Makalah Kel.5 Model-Model Kurikulum [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MODEL – MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM



Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata kuliah



: Kurikulum dan Pembelajaran SD



Dosen Pembimbing : Hj. Tati Heriati



Disusun oleh : Kelompok V Nani Resnawati



175060011



Annisa Dwi Priatna



175060012



Belia Citra Wardhina



175060014



Alfiyyah Tsuroyya



175060022



Dina Nur Fitrianti



175060028



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PASUNDAN 2018



KATA PENGANTAR



Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Model – Model Pengembangan Kurikulum. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Model – Model Pengembangan Kurikulum ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Bandung, Oktober 2018



Penulis



ii



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 2 1.3 Tujuan ............................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3 2.1 Model Pengembangan Kurikulum................................................................. 3 2.2 Macam-Macam Model Pengembangan Kurikulum ...................................... 4 2.3 Gambaran Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia ........................ 15 BAB III PENUTUP ............................................................................................. 25 3.1 Kesimpulan .................................................................................................. 25 3.2 Saran ............................................................................................................ 25 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26



iii



iv



1



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kurikulum merupakan salah satu dimensi yang penting bagi dunia pendidikan. Kurikulum merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan yang menjadi landasan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran ini dilakukan sebagai upaya untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum. Perkembangan suatu kurikulum dari waktu ke waktu juga disebabkan oleh banyak faktor. Misalnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Faktor ini dapat menyebabkan kurikulum dilakukan pengembangan yang nantinya menghasilkan model-model pengembangan kurikulum. Seiring dengan berkembangnnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju cepat, dan dinamis, menuntut kemajuan masyarakat sebagai pelaku pendidikan juga berkembang, untuk itu pemerintah melalui guru berusaha mewujudkan sumber daya manusia yang kompeten sebagai produk hasil dari proses pendidikan. Maka dari itu perlu adanya pengembangan kurikulum sebagai modal dasar agar pembelajaran dapat berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Dalam pengembangan kurikulum, banyak model-model yang digunakan dalam pengembangan kurikulum. Pemilihan suatu model pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas kelebihan dan kebaikannya serta kemungkinan pencapaian hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut serta model konsep pendidikan mana yang digunakan. Dari beberapa penjelasan diatas, pengembangan kurikulum sangat penting sekali bagi dunia pendidikan, agar tujuan daripada pendidikan dapat terwujud dengan baik. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang model pengembangan



kurikulum



pada



umumnya



dan



macam-macam



model



pengembangan kurikulum hasil dari pemikiran para ahli. Selain itu, kami juga akan membahas beberapa model pengembangan kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan model pengembangan kurikulum ? 2. Apa saja macam-macam model pengembangan kurikulum yang ada? 3. Bagaimana gambaran model perkembangan kurikulum yang ada di Indonesia?



1.3 Tujuan 1.



Untuk mengetahui gambaran dari model pengembangan kurikulum.



2.



Untuk mengetahui macam-macam model pengembangan kurikulum yang ada.



3.



Untuk mengetahui model perkembangan kurikulum yang ada di Indonesia



2



3



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Model Pengembangan Kurikulum Menurut Good dan Travers (dalam Sanjaya, 2008, hlm.82) model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis, grafis serta lambang-lambang lainnya. Sedangkan menurut Sanjaya (2008, hlm.82) model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjemahkan sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis. Model berfungsi sebagai sarana untuk mempermudah komunikasi, sebagai petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, dan sebagai petunjuk perancanaan untuk kegiatan pengelolaan. Dalam pengembangan kurikulum, model merupakan ulasan teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh ataupun salah satu bagian dari kurikulum. Ada model yang mempersoalkan keseluruhan proses dan ada pula yang hanya menitikberatkan pandangannya pada mekanisme penyusunan kurikulumnya. Konsep pengembangan kurikulum adalah suatu perencanaan kurikulum yang bertujuan memperoleh kurikulum yang lebih baik dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni perubahan perilaku para siswa. Pendekatan pengembangan kurikulum terdiri dari tiga langkah, yaitu: 1. Merumuskan tujuan dalam bentuk tingkah laku 2. Memilih dan menemukan situasi belajar untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. 3. Merancang serta mengembangkan metode assesment untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan tersebut. Beberapa ide yang mendasari pengembangan kurikulum didapat dari (1) adanya perubahan dalam pengembangan visi, misi, tujuan dan sasaran yang diemban, (2) perubahan ilmu dan teknologi yang semakin cepat, (3) hasil evaluasi terhadap kurikulum sebelumnya, (4) perubahan kebutuhan stakeholders, (5) pandangan atau saran dari para pakar atau ahli, (6) tuntutan dunia global dan lain sebagainya.



Dapat disimpulkan bahwa model pengembangan kurikulum adalah pola, rancangan, konsep yang menggambarkan proses dan prosedur suatu kurikulum untuk dijadikan acuan dalam pelaksanaan pendidikan.



2.2 Macam-Macam Model Pengembangan Kurikulum 1. Model Tyler Pengembangan kurikulum model tyler yang dapat ditemukan dalam buku klasik yang sampai sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses pengembangan kurikulum yang berjudul Basic Principle of Curriculum and Instruction. Model pengembangan kurikulum tyler ini, lebih bersifat bagaimana merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah konkrit atau tahapan-tahapan secara rinci. Berikut proses pengembangan kurikulum model tyler.



Objectives



What education purposes should the school seek to attain?



Selecting learning experiences



What educational experiences provided that are likely to attain purpose?



Organizing learning experiences



How can these educational experiences be effectively organised?



Evaluation purposes



How can we determine whether these



can



be



are being attained?



4



Menurut



tyler



ada



4



hal



yang



dianggap



fundamental



untuk



mengembangkan kurikulum , yaitu : a. Menetukan Tujuan Dalam penyusunan suatu kurikulum, merumuskan tujuan merupakan langkah pertama dan utama yang harus dikerjakan. Sebab, tujuan merupakan arah atau sasaran pendidikan. Tyler menjelaskan bahwa sumber perumusan tujuan dapat berasal dari siswa, studi kehidupan masa kini, disiplin ilmu, filosofis, dan psikologi belajar. Merumuskan tujuan kurikulum, sebenarnya sangat tergantung dari teori dan filsafat pendidikan serta model kurikulum apa yang dianut. Bagi pengembang kurikulum subjek akademis, maka penguasaan berbagai konsep dan teori dalam disiplin ilmu merupakan sumber tujuan utama. Kurikulum ini dinamakan sebagai kurikulum yang bersifat “discipline oriented”. Berbeda dengan model humanistik yang bersifat “child centered”, yaitu kurikulum yang lebih berpusat kepada pengembangan pribadi siswa, maka menjadi sumber utama dalam perumusan tujuan siswa itu sendiri, baik yang berhubungan dengan pengembangan minat dan bakat serta kebutuhan untuk membekali hidupnya. Tujuan kurikulum apa pun bentuk dan modelnya pada dasarnya harus mempertimbangkan berbagai sumber untuk kepentingan individu dan kepentingan masyarakat. b. Menentukan Pengalaman Belajar Pengalaman belajar adalah segala aktivitas siswa dalam berinteraksi dengan lingkungan. Tyler (dalam Sanjaya, 2008, hlm.84) mengemukakan: “The term “Learning Experience” is not the same as the content with which a course deals nor activities performed by the teacher. The term “learning experience “ refers to the interaction between the learner and the external conditions in the envirotment to which he can react. Learning takes place through the active behavior of the student; it is what he does that he learns not what the teacher does. Pengalaman belajar menunjuk kepada aktivitas siswa di dalam proses pembelajaran. Untuk itu guru sebagai pengembang kurikulum mestinya memahami apa minat siswa, serta bagaimana latar belakangnya. Ada beberapa prinsip dalam menentukan pengalaman belajar siswa. Pertama, pengalaman siswa 5



harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Kedua, setiap pengalaman belajar harus memuaskan siswa. Ketiga, setiap rancangan pengalaman siswa belajar sebaiknya melibatkan siswa. Keempat, mungkin dalam satu pengalaman belajar dapat mencapai tujuan yang berbeda. c. Mengorganisasi Pengalaman Belajar Langkah



pengorganisasian



ini



sangatlah



penting,



sebab



dengan



pengorganisasian yang jelas akan memberikan arah bagi pelaksanaan proses pembelajaran sehingga menjadi pengalaman belajar yang nyata bagi siswa. Dalam pengorganisasian



pengalaman



belajar



ada



dua



jenis



yaitu:



pertama,



pengorganisasian secara vertikal apabila menghubungkan pengalaman belajar dalam



satu



kajian



yang



sama



dalam



tingkat



yang



berbeda.



Kedua,



pengorganisasian secara horizontal jika kita menghubungkan pengalaman belajar dalam bidang geografi dan sejarah dalam tingkat yang sama. Tyler (dalam Sanjaya, 2008, hlm.86) mengemukakan tiga prinsip dalam mengorganisasi pengalaman belajar yaitu : 1. Prinsip kontinuitas ada yang bersifat vertikal dan horizontal. Kontinuitas bersifat vertikal artinya, pengalaman belajar yang diberikan harus memiliki kesinambungan yang diperlukan untuk pengembangan pengalaman belajar selanjutnya. 2. Prinsip kontinuitas bersifat horizontal artinya, pengalaman yang diberikan pada siswa harus memiliki fungsi dan bermanfaat untuk memperoleh pengalaman belajar dalam bidang lain. 3. Prinsip urutan isi, artinya setiap pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa harus memerhatikan tingkat perkembangan siswa. d. Evaluasi Proses



evaluasi



merupakan



langkah



yang



sangat



pentinguntuk



mendapatkan informasi tentang ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Ada dua aspek yang perlu diperhatikan sehubungan dengan evaluasi. 1. Evaluasi harus menilai apakah telah terjadi perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah dirumuskan. 2. Evaluasi sebaiknya menggunakan lebih dari satu alat penilaian dalam suatu waktu tertentu.



6



Evaluasi disini berfungsi untuk memperoleh data tentang ketercapaian tujuan oleh peserta didik. Fungsi ini dinamakan sebagai fungsi sumatif. Fungsi kedua, untuk melihat efektivitas proses pembelajaran. Fungsi ini dinamakan sebagai fungsi formatif.



2. Model Taba Berbeda dengan model yang dikembangkan Tyler, model Taba lebih menitikberatkan kepada bagaimana mengembangkan kurikulum sebagai suatu proses perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, dalam model ini dikembangkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh para pengembang kurikulum. Pengembangan kurikulum biasanya dilakukan secara deduktif yang dimulai dari langkah penentuan prinsip-prinsip dan kebijakan dasar, merumuskan desain kurikulum, menyusun unit-unit kurikulum, dan mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas. Hilda Taba tidak sependapat dengan langkah tersebut. Alasannya, pengembangan kurikulum secara deduktif tidak dapat menciptakan pembaruan kurikulum. Oleh karena itu, menurut Hilda Taba, sebaiknya kurikulum dikembangkan secara terbalik yaitu dengan pendekatan induktif. Ada lima langkah pengembangan kurikulum model terbalik dari Taba ini, yaitu: a. Menghasilkan unit-unit percobaan (pilot unit) melalui langkah-langkah:  Mendiagnosis kebutuhan. Pada langkah ini, pengembangan kurikulum memulai dengan menentukan kebutuhan-kebutuhan siswa. Melalui diagnosis tentang “gaps”, berbagai kekurangan (defeciencies), dan perbedaan latar belakang siswa.  Memformulasikan tujuan. Setelah kebutuhan-kebutuhan siswa didiagnosis, selanjutnya para pengembang kurikulum merumuskan tujuan.  Memilih isi. Pemilihan isi kurikulum sesuai dengan tujuan merupakan langkah berikutnya. Pemilihan isi bukan saja didasarkan kepada tujuan yang harus dicapai sesuai dengan langkah kedua, akan tetapi juga harus mempertimbangkan segi validitas dan kebermaknaanya untuk siswa.



7



 Mengorganisasi isi. Melalui penyeleksian isi, selanjutnya isi kurikulum yang telah ditentukan itu disusun urutannya, sehingga tampak pada tingkat atau kelas berapa sebaiknya kurikulm itu diberikan.  Memilih pengalaman belajar. Pada tahap ini, ditentukan pengalamanpengalaman belajar yang harus dimiliki siswa untuk mencapai tujuan kurikulum.  Mengorganisasi bagaimana



pengalaman



mengemas



belajar.



Guru



selanjutnya



pengalaman-pengalaman



bleajar



menentukan yang



telah



ditentukan itu ke dalam paket-paket kegiatan. Sebaiknya dalam menentukan paket-paket kegiatan itu, siswa diajak serta, agar mereka memiliki tanggung jawab dlam mlaksanakan kegiatan belajar.  Menentukan alat evaluasi serta prosedur yang harus dilakukan siswa. Pada penentuan alat evaluasi ini guru dapat menyeleksi berbagai tenik yang dapat dilakukan untuk menilai prestasi siswa, apakah siswa sudah dapat mencapai tujuan atau belum.  Menguji keseimbangan isi kurikulum. Pengujian ini perlu dilakukan untuk melihat kesesuaian antara isi, pengalaman belajar, dan tipe-tipe belajar siswa. b. Menguji coba unit eksperimen untuk memperoleh data dalam rangka menemukan validitas dan kelayakan penggunaannya. c. Merevisi dan megonsolidasikan unit-unit eksperimen berdasarkan data yang diperoleh dalam uji coba. d. keseluruhan kerangka kurikulum. e. Implementasi dan diseminasi kurikulum yang telah teruji. Pada tahap terakhir ini perlu di persiapkan guru-guru melalui penataran-penataran, lokakarya dan lain sebagainya serta mempersiapkan fasilitas dan alat-alat sesuai dengan tuntutan kurikulum.



8



3. Model Oliva Menurut Oliva, suatu model kurikulum harus bersifat simpel, koperhensif dan sistematik. Oliva menggambarkan bahwa dalam pengembangan suatu kurikulum, ada 12 komponen yang satu sama lain saling berkaitan, seperti yang terlihat dalam gambar berikut.



Rumusan Filsafat



Rumusan Tujuan Umum



Rumusan Tujuan Khusus



Desain Perencan aan



Implem entasi



Evaluasi



Dari bagan di atas, tampak model pengenbangan kurikulum yang dikemukakan oleh Olivia terdiri dari 12 komponen yang harus dikembangkan. 



Komponen pertama, perumusan filosofis, sasaran, misi serta visi pendidikan, yang semianya berseumber dari analisis kebutuhan siswa dan analisis kebutuhan masyarakat.







Komponen kedua, adalah analisis kebutuhan masyarakat dimana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin ilmu yang harus diberikan oleh sekolah. Sumber kurikulum dapat dilihat dari komponen satu dan dua ini. Komponen satu berisi pernyataan-pernyataan yang bersifat umum dan sangat ideal. Sedanglan komponen dua sudah mengarah pada tujuan yang lebih khusus.







Komponen ketiga dan keempat, berisi tentang tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum yang didasarkan pada kebutuhan seperti yang tercantum pada komponen satu dan dua.







Komponen kelima, yaitu bagaimana mengorganisasikan rancangan dan mengimplementasikan kurikulum.







Komponen keenam dan ke tujuh, mulai menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum dan khusus pembelajaran.







Komponen kedelapan, menetapkan strategi pembelajaran yang dimungkinkan dapat tercapai tujuan .







Komponen kesembilan, setudi awal tentang strategi dan teknik penilaian yang dapat digunakan.



9







Komponen kesepuluh, mengimplementasikan strategi kurikulum, setelah strategi diimplementasikan, pengembangan kurikulum kembali ke komponen sembilan atau komponen sembilan plan B, untuk menyempurnakan alat atau teknik penilaian.







Komponen ke sebelas dan duabelas, dilakukan evaluasi terhadap pembelajaran dan evaluasi kurikulum.



4. Model Beauchamp Model ini dikembangakan oleh George A. Beuchamp, seorang ahli kurikulum. Menurut Beauchamp (dalam Sanjaya, 2008, hlm.91) proses pengembangan kurikulum meliputi lima tahap yaitu: a. Menentukan area atau wilayah akan dicakup oleh kurikulum. Penentuan tahap ini ditentukan pemegang wewenang yang dimiliki pengambil kebijakan dibidang kurikulum. b. Menetapkan personalia. Tahap ini menentukan siapa saja orang yang akan terlibat dalam pengembangan kurikulum. Ada empat kategori orang yang sebaiknya dilibatkan, yaitu: para ahli pendidikan atau kurikulum yang ada pada pusat pengembangan kurikulum dan ahli bidang studi; para ahli pendididkan dari perguruan tinggi atau sekolah dan guru-guru terpilih; para professional dalam bidang pendidikan; professional lain dan tokoh masyarakat. c. Organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum. Langkah ini berkenaan dengan prosedur dalam merumuskan tujuan umum dan tujuan khusus, memilih isi dan pengalaman belajar, serta kegiatan evaluasi, juga dalam menentukan desain kurikulum secara keseluruhan. d. Implementasi kurikulum. Tahap ini yaitu pelaksanaan kurikulum yang telah dikembangkan oleh tim pengembang. Dalam pelaksanaan kurikulum dibutuhkan



kesiapan



guru,



siswa,



fasilitas,



biaya,



manajerial



dan



kepemimpinan sekolah. e. Evaluasi kurikulum. Hal-hal penting yang dievaluasi yaitu: pelaksanaan kurikulum oleh guru-guru, desain kurikulumnya, hasil belajar siswa, keseluruhan dari sistem kurikulum.



10



5. Model Wheeler Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. Dalam bukunya yang cukup berpengaruh, Curriculum Process, Wheeler (1967) mempunyai argumen tersendiri pengembangan kurikulum (curriculum developers) dapat menggunakan suatu proses melingkar (a cycle process), yang namanya setiap elemen saling berhubungan dan bergantungan. Proses pengembangan kurikulum terjadi secara terus – menerus. Pendekatan yang digunakan Wheeler dalam pengembangan kurikulum pada dasarnya memiliki bentuk rasional. Setiap langkahnya merupakan pengembangan secara logis terhadap model sebelumnya. Wheeler mengembangkan lebih lanjut apa yang dilakukan Tyler dan Taba, meskipun hanya dipresentasikan agak berbeda. Wheeler berpendapat proses pengembangan kurikulum terdiri dari lima fase (tahap). Setiap tahap merupakan pekerjaan yang berlangsung secara sistematis atau berurut. Artinya, kita tidak mungkin dapat menyelesaikan tahapan kedua, manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian, manakala setiap tahap sudah selesai dikerjakan, kita akan kembali pada tahap awal. Demikian proses pengembangan sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung. Proses pengembangan kurikulum dan komponen-komponen dalam setiap tahap pengembangan dapat dilihat pada gambar berikut ini.



11



Menurut Wheeler (dalam Sanjaya, 2008, hlm.94-95) pengembangan kurikulum terdiri atas 5 tahap yakni: a. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat normatif yang mengandung tujuan filosofis atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis. Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan objective yakni tujuan yang mudah diukur ketercapaiannya. b. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama. c. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar. d. Mengorganisasikan atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar. e. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan. Dari langkah-langkah pengembangan kurikulum yang dikemukakan Wheeler, maka tampak bahwa pengembangan kurikulum membentuk sebuah siklus (lingkaran). Lima langkah itu jika dikembangkan dengan logis dan temporer akan menghasilkan suatu kuriukulum yang efektif.



6. Model Nicholls Nicholls menitikberatkan pada pendekatan pengembangan kurikulum yang rasional khususnya kebutuhan untuk kurikulum yang munculnya dari adanya perubahan situasi. Nicholls mendefinisikan kembali metodenya Tyler, Taba, dan Wheeler dengan menekan pada kurikulum proses yang bersiklus atau bentuk lingkaran, dan ini dilakukan demi langkah awal yaitu analisis situas. Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Nicholls, yaitu : a. Analisis situasi b. Menentukan tujuan khusus c. Menentukan dan mengorganisasi isi pelajaran d. Menentukan mengorganisasi metode e. Evaluasi



12



Analisis Situasi Menentuka n Tujuan Khusus



Evaluasi



Menetukan dan Mengorganis asi Metode



Menentukan dan Mengorganisasikan isi pelajaran



Model pengembangan kurikulum D.K Wheeler, Howard Nicholls dikategorikan dalam Cycle Models. Adapun kelebihan dari Cycle Models adalah : a. Memiliki struktur logis kurikulum yang dikembangkannya. b. Menerapkan analisis situasi sebagai titik permulaan dapat memberikan dasar data



sehingga



tujuan-tujuan



yang



lebih



efektif



mungkin



akan



dikembangkannya. c. Melihat berbagai elemen kurikulum sebagai asal yang terus menerus sehingga dapat menanggulangi situasi-situasi baru dan mempunyai konsekuensi untuk bereaksi terhadap perubahan situasi. Sedangkan kelemahan dari Cycle Models yang menonjol adalah membutuhkan banyak waktu untuk menganalisis situasi belajar.



7. Model Dynamic Skilbeck Malkom Skilback, direktur Pusat Pengembangan Kurikulum Austalia (Australia’s Curriculum Development Center), mengembangkan suatu interaksi altertnatif atau model dinamis bagi suatu interaksi alternatif atau model dinamis bagi model proses kurikulum. Skilbeck mengajurkan suatu pendekatan dan mengembangkan kurikulum pada tingkat sekolah. Pendapatnya mengenai sekolah didasarkan pada pengembangan kurikulum sehingga Skilbeck memberikan suatu model yang membuat pendidik dapat mengembangkan kurikulum secara tepat dan realistis.



13



Model dinamis atau interaktif (dyanamic or interactive models) menetapakan pengembangan kurikulum harus mendahulukan sustu elemen kurikulum dan memulainya dengan suatu dari urutan yang telah ditentukan dan diajurkan oleh model rasional. Skilbeck mendukung petunjuk tersebut, menambahkan sangat penting bagi developers untuk menyadari sumber-sumber tujuan mereka. Untuk mengetahui sumber-sumber tersebut, Skilbeck berpendapat bahwa “a situasional analysis” harus dilakukan. Untuk lebih mudah memahami model yang ditawarkan Skilbeck, gambar ini mungkin bisa membantu.



Menganalisis Situasi



Memformulasikan Tujuan



Menyusun Program



Interpretasi dan Implementasi



Monitoring, Feedback, Penilaian dan Rekonstruksi



Model di atas mengkalim agar School-Based Curriculum Development (SBCD) dapat bekerja secara efektif, lima langkah (steps) diperlukan dalam suatu proses kurikulum. Skilbeck berkata bahwa model dapat diaplikasikan secara bersama dalam pengemban kurikulum, observasi dan peneliaan sistem kurikulum, dan aplikasi nilai dari model tersebut pada nilai dan model tersebut terletak pada pilihan pertama. Mengingat susunan model ini secara logis termasuk kategori rational by nature, namun Skilbeck mengingatkan bahwa agar tidak terjerumus pada perangkap (trap). Skilbeck mengingatkan bahwa pengembangan kurikulum (curriculum



development) perlu mendahulukan rencana mereka dengan



memulainya dari salah satu langakah (stage) tersebut secara bersamaan.



14



Tujuananya adalah untuk menganalisis secara keseluruhan; tetapi secara simbol telah mendorong teams atau groups dari pengembang kurikulum untuk lebih memperhatikan



perbedaan-perbedaan



elemen



dan



aspek-aspek



proses



pengembangan kurikulum, agar lebih bisa melihat proses bekerja dengan cara sistematik.



2.3 Gambaran Model Pengembangan Kurikulum di Indonesia Dalam pasal 1 ayat (13) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar nasional Pendidikan dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pasal 1 ayat (27) dinyatakan bahwa “kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia, kurikulum selalu berubah dari orde lama sampai saat ini. Terdapat dua jenis model pengembangan kurikulum yang telah ditempuh di Indonesia, yaitu model yang berorientasi pada tujuan (goal-oriented



curriculum)



dan



model



kurikulum



berbasis



kompetensi



(competency- based curriculum). Sebelum jelas membahas mengenai kurikulum berbasis tujuan dan kompetensi berikut ini adalah Pasal 3 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah : “Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab” Model pertama, kurikulum yang berorientasi pada tujuan telah digunakan sejak kurikulum formal di Indonesia sampai dengan 1994 dan berlaku efektif sampai dengan tahun 2003. Tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum ini meliputi aspek pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang sesuai



15



dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. Untuk tercapaianya tujuan tersebut ditetapkanlah pokok-pokok materi dan prosedur pembelajaran. Model kurikulum yang berorientasi pada tujuan memiliki beberapa kebaikan, antara lain : (a) tujuan yang dicapai jelas bagi penyusun kurikulum, (b) memberikan arah yang jelas dalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis kegiatan dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan, (c) mampu membuat penilaian terhadap proses dan hasil yang dicapai, (d) hasil evaluasi membantu pengembangan kurikulum dalam melakukan perbaikan yang diperlukan. Kompetensi merupakan integritas antara pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi dalam konteks pendidikan dan pembelajaran dapat diartikan sebagai (1) kemampuan umum yang harus dimiliki lulusan, (2) modal untuk mengahadapi persaingan dalam era global, (3) pengalaman belajar yang dikaitkan dengan bahan ajar secara kontekstual, dan (4) indikator yang dapat diamati dan diukur dari sejumlah hasil belajar.. Model kedua, kurikulum berbasis kompetensi merupakan konsep kurikulum yang berorientasi pada pengembangan kemampuan melaksanakan tugas dengan standar tertentu, sehingga peserta didik dapat menggunakan kemampuannya untuk mencapai hasil belajar. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi yaitu, dapat menumbuhkan sikap mandiri, tanggung jawab, dan partisipasi aktif peserta didik dalam belajar di sekolah maupun memberanikan diri tampil di masyarakat Terdapat beberapa kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia, yaitu : 1. Kurikulum 1975 Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif. Kurikulum



ini dikenal istilah “satuan pelajaran”, yaitu rencana



pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Di dalam kurikulum 1975, pada setiap bidang studi dicantumkan tujuan kurikulum, sedangkan pada setiap pokok bahasan diberikan tujuan instruksional umum yang dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai satuan bahasan yang memiliki



16



tujuan instruksional khusus. Dalam proses pembelajaran, guru harus berusaha agar tujuan instruksional khusus dapat dicapai oleh peserta didik, setelah mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu disajikan oleh guru. Metode penyampaian satun bahasa ini disebut prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Melalui PPSI ini dibuat satuan pelajaran yang berupa rencana pelajaran setiap satuan bahasan. a. Karakteristik kurikulum 1975 



Berorientasi pada tujuan







Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuantujuan yang lebih integratif.







Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.







Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik, dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.







Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan (drill).



b. Kelebihan Kurikulum 1975 



Menekankan pada pendidikan yang lebih efektif dan efisien dalam hal daya dan waktu







Menganut sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa



c. Kelemahan Kurikulum 1975 Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran 2. Kurikulum 1984 (CBSA) a. Karakteristik Kurikulum 1984  Mengusung process skillapproach.Meski mengutamakan pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut "kurikulum1975 yang disempurnakan".



17



 CBSA



merupakan



suatu



dan pembelajaran pada



saat



upaya



dalam



pembaharuan



itu. Pendekatannya



pendidikan



menitikberatkan



pada



keaktifan siswa yang merupakan inti dari kegiatan belajar.  Dalam CBSA kegiatan belajarnya diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan



seperti



mendengarkan,



berdiskusi,



membuat



sesuatu, menulis laporan, memecahkan masalah, membentuk gagasan, menyusun rencana dan sebagainya.  Materi pelajaran dikemas dengan nenggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi pelajaran. Semakin tinggi kelas dan



jenjang sekolah,



semakin



dalam



dan



luas



materi



pelajaran



yangdiberikan.  Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Konsepkonsep yang dipelajari siswa harus didasarkan kepada pengertian, baru kemudian diberikan latihan setelah mengerti. Untuk menunjang pengertian alat peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang dipelajarinya  Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. Pemberian materi pelajaran berdasarkan tingkat kematangan mental siswa dan penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan pendekatan induktif dari contoh-contoh ke kesimpulan. Dari yang mudah menuju ke sukar dan dari sederhana menuju ke kompleks.  Menggunakan pendekatan keterampilan proses. Keterampilan proses adalah pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukkan



keterampilan



mengkomunikasikan



perolehannya.



memperoleh Pendekatan



pengetahuan



dan



keterampilan



proses



diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pelajaran. b. Kelebihan kurikulum 1984 (CBSA) Pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intlektual dan emosional dengan harapan



18



siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektip, maupun psikomotor. c. Kekurangan Kurikulum 1984 (CBSA)  Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.  Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA, yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana sini ada tempelan gambar, dan guru tak lagi mengajar model berceramah. 3. Kurikulum 1994 a. Karakteristik kurikulum 1994  Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem catur wulan.  Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/isi).  Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.  Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu jawaban) dan penyelidikan.  Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah. b. Kelebihan Kurikulum 1994  Penggunaan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan social.  Pengajaran dari hal yang konkret ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal yang sulit, dari hal yang sederhana ke hal yang kompleks.



19



c. Kekurangan Kurikulum 1994 



Aspek yang di kedepankan dalam kurikulum 1994 terlalu padat.







Konsep pengajaran satu arah, dari guru ke murid.







Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.







Materi pelajaran yang dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-hari.







Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman.



4. Kurikulum 2004 (KBK) Menurut Rustam (2015, hlm.40) Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang kemudian dikenal dengan Kurikulum 2004, merupakan suatu model kurikulum yang berlaku di Indonesia sebagai konsekuensi diberlakukannya peraturan perundang-undangan tentang desentralisasi yang mengatur pemerintah pusat dan daerah. Sejak tahun 2004 Indonesia menggunakan model kurikulum berbasis kompetensi. Sesuatu yang ingin dicapai dalam model kurikulum yang berorientasi pada tujuan menjadi sesuatu yang harus dikuasai dalam kurikulum berbasis kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menekankan pada pengembangan dan penguasaan kompetensi bagi peserta didik melalui berbagai kegiatan dan pengalaman yang sesuai dengan standar nasional pendidik sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh peserta didik, orangtua dan masyrakat. a. Karakteristik Kurikulum 2004  Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.  Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.  Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.  Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.



20



 Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. b. Kelebihan Kurikulum 2004  Dalam pembelajaran adanya komunikasi dua arah antara guru dan siswa.  Pembelajaran berpusat pada siswa.  Penggunaan pendekatan dan metode yang bervariasi.  Sumber belajar yang bervariasi. c. Kekurangan Kurikulum 2004 Kurangnya sumber manusia yang potensial dalam menjabarkan KBK dengan kata lain masih rendahnya kualitas sorang guru, karena dalam KBK seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menjalankan pendidikan. 5. Kurikulum 2006 (KTSP) Kurikulum 2006 atau yang dikenal dengan nama Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional pendidikan yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan yang berlaku dewasa ini di Indonesia. KTSP diberlakukan mulai tahun ajaran 2006/2007 yang menggantikan kurikulum 2004 (KBK). Kurikulum ini lahir seiring dengan pemberlakuan Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional serta Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Salah satu perbedaan KTSP dibandingkan dengan kurikulum yang pernah berlaku sebelumnya di Indonesia adalah terletak pada sistem pengembangannya. Pengembangan kurikulum sebelum KTSP dilakukan secara terpusat (sentralistik), sedangkan KTSP merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan karakteristik dan perbedaan daerah (desentralistik). a. Karekteristik kurikulum 2006 : 



Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.







Menggunakan



pendekatan



kompetensi



yang



menekankan



pada



pemahaman, kemampuan atau kompetensi terutama di sekolah yang berkaitan dengan pekerjaan masyarakat sekitar.



21







KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan.







Guru sebagai pengajar, pembimbing, pelatih dan pengembang kurikulum.







Kurikulum sangat humanis, yaitu memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan isi/konten kurikulum sesuai dengan kondisi sekolah, kemampuan siswa dan kondisi daerahnya masing-masing.



b. Kelebihan dari kurikulum 2006 : 



Guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi siswa serta kondisi sekolah berada.







Siswa sebagai pusat pembelajaran.







Mendorong para guru, kepala sekolah, dan pihak manajemen sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan.







Evaluasi berbasis kelas yang menekankan pada proses dan hasil belajar.







Berpusat pada siswa.







Menggunakan berbagai sumber belajar.







kegiatan pembelajaran lebih bervariasi, dinamis dan menyenangkan.



c. Kekurangan dari lurikulum 2006 : 



Kurangnnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan satuan pendidikan yang ada. Minimnya kualitas guru dan sekolah.







Kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari pelaksanaan KTSP .







Masih banyak guru yang belum memahami KTSP secara komprehensif baik kosepnya, penyusunannya,maupun prakteknya di lapangan.







Penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran akan berdampak berkurangnya pendapatan guru. Sulit untuk memenuhi kewajiban mengajar 24 jam, sebagai syarat sertifikasi guru untuk mendapatkan tunjangan profesi.



22



6. Kurikulum 2013 Kurikulum yang saat ini digunakan di Indonesia yaitu kurikulum 2013. Kurikukulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah menuntut kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi. Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis. Tujuannya adalah terbentuk generasi produktif, kreatif, inovatif, dan afektif. a. Kelebihan Kurikulum 2013 Setiap anak atau siswa dituntut kreatif dan inovatif,selain itu ada juga yang namanya pengembangan karakter yang telah diintegrasikan kedalam semua program studi. b. Kekurangan Kurikulum 2013 



Kurikulum 2013 bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003



tentang



Sistem



Pendidikan



Nasional



karena



penekanan



pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi pragmatis. Selain itu, kurikulum 2013 tidak didasarkan pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 sehingga dalam pelaksanaannya bisa membingungkan guru dan pemangku pendidikan. 



Guru juga tidak pernah dilibatkan langsung dalam proses pengembangan kurikulum 2013. Pemerintah melihat seolah-olah guru dan siswa mempunyai kapasitas yang sama.







Tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena kebijakan ujian nasional (UN) masih diberlakukan. UN hanya mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan sama sekali tidak memperhatikan proses pembelajaran. Hal ini berdampak pada dikesampingkannya mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN. Padahal, mata pelajaran non-UN juga memberikan kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan.



23







Pemerintah mengintegrasikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar.



24



25



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Model pengembangan kurikulum adalah sistem atau konsep mengenai usaha perencanaan yang berisi seperangkat tujuan, isi dan bahan pembelajaran yang dijadikan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Model pengembangan kurikulum terdiri dari model Tyler, model Taba, model Oliva, model Beauchamp, model Wheeler, model Nicholls, dan model Dunamic Skilbeck. Model pengembangan kurikulum yang telah ditempuh di Indonesia, yaitu model yang berorientasi pada tujuan (goal-oriented curriculum) dan model kurikulum berbasis kompetensi (competency- based curriculum). Melihat model-model perkembangan kurikulum yang sudah dijelaskan pada bagian pembahasan, terdapat beberapa kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia yaitu : 1. Kurikulum 1975 2. Kurikulum 1984 3. Kurikulum 1994 4. Kurikulum 2004 5. Kurikulum 2006 6. Kurikulum 2013



3.2 Saran Setelah mempelajari makalah ini, pembaca dapat mengetahui tentang model – model pengembangan kurikulum. Makalah kami ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari para pembaca sekalian demi tercapainnya kesempurnaan dari makalah kami ini kedepannya.



26



DAFTAR PUSTAKA



Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Abong, Rustam. 2015. Konstelasi Kurikulum Pendidikan di Indonesia. At-Turats, 9 (2). Diakses tanggal 15 Oktober 2018 dari : http://jurnaliainpontianak.or.id/index.php/atturats/article/view/314/266