7 0 193 KB
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU
OLEH : NI KOMANG DIANA PRATIWI NIM : P07120016003 TINGKAT 2.1 DIII KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2018
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN KANKER PARU I. KONSEP DASAR PENYAKIT A. PENGERTIAN Kanker adalah penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal. Sel-sel kanker akan berkembang dengan cepat, tidak terkendali dan akan terus membelah diri. Selanjutnya, sel kanker akan menyusup ke jaringan sekitarnya (invasif) dan terus menyebar melalui jaringan ikat, darah, serta menyerang organ-organ penting dan syaraf tulang belakang. Dalam keadaan normal, sel tubuh hanya akan membelah diri jika ada penggantian sel-sel yang telah mati dan rusak. Sebaliknya, sel kanker akan terus membelah walaupun tubuh tidak memerlukannya. Akibatnya akan terjadi penumpukan sel baru yang disebut tumor ganas. Penumpukan sel baru tersebut akan mendesak dan merusak jaringan normal sehingga mengganggu organ yang ditempatinya. Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau karsinoma bronkogenik. (Suryo, 2010). Kanker paru adalah tumor ganas paru yang berasal dari saluran napas atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan bentuk epitel dan menghilangnya silia (Robbin & Kumar, 2007). B. KLASIFIKASI KANKER PARU Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan kanker paru sel tidak kecil (non-small cell lung cancer, NSCLC). NSCLC merupakan tipe paling umum dari kanker paru-paru, dan tidak seagresif dibandingkan dengan SCLC. NSCLC cenderung tumbuh dan menyebar lebih lambat. Bila didiagnosa secara dini, pembedahan dan/atau
radioterapi, kemoterapi, dapat memberikan harapan akan kesembuhan. SCLC merupakan kanker yang memiliki tingkat pertumbuhan pesat dan menyebar cepat ke pembuluh darah menuju anggota tubuh lainnya. Seringkali, kanker ini dikategorikan sebagai penyakit kompleks saat terdiagnosa. Kanker ini biasanya
diobati
melalui
kemoterapi
dan
bukan melalui
prosedur
pembedahan. Klasifikasi ini digunakan untuk menentukan terapi. 1. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid) Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan mediastinum. (Wilson, 2005). 2. Adenokarsinoma Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala. 3. Karsinoma bronkoalveolus Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh. 4. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi. Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma yang saling berdekatan (Kumar, 2007). 5. Karsinoma sel besar Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh (Wilson, 2005). C. FAKTOR RISIKO KANKER PARU 1. Pengguna tembakau (perokok putih, kretek atau cerutu) 2. Hidup atau kontal erat dengan lingkungan asap tembakau (perokok pasif) 3. Radon dan asbes 4. Lingkungan industri tertentu 5. Zat kimia, seperti arsenic 6. Beberapa zat kimia organic 7. Radiasi dari pekerjaan, obat-obatan, lingkungan 8. Polusi udara 9. Hereditas D. TANDA DAN GEJALA Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala klinis. Bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. (Sudoyo Aru) Keluhan utama:
1. Batuk-batuk dengan/tanpa dahak (dahak putih, dapat juga purulen) lebih dari 3 minggu 2. Batuk darah 3. Sesak napas 4. Suara serak 5. Nyeri dada yang persisten 6. Sulit/sakit menelan 7. Benjolan di pangkal leher 8. Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa nyeri yang hebat. Tidak jarang yang pertama terlihat adalah gejala atau keluhan akibat metastasis di luar paru, seperti kelainan yang timbul karena kompresi hebat di otak, pembesaran hepar. Ada pula gejala dan keluhan tidak khas seperti : 1. Berat badan berkurang 2. Nafsu makan hilang 3. Demam hilang timbul E. ETIOLOGI Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, infeksi saluran pernapasan kronik dan faktor keturunan atau genetik (Amin, 2006). 1. Merokok Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus ( Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010). 2. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap asap rokok orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005). 3. Polusi udara Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005). 4. Paparan zat karsinogen Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat jika orang tersebut juga merokok. 5. Genetik Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. (Wilson, 2005).
6. Penyakit paru Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010). F. TAHAPAN PERKEMBANGAN KANKER PARU Tahapan perkembangan kanker paru dibedakan menjadi 2, yaitu : a. Tahapan kanker paru jenis karsinoma sel kecil (SLCC) 1.
Tahap terbatas, yaitu kanker yang hanya ditemukan pada satu bagian paru-paru saja dan pada jaringan disekitanya.
2.
Tahap ekstensif, yaitu Kanker yang ditemukan pada jaringan dada diluar paru-paru tempat asalnya, atau Kanker yang ditemukan pada organ-organ tubuh jauh.
b. Tahap Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (NSLCC) 1. Tahap tersembunyi, merupakan tahap ditemukannya sel Kanker pada dahak (sputum) pasien dalam sampel air saat bronkoskopi, tetapi tidak terlihat adanya tumor diparu-paru. 2. Stadium 0 Merupakan tahap ditemukannya sel-sel Kanker hanya pada lapisan terdalam paru-paru dan tidak bersifat invasif. 3. Stadium I Merupakan tahap Kanker yang hanya ditemukan pada paru-paru dan belum menyebar ke kalenjer getah bening sekitarnya. 4. Stadium II Merupakan tahap Kanker yang ditemukan pada paru-paru dan kalenjer getah bening di dekatnya. 5. Stadium III Merupakan tahap Kanker yang telah menyebar ke daerah disekitarnya, seperti dinding dada, diafragma, pembuluh besar atau kalenjer getah bening di sisi yang sama ataupun sisi berlawanan dari tumor tersebut. 6. Stadium IV
Merupakan tahap Kanker yang ditemukan lebih dari satu lobus paruparu yang sama, atau di paru-paru yang lain. Sel –sel Kanker telah menyebar juga ke organ tubuh lainnya, misalnya ke otak, kalenjer adrenalin , hati dan tulang. G. KOMPLIKASI KANKER PARU a. Sesak napas. Orang dengan kanker paru-paru dapat mengalami sesak napas jika kanker berkembang untuk menutup saluran udara yg utama. b. Batuk darah. Penyakit ini dapat menyebabkan perdarahan di saluran napas, yang dapat membuat Anda batuk darah (hemoptisis). c. Nyeri. Kanker paru-paru yg hebat meluas ke lapisan paru-paru atau bagian lain dari tubuh dapat menyebabkan rasa sakit. d. Cairan di dada (efusi pleura). Hal ini dapat menyebabkan cairan menumpuk di ruang yang mengelilingi paru-paru di rongga dada (ruang pleura). e. Kematian. Tingkat ketahanan hidup untuk orang didiagnosis dengan penyakit ini sangat rendah. Dalam kasus mayoritas, penyakit ini mematikan. Komplikasi komplikasi kanker paru-paru bergantung pada posisi, ukuran, jenis, dalam paru-paru, dan penyebaran kanker. Suatu tumor dapat menyebabkan
penyumbatan
salah
satu
tabung
pernapasan
utama,
menyebabkan runtuhnya daerah paru-paru, atau peningkatan cairan di rongga paru-paru mungkin akan berkembang. H. PATOFISIOLOGI Penyebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan
sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor. Initiati agen biasanya bisa berupa unsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik (DNA). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama mingguan sampai tahunan. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk yang berkepanjangan , hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka. Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel, daerah asal, dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid (sel skuamosa), karsinoma sel kecil (sel oat), karsinoma sel besar (tak terdeferensiasi) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh di cabang bronkus perifer dan alveoli. Karsinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehingga mempunyai
prognosis
buruk.
Sedangkan
pada
sel
skuamosa
dan
adenokarsinoma prognosis baik karena sel ini pertumbuhan lambat. Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru
dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka. Pohon Masalah : Faktor Kimiawi
Faktor Genetik
Faktor Fisik
Faktor Bioorganisme
Faktor Nutrisi
infeksi saluran pernapasan
Bahan Karsinogenik mengendap
Iritasi mukosa bronkus
Peradangan Kronik
Pembelahan sel yang tidak terbatas
KANKER PARU
Ulserasi Bronkus
Karsinoma Sel Besar
metaplasia sel skuamosa
Karsinoma sel oat
Pada bronkus
Reaksi Radang
obstruksi bronkus Obstruksi bronkus
Prognosis buruk
Penumpukan sekret
empisema
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif
Ansietas Batuk
Penekanan saraf
Nyeri
Gangguan Pertukaran Gas
Anoreksia
kadar O2 ke jaringan menurun
lemah atau letih
Defisit Nutrisi
Intoleransi Aktivitas
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1.
Radiologi. a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada. Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra. b. Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2.
Laboratorium. a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe). Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma. b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi. c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat
dilakukan
untuk
mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru). 3.
Histopatologi. a. Bronkoskopi. Memungkinkan
visualisasi,
pencucian
bagian,dan
pembersihan sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui). b. Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %. c. Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara torakoskopi. d. Mediastinosopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.
e. Torakotomi. Torakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor. 4.
Pencitraan. a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
J. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Manajemen umum : terapi radiasi 2. Pembedahan : Lobektomi, pneumonektomi, dan reseksi. 3. Terapi obat : kemoterapi II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN 1. Data Subjektif: Anamnesis Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadangkadang bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun, dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, keniasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru. 2. Data Objektif Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura. Pemeriksaan Fisik : Pada pemeriksaan fisik pasien dengan kanker paru akan didapatkan sebagai berikut : a. Inspeksi Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris.
Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain. b. Auskultasi Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising usus. Suara tidak normal yang dapat diauskultasi pada nafas adalah : 1) Rales : suara yang dihasilkan dari eksudat lengket saat saluransaluran halus pernafasan mengembang pada inspirasi (rales halus, sedang, kasar). Misalnya pada klien pneumonia, TBC. 2) Ronchi : nada rendah dan sangat kasar terdengar baik saat inspirasi maupun saat ekspirasi. Ciri khas ronchi adalah akan hilang bila klien batuk. Misalnya pada edema paru. 3) Wheezing : bunyi yang terdengar “ngiii….k”. bisa dijumpai pada fase inspirasi maupun ekspirasi. Misalnya pada bronchitis akut, asma. 4) Pleura Friction Rub : bunyi yang terdengar “kering” seperti suara gosokan amplas pada kayu. Misalnya pada klien dengan peradangan pleura. c. Palpasi Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari- jari adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban,
vibrasi,
ukuran.
Langkah-langkah
yang
perlu
diperhatikan selama palpasi : 1) Ciptakan lingkungan yang nyaman dan santai 2) Tangan perawat harus dalam keadaan hangat dan kering 3) Kuku jari perawat harus dipotong pendek 4) Semua bagian yang nyeri dipalpasi paling akhir. Misalnya : adanya tumor, oedema, krepitasi (patah tulang), dan lain-lain. d. Perkusi Perkusi bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, ukuran, bentuk dan konsistensi jaringan. Perawat menggunakan kedua tangannya sebagai alat untuk menghasilkan suara. Adapun suara-suara yang dijumpai pada perkusi adalah :
1) Sonor : suara perkusi jaringan yang normal. 2) Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru pada pneumonia. 3) Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung, perkusi daerah hepar. 4) Hipersonor/timpani : suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong, misalnya daerah caverna paru, pada klien asthma kronik. Pemeriksaan Diagnostik a. Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk : 1) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas. 2) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-organ lainnya. 3) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis. b. Pemeriksaan Radiologi Pemeriksaan radiologi adalah pemeriksaan yang paling utama dipergunakan untuk kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi
yang
bervariasi.
Pemeriksaan
ini
dilakukan
untuk
menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening, dan metastasis ke organ lain. Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer.Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker paru dengan dinding toraks, bronkus, dan pembuluh darah secara jelas.Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks.Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan. c. Sitologi Sitologi merupakan
metode
pemeriksaan
kanker
paru
yang
mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang
rendah.Pemeriksaan
dilakukan
jaringan.Pemeriksaan
sitologi
dengan dapat
mempelajari menunjukkan
sel
pada
gambaran
perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan. Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk mendapatkan bahan sitologik.Pemeriksaan sputum adalah pemeriksaan yang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi. d. Bronkoskopi Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk bronkoskopi.Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop. e. Biopsi Transtorakal Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan dengan tumor. f. Torakoskopi Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alat torakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebahagian jaringan paru yang tampak.Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada.
1. Aktivitas/ istirahat. Gejala : Kelemahan, ketidakmampuan mempertahankan kebiasaan rutin, dispnea karena aktivitas. Tanda : Kelesuan( biasanya tahap lanjut). 2. Sirkulasi. Gejala : JVD (obstruksi vana kava). Bunyi jantung : gesekan pericardial (menunjukkan efusi), Takikardi/ disritmia, Jari tabuh. 3. Integritas ego. Gejala : Perasaan takut. Takut hasil pembedahan,Menolak kondisi yang berat/ potensi keganasan. Tanda : Kegelisahan, insomnia, pertanyaan yang diulang- ulang. 4. Eliminasi. Gejala : Diare yang hilang timbul (karsinoma sel kecil). Peningkatan frekuensi/
jumlah
urine
(ketidakseimbangan
hormonal,
tumor
epidermoid) 5. Makanan/ cairan. Gejala : Penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, Kesulitan menelan, Haus/ peningkatan masukan cairan. Tanda : Kurus, atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut) Edema wajah/ leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/ periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) Glukosa
dalam
urine
(ketidakseimbangan
hormonal,
tumor
epidermoid). 6. Nyeri/ kenyamanan. Gejala : Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi. Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau adenokarsinoma) Nyeri abdomen hilang timbul. 7. Pernafasan. Gejala : Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau produksi sputum. Nafas pendek, Pekerja yang terpajan polutan, debu industri, Serak, paralysis pita suara. Riwayat merokok Tanda : Dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil (menunjukkan konsolidasi). Krekels/ mengi pada inspirasi atau ekspirasi
(gangguan
aliran
udara),
krekels/
mengi
menetap;
pentimpangan trakea ( area yang mengalami lesi). Hemoptisis. 8. Keamanan.
Tanda : Demam mungkin ada (sel besar atau karsinoma) Kemerahan, 9.
kulit pucat (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) Seksualitas. Tanda : Ginekomastia (perubahan hormone neoplastik, karsinoma sel besar) Amenorea/ impotent (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN MENURUT SDKI 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d (hipersekresi jalan nafas, sekresi yang tertahan, proses infeksi) 2. Gangguan pertukaran gas b/d (ketidakseimbangan ventilasi-perfusi, perubahan membran alveolus-kapiler) 3. Nyeri akut berhubungan b/d agen pencedera fisiologis (imflamasi, neoplasma). 4. Defisit nutrisi b/d ketidakmampuan untuk menelan makanan 5. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan. 6. Ansietas b/d ancaman terhadap kematian C. PERENCANAAN KEPERAWATAN NO
DX. KEPERAWATAN
TUJUAN & KRITERIA
INTERVENSI (NIC)
HASIL (NOC) 1.
Bersihan
jalan NOC
nafas tidak efektif b/d
(hipersekresi
jalan nafas, sekresi yang
tertahan,
proses infeksi)
NIC
a. Respiratory status : Ventilation b. Respiratory status : Airway patency Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan mampu mempertahankan kebersihan jalan nafas dengan kriteria : a.Mendemonstrasikan
Airway management 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi 2. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan 3. Lakukan fisioterapi dada jika perlu 4. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction 5. Ajarkan cara melakukan batuk efektif 6. Mengelola kelembaban udara atau oksigen 7. Auskultasi suara nafas,
batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernapas dengan mudah)
catat adanya suara tambahan 8. Mengatur asupan cairan untuk mengoptimalkan keseimbangan cairan 9. Memonitor status pernapasan dan oksigenasi
b.Menunjukkan jalan nafas yang paten
Airway suctioning
(frekuensi pernafasan
1. Ajarkan cara menjaga
rentang normal, tidak
kebersihan tangan 2. Auskultasi suara nafas
ada suara nafas abnormal) c.Mampu mengidentifikasi dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
sebulum dan sesudah suctioning 3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang suctioning 4. Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan 5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi suktionnasotrakeal 6. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasatrakeal 7. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suksion 8. Hentikan sucsion dan berikan oksigen apabila pasien menunjukan
bradikardi, peningkatan saturasi O2,dll. 9. Teknik suction berbeda, berdasarkan respon klinis pasien 10. Pantau dan catat sekresi warna, jumlah dan konsistensi 11. kirim sekresi untuk tes kultur dan sensitivitas Respiratory Monitoring 1. Monitor tingkat, kedalaman irama dan usaha respirasi 2. Pantau dyspnea dan peristiwa yang meningkatkan dan memperburuk kondisi pasien 3. Monitor hasil ront-gen dada 2.
Gangguan
NIC : Management asam basa pertukaran gas b/d a. Respiratory Status : 1. Posisikan pasien untuk (ketidakseimbangan Gas memaksimalkan ventilasi-perfusi, exchange ventilasi perubahan b.Keseimbangan asam 2. Dapatkan atau membran alveoluskapiler)
NOC
basa, Elektrolit
pertahankan
c. Respiratory Status : ventilation a. Vital Sign Status Setelahdilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam gangguan pertukaran pasien teratasi dengan kriteria hasil:
3.
jalur
intravena Pertahankan kepatenan
jalan nafas 4. Monitor tanda gagal nafas 5. Monitor
kepatenan
respirasi 6. Lakukan
fisioterapi
dada jika perlu 7. Keluarkan
sekret
a. Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang
kebersihan paru paru dan bebas dari tandadistress
pernafasan c. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang
bersih,
tidak ada sianosis dan
batuk
atausuction 8. Auskultasi suara nafas, catat
adekuat b. Memelihara
tanda
dengan
adanyasuara
tambahan 9. Berikan bronkodilator 10. Barikan pelembab udara 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan. 12. Monitor respirasi dan status O2 13. Catat
pergerakan
dyspneu
dada,amati kesimetrisan,
(mampumengeluarkan
penggunaan
otot
sputum,mampu
tambahan,retraksi
otot
bernafas mudah,
dengan tidak
pursedlips) d. Tanda-tanda
ada vital
dalam rentang normal
supraclavicular danntercostal 14. Monitor suara
nafas,
seperti dengkur 15. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,kussmaul, hiperventilasi,
cheyne
stokes,biot 16. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya ventilasi dansuara tambahan 17. Monitor TTV, AGD, elektrolit ststusmental 18. Observasi khususnya mukosa
dan sianosis membrane
19. Jelaskan dan
pada
keluarga
pasien tentang
persiapan tindakan dan tujuan penggunaan alat tambahan
(O2,
Suction,Inhalasi) 20. Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama dan denyut jantung 3.
Nyeri
akut NOC : a. Pain level berhubungan b/d b. Pain control agen pencedera c. Comfort level
NIC : Pain Management 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
fisiologis
Setelah
dilakukan
(imflamasi,
tindakan
neoplasma).
selama 3 x 24 jam. Pasien
keperawatan
tidak mengalami nyeri, dengan : Kriteria Hasil a. Mampu
mengontrol
nyeri (tahu penyebab nyer,
mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri,
mencari bantuan) b. Melaporkan bahwa nyeri
komprehensif
termasuk
lokasi,
karakteristik,
furasi,
frekuensi,
kualitas
dan
faktor presipitasi 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3. Bantu pasien dan keluarga untuk
mencari
dan
menemukan dukungan 4. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti
suhu
pencahayaan
rungan, dan
kebisingan 5. Kurangi faktor presipitasi
berkurang
nyeri dnegan menggunakan 6. Kaji tipe dan sumber nyeri manajemen nyeri c. Mampu mengenali nyeri intensitas,
untuk
menentukan
intervensi (skala, 7. Ajarkan tentang teknik non
frekuensi
farmakologi : napas dala,
dan tanda nyeri) d. Menyatakan rasa
relaksasi, distraksi, kompres hangat/dingin
nyaman setelah nyeri 8. Berikan informasi tentang berkurang e. Tanda vital
nyeri dalam
seperti
penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
rentang normal f. Tidak mengalami
akan
berkurang
dan
antisipasi ketidaknyamanan
gangguan tidur
dari prosedur 9. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic Distraction 1. Dorong
pasien
memilih
teknik
(musik,
terlibat
untuk distraksi dalam
percakapan atau bercerita, mengingat kejadian yang menyenangkan, pada 2.
foto,
berfokus
humor,
atau
latihan pernapasan dalam) Identifikasi dengan pasien daftar
kegiatan
yang
menyenangkan 3. Dorong partisipasi keluarga dalam memberikan teknik distraksi yang diperlukan 4. Evaluasi respon pasien terhadap kegiatan distraksi 5. Anjurkan pasien tentang manfaat
merangsang
berbagai rasa melalui musik, membaca,dll. Relaxation Therapy 1. Jelaskan manfaat relaksasi, batasan, dan jenis relaksasi yang tersedia 2. Pertimbangkan kesediaan
individu untuk berpartisipasi, kemampuan untuk berpartisipasi, sebelum memilih strategi relaksasi tertentu 3. Gunakan nada lembut suara dengan lambat, bila perlu 4. Evaluasi hasil relaksasi dicapai, dan secara berkala memantau ketegangan otot, denyut 4.
jantung, tekanan darah NIC : Nutrition Management a. Nutritional status a.Kaji adanya alergi : food and fluid makanan b. Nutritional status a. Kolaborasi dengan ahli
Defisit nutrisi b/d NOC : ketidakmampuan untuk makanan
menelan
: nutrient intake c. Weight control Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan
masalah
ketidakseimbangan nutrisi dari
tubuh
dapat
kebutuhan teratasi
dengan Kriteria Hasil : a. Adanya peningkatan berat badan
jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien b. Anjurkan pasien untuk meningkatkan
protein
dan vitamin C c. Yakinkan diet
keperawatan kurang
gizi untuk menentukan
sesuai
dengan tujuan b. Berat badan ideal
dimakan tinggi
yang
mengandung serat
untuk
mencegah konstipasi d. Berikan makanan yang terpilih
(sudah
dikonsultasikan
dengan
ahli gizi) e. Ajarkan bagaimana
pasien membuat
catatan makanan harian
sesuai
dengan
tinggi badan c. Mampu mengidentifikasi
f. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori g. Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan
kebutuhan nutrisi nutrisi yang dibutuhkan d. Tidak ada tanda- Nutrition Monitoring a. BB pasien dalam batas tanda malnutrisi e. Menunjukkan normal b. Monitor adanya peningkatan fungsi penurunan berat badan pengecapan dari c. Monitor tipe dan jumlah menelan aktivitas yang biasa f. Tidak terjadi dilakukan penurunan berat d. Monitor interaksi anak g. Berikan informasi atau orang tua selama tentang kebutuhan makan nutrisi e. Monitor lingkungan selama makan f. Jadwalkan pengobatan dan
tindakan
tidak
selama jam makan g. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi h. Monitor turgor kulit i. Monitor mual dan muntah j. Monitor kadar albumin, total protein, Hb, dan kadar Ht k. Monitor
pertumbuhan
dan perkembangan l. Monitor pucat, kemerahan,
dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva m. Monitor kalori intake kalori n. Catat adanya
dan edema,
hiperemik,
hipertonik
papilla lidah dan cavitas oral o. Catat jika lidah berwarna magenta, scarlet Nutrition Therapy a. Dorong pasien untuk memilih
makanan
setengah
lunak
jika
kekurangan air liur atau mengalami
kesulitan
menelan b. Bantu pasien memilih
c.
untuk
makanan
lembut,
hambar,
makanan
tidak
yang sesuai Tentukan
dan asam,
kebutuhan
menggunakan selang saat makan d. Hentikan
penggunaan
selang bantu makan, jika asupan oral telah normal e. Monitor lingkungan pasien menciptakan
untuk suasana
yang menyenangkan dan santai f. Bantu pasien untuk posisi duduk sebelum makan atau saat makan g. Pantau hasil pemeriksaan laboratorium, yang sesuai Nutritional Counseling a. Tentukan kebiasaan asupan makanan pasien
b.
Identifikasi
perilaku
makan harus diubah c. Berikan informasi, yang diperlukan,
tentang
perlunya kesehatan untuk modifikasi
diet:
penurunan berat badan, penurunan kolesterol dan sebagainya d. Diskusikan
makanan
yang disukai
dan tidak
sukai pasien e. Bantu pasien menyatakan
dalam perasaan
dan kekhawatiran tentang pencapaian tujuan f. Puji upaya untuk 5.
mencapai tujuan NIC : Activity therapy a. Kolaborasi dengan
Intoleransi aktivitas NOC : b/d ketidakseimbangan
a. Energy conservation
antara suplai dan
b. Activity tolerance
kebutuhan oksigen,
c. Self care : ADLs
kelemahan.
Setelah dilakukan
tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakn
program terapi yang tepat b. Bantu klien untuk
tindakan keperawatan
mengidentifikasi aktivitas
3x24 jam diharapkan
yang mampu dilakukan c. Bantu klien untuk
mampu beraktivitas seperti biasa dengan
konsisten
kriteria :
yang
sesuai
dengan kemampuan fisik,
Kriteria hasil : a. Berpartisipasi dalam
memilih aktivitas yang
aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan
psikologi dan sosial d. Bantu pasien mengidentifikasi mendapatkan
dan sumber
yang diperlukan untuk
tekanan
darah,
nadi, dan RR
aktivitas yang diinginkan e. Bnatu pasien untuk mendapatkan
b. Mampu
bantuan aktivitas seperti
melakukan aktivitas
alat
sehari-
kusi roda, krek f. Bantu
hari (ADLs) secara mandiri
untuk
mengidentifikasi aktivitas yang disukai g. Bnatu klien
c. Mampu
untuk
berpindah : dengan
membuat jadwal latihan
atau tanpa bantuan
di waktu luang h. Bantu pasien/keluarga
alat
untuk
d. Status
kekurangan
dalam
beraktivitas i. Bantu pasien
untuk
kardiopulmonari adekuat e. Status respirasi :
mengembangkan
pertukaran gas dan ventilasi adekuat
mengidentifikasi
motivasi
diri
dan
penguatan j. Monitor respon
fisik,
emosi,
sosial
dan
spiritual 6.
Ansietas ancaman kematian
b/d NOC terhadap
NOC
a. Anxiety self-control
Anxiety
b. Anxiety level
(penurunan kecemasan)
c. Coping
Reduction
a. Gunakan pendekatan yang
Setelah dilakukan
menenangkan
tindakan keperawatan
b. Nyatakan
dengan
jelas
3x24 jam diharapkan
harapan terhadap pelaku
pasien merasa tenang dan
pasien
nyaman dengan kriteria : Kriteria Hasil : a. Klien
c. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan
mampu
mengidentifikasi dan mengungkapkan
selama prosedur d. Pahami prespektif pasien terhadap situasi stress
gejala cemas
e. Temani
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan dan menunjukkan untuk
tehnik
mengontrol
cemas c. Vital sign dalam batas normal
pasien
memberikan keamanan dan mengurangi takut f. Dorong
keluarga
untuk
menemani anak g. Lakukan back/ neck rub h. Dengarkan dengan penuh perhatian
d. Postur tubuh, ekspresi
i. Identifikasi
wajah, bahasa tubuh
kecemasan
dan tingkat aktivitas
untuk
j. Bantu
tingkat
pasien
mengenal
menunjukkan
situasi yang menimbulkan
berkurangnya
kecemasan
kecemasan
k. Dorong
pasien
untuk
mengungkapkan perasaan, ketakutan, persepsi l. Instruksikan
pasien
menggunakan
teknik
relaksasi Berikan
obat
untuk
mengurangi kecemasan D. PENATALAKSANAAN KANKER PARU Tujuan pengobatan kanker dapat berupa : a) Kuratif Memperpanjang masa bebas penyakit dan meningkatkan angka harapan hidup klien. b) Paliatif. Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup. c) Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal. Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga. d) Supotif. Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti infeksi. (Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana
Asuhan Keperawatan, 2000) e) Pembedahan. Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain, untuk
mengankat
semua
jaringan
yang
sakit
sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru –paru yang tidak f)
terkena kanker. Toraktomi eksplorasi. Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy. g) Pneumonektomi (pengangkatan paru). Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa diangkat. h) Lobektomi (pengangkatan lobus paru). Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak i) j)
tuberkulois. Resesi segmental. Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru. Resesi baji. Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit peradangan
yang
terlokalisir.
Merupakan
pengangkatan
dari
permukaan paru – paru berbentuk baji (potongan es). k) Dekortikasi. Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris) l) Radiasi Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus. m) Kemoterafi. Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi. E. EVALUASI Hasil yang diharapkan : 1. Pasien menunjukkan jalan nafas yang paten, dapat mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dispnea,
mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab, foto thorak dalam batas normal, saturasi O2 dalam batas normal 2. Nutrisi kurang pada pasien teratasi 3. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan, pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar. pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya. 4. Pasien dapat bernafas dengan mudah, tidak irama, frekuensi pernafasan normal, pasien mampu menelan, mengunyah tanpa terjadi aspirasi, dan mampu melakukan oral hygiene, jalan nafas paten, mudah bernafas, tidak merasa tercekik dan tidak ada suara nafas abnormal. 5. Pasien dapat melakukan batuk efektif serta menghasilkan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis, dan dispneu, mampu bernafas dengan mudah, terdapat tanda-tanda vital dalam batas normal, AGD dalam batas normal. F. REFERENSI Elizabeth, J. Corwin.2008. Buku Saku Patofisiologis. Jakarta: ECG Gloria, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Sixth Edition. Amerika : Elsevier Mosby Ikhsanuddin. 2013. Keperawatan. http://repository.usu .ac.id/bitstream /12345 6789/3583/1/keperawatan-ikhsanuddin2.pdf Nurarif & Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA NIC – NOC Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta: Mediaction
Suryo, Joko. 2010. Herbal Penyembuhan Gangguan Sistem Pernapasan. Yogyakarta: B First Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta selatan : Dewan Pengurus Pusat William, Lippicont . 2008 . Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit . Jakarta: Indeks.