Makalah Askep Hipertiroid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTIROID



OLEH : KELOMPOK 1 1. Abirru Wardah



(201901001)



2. Addib Fadli Robbi



(201901002)



3. Devy Resita Kurniawati



(201901022)



4. Emilia Margareta



(201901024)



5. Enuril Ichsan Finida



(201901025)



6. Krisna Ragil Prabowo



(201901046)



7. Lina Ainun Nahar



(201901048)



8. Ravika Putri Ardany



(201901068)



9. Reza Rizqi Ramadhani



(201901070)



10. Yathasya Heksa Angelin (201901089)



Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Kediri 2021



Kata Pengantar Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan limpahan rahmatNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan Asuhan Keperawatan Hipertiroid disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2, jurusan Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Pare Kediri. Dalam penyusunan makalah asuhan keperawatan ini, tentunya kami sebagai penulis berterima kasih kepada dosen pembimbing yakni Ibu Dr. Ratna Hidayati, M,Kep,.Sp.Mat yang telah membimbing, memotivasi dan mendampingi kami dalam proses penyusunanAsuhan Keperawatan Hipertiroid Kami menyadari sepenuhnyabahwamasihterdapatkekuranganpada makalah Asuhan Keperawatan Hipertiroid tersebut, baik dari segi isi, penyusunan bahasa, tata letak maupun aspek lainnya. Oleh karena itu, kami selaku penyusun mengharapkan saran maupun kritik demi menyempurnakan dan memperbaiki makalah ini. Kami berharap semoga makalah Asuhan Keperawatan Hipertiroid ini bisa menambah pengetahuan para pembaca serta mampu mampu memberikan pemahaman tentang bagaimana cara kita dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien Hipertiroid dengan baik, benar, dan tepat. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.



DAFTAR ISI Halaman Judul.......................................................................................................................i Kata Pengantar.......................................................................................................................ii Daftar Isi.................................................................................................................................iii BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................... 1.1 Latar Belakang.................................................................................................................. 1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................. 1.3 Tujuan ............................................................................................................................... BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 2.1 Definisi Hipertiroid........................................................................................................... 2.2 Etiologi Hipertiroid........................................................................................................... 2.3 Patofisiologis Hipertiroid.................................................................................................. 2.4 WOC.................................................................................................................................. 2.5 Manifestasi Klinis............................................................................................................. 2.6 Klasifikasi.......................................................................................................................... 2.7 Pemeriksaan Penunjang..................................................................................................... 2.8 Pemeriksaan Diagnostik.................................................................................................... 2.9 Penatalaksanaan................................................................................................................ 2.10 Konsep Asuhan Keperawatan Bronchopneumonia.......................................................... BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS FIKTIF........................................ 3.1 Kasus................................................................................................................................. 3.2 Pengkajian......................................................................................................................... 3.3 Pemeriksaan Fisik............................................................................................................. 3.4 Analisa Data...................................................................................................................... 3.5 Diagnosa Keperawatan...................................................................................................... 3.6 Intervensi Keperawatan..................................................................................................... 3.7 Implementasi.....................................................................................................................



3.8 Evaluasi............................................................................................................................. BAB IV PENUTUP................................................................................................................ 4.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 4.2 Saran.................................................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah dambaan semua manusia yang merupakan anugerah yang luar biasa mulai dari anak kecil sampai orang dewasa. Karena kesehatan amat mahal maka kita perlu menjaga kesehatan badan dan jiwa agar kita lebih merasa nyaman dan lebih percaya diri untuk melakukan aktivitas yang kita inginkan. Masalah kesehatan yang sering ditemukan pada masyarakat dewasa ini adalah kelainan produksi hormon salah satunya adalah hormontiroid. Salah satu faktor biologis yang dapat menghambat tumbuh kembang anak adalah adanya abnormalitas fungsi tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu kekurangan hormon tiroid yang disebut Hipotiroid dan kelebihan hormon tiroid yang disebut Hipertiroid. Hipertiroid merupakan penyakit endokrin yang menempati urutan kedua terbesar di Indonesia setelah diabetes. Hipertiroid suatu penyakit yang tidak menular yang dapat ditemukan di masyarakat. Hipertiroid salah satu dari penyebab penyakit kelenjar tiroid. Gangguan fungsi tiroid ada dua macam yaitu kekurangan hormon tiroid yang disebut Hipotiroid dan kelebihan hormon tiroid yang disebut Hipertiroid. Kelebihan suatu hormon tiroid (Hipertiroid) dapat menyebabkan gangguan berbagai fungsi tubuh, termasuk jantung dan meningkatkan metabolisme tubuh (Sulistyani, 2013). Hipertiroid merupakan suatu keadaan abnormal kelenjar tiroid akibat meningkatnya produksi hormon tiroid sehingga kadarnya meningkatdalam darah yang ditandai dengan penurunan berat badan, gelisah, tremor, berkeringat dan kelemahan otot (Batubara, 2010) Di Amerika $erikat, penyakit graves adalah bentuk paling umum dari hipertiroid. $ekitar 6080% kasus tirotoksikosis akibat penyakit graves. Kejadian tahunan penyakit graves ditemukan menjadi 0,5 kasus per 1000 orang selama periode usia 20-40 tahun, gondok multinodular (1520% dari tirotoksikosis) lebih banyak terjadi di daerah defisiensi yodium. Kebanyakan orang di Amerika Serikat menerima yodium cukup, dan kejadian gondok multinodular kurang dari kejadian di wilayah dunia dengan defisiensi yodium. & denoma toksik merupakan penyebab 3-5% kasus tirotoksikosis (1ee, et.,al.,2011) Jumlah penderita hipertiroid yang ada di Indonesia di perkirakan 25 juta. Angka kejadian hipertiroid yang didapat dari beberapa klinik di Indonesia berkisar antara 44,44% 48,93% dari seluruh penderita dengan penyakit kelenjar gondok. Sedangkan di Amerika Serikat diperkirakan 0,4 % populasi menderita hipertiroid, biasanya sering pada usia di bawah 40 tahun. ($utomo budi,2009) Berdasarkan uraian di atas maka kami sebagai penyusun makalah tertarik untuk menyusun karya ilmiah dengan judul : Asuhan Keperawatan pada Klien Ny. N dengan gangguan Sistem endokrin : Hipertiroid di rumah Sakit Umum Karya Husada Pare, Kediri. 1.2 Rumusan Masalah 1. Pengertian hipertiroid dalam arti luas. 2. Bagaimana pengkajian pada Ny. N dengan penyakit Hipertiroid? 3. Bagaimana Intervensi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit Hipertiroid 4. Bagaimana Implementasi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit hipertiroid. 5. Bagaimana Evaluasi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit hipertiroi.



1.3 Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Diharapkan mahasiswa, tenaga kesehatan maupun penukis dapat mengetahui dan mengerti mengenai konsep dasar penyakit hipertiroid dan asuhan keperawatan pada klien dengan hipertiroid 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui secara teori penyakit hipertiroid. b. Mengetahui pengkajian pada Ny. N dengan penyakit Hipertiroid. c. Mengetahui Intervensi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit Hipertiroid. d. Mengetahui Implementasi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit hipertiroid. e. Mengetahui Evaluasi keperawatan pada Ny.N dengan penyakit hipertiroid.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Hipertiroid Penyakit hipertiroidisme atau hipertiroid adalah penyakit akibat kadar hormon tiroid terlalu tinggi di dalam tubuh. Kondisi kelebihan hormon tiroid ini dapat menimbulkan gejala jantung berdebar, tangan gemetar, dan berat badan turun drastis. Kelenjar tiroid terletak di bagian depan leher dan berperan sebagai penghasil hormon tiroid. Hormon ini berfungsi untuk mengendalikan proses metabolisme, seperti mengubah makanan menjadi energi, mengatur suhu tubuh, dan mengatur denyut jantung. Kerja dari kelenjar tiroid juga dipengaruhi oleh kelenjar di otak yang dinamakan kelenjar pituitari atau kelenjar hipofisis. Kelenjar hipofisis akan menghasilkan hormon yang dinamakan TSH dalam mengatur kelenjar tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid. Ketika kadar hormon tiroid dalam tubuh terlalu tinggi, maka proses metabolisme akan berlangsung semakin cepat dan memicu berbagai gejala. Penanganan perlu segera dilakukan untuk mencegah memburuknya gejala hyperthyroidism atau hipertiroid yang muncul. 2.2 Etiologi Menurut Tarwoto, dkk (2012) penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid, tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid. 1. Adenoma hipofisis Penyakit ini merupakan tumor jinak kelenjar hipofisis dan jarang terjadi. 2. Penyakit graves Penyakit graves atau toksi goiter diffuse merupakan penyakit yang disebabkan karena autoimun, yaitu dengan terbentuknya antibody yang disebut thyroid-stimulatin immunoglobulin (TSI) yang melekati sel-sel tiroid. TSI merinu tindakan TSH dan merangsang tiroid untuk membuat hormon tiroid terlalu banyak. Penyakit ini dicirikan adanya hipertiroidisme, pembesaran kelenjar tiroid atau (goiter) dan eksoftalmus (mata yang melotot). 3. Tiroditis Tiroditis merupakan inflamsi kelenjar tiroid yang biasanya disebabkan oleh bakteri seperti streptococcus pyogenes, staphycoccus aureus dan pnemucoccus pneumonia. Reaksi peradangan ini menimbulkan pembesaran pada kelenjar tiroid, kerusakan sel dan peningkatan jumlah hormon tiroid. Tiroditis dikelompokkan menjadi tiroditis subakut, tiroditis posetpartum, dan tiroditis sembunyi. Pada tidotis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid yang biasanya hilang dengan sendirinya setelah bebrapa bulan. Tiroditis pesetpartum terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroditis subakut, tiroditis wanita dengan posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.



4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis hormon tiroid. 5. Terapi hipertiroid, pemberian obat-obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah hormon tiroid.



2.3 Patofisiologi Pasien dengan hipertiroid menunjukkan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih banyak, pernah berbagai faktor penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf simpatis. Peningkatan metabolisme rate menyebabnya peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringkat dan penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena membakar cadangan energi yang tersedia. Kedaan ini menimbulkan degradsi simpanan karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang. Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut nadi lebih cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad, sehingga pada individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual, sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi tidak teratur. (Tarwoto,dkk.2012).



2.4 WOC



2.5 Manifestasi Klinis Beberapa penderita struma nodosa non toxic tidak memiliki gejala sama sekali. Jika struma cukup besar, akan menekan area trakea yang dapat mengakibatkan gangguan pada respirasi dan juga esofhagus tertekan. Sehingga terjadi gangguan menelan. Peningkatan seperti ini jantung menjadi berdebar-debar, gelisah, berkeringat, tidak tahan cuaca dingin, dan kelelahan. Beberapa diantaranya mengeluh adanya gangguan menelan, gangguan pernapasan, rasa tidak nyaman di area leher, dan suara yang serak. Pemeriksaan fisik struma nodosa non toxic berfokus pada inspeksi dan palpasi leher untuk menentukan ukuran dan bentuk nodular. Inspeksi dilakukan oleh pemeriksa yang berada di depan penderita yang berada pada posisi duduk dengan kepala sedikit fleksi atau leher sedikit terbuka. Jika terdapat pembengkakan atau nodul, perlu diperhatikan beberapa komponen yaitu lokasi, ukuran, jumlah nodul, bentuk (diffus atau noduler kecil), gerakan pada saat pasien diminta untuk menelan dan



pulpasi pada permukaan pembengkakan. Pemeriksaan dengan metode palpasi dimana pasien diminta untuk duduk, leher dalam posisi fleksi. Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan meraba tiroid dengan menggunakan ibu jari kedua tangan pada tengkuk penderita. Struma nodosa tidak termasuk kanker tiroid, tapi tujuan utama dari evaluasi klinis adalah untuk meminimalkan risiko terhadap kanker tiroid (wiseman,2011).Gejala secara umum yaitu kelelahan dan kelesuan, sering mengantuk, jadi pelupa kesulitan belajar, kulit kering dan gatal, rambut dan kuku yang rapuh, wajah bengkak, konstipasi, nyeri otot, penambahan berat badan, peningkatan sensitifitas terhadap banyak pengobatan, menstruasi yang banyak, peningkatan frekuensi keguguran pada wanita hamil (wiseman,2011).



2.6 Klasifikasi Dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya terbagi menjadi 2, yaitu : 







Hipertiroid Primer : Terjadinya hipertiroid karena berasal dari kelenjar tiroid itu sendiri, contohnya :  Penyakit grave  Functioning adenoma  Toxic multinodular goiter  Tiroidis Hipertiroid Sekunder : Jika penyebab hipertiroid berasal dari luar kelenjar tiroid, contohnya :  Tumor hipofisis  Pemberian hormone tiroid dalam jumlah besar  Pemasukan iodium berlebihan



Klasifikasi struma yaitu pembesaran kelenjar tiroid (kecuali keganasan) menurut American society for Study of Goiter membagi : 1. 2. 3. 4.



Struma Non Toxic Diffusa Struma Non Toxic Nodusa Struma Toxic Diffusa Struma Toxic Nodus



Struma toxic dapat dibedakan menjadi dua yaitu struma diffusa toxic dan struma nodusa toxic. Istilah diffusa dan nodusa lebih mengarah kepada perubahan bentuk anatomi dimana struma diffusa toxic akan menyebar luas ke jaringan lain. Jika diberikan tindakan medis sementara nodusa akan memperlihatkan benjolan yang secara klinik teraba satu atau lebih benjolan (struma multinoduler toxic). Struma diffusa toxic (tiroktosikosis) merupakan hipermetabolisme karena jaringan tubuh dipengaruhi oleh hormon tiroid yang berlebihan dalam darah. Penyebab tersering adalah penyakit grave (gondok eksoftalmik/exophtalmik goiter), bentuk tiroktosikosis yang paling banyak ditemukan diantara hipertiroidisme lainnya.



Struma non toxic sama halnya dengan struma toxic yang dibagi menjadi struma diffusa non toxic dan struma nodusa non toxic. Struma non toxic disebabkan oleh kekurangan yodium dan goitrogen yang mengahambat sintesa hormon oleh zat kimia. Apabila dalam pemeriksaan kelenjar tiroid teraba suatu nodul, maka pembesaran ini disebut struma nodusa. Struma nodusa tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme dan hipertiroidisme disebut struma nodusa non toxic.



2.7 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada hipertiroid adalah pemeriksaan kadar hormon tiroid, deteksi autoantibodi, dan scintigraphy. 



Kadar Hormon Tiroid



Pemeriksaan awal yang dilakukan adalah pemeriksaan kadar thyroid stimulating hormone (TSH), free thyroxine (fT4) dengan free triiodothyronine (fT3). Kadar serum TSH sebaiknya diperiksa lebih dulu, karena sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi dalam mendiagnosis gangguan tiroid. Jika kadar TSH rendah, sebaiknya dilanjutkan dengan pengukuran kadar serum fT4, fT3, dan T3 total untuk membedakan hipertiroid subklinis dengan overt hyperthyroidism. 



Deteksi Antibodi



Deteksi antibodi bisa dilakukan jika ada kecurigaan ke arah Grave’s disease. Antibodi yang diperiksa adalah TRAb dan TSI. TRAb merupakan antibodi yang berikatan dengan reseptor TSH dan mampu memberi efek stimulasi dan juga inhibisi pada TSH. Antibodi TSI merupakan antibodi yang berikatan dengan thyroid stimulating immunoglobulin (TSI). 



Pemeriksaan Scintigraphy



Pemeriksaan scintigraphy tiroid disebut juga thyroid scan atau radioiodine uptake. Sesuai namanya, pemeriksaan ini menilai iodine uptake pada kelenjar tiroid melalui sodium-iodide symporter (NIS). Pemeriksaan ini menggunakan agen radioaktif yang memiliki waktu paruh singkat sehingga ideal buat kepentingan diagnostik.



2.8 Pemeriksaan Diagnostik



Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan di antaranya yaitu (norman 2011) : A. Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun pada hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu dikaitkan dengan kadang TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes lain harus dijalankan. B. Hormon tiroid sendiri (T3 , T4) Akan meningkat, bagi pasien dengan Hipertiroidisme, mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon tiroid yang berbeda tidak ingin dan hanya satu atau dua pengukuran hormon tiroid yang berbeda dan tinggi. Hal initidakterlaluumum, kebanyakan orang dengan hipertiroid akan memiliki semua pengukuran hormon tiroid tinggi ( kecuali TSH) . C. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau seluruh kelenjar.



2.9 Penatalaksanaan Penatalaksanaan hipertiroid dapat mencakup pemberian obat antitiroid, ablasi radioaktif iodine, dan pembedahan. [1,3,5-7] Semua opsi terapi efektif pada pasien Grave’s disease, sedangkan pada pasien toksik adenoma atau toksik multinodular goitre hendaknya memilih ablasi radioaktif iodine dan pembedahan karena perjalanan penyakitnya jarang mengalami remisi jika menggunakan medikamentosa saja. [5] 



Obat Antitiroid



Obat antitiroid yang digunakan adalah propylthiouracil, carbimazole, dan methimazole. Mekanisme kerja golongan obat ini adalah menghambat oksidasi dan organifikasi iodine melalui inhibisi enzim tiroid peroksidase dan menghambat proses coupling iodotirosin menjadi T4 dan T3. Khusus propylthiouracil mempunyai keuntungan lainnya yakni mampu mengurangi konversi T4 menjadi T3 di jaringan perifer. [1,3,5-7] 



Terapi Ablasi Radioaktif Iodine



Terapi ablasi radioaktif iodine bisa digunakan sebagai terapi pilihan pertama untuk penatalaksanaan Grave’s disease, toksik adenoma, dan toksik multinodular goitre. Kontraindikasi absolut terapi ini adalah kehamilan, menyusui, sedang program hamil, ketidakmampuan untuk mematuhi rekomendasi keamanan radiasi, dan pada kasus active moderate-to-severe or sight-threatening Graves’ orbitopathy. [1,3,5-7]



2.10 Konsep Asuhan Keperawatan Hipertiroid A. Pengkajian 1. Data Demografi Data demografi yang penting dikaji adalah usia dan jenis kelamin karena merupkan faktor yang berpengaruh. 2. Riwayat Kesehatan a. Riwayat Keluarga dengan faktor genetik , penyakit tiroid dan kanker b. Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang dialami , riwayat pengobatan denga radiasi di leher, adanya tumor , adanay riwayat trauma kepala , infeksi riwayat penggunaan obat-obatan seperti thionamide, lithium, amiodarone, interferon alfa . c. Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara , kesehatan , konsumsi dan pola makan , porsi makan . 3. Keluhan Utama a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme 



Penurunan berat badan







Peningkatan suhu tubuh







Kelelahan







Makan dengan porsi yang banyak atau sering



b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas 



Cepat lelah







Intoleransi aktivitas







Tremor







Insomnia



d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persyarafan 



Iritabilitas







Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung



e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves



f.







Eksoflatmus







Pembesaran kelenjar tiroid



Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual 



Amenorrhea , menstruasi tidak teratur







Menurunnya infertilitas , resiko absosrsi spontan







Menurunnya libido







Menurunnya perkembangan fungsi seksual







Impoten



4. Pengkajian Psikososial Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku yang berbeda dari biasanya dikarenaka perubahan fisik pada dirinya , sering juga mengalami gangguan tidur . 5. Pemeriksaan Fisik a. Pemeriksaan tanda tanda vital , meliputi suhu , tekanan darah , respirasi , nadi



b. Obserfasi pembesaran kelenjar tiroid , palpalasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran kelenjar , observasi ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali ukuran normal . c. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal ) , pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan penonjolan kelopak mata . d. Pemeriksaan jantung , komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung seperti kardioditis dan gagal jantung , oleh karenanya pemeriksaan jantung perlu hdilakukan seperti tekanan darah , takikardia , distritmia , bunyi jantung e. Muskuluskeletal , bisanya ditemukan adaya kelemahan otot , hiperaktif pada reflex tendon dan tremor , iribalitas . B. Diagnosa Keperawatan 1. ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan metabolik 2. pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme 3. penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan peningkatan aktivitas syaraf simpatik 4. gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid 5. resiko ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme 6. hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolik 7. intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan energi dengan kebutuhan tubuh 8. resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produkdi panas meningkat 9. disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan perubahan fungsi tubuh 10. ganggun pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur dan peningktan metabolisme c . Intervensi 1.



ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan metabolisme : tujuan : setelah diberika tindakan keperawatan selama 3x24jam keseimbangan nutrisi kembali normal kriteria hasi : berat badan stabil , mal nutrisi (-) , kebutuhan metabolisme terpenuhi -



Konsultasi dengan ahli gizi



-



Pantau masukan makanan setiap hari dan timbang berat badan



-



Dorongan klien untuk makan dan meningkatkan jumlah makanan



2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan metabolisme : Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24jam pola nafas efektif Kriteria hasil : 



Nafas 16-20x/menit







Bernafas tidak menggunakan otot bantu tambahan



-



Auskultasi bunyi nafas



-



Tinggikan kepala dan bantu pasien mengubah posisi



-



Bantu klien nafas dalam dan batuk efektif. Penghisapan per oral atau nasotrakeal bila diperlukan



-



Berikan oksigen tambahan



-



Observasi frekuensi , kedalaman nafas dan ekspansi dada



3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroud tidak terkontrol dan peningkatan aktifitas saraf simpatik Tujuan : setelah diberikan perawatn 2x24jam cueah jantung menjadi adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh . Kriteria hasil : tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal , pengisisan kapiler < 3detik , tidak ada distritnea . -



Perhatikan irama jantung dan adanya distrinea



-



Auskultasi suara jantung , perhatikan adanya bunyi jantung tambahan



-



Observasi tanda dan gejala haus hebat , mukosa membran kering yang lemah



-



Observasi nadi



4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembesaran kelenjar tiroid Tujuan : setelah tindakan keperawatan 3x24jam citra tubuh klien tidak terganggu Kriteria hasil :



-







Klien menyatakn perasaan positif terhadap dirinya







Klien berpartisipasi dalam berbagai aspek prawatan dan pengambilan keputusan



Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan , tujuan , keluhan dan kemajuan yang terjadi pada dirinya



-



Dorong klien untuk berpartisipasi



-



Diskusikan kemajuan klien dan tunjukkan bgaimana kondisinya telah meningkat



-



Kaji kesiapan klien kemudian libatkan klien dalam mengambil keputusan tentang keperawatan



-



Ajarkan dan dorong strategi koping yang sehat



5. Resiko ketidak seimbangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolisme Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24jam resiko ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi Kriteria hasil : 



Asupan dan luaran cairan tetap pada kadar yang tetap sesuai usia dan kondisi fisik







Klien mempunyai turgor kulit yang normal







Klien mempertahankan kadar elektrolit dalam batas normal



-



Timbang berat badan klien setiap hari sebelum sarapan



-



Berikan cairan parental sesuai intruksi



-



Periksa membran mukosa setiap hari



-



Ukur asupan cairan dan haluaran urine untuk mendapatkan status cairan



-



Dorong klien untuk mematuhi diit yang di instruksiakan



6. Hipertermi berhubungan dengan peningkatan lajumetabolisme Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24jam suhu tubuh klien kembali normal Kriteria hasil : 



Suhu tetap normal 36,5°C - 37°C







Keseimbangan cairan tetap stabil



-



Monitor suhu tubuh setiap 4 jam



-



Berikan antipiretik, jika perlu



-



Pantau dan catat denyut dan irama nadi , tekanan vena central , tekanan darah , frekuensi nafas , dan suhu kulit setiap 4jam sekali



-



Anjurkan klien untuk minum air sebanyak mungkin jika tidak di kontraindikasikan



7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan energi dengan kebutuhan tubuh



Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24jam klien dapat beraktivitas Kriteria hasil : menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktivitas -



Pantau tanda vital dan catat nadi baik saat istirahat atau melakukan aktivitas



-



Catat perkembangan takipneu depsneu , pucat dan sianosis



-



Sarankan untuk mengurangi aktivitas berat dan meningkatkan istirahat



8. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan produksi panas meningkat Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 1x24jam tidak ada resiko kerusakan integritas kulit Kriteria hasil : mampu mengidentifikasi tindakan untuk memberikan perlindungan pada mata dan pencegahan komplikasi -



Bagian kepala tempat tidur di tinggikan dan kontrol pemasukan garam



-



Observasi oedema , periobital , penutupan kelopak mata



9. Disfungsi seksual berhubungan dengan gangguan hormonal dan perubahan fungsi tubuh Tujuan : setelah diberikan tindakan keperawatan 3x24jam fungsi seksual kembali normal Kriteria hasial : 



Klien mengakui adanya masalah atau kemungkinan masalah dalam fungsi seksual







Klien mengungkapkan pemahaman mengenai penybab disfungsi seksual







Klien mengungkapkan keinginan untuk mendapatkan konseling







Klien menghidupkan kembali aktivitas seksual seperti sebelum sakit



-



Sediakan lingkungan yang bersifat privasi untuk mndorong klien bertanya mengenai seksualitas pribadi



-



Berikan kesempatan klien mengungkapkan perasaan secara terbuka



-



Anjurkan klien mendiskusikan keluhannya dengan pasangan ( suami atau istri )



10. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan peningkatan metabolisme Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 2x24jam gangguan pola tidur dapat diatasi Kriteria hasil : 



klien mengidentifikasikan faktor faktor yang dapat menghalangi atau mengganggu tidur







klien tidur 5-6 jam dimalam hari



-



ciptakan lingkungan tenang kondusif untuk tidur



-



berikan kebutuhan untuk tidur seperti bantal , makanan atau minuman



-



catat lamanya klien tidur



-



berikan edukasi kesehatan kepada klien tentang teknik relaksasi seperti imajinasi terbimbing dan lan lain



D. Implementasi Implementasi merupakan tahap keempat dalam proses keperawatan dengan melaksanakan strategi keperawatan (tindakan keperawatan ) yang telah direncanakan dalam tidakan keperawatan. Pelaksanaan mencakup melakukan , membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari hari. Setelah dilakukan , validasi , penguasaan keteramilan intrapersonal intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat , keamanan fifik dan psikologi dilindungi dan didokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan E. Evaluasi Evaluasi merupakan lagkah terakhir dari proses keperawatan yang bertujuan untukmengetahui tindakan keperawatan tercapai ataukan tidak. Evaluasi dilakukan terus menerus setelah memberikan tindakan keperawatan , ini digunakan untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan dalam mencapai ssaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi yang biasa digunakan dengan adalah format “SOAP” . dengan tujuan untuk mendapatkan kembali umpan balik rencana keperawatan , nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui hasil perbandingan yang telah ditentukn sebelumnya .



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROID PADA KASUS FIKTIF 3.1 Kasus Seorang perempuan usia 30 tahun di rawat di RS dengan Diagnosa hipertiroid dan mengeluh cepat lelah dan peningkatan rasa lapar tetapi berat badan turun. Pasien mengatakan jantungnya sering berdebar dan berat badan telah turun 7kg dalam sebulan. Hasil pengkajian didapatkan tangan tremor, berkeringat, mukosa bibir kering mata tampak menonjol, TB 160 cm, BB 45 KG, TD 150/90mmHg,kadar T3 31 ng/dL, T4 14 ug/dL. Pemeriksaan laboratorium lainnya menunjukkan RBC 3.86 x 106(N 4-6 x 106),HGB 11,91 g/dL (N 13-17 g/dl), HCT 34,71%(N 40-54%),Total kolesterol 253 mg/dl (N