Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ca Serviks [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN CA SERVIKS KEPERAWATAN MATERNITAS I



Dosen Pengampu : Ns. Reni Purwo, S.Kep., M.Kep Disusun Oleh : Nama : Nurma Sri Utami NIM



: 1911020172



Kelas : 3 C



FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGAM STUDI KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2020



1



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah memberikan limpahan nikmat sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu untuk menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolonganNya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Sholawat serta salam semoga terlimpahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam yang kita nanti-nantikan syafa’at nya diakhirat nanti. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Maternitas I. Kami berharap makalah ini dapat memberikan ilmu, informasi, pengetahuan, dan menjadi referensi dalam pembelajaran bagi pembaca. Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca. Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah ini belum lah sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan makalah ini.



Purworejo, 02 Desember 2020



Penyusun



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1 A. Latar Belakang................................................................................................................1 B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2 C. Tujuan..............................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3 A. Pengertian Kanker Serviks..............................................................................................3 B. Etiologi............................................................................................................................4 C. Manisfetasi Klinis...........................................................................................................4 D. Patofisiologis...................................................................................................................5 E. Tanda dan Gejala.............................................................................................................6 F.



Penatalaksanaan..............................................................................................................7



G. Asuhan Keperawatan.......................................................................................................8 BAB III PENUTUP..................................................................................................................18 A. Kesimpulan....................................................................................................................18 B. Saran..............................................................................................................................19 DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................20



3



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari selsel jaringan tubuh, yang dalam perkembanganya sel tersebut berubah menjadi sel kanker.Sel-sel kanker dapat menyebar kebagian tubuh lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian. Kanker memiliki berbagai macam jenis dengan berbagai akibat dan salahsatu jenis kanker adalah kanker serviks. Kanker serviks merupakan keganasan yang berasal dari serviks. Serviks merupakan sepertiga bagian bawah uterus, berbentuk silindris, menonjol dan berhubungan dengan vagina melalui ostium uteri eksternum. ( KEMENKES, PPK SERVIKS : 2010) Kanker serviks menduduki urutan tertinggi di negara berkembang, dan urutan ke 10 pada negara maju atau urutan ke-5 secara global. Di Indonesia kanker serviks menduduki urutan kedua dari 10 kanker terbanyak berdasar data dari Patologi Anatomi tahun 2010 dengan insidens sebesar 12,7%. Menurut perkiraan Departemen Kesehatan RI saat ini, jumlah wanita penderita baru kanker serviks berkisar 90-100 kasus per 100.000 penduduk dan setiap tahun terjadi 40 ribu kasus kanker serviks (Kementrian Kesehatan RI : 2010) Di Indonesia, sampai saat ini penyakit kanker serviks merupakan salah satu penyebab kematian wanita yang cukup tinggi dibandingkan dengan negaranegara lain di Asia. Oleh karena perlu adanya penanganan dan asuhan keperawatan yang tepat untuk mengurangi angka kematian akibat kanker serviks, sehingga dalam makalah akan membahas mengenai konsep teori kanke serviks, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks



1



B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah yang penegertian Kanker Serviks ? 2. Bagaimankah etiologi dari Kanker Serviks ? 3. Baaimanakah manifestasi klinis dari Kanker Serviks? 4. Bagimanakah patofisologis dari Kanker Serviks ? 5. Bagaimanakah tanda dan gejala dari Kanker Serviks? 6. Bagaimanakah penatalaksanaan Kanker Serviks ? 7. Bagimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Serviks?



C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa pengertian Kanker Serviks . 2. Untuk mengetahui etiologi dari Kanker Serviks. 3. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Kanker Serviks. 4. Untuk mengetahui patofisologis dari Kanker Serviks. 5. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Kanker Serviks. 6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Kanker Serviks. 7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan Kanker Serviks.



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Pengertian Kanker Serviks Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada serviks, sehingga jaringan disekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya dan merupakan sebuah tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim/serviks (Sukaca,2009). Kanker servik adalah pertumbuhan sel yang bersifat abnormal yang terjadi pada servik uterus, yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antar rahim (uterus) dengan liang senggama atau di kenal dengan leher rahim (Andrijono, 2009). Kanker servik adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI). Kanker servik sering terjadi pada usia reproduktif yaitu dialami pada usia 3040 tahun, akan tetapi pada saat ini kanker servik menyerang pada usia dini yaitu 18 tahun. Hal tersebut terjadi karena salah satu penyebab kanker servik adalah telah melakukan hubungan seksual pada usia dini yaitu di bawah 20 tahun sudah melakukan hubungan seksual, jumlah pasangan seksual yang banyak (>4 orang) dan adanya riwayat pernah menderita kondiloma. Melakukan hubungan seksual di bawah usia 20 tahun memiliki hubungan yang erat dengan infeksi human papiloma virus, wanita yang menderita penurunan sistem imun atau menggunakan obat untuk menekan sistem imunya sangat berisiko untuk terjadinya kanker mulut rahim, selain faktor itu, ada faktor lain yaitu bahan karsinogenik spesifik dari tembakau yang dijumpai dalam lendir dari mulut rahim pada wanita perokok. Bahan ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa dan bersama infeksi human papiloma virus dapat mencetuskan transformasi keganasan (Rasjidi, 2010)



3



B. Etiologi Penyebab terjadinya kelainan pada sel-sel servik tidak diketahui secara pastitetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker servik di antaranya (Nanda, 2013): a. HPV(Human Papiloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalis (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56. b. Merokok tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuana tubuh untuk melawan infeksi HPV pada servik. c. Hubungan seksual pertama yang di lakukan pada usia dini d. Berganti-ganti pasangan seksual e. Suami / pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia dibawah 18 tahun, berganti-ganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita dengan yang menderita kanker servik f. Pemakaian DES (dietilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran (banyak digunakan pada tahun 1940-1970) g. Gangguan sistem kekebalan h. Pemakaian pil KB i.



Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun



j.



Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin). Pap smear merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi dini gejala prakanker servik. Pemeriksaan ini di anjurkan oleh departement kesehatan menganjurkan bahwa semua wanita yang telah berhubungan seksual yang berusia 20-60 tahun harus melakukan pap smear.



C. Manisfetasi Klinis Kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian terbesar pada abad ini, tanda dan gejala kanker serviks di antaranya : a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan. b. Perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III) 4



c. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%) d. Pedarahan spontan saat defekasi e. Perdarahan spontan pervagina f. Anemi akibat perdarahan berulang g. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf. ( Nanda, 2013)



D. Patofisiologis Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi). Pada zona transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir sebagai karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ (HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma seviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke dalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium, invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh. Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker servik. Karsinoma servikal invasif tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif dini dapatmenyebabkan sekret vagina atau perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau bercak antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan rektum (Price & Wilson, 2012). Pada pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek 5



samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan ( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bias dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan kematian (Aspiani, 2017) E. Tanda dan Gejala 1. Perdarahan Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal, terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi. Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut. 2. Nyeri Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva. Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif.



6



Gejala lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal dapat terjadi karena obstruksi ureter. 3.



Keputihan Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra-kanker ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.



F. Penatalaksanaan Pada penatalaksanaan kanker servik adanya lesi prekusor seperti lesi intraepitel skuamosa tingkat rendah (LGSIL) atau lesi intra epitel skuamosa tingkat tinggi (HGSIL) ditemukam melaui koloskopi dan biopsi, pengangkatan nonbedah konservatif memungkinkan untuk dilakukan. Kriotterapi (pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapi laser efektif untuk kondisi ini. Konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk krucut dari servik) dilakukan bila temuan biopsi menunjukan CIN atau HGSIL, yang sebanding dengan displasiadan karsinoma in situ. CIN I dan II sesuai dengan displasia ringan sampai sedang atau LGSIL (klasifikasi betehsda). Adapun prosedur bedah yang mungkin dapat dilakukan adalah: a. Histerektomi total = pengangkatan uterus, servik dan ovarium b. Histerktomi Radikal (Wertheim) = pengangkatan uterus, adneksa, dan vagina proksimal dan nodus limfe bilateral melalui insisi abdomen c. Histerektomi vaginal radikal (Scahuta) = pengangkatan vagina uterus, adneska, dan vagina proksimal. d. Limfadenektomi pelvis bilateral = pengangkatan pembuluh dan nodus iliaka komunis, iliaka eksterna, hipogastrik, dan limfatik obstutator e. Ekstenterasi pelvis = pengangkatan organ-organ pelvis, termasuk nodus limfe kandung kemih dan rektum serta konstruksi conduit diversional, kolostomi, dan vagina f. Salpingo-oofarektomi (bilateral) = pengangkatan tuba fallopi dan ovarium. Tindak lanjut yang sering oleh ahli onkologi ginekologi sangat penting untuk dilakukan, karena resiko kekambuhan kondisi adalah 35% setelah pengobatan kanker servik invasive. Radiasi sering menjadi bagian pengobatan untuk mengurangi kekambuhan penyakit dan dapat diberikan melalui penyinaran eksternal atau melalui bakhiterapi (metode yang me meletakan sumber radiasi dekat dengan tumor). 7



G. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Keperawatan a. Identitas pasien Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin, , agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua, dan pekerjaan orang tua. b. Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan pasien. c.



Riwayat kesehatan 1. Keluhan utama Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti tpendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia. 2. Riwayat kesehatan sekarang Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia. 3. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya ada riwayat penyakit keputihan dan riwayat penyakit HIV/AIDS. 4.



Riwayat kesehatan keluarga Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluraga yang 8



tidak ada riwayat didalam keluarganya (Diananda, 2008). d. Riwayat Obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang perlu diketahui adalah: 1.



Keluhan haid Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.



2. Riwayat kehamilan dan persalinan Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017). e. Riwayat kebiasaan sehari-hari Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur (Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan, gangguan pola tidur. f. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg). 2. Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami rambut rontok, mudah tercabut. 3. Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami konjungtiva anemis dan skelera ikterik. 4. Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan 5. Thoraks: Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan 6. Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak ada kelainan 7. Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner & 9



suddarth, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervagina. 8. Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang stadium lanjut mengalami udema dan nyeri (Brunner & suddarth, 2015). Poltekkes Kemenkes Padang Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami kesemutan atau kebas pada tangan dan kaki. g. Pemeriksaan diagnostik 1. Mendeteksi kanker serviks dengan pap smear 2. Biopsi 3. Konisasi 4. IVA ( Inspeksi Visual Asam Asetat) 5. Mendiagnosis serviks dengan koloskop 6. Vagina inflamation self test card 7. Sehillentest 8. Kolpomikroskopis 9. Gineskopi 2. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan hematologi Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami



anemia



karna



penurunan



Haemoglobin.



Nilai



normalnya



Haemoglobin wanita (12-16 gr/dl). 3. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul Menurut NANDA (2015-2017), kemungkinan masalah yang muncul adalah sebagai berikut : 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf) 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan 3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal 4. Resiko infeksi berhubungan dengan imunosupresi



10



4. Rencana Keperawatan Diagnosa Keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (penekanan sel syaraf)



NOC Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mengontrol nyeri dengan kriteria hasil :



NIC Manajemen Nyeri : Akut 1. Lakukan



a. Tingkat nyeri



pengkajian



nyeri



komprehensif



yang



meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi,



Defenisi : pengalaman sensori dan emosional



1. Mengenali kapan nyeri terjadi



kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dan faktor



tidak



2. Menggambarkan faktor penyebab



pencetus



menyenangkan



yang



muncul



akibat



kerusakan jaringan aktual atau potensial atau yang digambarkan sebagai kerusakan.



3. Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri pada profesional kesehatan 4. Mengenali apa yang terkait dengan gejala



Batasan Karaktreristik : 1. Bukti nyeri dengan menggunakan standar periksa nyeri untuk pasien yang tidak mengungkapkannya. 2. Fokus menyempit 3. Fokus pada diri sendiri 4.



Keluhan tentang intensitas menggunakan standar skala nyeri



5. Laporan tentang perilaku nyeri/perubahan aktivitas 6. Mengekspresikan perilaku (mis., gelisah, merengek, menangis, waspada)



nyeri 5. Melaporkan nyeri yang terkontrol



2.



Observasi adanya petunjuk nonverbal mengenai ketidaknyamanan terutama pada mereka yang tidak dapat berkomunikasi secara efektif



3. Berikan informasi mengenai nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan, dan antisipasi dari ketidaknyamanan akibat prosedur



b. Pengetahuan: manajemen nyeri 1. Mengetahui faktor penyebab 2. Mengetahui tanda dan gejala 3. Mengetahi efek samping terapeutik obat c. Respon pengobatan



4. Evaluasi keefektifan dari tindakan pengontrol nyeri yang dipakai selama pengkajian nyeri dilakukan 5. Dukung istirahat/tidur yang adekuat untuk membantu penurunan nyeri Pemberian Analgesik



1.



Pasien mengetahui efek sampingnya



1. Tentukan



lokasi,



karakteristik,



kualitas



dan



2.



Tidak ada reaksi alergi



Poltekkes Kemenkes Padang keparahan nyeri



3.



Tidak ada efek prilaku dari pengobatan



sebelum mengobati pasien 2. Cek perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan 11



frekuensi obat analgesik yang diresepkan



7. Perubahan selera makan



3. Kolaborasi dengan dokter apakah obat, dosis, rute



8. Putus asa



pemberian atau perubahan interval dibutuhkan,



9. Sikap melindungi area nyeri



buat rekomendasi khusus berdasarkan prinsip



10. Sikap tubuh melindungi



analgesik 4. Monitor



tanda



vital



sebelum



dan



setelah



memberikan analgesik narkotik pada pemberian dosis pertama kali atau jika ditemukan tandatanda yang tidak biasanya Evaluasi kefektifan analgesik dengan interval yang teratur pada setiap setelah pemberian khususnya setelah pemberian pertama kali, juga observasi adanya tanda dan gejala efek samping (misalnya: depresi pernafasan, mual dan Ketidakseimbangan



nutrisi



kebutuhan



berhubungan



tubuh



kurang



dari



dengan



kurang asupan makanan



Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nafsu makan pasien baik dengan kriteria hasil : a. Status nutrisi : asupan makanan dan cairan



muntah, mulut kering dan konstipasi) Manajemen Gangguan Makan 1. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk mengembangkan



rencana



perawatan



dengan



1. Asupan makanan secara oral adekuat



melibatkan pasien dan orang-orang terdekatnya



Defenisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk



2. Asupan cairan secara oral adekuat



dengan tepat



memenuhi kebutuhan metabolik



3. Asupan cairan IV adekuat 4. Asupan nutrisi parenteral adekuat 5. Tidak ada mual dan muntah



Batasan Karakteristik : 1) Berat badan 20 % atau lebih dari bawah



b. Nafsu makan



1. Peningkatan keinginan untuk makan



2. Dorong pasien untuk mendiskusikan makanan yang disukai bersama ahli gizi 3. Timbang berat badan pasien 4. Monitor intake/asupan dan asupan cairan secara tepat Monitor asupan kalori makanan harian 12



rentang berat badan ideal



2. Peningkatan rangsangan untuk makan



2) Bising usus hiperaktif



3. Intake makanan adekuat



5. Observasi pasien selama dan setelah pemberian makan/makanan ringan untuk meyakinkan bahwa



3) Cepat kenyang setelah makan



asupan



makanan



5) Gangguan sensasi rasa



dipertahankan



yang



cukup



tercapai



dan



6) Kehilangan rambut berlebihan 7) Kelemahan otot pengunyah



Manajemen Nutrisi



8) Kelemahan otot untuk menelan



1. Tentukan status gizi pasien



9) Kerapuhan kapiler



2. Identifikasi



10) Ketidakmampuan memakan makanan



alergi



dan



intoleransi



terhadap



makanan



11) Kram abdomen



3. Atur diet yang diperlukan (rendah protein, tinggi karbohidrat, rendah natrium) 4. Monitor kalori dan asupan nutrisi Monitor Nutrisi



1. Timbang berat badan pasien 2. Identifikasi adanya penurunan berat badan 3. Monitor adanya mual muntah 4. Identifikasi perubahan nafsu makan 6 Hambatan



mobilitas



fisik



berhubungan



dengan agens farmaseutikal



Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mempertahankan keseimbangan secara



Manajemen Energi 1.



Kaji status fisiologis pasien yang menyebabkan



mandiri dengan kriteria hasil :



kekelahan sesuai dengan konteks usia dan



Defenisi : keterbatasan dalam gerakan fisik atau



Keseimbangan gerakan



perkembangan



satu atau lebih ekstermitas secara mandiri dan



Mempertahankan keseimbangan ketika berdiri



terarah.



Mempertahankan keseimbangan ketika berjalan



2.



Anjurkan pasien untuk mengungkapkan perasaan secara verbal mengenai keterbatasan yang dialami 13



3. Batasan Karakteristik : Ketidaknyamanan



Tentukan persepsi pasien atau orang terdekat dengan pasien mengenai penyebab kelelahan



4.



Perbaiki



defisit



status



pisiologis



(misalnya,



Kesulitan membolak-balik posisi



kemoterapi yang menyebabkan anemia) sebagai



Gerakan lambat



prioritas pertama Monitor intake/asupan nutrisi untuk mengetahui sumber energi yang adekuat 5.



Kurangi ketidaknyamanan fisik yang dialami pasien yang bisa mempengaruhi fungsi kognitif, pemnatauan diri dan pengaturan aktivitas pasien



Manajemen Lingkungan 1. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien 2. Identifikasi



kebutuhan



keselamatan



pasien



berdasarkan fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku di masa lalu Singkirkan benda-benda berbahayadari lingkungan 3. Batasi pengunjung Peningkatan Mekanika Tubuh 1. Bantu untuk mendemonstrasikan posisi tidur yang tepat Bantu untuk menghindari duduk dalam jangka waktu yang lama 2. Instruksikan pasien untuk menggerakkan kaki terlebih dahulu kemudian badan ketika memulai 14



Resiko



infeksi



berhubungan



dengan



imunosupresi



Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pasien mampu mengontrol resiko proses infeksi dengan kriteria hasil :



Defenisi : rentan mengalami invasi dan multiplikasi organisme patogenik yang dapat mengganggu kesehatan



2. Mengenali faktor resiko individu terkait Mengetahui



perilaku



yang



1. kurang pengetahuan untuk menghindari pemajanan



2. malnutrisi 3. gangguan integritas kulit 4. prosedur invasif



lingkungan



dengan



baik



setelah



3. Mengidentifikasi tanda dan gejala infeksi Memonitor



perilaku



diri



yang



berhubungan dengan resiko infeksi



4. Memonitor faktor di lingkungan yang berhubungan dengan resiko infeksi



2. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat 3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien



berhubungan dengan resiko infeksi Batasan Karakteristik :



1. Bersihkan



dilakukan untuk setiap pasien



1. Mengidentifikasi faktor resiko infeksi infeksi



berjalan dari posisi berdiri Kontrol Infeksi



4. Lakukan



tindakan-tindakan



pencegahan



yang



bersifat universal 5. Pastikan teknik perawatan luka yang tepat 6. Berikan terapi antibiotik yang sesuai 7. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai bagaimana menghindari infeksi Perlindungan Infeksi



1. Monitor adanya tanda dan gejala infeksi sistemik atau lokal



2. Monitor kerentanan terhadap infeksi 3. Monitor hitung mutlak granulosit, WBC, dan hasil-hasil diferensial



4. Ajarkan pasien atau keluarga mengenai tanda dan gejala infeksi dan kapan harus melaporkannya kepada petugas kesetahan 15



5. Ajarkan



pasien



dan



keluarga



bagaimana



caramenghindari infeksi



16



5. Implementasi Keperawatan Implementesi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005). Langkahlangkah yang diperlukan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut : a. Mengkaji ulang pasien Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementesi memberikan mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan keperawataan yang diusulkan masih sesuai. b. Menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum memulai perawatan. Perawat menelah rencana asuhan dan membandingkannya dengan data pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan menentukan apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis saat itu. Jika status pasien telah berubah dan diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan harus dimodifikasi.



6. Evaluasi Keperawatan Evaluasi menurut Potter & Perry (2005) yaitu membandingkan data subjek dan objek yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasil yang diharapkan yang ditetapkan selama perencanaan. Langkah-langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan. Tujuan asuhan keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan masalah kesehatan aktual, mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan mempertahankan status sehat. Evaluasi terhadap asuhan menetukan apakah tujuan ini telah terlaksana. Aspek lain dari evaluasi mencakup pengukuran kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam lingkungan perawatan kesehatan (Potter & Perry, 2005).



17



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan. Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually active. Kanker servik adalah pertumbuhan sel yang bersifat abnormal yang terjadi pada servik uterus, yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antar rahim (uterus) dengan liang senggama atau di kenal dengan leher rahim yang disebabkan kelainan pada sel-sel servik tidak diketahui secara pastitetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian kanker servik di antaranya HPV, merokok, berganti-ganti pasangan dalam berhubungan seksual, gangguan sistem kekebalan tubuh dan infeksi. Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi pengkajian mulai dari identitas pasien, riwayat kesehatan dahulu dan sekrang, pengkajian biofisik, psikologis, dan spiritual. Diagnostik kemungkinan yang muncul pada pasien kanker serviks adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurang asupan makanan, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan agens farmaseutikal, dan resiko infeksi berhubungan dengan infeksi. Melalui diganostik yang kemungkinan terjadi bisa dilakukan rencana keperawatan dengan intervensi seperti manajemen nyeri, pemebrian analgesik, manajemen nutrisi, manjemen lingkungan, kontrol infeksi, dan peningkatan mekanika tubuh. Implementasi keperawatan dengan melkaukan langkah- langkah yang diperlukan dalam pelaksanaan seperti mengkaji ulang pasien dan menelah dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum memulai perawatan. Terakhir adalah tahap evaluasi yaitu dengan mengukur respon pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien dengan tujuan.



18



B. Saran Sebaiknya perawat harus mengetahui konsep dasar penyakit kanker serviks dan memahami pola pengkajian baik dan penegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan kanker serviks secara mendetail agar dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan baik dan benar.



19



DAFTAR PUSTAKA Dita. (2017). Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Kanker Serviks Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil Padang. Program Diploma III Poltekkes Kesehatan Kemenkes Padang: KTI. Hadi, M. Saiful & Iskandar, T. Mirza. (2012). ‘Hubungan Anemia dan Transfusi Darah Terhadap Respon Kemoradiasi pada Karsinoma Serviks Uteri Stadium IIb-IIIb’. Medica Hospitalia. Vol. 1(1):32-36. Herdman, T.Heater. (2018). NANDA-I Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC. Kementrian Kesehatan, RI. (2015). Infodatin Kanker. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kemenkes RI. Perry & Potter. 2005. Buku Ajar Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik. Jakarta : PT. Gramedia Rachma D, Nessia & Isfandiari, M. Atoillah. (2016). ‘Perbandingan Risiko Ca Serviks Berdasarkan Personal Hygiene Pada Wanita Usia Subur di Yayasan Kanker Wisnu Wardhana Surabaya’. Jurnal Promkes. Vol. 4, No. 1:82-85.



20



21