LP Gadar Asma [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN SISTEM PERNAFASAN PADA ASMA “ Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Gadar”



Sinta Aprilianti 201FK09015



PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA 2021 A. Definisi



Asma adalah penyakit jalan napas obstruksi intermiten reversible dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu,



dimanifestasikan



dengan



penyempitan



jalan



napas,



yang



mengakibatkan dispnea, batuk, dan mengi (Smeltzer, 2002 : 611) Asma adalah obstruksi jalan nafas yang bersifat reversibel, terjadi ketika bronkus mengalami inflamasi peradangan dan hiperresponsif (Reeves, 200! : 48) Asma adalah penyakit yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacam macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus atau bronkhiolus, bronkhiolus dan sekresi yang berlebihan dari kelenjar-kelenjar di mukosa bronchus. (Harnawatia, 2009) B. Penyebab / Faktor Predisposisi berdasarkan tipe asma 1. Asma Ekstrinsik (asma imunologi/asma alergi) Merupakan reaksi alergi terhadap beberapa factor pencetus. Di samping itu, asma ekstrinsik biasanya berhubungan dengan factor genetic yang dipengaruhi oleh factor pencetus : Inhalasi alergi (debu, serbuk-serbuk, bulu binatang, dan obat-obatan) 2. Asma Intrisik (asma nonimunologi/asma non alergi) Merupakan tipe asma yang factor penyebabnya tidak spesifik. Asma intrinsic dapat berkembang menjadi bronchitis kronik sampai pada emfisema. Asma ini biasanya ditimbulkan oleh : a. infeksi : parainfluenza virus, myco plasma b. fisik : cuaca dingin, perubahan temperature c. iritan : kimia d. populasi udara : rokok, parfum CO2 e. emosional : akut, cemas, tegang f. aktivitas berlebihan 3. Asma gabungan



Merupakan tipe asma yang paling umum diderita masyarkat. Fakto pencetus nya merupakan gabungan dari tipe intrinsic dan ekstrinsik. C. Patofisiologi Asma adalah obstruksi jalan nafas yang disebabkan oleh kontraksi otot-otot yang mengelilingi bronki, pembengkakan membran yang melapisi bronki, pengisian mucus kental. Akibatnya beban alveoli menjadi meningkat dan dinding alveoli menebal serta menjadi hiperinflasi pada alveoli. Hal ini menyebabkan udara terperangkap di dalam jaringan paru, CO2 terjebak di dalam darah, O2 tak bisa masuk, inilah yang menyebabkan obstruksi saluran nafas. Pada beberapa individu, system imunologis mengalami kelainan sehingga mengalami respon imun yang buruk, di mana antigen merangsang IgE di sel mast, hal ini menyebabkan proses mediator kimiawi yaitu pelepasan pelepasan dari produk-produk sel mast, seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat (SRS-A) Pelepasan- pelepasan tersebut mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan nafas



sehingga



menyebabkan



bronkospasme.



System



saraf



otonom



mempengaruhi paru. Tonus otot bronkial diatur melalui saraf parasimpatis. Ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, polutan, maka jumlah asetilkolin menjadi meningkat, peningkatan tersebut menyebabkan bronkokonstriksi dan juga merangsang pembentukan mediator kimiawi. D. Klasifikasi 1. Berdasarkan penyebab a. Asma alergik : disebabkan oleh alergen- alergen yang dikenal (misal : serbuk  sari, binatang, makanan, amarah, jamur)



b. Asma idiopatik atau non alergik : tidak berhubungan dengan alergen spesifik, faktor penyebab : perubahan cuaca, infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi,  pemakaian obat c. Asma gabungan : merupakan bentuk asma yang paling umum, mempunyai karakteristik dari bentuk alergik maupun idiopatik (non alergik) 2. Berdasarkan tingkatan asma a. Tingkat I -



Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru



-



Timbul bila ada factor pencetus baik didapat alamiah maupun bila ada factor pencetus baik didapat alamiah maupun dengan test provokasibronkial di laboratorium



b. Tingkat II -



Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-tanda obstruksi jalan nafas



-



Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan



c. Tingkat III -



Tanpa keluhan



-



Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas



-



Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali



d. Tingkat IV -



Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi weezing



-



Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas



e. Tingkat V -



Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan



asma akut yang berat bersifat refrators berat bersifat



refractor sementara terhadap pengobatan sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai -



Asma pada dasarnya dasarnya merupakan merupakan penyakit penyakit obstruksi obstruksi jalan nafas yang reversible ada asma yang berat dapat timbul gejala seperti kontraksi otot-otot pernafasan, sianosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.



E. Gejala Klinis 1. Dispnea berat (sesak nafas) 2. Retraksi dada 3. Napas cuping hidung 4. Wheezing 5. Pernapasan yang dalam dan cepat 6. Ekspirasi dalam dan lambat karena udara yang ditangkap terperangkap karena spasme dan mucus 7. Berlangsung selama 1 jam sampai beberapa jam (kasus biasa) dapat reda dengan spontan atau terapi spontan atau terapi bronkodilator 8. Batuk produktif, sering pada malam hari. F. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan persistem yang diprioritaskan pada askan pada bagian thorax: 1. Inspeksi : mengamati gerakan untuk menunjang inspeksi 2. Palpasi : bentuk dada, otot yang bekerja



3. Auskultrasi : Mengetahui apakah ada suara bising (wheezing/mengi pada bronki) 4. Perkusi : untuk memgamati adanya cairan atau tidak pada cavum pleura kulit thorak kering, muka pucat, muka pucat, bibir kering G. Pemeriksaan Penunjang/ Diagnostik a. Pemeriksaan laboratorium - Darah (terutama eosinofil, Ig E total, Ig E spesifik) - Sputum (eosinophil, spiral curshman, kristal charcot-leyden) b. Radiologi - Tes fungsi paru dengan spirometri/peak flow meter untuk menentukan adanya obstruksi jalan nafas - Thorax photo didapatkan penyempitan bronkus spasme H. Diagnosis Kriteria a. Ringan : Denyut nadi 60%) b. Sedang : Denyut nadi 100-120/menit, (APE 40-60%) c. Berat : Denyut nadi >120/menit, (APE> Respiratory Status : Airway Patency - RR klien normal 16-20x/menit - Irama pernafasan teratur - Kedalaman inspirasi normal - Tidak ada suara nafas tambahan - Tidak ada penggunaan otot bantu nafas - Tidak ada retraksi dinding dada - Penggunaan otot bantu nafas Intervensi NIC Label >>> Airway management - Pertahankan kepatenan jalan nafas pasien - Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan penyisipan actual saluran nafas - Auskultasi suara nafas, catat hasil penurunan daerah ventilasi atau tidak adanya suara adventif - Monitor pernafasan dan status oksigen yang sesuai b. Ketidakefektifan pernafasan



pola



nafas



berhubungan



dengan



keletihan



otot



Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x10 menit, diharapkan pola nafas klien efektif dengan kriteria hasil : NOC Label >>> Respiratory Status : Breathing - Pasien melaporkan sesak nafas berkurang - Pernafasan teratur - Takipneu atau bradipneu tidak ada - Pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri - Tanda vital dalam batas normal - Penggunaan otot bantu pernafasan tidak ada - Nafas cuping hidung tidak ada - Tidak ada suaara nafas tambahan Intervensi NIC Label >>> Oxygen therapy - Bersihkan secret yang ada dimulut, hidung dan trakea yang sesuai - Mempertahankan jalan nafas patency - Siapkan peralatan oksigen dan hidupkan panaskan humidifier - Mengelola oksigen tambahan seperti yang diperintahkan - Monitor aliran oksigen - Monitor efektifitas terapi oksigen seperti nadi, ABGs yang benar NIC Label >>> Respiratory Management - Monitor kecepatan, ritme, kedalaman dan usaha pasien saat bernafas - Catat pergerakan dada, simetris atau tidak, menggunakan otot bantu pernafasan - Monitor pola nafas : bradypnea, tachypnea, hiperventilasi, respirasi kussmaul, respirasi cheyne-stokes dll - Palpasi kesamaan ekspansi paru - Monitor kelelahan otot diafragma - Auskultasi suaru paru setelah pengobatan diberikan - Catat nilai SaO2, tidak CO2 dan ABG yang sesuai



c. Gangguan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan suplai oksigen in adekuat Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1x24 jam, perfusi jaringan perifer teratasi dengan indicator : NOC Label >>> perfusi jaringan seluler - Perubahan suhu pada kulit ekstremitas (hangat) - Perubahan Capilary refill CRT >> Circulation Status - Perubahan tekanan darah sistolik (120-90 mmHg) - Perubahan tekanan darah diastolik (90-60 mmHg) Intervensi : NIC Label >>> Monitor asambasa - Catat suhu tubuh pasien dan presentase oksigen dalam darah - Catat jika level PaCO2, menunjukan asidosis respiratori, alkalosis respiratori atau normal - Catat jika HCO, menunjukan asidosis metabolic, alkalosis metabolic atau normal - Catat nilai PaO2, SaO dan hemoglobin untuk mengetahui oksigenasi pada arteri NIC Label >>> Hemodinamik Regulation - Monitor dan dokumentasi heart rate, irama jantung dan tekanan darah - Monitor tekanan perifer, capillary revil dan perubahan suhu dan warna kulit ekstremitas - Monitor efek pengobatan 4. Evaluasi Keperawatan



a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sputum NOC Label >> Respiratory Status : Airway Patency 



RR klien normal 16-20 x/menit







Irama pernapasan teratur







Kedalaman inspirasi normal







Tidak ada suara napas tambahan







Tidak ada penggunaan otot bantu napas







Tidak ada retraksi dinding dada







Penggunaan otot bantu napas



b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan keletihan otot pernapasan Tujuan : Setelah dilakukan askep selama 1x10 menit, diharapkan pola napas pasien efektif dengan kriteria hasil : NOC Label >> Respiratory Status : Breathing 



Pasien melaporkan sesak napas berkurang







Pernapasan teratur







Takipneu atau brapneu tidak







Pengembangan dada simetris antara kanan dan kiri







Tanda vital dalam batas normal







Penggunaan otot bantu pernapasan tidak ada







Napas cuping hidung tidak ada







Tidak ada suara napas tambahan



c. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan suplai oksigen in adekuat Tujuan : Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama … x .. perfusi jaringan perifer teratasi dengan indicator : NOC Label >>> Tissue Perfusion : 



Perubahan suhu pada kulit ekstremitas (hangat)







Perubahan Capilary refill CRT >> Circulation status : 



Perubahan tekanan darah sistolik (120-90 mmHg)







Perubahan tekanan darah diastolic (90-60 mmHg)



DAFTAR PUSTAKA Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC Dochterman, Joanne McCloskey. 2004. Nursing Interventions Classification (NIC) Fourth Edition St. Louis, Missouri : Mosby Elsevier Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC FKUI, 1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Jakarta : Bina Rupa Aksara Moorhead, Sue. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition. St. Louis Missouri : Mosby Elsevier Mowschenson, Peter M. 1990. Segi Praktis Ilmu Bedah untuk Pemula, Edisi 2 . Jakarta : Bina Rupa Aksara NANDA Internasional. 2010. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 20092011. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Resti, I. B. (2014). Teknik relaksasi otot progresif untuk mengurangi stres pada penderita asma. Jurnal ilmiah psikologi terapan, 2(1), 01-20. Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Brunner and Suddarth. Edisi 8 Vol. 3 Jakarta : EGC Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 7. Jakarta : EGC



NO 1



NAMA PENELITI Indriana Bil Resti



Teknik



JUDUL Relaksasi



METODE PENELITIAN Otot Single-Case experimental



Progesif



Untuk Mengruangi design



Stress Pada Penderita Asma



pada



penderita asma



2



HASIL Teknik relaksasi otot progesif yang



orang diberikan



dapat



membantu



mengurangi stress dan geja stress yang dirasakan oleh kedua subjek yang mempunyai penyakit asma dan juga



dapat



memperhambat



kambuhnya asma. Semakin sering berlatih maka akan semakin terampil.