitas terapi oksigen seperti nadi, ABGs yang benar



NIC Label >>>Respiratory Monitoring   



Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan usaha pasien saat bernafas Catat pergerakan dada, simetris atau tidak, menggunakan otot bantu pernafasan Monitor polanafas: bradypnea, tachypnea, hiperventilasi, respirasi kussmaul,



   



respirasi cheyne-stokes dll Palpasi kesamaan ekspansi paru Monitor kelelahan otot diafragma Auskultasi suara paru setelah pengobatan diberikan Catat nilai SaO2, tidal CO2 dan ABG yang sesuai



c.



Gangguan



perfusi



jaringan



perifer



berhubungan



dengan suplai oksigen in adekuat Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama ....x ..perfusi jaringan perifer teratasi dengan indikator : NOC Label >>>Perfusi jaringan seluler :  Perubahan suhu pada kulit ekstremitas (hangat)  Perubahan Capilary refill CRT >>Circulation status :  Perubahan tekanan darah sistolik(120-90 mmHg)  Perubahan tekanan darah diastolic (90-60 mmHg) Intervensi : NIC Label>>>Monitor asambasa 



Catat suhu tubuh pasien dan presentase oksigen dalam darah







Catat jika level PaCO2 menunjukan asidosis respiratori, alkalosis respiratori, atau



 



normal Catat jika HCO3 menunjukan asidosis metabolik, alkalosis metabolik, atau normal Catat nilai PaO2, SaO2 dan hemoglobin untuk mengetahui oksigenasi pada arteri



NIC Label>>>Hemodinamik regulation  



Monitor dan dokumentasi heart rate,irama jantung , dan tekanan darah Monitor tekanan perifer ,capillary revil, dan perubahan suhu dan warna kulit







ekstremitas Monitor efek pengobatan



4. Evaluasi Keperawatan a.



Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum



NOC Label >> Respiratory Status : Airway Patency       



b.



RR klien normal 16-20 x/menit Irama pernapasan teratur Kedalaman inspirasi normal Tidak ada suara nafas tambahan Tidak ada penggunaan otot bantu napas Tidak ada retraksi dinding dada Penggunaan otot bantu napas



Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan



NOC Label >>> Respiratory Status : Breathing 2.



pasien melaporkan sesak napas berkurang



3.



pernafasan teratur



4.



takipneu atau bradipneu tidak ada



5.



pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri



6.



tanda vital dalam batas normal



c.



7.



penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada



8.



napas cuping hidung tidak ada



9.



tidak ada suara nafas tambahan



Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai oksigen in adekuat NOC Label : Tissue Perfusion  Perubahan suhu pada kulit ekstremitas (hangat)  Perubahan Capilary refill CRT