LP Molahidatidosa [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN STASE ASUHAN KEBIDNAN KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA Dosen Pembimbing Pendidikan : Lina Haryani, M.Keb Dosen Pembimbing Lapangan : Mulatiningsih., SST., Bdn



Disusun Oleh Nurliana 2250351058



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2022



KATA PENGANTAR



Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayahNya terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Stase “Kehamilan”. Kemudian shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni al-qur’an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia. Laporan ini merupakan salah satu tugas Stase Kehamilan di program studi Pendidikan Profesi Bidan Universitas Jendal Achmad Yani Cimahi. Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan laporan ini. Akhirnya



penulis



menyadari



bahwa



banyak



terdapat



kekurangan-



kekurangan dalam penulisan laporan ini, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca demi kesempurnaan laporan ini. Cimahi, November 2022



Penulis



i



LEMBAR PENGESAHAN STASE ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN MOLAHIDATIDOSA TAHUN AKADEMIK 2022/2023



Dosen Pembimbing Pendidikan : Lina Haryani, M.Keb Dosen Pembimbing Lapangan : Mulatiningsih., SST., Bdn



Cimahi, November 2022 Pembimbing Akademik



Pembimbing Lapangan



Mahasiswa



Lina Haryani, M.Keb



Mulatiningsih., SST., Bdn



Nurliana



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.........................................................................................................i DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1 A.



Latar Belakang.......................................................................................................1



B.



Tujuan....................................................................................................................3



C.



Manfaat..................................................................................................................3



BAB II TINJAUAN TEORI..............................................................................................4 A.



Mola Hidatidosa.....................................................................................................4



1.



Definisi Mola Hidatidosa.......................................................................................4



2.



Etiologi...................................................................................................................4



3.



Patofisiologi...........................................................................................................5



4.



Faktor Risiko..........................................................................................................6



5.



Tanda dan Gejala....................................................................................................7



DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................11



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mola hidatidosa atau lebih dikenal dengan hamil anggur merupakan penyakit trofoblastik gestasional yang sering ditemukan dan merupakan salah satu kelainan dari kehamilan yang ditandai dengan perkembangan embrionik yang abnormal. Gejala-gejala yang biasanya muncul pada mola hidatidosa meliputi perdarahan terus menerus pada minggu ke-12 kehamilan, dimana kondisi ini bervariasi yaitu dapat berupa bercak bercak saja hingga perdarahan dalam jumlah banyak dengan warna kecoklatan sehingga beresiko menyebabkan anemia. Selain itu ditemukan juga manifestasi klinis seperti pembesaran perut (ukuran rahim) yang tidak sesuai dengan usia kehamilan, mual dan muntah yang sering dengan durasi yang lebih lama, peningkatam tekanan darah terkait dengan kehamilan, nyeri abdomen, tidak ada tandatanda adanya janin, kadar hormone korionik gonadotropin (HCG) yang meningkat di dalam darah dan urine ibu, tidak nafsu makan, denyut nadi cepat dan jantung berdebar-debar (Ratnawati, 2018). Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mendeteksi faktor penyebab terjadinya mola hidatidosa, tetapi sampai saat ini faktor langsung masih belum diketahui secara pasti. Diperkirakan beberapa faktor yang sering dikaitkan sebagai penyebab mola hidatidoa diantaranya kombinasi dari faktor lingkungan dan mutasi genetik (buruknya kualitas sperma atau gangguan pada sel telur) yang mengakibatkan kegagalan pada kehamilan dimana janin akan mati dan tidak berkembang. Selain itu usia merupakan salah satu faktor



1



2



yang mempengaruhi, dimana mola biasanya muncul pada pasien yang berusia muda < 16 tahun dan usia yang lebih tua yaitu > 45 tahun. Faktor lain yang diperkitakan berkaitan juga seperti kekurangan vitamin A, paritas, hipertensi serta keadaan gizi yang kurang baik, konsumsi makanan rendah protein, asam folat dan karoten (Margareth, 2013) World Health Organization (WHO) menguraikan bahwa di Provinsi Limpopo Afrika Selatan terdapat 70,6% kasus dengan mola hidatidosa. Studi epidemiologi yang dilakukan di Amerika Utara, Australia, Selandia Baru dan Eropa menguraikan kejadian mola hidatidosa berkisar 0,57–1,1 per 1000 kehamilan, sedangkan insiden mola hidatidosa di Asia menunjukan angka kejadian yang lebih tinggi dari pada di negara barat. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan di Asia Tenggara dan Jepang dimana mola hidatidiosa terjadi pada 2,0 per 1000 kehamilan dan di Indonesia sendiri angka kejadian mola hidatidosa berkisar antara 1:51 sampai 1:141 per 1000 kehamilan.(Sisca, 2013). Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan kejadian mola hidatidosa di Asia, terutama di Indonesia masih tergolong sangat tinggi. Mola yang tidak cepat mendapat penanganan akan memberikan dampak negatif bagi kelangsungan kehidupan dan keselamatan ibu, salah satunya dapat menyebabkan perdarahan bahkan selanjutnya menjadi penyebab kematian terbesar ibu. Guna mencegah dampak tersebut di atas, maka harus dilakukan satu tindakan untuk mengakhiri kehamilan yang patologis tersebut yaitu tindakan kuretase.



3



B. Tujuan Diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai mola hidatidosa pada ibu hamil dan asuhan kebidanan yang harus dilakukan oleh bidan. C. Manfaat Diharapakan dapat menambah pengetahuan ilmu kebidanan khususnya dalam kehamilan.



BAB II TINJAUAN TEORI



A. Mola Hidatidosa 1. Definisi Mola Hidatidosa Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili khorialis mengalami perubahan berupa degenerasi hodropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal yaitu berupa gelebung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai 1 atau 2 cm. Molahidatidosa adalah kehamilan di mana setelah terjadi fertilisasi tidak berkembang menjadi embrio, tetapi terjadi proliferasi tropoblast dan ditemukan villi korialis yang mengalami perubahan degenerasi hidropik dan stoma yang hipo vaskuler atau avaskuler, janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai gugus buah anggur (Nugroho, 2010). 2. Etiologi Hingga kini, penyebab mola hidatidosa belum diketahui secara pasti akan tetapi dikaitkan dengan faktor lingkungan dan mutasi genetik. Terjadinya mola hidatidosa dikaitkan dengan disregulasi produksi hCG, dimana pada mola hidatidosa komplit didapatkan peningkatan HhCG (hyperglycosylated hCG) hingga lebih dari 5% dan 4% pada mola



4



5



hidatidosa parsial. Transisi menjadi tumor ganas yang invasif juga dikaitkan dengan peningkatan signifikan HhCG, yaitu hingga 30-35% pada mola hidatidosa invasif dan hingga 100% pada koriokarsinoma. 3. Patofisiologi Jonjot-jonjot tumbuh berganda dan mengandung cairan merupakan kista-kista anggur, biasanya didalamnya tidak berisi embrio. Secara histopatologik kadang-kadang ditemukan jaringan mola pada plasenta dengan bayi normal. Bisa juga terjadi kehamilan ganda mola adalah: satu janin tumbuh dan yang satu lagi menjadi mola hidatidosa. Gelembung mola besarnya bervariasi, mulai dari yang kecil sampai berdiameter lebih dari 1 cm. Mola parliasis adalah bila dijumpai janin dan gelembunggelembung mola. Secara mikroskopik terlihat: a. Proliferasi dan trofoblas b. Degenerasi hidropik dari stroma villi dan kesembaban c. Terlambat atau hilangnya pembuluh darah dan stroma. Sel-sel langhans tampak seperti sel polidral dengan inti terang



dan



adanya sel sinsial giantik. Pada kasus mola banyak kita jumpai ovarium dengan kista lutein ganda berdiameter 10 cm atau lebih (25- 60%). Kista lutein akan berangsur-angsur mengecil dan kemudian hilang setelah mola hidatidosa sembuh (Mochtar, 2010). Sel telur seharusnya berkembang menjadi janin justru terhenti perkembangannya karena tidak ada buah kehamilan atau degenerasi sistem



6



aliran darah terhadap kehamilan pada usia 3-4 minggu. Pada fase ini sel seharusnya mengalami nidasi tetapi karena adanya poliferasi dari trofoblas atau pembengkakan vili atau degenerasi hidrifilik dari stroma vili dan hilangnya pembuluh darah stroma vili maka nidasi tidak terjadi. Selain itu sel trofoblas juga mengeluarkan hormon HCG yang akan mengeluarkan rasa mual dan muntah. Pada mola hidatidosa juga terjadi perdarahan pervaginam, ini dikarenakan poliferasi trofoblas yang berlebihan, pengeluaran darah ini kadang disertai juga dengan gelembuung vilus yang dapat memastikan dignosis mola hidatidosa (Purwaningsih,2010). 4. Faktor Risiko Penyebab molahidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah: a. Umur Molahidatidosa banyak ditemukan pada wanita hamil yang berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun. b. Etnik Lebih banyak ditemukan mongoloid dari pada kasus. c. Genetik Wanita dengan balanced tranlocation merupakan risiko paling tinggi. d. Gizi Molahidatidosa banyak ditemukan pada mereka yang kekurangan protein, β-carotene, dan vitamin A. e. Penggunaan kontrasepsi oral



7



Penggunaan kontrasepsi oral dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko terjadinya kehamilan mola hidatidosa. f. Paritas tinggi Ibu



dengan



paritas



tinggi,



memiliki



kemungkinan



terjadinya



abnormalitas pada kehamilan berikutnya, sehingga ada kemungkinan kehamilan berkembang menjadi mola hidatidosa. g. Keadaan sosial-ekonomi yang rendah Keadaan sosial ekonomi akan mempengaruhi terhadap pemenuhan gizi ibu yang pada akhirnya akan memengaruhi pembentukan ovum abnormal yang mengarah pada pembentukkan mola hidatidosa (Norwitz, 2010). h. Imunoselektif dari trophoblast Imunoselektif dari tropoblast, yaitu dengan kematian fetus, pembuluh darah pada stroma villi menjadi jarang dan stroma villi menjadi sembab dan akhirnya terjadi hyperplasia sel-sel trofoblast. i.



Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas



5. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala kehamilan molahidatidosa antara lain: a. Amenorea dan tanda-tanda kehamilan b. Perdarahan pervaginam berulang. c. Darah cenderung berwarna coklat. d. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola. e. Mual dan muntah lebih sering terjadi dan durasinya lebih lama.



8



f. Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan. g. Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya DJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih. h. Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu. i.



Sesak nafas



j.



Tidak ada aktivitas janin Kadar hormon korionik gonadotropin (HCG) tinggi dalam darah dan



air kencing ibu (Sukarni, 2013). 6. Klasifikasi Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi 2 jenis yaitu: a.Molahidatidosa komplet (Klasik), yaitu penyimpanan pertumbuhan perkembangan kehamilan yang tidak disertai janin dan seluruh vili korialis mengalami perubahan hidropik. b.Molahidatidosa inkomplet (Parsial), yaitu sebagian pertumbuhan dan perkembangan vili korialis berjalan dengan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang bahkan sampai aterm (Nugroho, 2010). 7. Penatalaksanaan Karena mola hidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera dikeluarkan. Terapi mola hidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu:



9



a. Perbaikan keadaan umum Adalah transfusi darah untuk mengatasi syok hipovolemik atau anemi, pengobatan terhadap penyulit, seperti pre eklampsi berat atau tirotoksikosis. Perbaikan keadaan umum pada pasien mola hidatidosa, yaitu: 1) Koreksi dehidrasi 2) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr % atau kurang) 3) Bila ada gejala pre eklampsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai



dengan



protokol



penangan



dibagian



obstetrik



dan



gynekologi 4) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis, dikonsultasikan ke bagian penyakit dalam. b. Pengeluaran jaringan mola dengan cara kuretase dan histerektomi 1) Kuretase pada pasien mola hidatidosa: a) Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin, kadar beta HCG dan foto toraks) kecuali bila jaringan mola sudah keluar spontan b) Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian c) Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infuse dengan tetasan oksitosin 10 IU dalam 500 cc dektrose 5%.



10



d) Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval minimal 1 minggu e) Seluruh jaringan hasil kerokan dikirim ke laboratorium PA 2) Histerektomi. Syarat melakukan histerektomi adalah: Tindakan ini dilakukan pada perempuan yang telah cukup umur dan cukup mempunyai anak. Alasan untuk melakukan histerektomi adalah karena umur tua dan paritas tinggi merupan faktor predisposisi untuk terjadinya keganasan. Batasan yang dipakai adalah umur 35 tahun dengan anak hidup tiga (Saifuddin, 2011). c. Evakuasi Pada umumnya evakuasi jaringan mola dilakukan dengan kuret vakum, kemudian sisanya dibersihkan dengan kuret tajam. Tindakan kuret hanya dilakukan satu kali. Kuret ulangan dilakukan hanya bila ada indikasi (Martaadisoebrata, 2007). Segerakan lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NS atau RL dengan kecepatan 40 - 60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara cepat) (Saifuddin, 2014).



11



DAFTAR PUSTAKA Joseph & Nugroho, Ginekologi Dan Obstetry (0bsgyn), Yogyakarta:Grahamedika, 2011. . Manuaba,SD,Buku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebisanan,Jakarta:Buku Kedokteran EGC,2012.