LP Vomiting Profuse [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA



1.1



Konsep Dasar Vomiting Profuse



1.1.1 Definisi Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut, disertai dengan kontraksi lambung dan abdomen (Markum : 2009). Muntah merupakan keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk ke dalam lambung (Depkes R.I, 2011). Muntah adalah pengeluaran isi lambung secara eksklusif melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot- otot perut. Perlu dibedakan antara regurgitasi, ruminasi, ataupun refluesophagus. Regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali kemulut akibat gerakan peristaltic esophagus, ruminasi adalah pengeluaran makanan secara sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali. Sedangkan refluesophagus merupakan kembalinya isi lambung kedalam esophagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni spingter eshopagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esophagus dengan kardial atau pengosongan isi lambung yang lambat.



1.1.2 Etiologi 1. Kolitis Alergika Alergi terhadap susu sapi atau susu formula berbahan dasar kedelai. Biasanya diikuti dengan diare, perdarahan rektum, dan rewel. 2. Kelainan anatomis dari saluran gastrointestinal Kelainan kongenital, termasuk stenosis atau atresia. Manifestasinya berupa intoleransi terhadap makanan pada beberapa hari pertama kehidupan. 3. Tumor otak Pikirkan terutama jika ditemukan sakit kepala yang progresif, muntahmuntah, ataksia, dan tanpa nyeri perut. 4. Ketoasidosis diabetikum Dehidrasi sedang hingga berat, riwayat polidipsi, poliuri dan polifagi. 5. Gastroenteritis Sangat sering terjadi; sering adanya riwayat kontak dengan orang yang sakit, biasanya diikuti oleh diare dan demam.



6. Pielonefritis Demam tinggi, tampak sakit, disuria atau polakisuria. Pasien mungkin mempunyai riwayat infeksi traktus urinarius sebelumnya.



1.1.3 Patofisiologi Impuls – impuls aferens berjalan ke pusat muntah sebagai aferen vagus dan simpatis. Impuls- impuls aferen berasal dari lambung atau duodenum dan muncul sebagai respon terhadap distensi berlebihan atau iritasi, atau kadangkadang sebagai respon terhadap rangsangan kimiawi oleh bahan yang menyebabakan muntah. Muntah



merupakan



respon



refeks



simpatis



terhadap



berbagai



rangsangan yang melibatkan aktivitas otot perut dan pernafasan. Proses muntah dibagi dalam 3 fase berbeda yaitu : 1. Nausea Merupakan sensasi psikis yang dapat ditimbulkan akibat rangsangan pada organ dalam, labirin atau emosi dan tidak selalu diikuti oleh muntah. 2. Redching Merupakan fase dimana terjadi gerak nafas spamodie dengan grotis tertutup, bersamaan dengan adanya usaha inspirasi dari otot dada dan diafragma sehingga menimbulkan tekanan intratorak yang negative. 3. Emesis (Ekspusi) Terjadi bila fase redching mencapai puncaknya yang ditandai dengan kontraksi kuat otot perut, diikuti dengan bertambah turunnya diafragma, disertai dengan penekanan mekanisme antireflug. Pada fase ini pylorus dan antrum berkontraksi fundus dan esophagus relaksi dan mulut terbuka.



1.1.4



Web Of Caution (WOC)



1.1.5 Manifestasi klinis 1) Seringkali muntah,kembung,buang angin bunyinya keras,sering ngeden dan sering rewel,gelisah terutama malam hari,bab tidak tiap hari,bab >3kali perhari.



2) Lidah/mulut sering timbul putih,bibir kering. 3) Kepala,telapak tangan atau telapak kaki sering teraba sumer/hangat,keringat berlebihan. Gejala muntah cairan regurgitasi (aliran dengan arah yang berlawanan dari normal,aliran kembali isi lambung dan kedalam eshophagus (tabung yang berulang /berrongga yang mengangkut makanan dan cairan dari tenggorokan kelambung. (Dorland,2002)



1.1.6 Komplikasi a.



Komplikasi metabolic Dehidrasi, alkalosis metabolik, gangguan elektrolit dan asam basa, deplesi



kalium, natrium. Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari hilangnya cairan lewat muntah atau masukan yang kurang oleh karena selalu muntah. Alkalosis sebagai akibat dari hilangnya asam lambung, hal ini diperberat oleh masuknya ion hidrogen ke dalam sel karena defisiensi kalium dan berkurangnya natrium ekstraseluler. Kalium dapat hilang bersama bahan muntahan dan keluar lewat ginjal bersama-sama bikarbonat. Natrium dapat hilang lewat muntah dan urine. Pada keadaan alkalosis yang berat, pH urine dapat 7 atau 8, kadar natrium dan kalium urine tinggi walaupun terjadi deplesi Natrium dan Kalium. b.



Aspirasi Isi Lambung Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia. Episode aspirasi



ringan berulang menyebabkan timbulnya infeksi saluran nafas berulang. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi GERD. c.



Mallory Weiss syndrome Merupakan laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan lambung.



Biasanya terjadi pada muntah hebat berlangsung lama. Pada pemeriksaan endoskopi ditemukan kemerahan pada mukosa esofagus bagian bawah daerah LES. Dalam waktu singkat akan sembuh. Bila anemia terjadi karena perdarahan hebat perlu dilakukan transfusi darah d. Peptik esophagitis Akibat refluks berkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan iritasi mukosa esophagus oleh asam lambung.



1.1.7 Pemeriksaan Diagnostik 1)



Pemeriksaan laboratorium a. Darah lengkap



b. Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami dehidrasi. c. Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi adanya infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya kelainan metabolik. d. Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila dicurigai adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan asidosis metabolik berulang yang tidak jelas penyebabnya. e. Amonia serum perlu



diperiksa pada muntah siklik



untuk



menyingkirkan kemungkinan defek pada siklus urea. f. Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu diperiksa bila dicurigai ke arah penyakit hati. g. Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien pankreatitis akut. Kadar lipase serum lebih bermanfaat karena kadarnya tetap meninggi selama beberapa hari setelah serangan akut.\ h. Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang dicurigai gastroenteritis atau infeksi parasit. 2) Ultrasonografi Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan tetapi dua pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga menbutuhkan pemeriksaan barium meal. 3) Foto polos abdomen a. Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk mendeteksi malformasi anatomik kongenital atau adanya obstruksi. b. Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi tanda ini tidak spesifik karena dapat ditemukan pada gastroenteritis c. Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di bawah diafragma menandakan adanya perforasi. 4) Barium meal Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar, serta larut air. Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan atau keadaan yang menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster. 5) Barium enema Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai terapi pada intususepsi. 1.1.8 Penatalaksanaan Penatalaksanaan awal pada pasien dengan keluhan muntah adalah mengkoreksi keadaan hipovolemi dan gangguan elektrolit. Pada penyakit



gastroenteritis akut dengan muntah, obat rehidrasi oral biasanya sudah cukup untuk mengatasi dehidrasi. Pada muntah bilier atau suspek obstuksi intestinal penatalaksanaan awalnya adalah dengan tidak memberikan makanan secara peroral serta memasang nasogastic tube yang dihubungkan dengan intermittent suction. Pada keadaan ini memerlukan konsultasi dengan bagian bedah untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pengobatan muntah ditujukan pada penyebab spesifik muntah yang dapat diidentifikasi. Pada keadaan tertentu antiemetik dapat digunakan dan mungkin efektif, misalnya pada mabuk perjalanan (motion sickness), mual dan muntah pasca operasi, kemoterapi kanker, muntah siklik, gastroparesis, dan gangguan motilitas saluran gastrointestinal. Terapi farmakologis muntah pada bayi dan anak adalah sebagai berikut : 1) Antagonis dopamin Tidak diperlukan pada muntah akut disebabkan infeksi gastrointestinal karena biasanya merupakan self limited. Obat-obatan antiemetik biasanya diperlukan pada muntah pasca operasi, mabuk perjalanan, muntah yang disebabkan oleh obat-obatan sitotoksik, dan penyakit refluks gastroesofageal. Contohnya Metoklopramid dengan dosis pada bayi 0.1 mg/kgBB/kali PO 3-4 kali per hari. Pasca operasi 0.25 mg/kgBB per dosis IV 3-4 kali/hari bila perlu. Dosis maksimal pada bayi 0.75 mg/kgBB/hari. Akan tetapi obat ini sekarang sudah jarang digunakan karena mempunyai efek ekstrapiramidal seperti reaksi distonia dan diskinetik serta krisis okulonergik. Domperidon adalah obat pilihan yang banyak digunakan sekarang ini karenadapat



dikatakan



lebih



aman.



Domperidon



merupakan



derivate



benzimidazolin yang secara invitro merupakan antagonis dopamine. Domperidon mencegah refluks esophagus berdasarkan efek peningkatan tonus sfingter esophagus bagian bawah. 2) Antagonisme terhadap histamine (AH1) Diphenhydramine dan Dimenhydrinate (Dramamine) termasuk dalam golongan etanolamin. Golongan etanolamin memiliki efek antiemetik paling kuat diantara antihistamin (AH1) lainnya. Kedua obat ini bermanfaat untuk mengatasi mabuk perjalanan (motion sickness) atau kelainan vestibuler. Dosisnya oral: 11,5mg/kgBB/hari dibagi dalam 4-6 dosis. IV/IM: 5 mg/kgBB/haridibagi dalam 4 dosis.



3) Antikolinergik Skopolamine dapat juga memberikan perbaikan pada muntah karena faktor vestibular atau stimulus oleh mediator proemetik. Dosis yang digunakan adalah 0,6 mikrogram/kgBB/ hari dibagi dalam 4 dosis dengan dosis maksimal 0,3mg per dosis. 4) 5-HT3 antagonis serotonin Yang sering digunakan adalah Ondanasetron. Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna. Ondansentron tidak efektif untuk pengobatan motion sickness. Dosis mengatasi muntah akibat kemoterapi 4–18 tahun: 0.15 mg/kgBB IV 30 menit senelum kemoterapi diberikan, diulang 4 dan 8 jam setelah dosis pertama diberikan kemudiansetiap 8jam untuk 1-2 hari berikutnya. Dosis pascaoperasi: 2–12 yr 40 kg: 4 mg IV; >12 yr: dosis dewasa8 mg PO/kali.)



1.1.9. Konsep Manajemen Asuhan Keperawatan 1.9.1.1 Pengkajian 1) Identitas : umur untuk menentukan jumlah cairan yang diperlukan 2) Riwayat kesehatan a. Keluhan utama (keluhan yang dirasakan pasien saat pengkajian): mual, muntah. b. Riwayat kesehatan sekarang (riwayat penyakit yang diderita pasien saat masuk rumah sakit). c. Riwayat kesehatan yang lalu (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh pasien). d. Riwayat kesehatan keluarga (riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau tidak). 3) Pemeriksaan fisik a. Tanda-tanda vital sign b. Tanda-tanda dehidrasi (turgor kulit, mukosa mulut kering, kelopak mata cekung, produksi urine berkurang). c. Tanda- tanda shock d. Penurunan berat badan



4) Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium : analisis urine dan darah



b. Foto polos abdomen meupun dengan kontras c. USG d. Pyelografi intravena/ sistrogram e. Endoskopi dengan biopsy/ monitoring PH esophagus



1.2.2 Diagnosa Keperawatan 1) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan gangguan absorbs 2) Nausea berhubungan dengan iritasi gastric 3) Ketidakefektifan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia.



1.2.3 Intervensi Keperawatan Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh 00002 Definisi : Asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Batasan Karakteristik Faktor yang Berhubungan 1. Berat badan 20% atau lebih dari 1. Faktor biologis rentang berat badan ideal 2. Faktor ekonomi 2. Bising usus hiperaktif 3. Ganguan psikososial 3. Cepat kenyang setalah makan 4. Ketidakmampuan makan 4. Diere 5. Ketidakmampuan mencerna 5. Ganguan sensasi rasa makanan 6. Kehilangan rambut berlebihan 6. Ketidakmampuan mengabsorpsi 7. Kelemahan otot pengunyah nutrien 8. Kelemahan otot untuk menelan 7. Kurang asupan makanan 9. Kerapuhan kapiler 10. Kesalahan informasi 11. Kesalahan persepsi 12. Ketidakmampuan memakan makanan 13. Kram abdomen 14. Kurang informasi 15. Kurang minat pada makanan 16. Kurang minat pada makanan 17. Membran mukosa pucat 18. Nyeri abdomen 19. Penurunan berat badan dengan asupan makan adekuat 20. Penurunan berat badan dengan asupan makanan adekuat 21. Sariawan rongga mulut 22. Tonus otot menurun



NOC 1). Status Nutrisi : Ventilasi (1004) Definisi : sejauh mana nutrisi dicerna dan diserap untuk memenuhi kebutuhan metabolik. Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak menyi menyi menyi menyi menyi mpang mpang mpang mpang mpang dari dari dari dari dari rentang rentang rentang rentang rentang normal normal normal normal normal SKALA OUTCOME 1 2 3 4 5 NA KESELURUHAN 100401 Asupan gizi 1 2 3 4 5 NA 100402 100408 100403 100405



100411



Asupan makanan Asupan cairan Energi



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



Rasio berat badan/tinggi badan Hidrasi



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



NOC 2) Status Nutrisi : Asupan nutrisi: ventilasi (1009) Definisi : asupan gizi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan metabolik Tidak adekuat SKALA OUTCOME KESELURUHAN 100901 Asupan kalori 100902 Asupan protein 100903 Asupan lemak 100904 Asupan karbohidra t 100910 Asupan serat 100905 Asupan vitamin 100906 Asupan mineral



Sedikit adekuat



Cukup adekuat



Sebagian besar adekuat



Sepenuh nya adekuat



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2) Status Nutrisi : Asupan nutrisi: ventilasi (1009) Definisi : asupan gizi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan metabolik Tidak adekuat SKALA OUTCOME KESELURUHAN 100907 Asupan zat besi 100908 Asupan kalsium 100911 Asupan natrium



1 1 1 1



Sedikit adekuat



Cukup adekuat



Sebagian besar adekuat



Sepenuh nya adekuat



2



3



4



5



NA



2



3



4



5



NA



3



4



5



NA



3



4



5



NA



2 2



NIC Bantuan Peningkatan Berat Badan (1240) Definisi : Memfasilitasi peningkatan berat badan Aktivitas-aktivitas : 1. Jika diperlukan lakukan 18. Ciptakan lingkungan yang pemeriksaan diagnostik untuk menyenangkan dan menenangkan mengetahui penyebab penurunan 19. Sajikan makanan dengan menarik berat badan. 20. Diskusikan dengan pasien dan 2. Timbang pasien pada jam yang keluarga faktor bahwa faktor sosial sama setiap hari ekonomi mempegaruhi nutrisi yang 3. Diskusikan kemungkinan tidak adekuat penyebab berat badan berkurang 21. Diskusikan dengan pasien dan 4. Monitor mual muntah keluarga mengenai persepsi atau 5. Kaji penyebab mual muntah dan faktor penghambat kemampuan tangani dengan tepat atau keinginan untuk makan 6. Berikan obat-obat untuk 22. Rujuk pada lembaga di komunitas meredakan mual dan nyeri yang dapat membantu dalam sebulum makan. memenuhi makanan. 7. Monitor asupan kalori setiap hari 23. Ajukan pasien dan keluarga 8. Monitor nilai albumin,limosit,dan merencanakan makan. nilai elektrolit 24. Kenali apakaah penurunan berat 9. Dukung peningkatan asupan badan yang dialami pasien kalori merupakan tanda penyakit terminal 10. Instruksikan cara meningkatkan (misalanya,kanker) asupan kalori 25. Instruksikan pasien dan keluarga 11. Sedaiakan variasi makanan yang mengenai target yang realitas tinggi pada kalori dan bernutrisi terkait penyakit dan peningkatan tinggi berat badannya 12. Kaji makanan kesukaan 26. Kaji makanan kesukaan pasien,baik itu kesukaan pribadi pasien,bubu kesukaan,apakah atau yang dianjurkan budaya dan pasien suka makan yang hangat agamanya. atau dingin. 13. Lakukan perawatan mulut 27. Sediakan suplemen makanan jika sebelum makan diperlukan 14. Berikan istirahat yang cukup 28. Ciptakan suasana sosial yang tepat 15. Yakinkan bahwa pasien duduk untuk makan sebelum makan atau disuapi 29. Ajarkan pasien dan keluarga



Bantuan Peningkatan Berat Badan (1240) Definisi : Memfasilitasi peningkatan berat badan makanan. bagamana cara membeli makanan 16. Bantu pasien untuk makan atau murah tapi bergizi tinggi suapi pasien 30. Berikan hadiah jika pasien 17. Berikan makanan yang sesuai mengalami kenaikan berat badan dengan instruksi dokter untuk 31. Gambarkan dalam grafik kenaikan pasien;diet umum ,teksturnya berat badan pasien dan buat lembut,memblender atau rencana yang sesuai menghaluskan makanan melalui 32. Dorong kehadiran pasien dalam selang NGT atau PEG,atau komunitas pendukung. memberikan makanan total parenteral NIC Menejemen Ganguan Makan



(1030)



Definisi : Pencegahan dan perawatan terhadap pembatasan diet ketat dan olahraga yang berlebihan atau perilaku memuntahkan makanan dan cairan. Aktivitas-aktivitas 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan 22. Bantu klien (orang-orang lain untuk mengembangkan rencana terdekat klien dengan tepat) keperawatan dengan melibatkan untuk mengkaji dan klien dan orang-orang terdekatnya memecahkan masalah-masalah dengan tepat personal yang berkontribusi 2. Rundingkan dengan tim dan klien terhadap (terjadinya)ganguan untuk mengatur target pencapaian makan berat badan jika berat badan klien 23. Bantu klien untuk tidak berada dalam rentang berat mengembangkan harga diri yang badab dan direkomendasikan sesuai sesuai dengan berat badan yang umur dan bentuk tubuh sehat 3. Tentukan pencapaian berat badan 24. Rundingan dengan tim kesehatan harian sesuai keinginan lainnya setiap hari terkait 4. Rundingan dengan ahli gizi dalam perkembangan klien menentukan asupan kalori harian 25. Inisiasi mempertahankan yang diperlukan untuk perawatan klien,ketika klien mempertahankan berat badan yang mudah mencapai berat badan sudah ditentukan sesuai dengan target dan seara 5. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi konsisten menunjukan perilaku yang baik dengan klien (dan orang manakan yang diingnkan sesuai terdekat klien dengan tepat) periode waktu tertentu 6. Dorong klien untuk mendiskusikan 26. Gunakan teknik modifikasi makanan yang disukai bersama perilaku untuk meningkatkan dengan ahli gizi perilaku yang berkontribusi 7. Kembangkan hubungan yang terhadap penambahan berat mendukung dengan klien badan dan batasi perilaku yang 8. Monitor tanda-tanda fisiologis engurangi berat badan,dengan (tanda-tanda vital,elektrolit)yang tepat diperlukan 27. Berikan dukungan terhadap 9. Timbang berat badan klien secara peningkatan berat badan dan rutin (pada hari yang pertama dan perilaku yang meningkatkan setelah BAB/BAK) berat badan 10. Monitor intake/asupan dan asupan 28. Berikan konsekuesi pengulangan



Menejemen Ganguan Makan



(1030)



Definisi : Pencegahan dan perawatan terhadap pembatasan diet ketat dan olahraga yang berlebihan atau perilaku memuntahkan makanan dan cairan. cairan secara tepat ketika berespon dengan 11. Monitor asupan kalori makanan kehilangan berat badan,perilaku harian mengurangi berat badan atau 12. Dorong klien utuk memonitor sendiri kurang berat badan. asupan makanan harian dan 29. Beri dukungan (misalnya,terapi menimbang berat badan secara tepat relaksasi,latihan 13. Bangun harapan terkait dengan desentisasi,kesempatan utuk perolaku makan yang baik,intake membicaraan perasaan) sembari asupan/asupan makanan/cairan dan klien juga berusaha jumlah aktivitas fisik. mengintegrasikan perilaku 14. Gunakan kontrak dalam berperilaku makan yang baru,perubahan citra dengan klien untuk mendapatkan tubuh dan perubahan gaya hidup perolehan berat badan yang 30. Dukung klien dalam diinginkan ataupun mempertahankan menggunakan buku harian untuk perilaku mendokumentasikan perasaan 15. Batasi makanan sesuai dengan disela-sela keinginan yang jadwal makanan pembuka maupun memaksa klien untuk makanan ringan memuntahkan makanan dan 16. Observasi klien selama dan setelah latihan berlebihan pemberian makan/makanan ringan 31. Monitor berat badan klien secara untuk meyakikan bahwa rutin intake/asupan makanan jyang cukup 32. Pertimbangan variasi berat badan tercapai dan dipertahankan yang dapat diterima sesuai target 17. Temani klien kekamar mandi selama 33. Beri tanggung jawab terkait observasi pemberian dengan pilihan-pilihan makanan makanan/makanan ringan dan aktivitas fisik dengan klien 18. Batasi waktu klien dikamar mandi dengan cara yang tepat selama waktu klien tidak dalam 34. Berikan dukungan dan arahan observasi jika diperlukan 19. Monitor perilaku klien yang 35. Bantu klien untuk mengevaluasi berhubungan dengan pola kesesuaian/konsekuensi pilihan makan,penambahan dan kehilangan makanan dan aktifitas fisik berat badan 36. Dudukkan kembli protokol 20. Batasi aktivitas fisik sesuai kebtuhan penambahan berat jika klien untuk meningkatkan berat badan tidak mampu mempertahankan 21. Beri kesempatan untuk membatasi penambahan berat badan pilihan makanan dan latihan untuk 37. Bangun program perawatanuntuk meningkatkan berat badan menejemen dirumah. sebagaimana berat badan meingkat sesuai dengan sikap yang diinginkan NIC Manajemen Nutrisi (1100) Definisi : menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang seimbang Aktivitas-aktivitas 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan (pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi 2. Identifikasi adanya) alergi atau



13. Anjurkan pasien untuk memantau kalori dan intake makanan (misalnya, buku harian makanan)



Manajemen Nutrisi (1100) Definisi : menyediakan dan meningkatkan intake nutrisi yang seimbang intoleransi makanan yang dimiliki pasien 3. Tentukan apa yang menjadi preferensi makanan bagi pasien 4. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan nutrisi (yaitu;mambahas pedoman diet dan piramida makanan) 5. Bantu pasien dalam menentukan pedoman atau piramida makanan yang paling cocok dalam memenuhi kebutuhan nutrisi dan preferensi(misalnya,piramida makanan vegetarian,paduan makanan, dan makanan untuk lansia lebih dari 70) 6. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang dibutuhkan untuk memenhi persyaratan gizi 7. Berikan pilihan makanan sambil menawarkan bimbingan terhadap pilihan (makan)yang lebih sehat,jika diperlukan 8. Atur diet yang diperlukan (yaitu: menyediakan makanan protein tinggi;menyrankan menggunakan bumbu dan rempah-rempahsebagai alternatif untuk garam,menyediakan pengganti gula;menambah atau mengurangi kalori,menambang atau menggurangi vitamin,mineral,atau suplemen) sakit(yaituuntuk pasiendengan penyakit ginjal pembatasan natrium,kalium, protein) 9. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan makan tertentu berdasarkan perkembangan atau usia(misalnya,peningkatan kalsium,protein, cairan, kalori untuk wanita menyusui;peningkatan asupan serat untuk mencegah konstipasi pada orang dewasa atau lebih tua) 10. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi 11. Monitor kalori dan asupan makanan 12. Monior kecenderungan terjadinya penurunan dan kenaikan berat badan



14. Dorong untuk (melakukan) bagaimana cara menyiapkan makanan (dengan) aman dan teknik pengawetan makanan 15. Bantu pasien untuk mengakses program-program gizi komunitas(misalnya,perempuan, bayi dananak,kupon makanan 16. Ciptakan ligkungan yang optimal pada saat mengkondumsi makanan(misalnya,bersih,berve ntilasi,santai,dan bebas dari bau yang sangat menyengat) 17. Lakukan atau bantu pasien terkait dengan perawatan mulutsebelum makan 18. Pastikan pasien menggunakan gigi palsu yang pas,dengan cara yang tepat 19. Beri obta-obatan sebelum makan (misalnya,penghilang rasa sakit,antimetik)jika diperlukan 20. Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak di kursi,jika memungkinkan 21. Pastikan makanan disajikan dengan cara yang menarik dan pada suhu yang paling cocok untuk konsumsi secara optimal 22. Anjurkan keluarga untuk membawa makanan fovorite pasien sementaradirumah sakityang sesuai 23. Bantu pasien membuka kemasan makaan,memotong makanan,dan makan jika diperlukan 24. Anjurkan pasien mengenai modifikasi diet yang diperlukan (misalnya,NPO,cairan bening,cairan penuh,lembut atau diet sesuai toleransi) 25. Anjurkan pasien terkait dengan kebutuhan diet untuk kondisi dan makanan yang diantar ke rumah



2.1



Definisi Dyspepsia Dyspepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari



rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Arif, 2009).Dyspepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2010). Sedangkan menurut Aziz (2015), sindrom dyspepsia merupakan kumpulan gejala yang sudah dikenal sejak lama, terdiri dari rasa nyeri epigastrium, kembung, rasa penuh, serta mual-mual. 2.2 Etiologi Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux. Jika anda memiliki penyakit acid reflux, asam lambung terdorong ke atas menuju esofagus (saluran muskulo membranosa yang membentang dari faring ke dalam lambung). Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan. Penyebab dispepsia secara rinci adalah: 1. Menelan udara (aerofagi) 2. Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung 3. Iritasi lambung (gastritis) 4. Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis 5. Kanker lambung 6. Peradangan kandung empedu (kolesistitis) 7. Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya) 8. Kelainan gerakan usus 9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi 10. Infeksi Helicobacter pylory Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : 1) Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya). 2) Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.



2.3 Manifestasi Klinis Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi tiga tipe :



1. Dyspepsia dengan keluhan seperti ulkus, dengan gejala : a. Nyeri epigastrum terlokalisasi b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antacid c. Nyeri saat lapar d. Nyeri episodic 2. Dyspepsia dengan gejala seperti dismotilitas, dengan gejala seperti : a. Mudah kenyang b. Perut cepat terasa penuh saat makan c. Mual d. Muntah e. Upper abdominal boating f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan 3. Dyspepsia non-spesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas) (Mansjoer, et al, 2009). Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan. Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung). Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.



2.4 Patofisiologi Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zatzat seperti nikotin dan alcohol serta adanya kondisi kejiwaan stress. Pemasukan makanan menjadi kurang dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi Demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun.



2.5 Pathway



Stimulan kimiawi



Termal



Iritasi lambung



Kecemasan



Nutrisi kurang dari kebutuhan



Erosit



Nyeri epigastrium



Dispepsia



Anoreksia



Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit



2.6 Pemeriksaan laboratorium 1. Laboratorium : lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab organic lainnya sperti antara lain pankreatitis kronis, DM. pada dyspepsia biasanya hasil laboratorium dalam batas normal. 2. Pemeriksaan radiologi yaitu, OMD dengan kontras ganda, serologi helicobacter pylori. 3. Endoskopi a. CLO (Rapid urea test) b. Patologi anatomi c. Kultur mikroorganisme jaringan d. PCR (Polymerase Chain Reaction)



2.7 Penatalaksanaan Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996, ditetapkan skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga ahli (gastroenterolog atau internis) yang disertai fasilitas endoskopi dengan penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu: 1. Antasid 20-150 ml/hari Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi asam lambung. Antasid biasanya mengandung Na bikarbonat, Al(OH)3, Mg(OH)2, dan Mg triksilat. Pemberian antasid jangan terus-



menerus, sifatnya hanya simtomatis, unutk mengurangi rasa nyeri. Mg triksilat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2. 2. Antikolinergik Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan seksresi asama lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif. 3. Antagonis reseptor H2 Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin. 4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI) Golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol. 5. Sitoprotektif Prostoglandin sintetik seperti misoprostol (PGE1) dan enprostil (PGE2). Selain bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal. Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostoglandin endogen, yang selanjutnya memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (site protective), yang bersenyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA). 6. Golongan prokinetik Obat yang termasuk golongan ini, yaitu sisaprid, domperidon, dan metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance) (Mansjoer et al, 2007). 7. Psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas) Pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi (Sawaludin, 2005) Sedangkan penatalaksanaan Non Farmakologinya adalah sebagai berikut :



1. Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung 2. Menghindari faktor resiko sepeti alcohol, makanan yang pedas, obatobatan yang belebihan, nikotin rokok, dan stress 3. Atur pola makan



2.8



Tinjauan Asuhan Keperawatan



2.8.1 Pengkajian Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu : Mengumpulkan data, mengelompokkan data dan menganalisa data. Data fokus yang berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa panas di dada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secar tiba-tiba). (Mansjoer A, 2000, Hal. 488). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis (sindrom) yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit diperut bagian atas yang dapat pula disertai dengan keluhan lain, perasaan panas di dada daerah jantung (heartburn), regurgitasi, kembung, perut terasa penuh, cepat kenyang, sendawa, anoreksia, mual, muntah, dan beberapa keluhan lainnya (Warpadji Sarwono, et all, 2011, hal. 26)



2.8.2 Diagnosa Keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis(infeksi). 2) Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik(terbakar). 3) Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera kimiawi(luka bakar). Nyeri akut berhungan dengan agens cedera biologis(infeksi) (00132) Definisi :Pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau pontensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan (international association for the study of pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi. Batasan karakteristik 



Faktor yang berhubungan



Bukti nyeri dengan menggunakan







standar daftar periksa nyeri untuk pasien



yang



tidak



dapat



Agens cedera biologis ( mis., infeksi, iskimia, neoplasma)







Agens cedera fisik ( mis.,abses,



mengungkapkannya (mis., Neonatal



amputasi,



Infant Pain Scale, Pain Assessment



mengangkat berat, prosedur bedah,



Checklist for Senior with Limited



trauma, olaraga berlebihan)



Ability to communicate)







luka



bakar,



terpotong,



Agens cedera kimiawi( mis., luka







Diaforesis



bakar, kapsaisin, metilen klorida,







Dilatasi pupil



agens mustard)







Ekspresi wajah nyeri (mis., mata kurang bercahaya, tampak kacau, gerak mata berpencar



atau tetap



pada satu fokus, meringis) 



Fokus menyempit (mis., persepsi waktu,



proses



berfikir,



interaksi



dengan orang dan kingkungan) 



Fokus pada diri sendiri







Keluhan



tentang



intensitas



menggunakan standar skala nyeri (mis., skala Wong –Baker FACES, skala analog visual, skala penilaian numerik) 



Keluhan tentang karakteristik nyeri dengan



menggunakan



standar



instrumen nyeri (mis., McGill Pain Questionnaire, Brief Pain Inventory) 



Laporan



tentang



perilaku



nyeri/



perubahan aktivitas (mis., anggota keluarga, pemberi asuhan) 



Mengekspresikan



perilaku



gelisah,merengek,



(mis.,



menangis



waspada) 



Perilaku distraksi







Perubahan pada parameter fisiologis (mis.,



tekanan



darah,



jantung, pernapasan,saturasi



frekuensi frekuensi



oksigen,



dan



end-tidal karbon dioksida [CO2]) 



Perubahan posisi untuk menghindari nyeri







Perubahan selera makan







Putus asa







Sikap melindungi area nyeri







Sikap tubuh melindungi



2.8.2.1 Intervensi Diagnosa Keperawatan: Nyeri akut berhungan dengan agens cedera biologis (infeksi) NOC : Kontrol Nyeri.........................................................................Kode: ( 1605 ) Definisi : Tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri Tidak



Jarang



Kadang-



Sering



Secara



pernah



menun-



kadang



menun-



konsis-



menun-



jukkan



menun-



jukkan



ten



jukkan



jukkan



menunjukkan



SKALA OUTCOME KESELURUHAN INDIKATOR 160502



Mengenali



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



kapan nyeri terjadi



160501



Menggambarkan faktor penyebab



160510



Menggunakan jurnal harian untuk memonitori



gejala



dari waktu -kewaktu 160503



Menggunakan tindakan



pencegahan 160504



Menggu-



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



nakan tindakan pengukuran



[nyeri]



tanpa analgesik 160505



Menggunakan analgesik yang direkomend asikan



160513



Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profisional kesehatan



160507



Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada profisional kesehatan



160508



Menggunakan sumber daya yang



tersedia 160509



Mengenali apa



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



yang



terkait dengan gejala nyeri 160511



Melaporkan



nyeri



yang terkontrol



NOC : Tingkat Nyeri.........................................................................Kode: ( 2102 ) Definisi : Keperahan dari nyeri yang diamati atau yang dilaporkan Berat



Cukup



Sedang



Ringan



berat SKALA OUTCOME KESELURUHAN



Tidak ada



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



INDIKATOR 210201



Nyeri yang dilaporkan



210204



Panjangnya episode nyeri



210221



Menggosok



area



yang terkena dampak



210217



Menge-



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



rang dan menangis 210206



Ekspresi nyeri wajah



210208



Tidak bisa beristirahat



210222



Agitasi



1



2



3



4



5



NA



210224



Mengeri-



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



nyit 210225



Mengeluarkan keringat



210226



Berkeringat berlebihan



210218



Mondar mandir



210219



Fokus menyempit



210209



Ketegangan otot



210215



Kehilanga n



nafsu



makan 210227



Mual



1



2



3



4



5



NA



210228



Intolerans



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



1



2



3



4



5



NA



i makanan 210210



Frekuensi napas



210211



Denyut nadi apikal



210220



Denyut nadi radial



210212



Tekanan darah



210214



Berkeringat



NIC Manajemen Nyeri (1400) Definisi : pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien



Aktivitas-aktivitas  Lakukan pengkajian nyeri komprehensif yang



meliputi



lokasi,



karakteristik,



 Gunakan pendekatan multi disiplin untuk manajemen nyeri, jika sesuai



kualitas,



 Berikan informasi mengenai nyeri,



intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor



seperti pada penyebab nyeri, berapa



pencetus



lama



onset/durasi,



frekuensi,



 Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamana terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif



nyeri



akan



dan



antisipasi dari tindaknyamanan akibat prosedur  Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien



 Pastikan perawat analgesik bagi pasien



terhadap ketidaknyamanan  (



dilakukan dengan pemantauan yang ketat  Gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri dan



misalnya.,



suhu



 Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang



nyeri



meningkatkan nyeri



 Gali pengetahuan dan



kepercayaan



(



dapat



misalnya.,



pasien mengenai nyeri pertimbangkan



keadaan



pengaruh budaya terhadap respon nyeri



pengetahuan )



tentukan akibat dari pengalaman nyeri kualitas



hidup



pasien



ruangan,



pencahayaan, suara bising)



sampaikan penerimaan pasien terhadap



terhadap



dirasakan,



mencetuskan



atau



ketakutan,kelelahan,



monoton,



dan



kurang



 Pertimbangkan keinginan pasien untuk



(



berpartisipasi,



kemampuan



misalnya., tidur, nafsu makan, pengertian,



berpartisipasi,



kecenderungan,



perasaan, hubungan, performa kerja dan



dukungan dari orang terdekat terhadap



tanggung jawab peran)



metode



 Gali bersama pasien faktor-faktor



yang



dapat menurunkan atau memperberat nyeri



meliputi



riwayat nyeri



kronik



interpersonal)



menyebabkan



kebutuhan



 Evaluasi



bersama



pasien



dan



tim



beragam



(misalnya.,



farmakologi,nonfarmakologi,



penurunan



ketidakmampuan/kecatatan, dengan tepat



ketika



 Pilih dan implementasikan tindakan



individu atau keluarga atau nyeri yang disability/



kontraidikasi



memilih strategi penurunan nyeri



yang



 Evaluasi pengalaman nyeri di masa lalu yang



dan



untuk memfasilitasi nyeri,sesuai



dengan



 Ajarkan prinsip-prinsip manajemen nyeri



kesehatan lainnya, mengenai efektifitas



 Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri



tindakan mengontrol nyeri yang pernah



ketika memilih strategi penurunan



digunakan sebelumnya



nyeri



 Bantu keluarga



dalam mencari



dan



menyediakan dukungan



dan menangani nyeri dengan tepat



 Gunakan metode penilaian yang sesuai dengan



tahapan



memungkinkan perubahan



nyeri



perkembangan untuk dan



 Dorong pasien untuk memonitor nyeri



yang



memonitor akan



dapat



 Ajarkan



penggunaan



farmakologi



teknik



(seperti,



non



biofeedback,



TENS, hypnosis, relaksasi, bimbingan antisipatif,



terapi



musik,



terapi



membantu



mengidentifikasi



faktor



bermain, terapi aktivitas, akupressur,



pencetus aktual dan pontensial



aplikasi panas/dingin dan pijatan,



(



sebelum,



misalnya.,



catatan



perkembangan,



catatan harian)



memungkinkan,



 Tentukan kebutuhan melakukan



sesudah



frekuensi untuk



pengkajian



ketidaknyaman



aktivitas



dan



ketika



yang



nyeri;sebelum



jika



melakukan menimbulkan



nyeri



terjadi



atau



pasien dan menginplementasikan rencana



meningkat; dan bersamaan dengan



monitor



tindakan penurunan rasa nyeri lainnya)



 Berikan individu penurun nyeri yang



yang dipakai pasien saat ini untuk



optimal dengan peresepan analgesik  Implementasikan



penggunaan



pasien



terkontrol analgesik (PCA), jika sesuai  Gunakan



tindakan



pengontrol



nyeri



obat



aktivitas



sebelum



untuk



partisipasi,namun



melakukan meningkatkan



[lakukan]



evaluasi



 Ajarkan metode farmakologi untuk menurunkan nyeri



obat-obatan



penurun



nyeri



yang



pasien,



orang



adekuat  Kolaborasi



dengan



terdekat dan tim kesehatan lainnya



[mengenai] bahaya dari sedasi  Pastikan pemberian analgesik dan atau strategi



menurunkan nyeri



 Dorong pasien untuk menggunakan



sebelum nyeri bertambah berat  Berikan



 Gali penggunaan metode farmakologi



nonfarmakologi



sebelum



untuk



memilih



menginplementasikan



dan tindakan



dilakukan prosedur yang menimbulkan



penurun nyeri nonfarmakologi, sesuai



nyeri



kebutuhan



 Periksa tingkat ketidaknyamanan bersama



 Pertimbangkan untuk merujuk pasien,



pasien, catat perubahan dalam catatan



keluarga dan orang terdekat pada



medis



kelompok pendukung dan sumber-



pasien,



informasikan



petugas



sumbernya, sesuai kebutuhan



kesehatan lain yang merawat pasien tindakan



 Berikan informasi yang akurat untuk



pengontrol nyeri yang dipakai selama



meningkatkan pengetahuan dan respon



pengkajian nyeri dilakukan



keluarga terhadap pengalaman nyeri



 Evaluasi



 Mulai



keektifan



dan



pengontrol



dari



memodifikasi nyeri



tindakan



berdasarkan



respon



penurun nyeri, jika memungkinkan  Monitor kepuasaan pasien terhadap



pasien  Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk



pasien



untuk



mendiskusikan



pengalaman nyeri sebelumnya  Beri tahu dokter jika tindakan berhasil atau jika keluhan pasien saat ini bersifat signitifikan



dari



pengalaman



manajemen nyeri dalam interval yang spesifik



membantu penurunan nyeri  Dorong



 Libatkan keluarga dalam modalitas



nyeri



sebelumnya  Informasikan tim kesehatan lain/anggota keluarga



mengenai



strategi



nonfarmakologi yang sedang digunakan untuk mendorong pendekatan preventif terkait dengan manajemen nyeri



NIC Manajemen Sedasi (2260) Definisi : Pemberian sedatif, pemantuan respon klien dan pemberian dukungan psikologis selama prosedur terapi dan diagnostik



Aktivitas- aktivitas  Review riwayat kesehatan klien dan hasil pemeriksaan



diagnostik



mempertimbangkan memenuhi



kri-teria



apakah untuk



oksigen dan EKG sesuai dengan



parsial



sebelumnya



saturasi



 Monitor klien mengenai efek lanjut termasuk



agitasi,



depresi



pernapasan, hipotensi, mengantuk berlebihan,



hipoksemia,



aritmia,



apnea, atau eksaserbasi, dari kondisi



 Periksa elergi terhadap obat



sebelumnya



 Pertimbangkan intake cairan dan intake



obat-obatan



 Pastikan



ketersediaan



dan



pemberian antagonis sesuia dengan



terakhir makan lain



yang



dikomsumsi klien dan verifikasi ada tidaknya



klien,



panduan protokol



obat



 Tanyakan klien atau keluarga mengenai



vital



dan



klien



telah teregistrasi



 Review



kesadaran



tanda-tanda



dilakukan



pembiusan



tingkat



untuk



pembiusan parsial oleh perawat yang



pengalaman



 Monitor



kontraidikasi



terhadap



pembiusan  Instruksikan klien dan/ atau keluarga mengenai efek pembiusan  Dapatkan persetujuan tertulis  Evaluasi tingkat kesadaran klien dan refleks protektif sebelum pembiusan  Dapatkan data tanda-tanda vital, saturasi oksigen, EKG, tinggi dan berat badan



prosedur protokol dan diresepkan dokter dengan benar  Pertimbangkan memenuhi dipulangkan



jika



persyaratan atau



pasien untuk



dipindahkan



sesuai dengan prosedur protokol (misalnya., skala Aldrete)  Dokumentasikan



tindakan



dan



respon klien sesuai dengan prosedur  Pulangkan atau pindahkan pasien sesuai dengan prosedur



 Pastikan



peralatan



resusitasi



gawat



darurat tersedia ditempat, khususnya



 Berikan instruksi kepulangan secara tertulis sesuai prosedur



sumber pemberian oksigen 100%, obatobatan kegawatdaruratan dan defibrillator  Insiasi pemasangan infus 



Berikan obat-obatan sesuai protokol yang diresepkan dokter, titrasi dengan hati sesuai dengan respon klien



NIC Pemberian Analgesik (2210) Definisi : Penggunaan agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri



 Ajarkan tentang penggunaan analgesic,



Aktivitas-aktivitas  Tentukan Lokasi, Karateristik, Kualitas



strategi



Untuk



menurunkan



efek



dan keparahan nyeri sebelum mengobati



samping, dan harapan terkait dengan



pasien.



keterlibatan



 Cek perintah



pengobatan meliputi obat,



dalam



keputusan



pengurangan nyeri



dosis, dan frekuensi obat analgesic yang  Berikan kebutuhan Kenyamana dan diresepkan



aktivitasi lain yang dapat membantu



 Cek adanya riwayat alergi obat  Evaluasi



kemampuan



pasien



relaksassi untuk



untuk



memfasilitasi



penurunan nyeri



berperan serta dalam pemulihan analgetik,  Berikan



analgesic



sesuai



waktu



rute dan dosis dan keterlibatan pasien,



paruhnya, terutama pada nyeri yang



sesuai kebutuhan.



berat



 Pilih analgetik (narkotik, non narkotik, atau  Susun harapan yang positif mengenal NSAID), Berdasarkan tipe dan keparahan



keefektifan



nyeri



mengoptimalkan repon pasien



 Tentukan



analgesic



sebelumnya,



analgesic



untuk



rute  Berikan analgesic tambahan dan/atau



pemeberian, dan dosis untuk mencapai



pengobatan



hasil pengurangan nyeri yang optimal



meningkatkan efek pengurangan nyeri



 Pilih



Rute



Intravena



daripada



jika



diperlukan



untuk



rute  Pertimbangkan Penggunaan infus terus



intramuscular, Untuk injeksi pengobatan



menerus, baik sendiri atau digabungkan



nyeri yang sering, jika memungkinkan



dengan



 Tinggalkan narkotik dan obat-obat lain



opiod



bolus,



untuk



mempertahankan level serum.



yang dibatasi, sesuai dengan aturan rumah  Jalankan tindakan keselamatan pada



sakit



pasien



 Monitor Tanda vital sebelum dan setelah memberikan



analgesic



yang



pemberian dosis pertama kali atau jika



analgesic



narkotika, sesuai kebutuhan.



pada  Mintakan



narkotik



menerima



pengobatan



nyeri



PRN



sebelum nyeri parah



ditemukan tanda-tanda yang tidak biasanya  Informasikan pasien yang mendapatkan mulut kering dan kostipasi



narkotika



 Dokumentasikan respon terhadap analgesic dan adanya efek samping  Evaluasi



dan



dokumentasikan



tingkat



efek



samping



Mengantuk



dan



selanjutnya



akan



menghilang  Perbaiki kesalahan pengertian /mitos



untuk



yang dimiliki pasien dan anggota



analgesic



keluarga yang mungkin keliru tentang



tindakan-tindakan



menurunkan



rasa



kadang terjadi selama 2-3 Hari pertama pemberian



sedasi dari pasien yang menerima opioid  Lakukan



bahwa



(Misalnya, konstipasi dan iritasi lambung)



Analgesik



 Kolaborasikan dengan dokter apakah obat,  Evaluasi kefektifan analgesic dengan dosis, rute pemeberian atau perubahan



interval yang teratur pada setiap setelah



interval dibutuhkan, buat rekomendasi



pemberian



khusus berdasarkan prinsip analgesic



pemberian pertama kali, juga observasi



khususnya



setelah



adanya tanda dan gejala efek samping ( Misalnya, depresi pernafasan, mual dan muntah



NIC Bantuan Pasien Untuk Mengontrol Pemberian Analgesik (2400) Definisi: Memfasilitasi proses pemberian dan regulasi dalam hal pemberian analgesik terkontrol  Monitor ketat ada tidaknya depresi



Aktivitas-aktivitas:  Berkolaborasi dengan dokter, pasien dan anggota keluarga dalam memilih jenis narkotik yang akan digunakan  Rekomendasikan



pemberian aspirin



dan obat-obat anti-iflamasi nonsteroid sebagai



pengganti



narkotik,



sesuai



kebutuhan  Rekomendasikan



penggunaan



hydrochloride ( Demerol)



(misalnya, usia lebih dari 70 tahun; riwayat



henti



napas



saat



tidur;



penggunaan bersama PCA dengan agen penekan fungsi sistem saraf pusat, obesitas, pembedahan abdomen bagian atas atau pembedahan thoraks dan pemberian bolus PCA lebih dari 1



penghentian



pemberian opioid melalui jalur lan  Hindari



pernapasan pada pasien yang berisiko



meperidine



mg; riwayat kerusakan ginjal, hati, paru-paru dan jantung)  Rekomendasikan rejimen bowel untuk



 Pastikan bahwa pasien tidak alergi



menghindari konstipasi.



terhadap analgesik yang akan diberikan



 Kolaborasi dengan pasien dan keluarga



 Instruksikan pasien dan keluarga untuk



untuk memilih tipe alat infus PCA



memonitor



intensitas,



kualitas



dan



 Instruksikan



durasi nyeri  Instruksikan pasien dan keluarga pasien untuk memonitor laju pernapasan dan



akses



nasogastrik,



vena,



subkutan atau spinal, sesuai kebutuhan  Validasi



bahwa



pasien



dapat



menggunakan alat PCA



(misalnya,



mampu



memahami



berkomunikasi,



keluarga mengenai bagaimana cara menggunakan alat PCA



pasien



menghitung konsentrasi yang tepat antara obat dan cairan, menetapkan jumlah cairan yang mengalir setiap jam melalui alat PCA  Bantu pasien dan keluarga untuk memberikan dosis bolus analgesik



penejelasan dan mengikuti arahan)  Instruksikan



pasien dan anggota



 Bantu pasien dan keluarga untuk



tekanan darah  Pasang



yang sesuai



bagaimana



yang tepat



meingkatkan atau menurunkan titrasi  Instruksikan pasien dan keluarga untuk dosis, sesuai dengan laju pernapasan,



mengatur laju dasar infus yang tepat



intensitas dan kualitas nyeri



pada alat PCA



 Instruksikan keluarga



pasien



terkait



dan



reaksi



anggota dan



efek



samping dari agen pengurang rasa nyeri



 Bantu pasien dan keluarga pasien untuk mengatur dosis tepat yang dibutuhkan pada alat PCA



 Dokumnetasikan nyeri pasien, jumlah  Konsultasikan dengan pasien, anggota frekuensi obat dan respon terhadap



keluarga



pengobatan



menyesuaikan interval penghentian,



nyeri



perkembangannya



dalam



catatan



dan



dokter



untuk



laju dasar dan dosis yang dibutuhkan sesuai dengan respon pasien  Konsultasikan



dengan



ahli



nyeri



diklinik bagi pasien yang mengalami kesulitan



dalam



pengontrolan nyeri.



mencapai



DAFTAR PUSTAKA



Bulechek. 2016. Nursing Intervention Classification (NIC).Yogyakarta : Mocomedia Herdman T.Heather. 2015. Diagnosa Kkeperawatan. Jakarta : EGC Hidayat, A. Aziz Alimul. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Moorhead. 2016. Nursing Outcome Classification (NOC). Yogyakarta : Mocomedia Potter dan Perry. 2010. Fundamental Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Wartonah, Tarwoto. 2011. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika