5 0 173 KB
MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DI SUSUN OLEH : RIYANTI IRAWAN 1810105029
DOSEN PEMBIMBING : Ns. Rebbi Permata Sari, M.Kep
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES ALIFAH PADANG 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan bimbingan dan karunianya saya dapat menyelesaikan Makalah keperawatan Gawat Darurat. Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu Saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun bagi pembaca dan mayarakat umum,semoga makalah ini bermanfaat.
Padang, 12 April 2021
Penulis
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………1 KATA PENGANTAR………………………………………………………………..2 DAFTAR ISI………………………………………………………………………….3 BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………….4 1.1 LATAR BELAKANG…………………………………………………………..4-5 1.2 RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………5 1.3.TUJUAN PENULISAN…………………………………………………………..5 BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………..……….6 2.1 DEFINISI TRAUMA THORAKS………………………………………………..6 2.2 PATOFISIOLOGI TRAUMA THORAKS……………………………………..6-7 2.3 FARMAKOLOGI TAUMA THORAKS……………………………………...….7 2.4 TERAPI DIET TRAUMA THORAKS…………………………………………7-8 BAB II ……………………………………………………………………………..…9 ASKEP TEORITIS KGD TRAUMA THORAKS…………………………….….9-14 ASKEP KASUS KGD TRAUMA THORAKS………………………………….15-28 BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………29 4.1 KESIMPULAN…………………………………………………………………29 4.2 SARAN…………………………………………………………………………29 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkankeadaan gawat thorax akut (Sudoyo, 2010). Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh traumatoraks sebesar 20-25%.Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian (Sudoyo, 2010). Di Australia, 45% dari trauma tumpul mengenai rongga toraks. Dengan adanya trauma pada toraks akan meningkatkan angka mortalitas pada pasien dengan trauma. Trauma toraks dapat meningkatkan kematian akibat Pneumotoraks 38%, Hematotoraks 42%, kontusio pulmonum 56%, dan flail chest69% (Nugroho, 2015). Pada trauma dada biasanya disebabkan oleh benda tajam, kecelakaan lalu lintas atau luka tembak.Bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Akibatnya, selain terjadi pendarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, pau-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita Nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Sudoyo, 2010) Trauma tumpul thoraks sebanyak 96.3% dari seluruh trouma thoraks, sedangkan sisanya sebanyak 3,7% adalah trauma tajam. Penyebab terbanyak dari trauma tumpul thoraks masih didominasi oleh korban kecelakaan lalu lintas (70%). Sedangkan mortalitas pada setiap trauma yang 5disertai dengan trauma thoraks lebih tinggi (15,7%) dari pada yang tidak disertai trauma thoraks (12,8%)
pengolahan trauma thoraks, apapun jenis dan penyebabnya tetap harus menganut kaidah klasik dari pengolahan trauma pada umumnya yakni pengolahan jalan nafas, pemberian pentilasi dan control hemodianamik (Patriani, 2012). 1.2.
Rumusan masalah
1. Bagaimana patofisiologi pada pasien Trauma thoraks? 2. Apa saja farmakologi dari pasien trauma thorak? 3. Apa saja terapi diet yang dapat dilakukan pada Trauma thoraks? 4. Bagaimana Asuhan Keperawatan gawat darurat pada Trauma dada ? 1.3.
Tujuan penulisan
1. Tujuan Umum Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai Trauma thorak serta asuhan keperawatan gawat darurat yang dapat dilakukan terhadap pasien dengan masalah Trauma thoraks. 2. Tujuan Khusus 1.
Mahasiswa mampu mengetahui bagaigaman patofisiologi pada Trauma thoraks.
2.
Mahasiswa mampu mengetahui apa saja farmakologi pada pasien Trauma thoraks.
3.
Mahasiswa mampu mengetahui apa saja terapi diet yang dapat dilakukan pada pasien Trauma thoraks.
4.
Mahasiswa Mampu mengetahui bagaimana asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien trauma thoraks
BAB II TINJUAN TEORI 1. Definisi Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat(Nugroho, 2015). Trauma dada adalahabnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012). Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu(Sudoyo, 2010) Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks adalah trauma yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu trauma tumpul maupun oleh sebab trauma tajam. 2. Patofisiologi Trauama thoraks yang terjadi oleh karena trauma tajam ataupun trauma tumpul, menyebabkan perdarahan jaringan interstitium,perdarahan intraalveolus,kolaps arteri dan
kapiler-kapiler
kecil,hingga
tahanan
perifer
pembuluh
darah
paru
meningkat,menyebabkan reabsorpsi darah oleh pleura tidak optimal. Hal tersebut mengakibatkan terjadi akumulasi darah di kantong pleura,yang dapat menyebabkan gangguan ventilasi dintaranya pengemangan paru yang tidak optimal,gangguan difusi,distribusi dan
transportasi oksigen.Dari hal
diatas dapat menimbulkan
masalah keperawatan pola nafas tidak efektif. Gangguan ventilasi
mengharuskan klien terpasang Bullow
Drainase
(WSD).Terpasangnya WSD dapat menyebabkan Nyeri, resiko infeksi dan
kerusakan integritas kulit.Resiko infeksi juga dapat terjadi akibat masuknya infeksi sekunder akibat trauma. Trauma
pada
thoraks
dapat
menyebabkan
cedera
pada
jaringan
lunak,cedera/hilangnya kontinuitas stuktur tulang,menyebabkan nyeri,adanya luka pasca trauma,pergerakan fragmen tulang.Hal tersebut menyebabkan
masalah
keperawatan nyeri,kerusakan integritas jaringan dan resiko infeksi. Trauma pada toraks dapat menyebabkan edema tracheal/faringeal,peningkatan produksi secret dan penurunan kemampuan
batuk
efektif yang menimbulkan
masalah keperawatan Bersihan jalan nafas tidak efektif Trauma thoraks dapat menimbulkan reaksi sistemik,intake nutrisi tidak adekuat,malaise,kelemahan dan keletihan fisik,kecemasan serta ketidaktahuan akan prognosis,yang dapat menimbulkan masalah keperawatan
perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh,gangguan mobilitas fisik ,cemas serta kurang pengetahuan. 3. Farmakologi Terapi : Antibiotika Antibiotik adalah kelompok obat yang digunakan untuk mengatasi dan mencegah infeksi bakteri. Obat ini bekerja dengan cara membunuh dan menghentikan bakteri berkembang biak di dalam tubuh. Analgetika Analgetik dan antipiretik adalah golongan obat berfungsi sebagai antidemam sekaligus antinyeri. Expectorant 4. Terapi Diet Diet yang diberikan adalah diet energi tinggi protein Tinggi (ETPT).Diet ini mengandung Energi dan protein diatas kebutuhan normal.Biasanya, Diet ETPT diberikan seperti makanan biasa akan tetapi disertai dengan bahan makanan sumber protein tinggi, misalnya susu, telur, dan daging.Diet ETPT bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkat untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Selain itu, diet ETPT dapat digunakan untuk menambah berat badan agar kembali mencapai berat badan normal. Pasien yang mendapat Diet
ETPT adalah pasien dengan indikasi KEP (Kurang Energi Protein), luka bakar berat, hipertiroid, hamil, post-partum, sebelum dan setelah operasi tertentu, trauma, pasien yang sedang menjalani radioterapi atau kemoterapi, ataupun keadaan lainnya dimana kebutuhan energi dan protein meningkat. Syarat Diet ETPT diantaranya energi tinggi (40-45 kkal/kg berat badan), protein tinggi (2.0 – 2.5 g/kg berat badan), lemak cukup (10-25% dari kebutuhan energi total), karbohidrat cukup, serta vitamin dan mineral cukup (sesuai kebutuhan). Terdapat dua macam Diet ETPT, yaitu Diet ETPT I dan II. Perbedaannya adalah kandungan energi dan proteinnya. Diet ETPT I mengandung energi 2600 kkal dan protein 100 gram (2 g/kg berat badan), sedangkan Diet ETPT II mengandung energi 3000 kkal dan protein 125 gram (2.5 g/kg berat badan). Diet ETPT memang mengandung kalori yang tinggi, akan tetapi bukan berarti kalori yang dikonsumsi sembarangan dan hanya mengedepankan jumlahnya. Terdapat bahan makanan yang tidak dianjurkan dalam Diet ETPT ini makanan yang diolah dengan banyak minyak atau kelapa/santan kental serta minuman rendah energi. Penggunaan bumbu yang tajam seperti cabe dan merica juga tidak dianjurkan dalam diet ini.
BAB III ASUHAN TEORITIS KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN TRAUMA THORAKS
1.Pengkajian a) Pengkajian Primer 1.Data Subjektif • Riwayat Penyakit Pasien - Pasien mengeluh sesak - Pasien mengeluh nyeri pada dada (biasanya pada pasien fraktur rusuk dan sternum) - Pasien mengeluh batuk berdarah, berdahak - Pasien mengeluh lemas, lemah - Pasien mengatakan mengalami kecelakaan dan terbentur dan tertusuk di bagian dada • Riwayat Kesehatan Pasien - Riwayat penyakit sebelumnya - Riwayat pengobatan sebelumnya - Adanya alergi b) Pengkajian primer Airway (A) Batuk dengan sputum kental atau darah, terkadang disertai dengan muntah darah, krekels (+), jalan nafas tidak paten. Breathing (B) Adanya napas spontan, dengan gerakan dada asimetris (pada pasien tension pneumotoraks), napas cepat, dipsnea, takipnea, suara napas kusmaul, napas pendek, napas dangkal. Circulation (C) Terjadi hipotensi, nadi lemah, pucat, terjadi perdarahan, sianosis, takikardi Disability (D) Penurunan kesadaran (apabila terjadi penanganan yang terlambat) Eksposure (E) Adanya kontusio atau jejas pada bagian dada. Adanya penetrasi penyebab trauma pada dinding dada Five Intervention / Full set of vital sign (F) •Tanda – tanda vital : RR meningkat, HR meningkat, terjadi hipotensi •Pulse oksimetri : mungkin terjadi hipoksemia •Aritmia jantung
•Pemeriksaan Lab
Give comfort / Kenyamanan (G) : pain assessment (PQRST) Adanya nyeri pada dada yang hebat, seperti tertusuk atau tertekan, terjadi pada saat bernapas, nyeri menyebar hingga abdomen Head to toe (H) Lakukan pemeriksaan fisik terfokus pada : -Daerah kepala dan leher : mukosa pucat, konjungtiva pucat, DVJ (Distensi Vena Jugularis) -Daerah dada : Inspeksi : penggunaan otot bantu napas, pernapasan Kussmaul, terdapat jejas, kontusio, penetrasi penyebab trauma pada daerah dada. Palpasi : adanya ketidak seimbangan traktil fremitus, adanya nyeri tekan Perkusi : adanya hipersonor Auskultasi : suara napas krekels, suara jantung abnormal. Terkadang terjadi penurunan bising napas. -Daerah abdomen : herniasi organ abdomen -Daerah ekstrimitas : pada palpasi ditemukan penurunan nadi femoralis Inspect the posterior surface (I) Adanya jejas pada daerah dada
2 . Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas: Berdasarkan prioritas kegawatdaruratan, diagnosa yang diangkat adalah 1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas akibat sekret darah 2.Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru 3.Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan
gangguan pertukaran O2dan CO2 4.PK Perdarahan 5.PK Syok Kardiogenik 6.PK Syok Hipovolemik 7.Penurunan Curah Jantung berhubungan dengan gagal jantung 8.Gangguan Perfusi Jaringan Perifer berhubungan dengan gangguan transport O2 9.Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik, luka pada dada 10.Kerusakan Integritas Jaringan berhubungan dengan laserasi paru 11.Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan kebutuhan O2 tubuh tidak adekuat 12.Risiko Infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat (kulit tidak utuh)
3.Intervensi Keperawatan no
Diagnosa
1.
Bersihan jalan nafas tidak
Tujuan Setelah diberikan askep
Noc
Nic
Mandiri
a)bunyi ronchi
a)Airway Management
menandakan
efektif
selama
berhubungan
3 x 24 jam, klien diharapkan
dengan obstruksi jalan nafas akibat sekret darah
bersihan jalan nafas kembali efektif dengan kriteria hasil: Respiratory status: airway
(manajemen jalan nafas):
terdapat
a)Au
penumpukan sekret atau
skultasi bunyi nafas tambahan;
sekret berlebih di jalan
ronchi, wheezing. b)Berikan posisi yang nyaman untuk
nafas.
mengurangi dispnea.
b)posisi memaksimalkan ekspansi paru dan
patency
c)Bersihkan sekret dari mulut dan
(status pernapasan:
trakea; lakukan penghisapan sesuai
kepatenan jalan napas)
keperluan.
pernapasan. Ventilasi
d)Bantu klien untuk batuk dan nafas
maksimal membuka area
dalam.
atelektasis dan
dalam batas normal (16-
e)Ajarkan batuk efektif.
20x/mnt) (skala 5 = no
f)Ajurkan asupan cairan adekuat.
meningkatkan gerakan
deviation from normal
Kolaborasi
untuk dikeluarkan.
g)Kolaborasi pemberian oksigen
c)mencegah obstruksi
h)Kolaborasi pemberian broncodilator
atau aspirasi. Penghisapan
sesuai indikas
no deviation
dapat diperlukan bia klien
from normal range)
tak mampu mengeluarkan
•Kedalaman pernapasan
sekret sendiri.
•Frekuensi pernapasan
range) •Irama pernapasn normal (skala 5 =
menurunkan upaya
sekret ke jalan nafas besar
normal (skala 5 =
d)memaksimalka n
nodeviation from normal
pengeluaran sputum.
range)
e)membantu
•Klien mampu
mempermudah
mengeluarkan sputum secara efektif (skala 5 =
pengeluaran sekret. f)mengoptimalka n
nodeviation from normal
keseimbangan cairan dan
range
2.
Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
Setelah diberikan askep
Monitoring respirasi •
a.Monitoring respirasi
selama ...x24 jam diharapkan
Pantau RR,
pola napas klien efektif
irama dan kedalaman pernapasan
dengan kriteria hasil:
klien
Status pernapasan: ventilasi
Pantau adanya
-Kedalaman pernapasan
pernapasan dan retraksi dinding
pernapasan
normal (skala 5 = no deviation from normal
dada pada klien
2.Penggunaan otot bantu
range) -Tidak tampak penggunaan
•
penggunaan otot bantu
• Memfasilitasi ventilasi 1.Berikan posisi semifowler pada
1.Ketidakefektifa n pola napas dapat dilihat dari peningkatan atau penurunan RR, serta perubahan dalam irama dan kedalaman
pernapasan dan retraksi dinding dada menunjukkan
otot bantu
klien
terjadi
pernapasan (skala 5 = no
2.Pantau status pernapasan dan
gangguan ekspansi paru
deviation from normalrange)
oksigen klien
b.Memfasilitasi ventilasi
-Tidak tampak retraksi dinding dada (skala 5 =no deviation from normal Range Tanda-tanda vital -Frekuensi pernapasan dalam batas normal (1620x/mnt) (skala 5 = no deviation from normal range
3.Berikan dan pertahankan masukan oksigen pada klien sesuai indikasi
1.Posisi semifowler dapat membantu meningkatkan toleransi tubuh untuk inspirasi dan ekspirasi 2.Kelainan status pernapasan dan perubahan saturasi O2 dapat menentukan indikasi terapi untuk klien 3.Pemberian oksigen sesuai indikasi diperlukan untuk mempertahankan masukan O2 saat klien mengalami perubahan
status respirasi
3.
Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan
Setelah diberikan asuhan
dengan
keperawatan selama ...
gangguan
x
pertukaran O
30menit
2
diharapkan gangguan pertukaran
dan CO 2
gas dapat diatasi dengan kriteria
Airway Management a.Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu. b.Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi. c.Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
Airway Management a.untuk memperlancar jalan napas klien. b.memaksimalka n ventilasi klien. c.menghilangkan obstruksi
jalan napas klien. d.Auskultasi suara nafas, catat d.memantau hasil: kondisi jalan adanya suara tambahan. napas klien. Mendemonstr Respiratory Monitoring asikan Respiratory a.Monitor rata – rata, Monitoring peningkatan kedalaman, ventilasi dan a.mengetahui irama dan usaha karakteristik oksigenasi yang respirasi. adekuat napas klien b.Catat pergerakan -Tidak ada dada,amati b.penggunaan sianosis dan otot bantu kesimetrisan, dyspneu penggunaan otot pernapasan (mampu menandakan tambahan, retraksi otot bernafas perburukan supraclavicular dan dengan mudah kondisi klien. intercosta ) -RR= 16-20 x/menit
4.IMPLEMENTASI Implementasi dilaksanakan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat.
5.EVALUASI Evaluasi dinyatakan berhasil apabila kriteria hasil dari masing – masing diagnose telah tercapai. 1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas akibat sekret darah •Klien mampu batuk dan mengeluarkan sputum dengan efektif. •Bunyi napas klien normal tidak ada ronchi. •Frekuensi, irama, dan kedalaman pernapasan normal dengan RR : 12-20 x/menit 2.Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru •Kedalaman pernapasan normal (skala 5 = no deviation from normal range) •Tidak tampak penggunaan otot bantu pernapasan (skala 5 = no deviation from normal range) •Tidak tampak retraksi dinding dada (skala 5 = no deviation from normal range) •Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/mnt) (skala 5 = no deviation from normal range) 3.Kerusakan Pertukaran Gas berhubungan dengan gangguan pertukaran O2dan CO2 •Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang adekuat •Tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu bernafas dengan mudah) •RR= 16-20 x/me
ASKEP KASUS KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN TRAUMA THORAKS
Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit M.Yunus bengkulu pada tanggal 01 Januari 2019 karena mengalami kecelakaan bermobil. Dari pengkajian pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tampak sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping hidung.
I. PENGKAJIAN 1. Pengkajian Primer A. Circulation : Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral teraba dingin dan tampak sianosis, gangguan perfusi jaringan B. Airway : Pernapasan ada , napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR 35x/menit, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan jalan napas. C. Breathing : Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok, penggunaan otot – otot pernapasan, pasien sesak dengan RR 35x/menit, gangguan pola napas. D. Disability : Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS 8 (E2V2M4)
E. Exposure : Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri, akral teraba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lain nya baik.
2. Pengkajian Sekunder 1) Anamnesis a) Identitas klien Nama : Tn. D Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 30 tahun Alamat : Pagar dewa Agama : Islam Bahasa : Melayu Status perkawinan : Menikah Pendidikan : SMA Pekerjaan : Sopir travel Golongan darah : B No. register : Tanggal MRS : 21 Mei 2018 Diagnosa medis : Pulmonalis embolus
b) Identitas penanggung jawab : Nama : Ny. D Jenis kelamin : Prempuan Alamat : Pagar dewa Agama : Islam Hubungan dengan pasien : Istri
c) Keluhan utama Pasien datang ke RSUD Dr. M. Yunus kota bengkulu, dengan kecelakaan bermobil, pasien mengalami penurunan kesadaran dan ada bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri.
d) Riwayat kesehatan 1. Riwayat penyakit sekarang Tn. D (30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit karena mengalami kecelakaan bermobil. Pasien mengalami penurunan kesadaran. Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien muntah darah lalu kemudian pasien tidak sadar. Keaadaan pasien saat di IGD klien mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal, auskultasi suara napas ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80 mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tanpak sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan, dan napas cuping hidung.
2. Riwayat penyakit dahulu Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali mengalami kecelakaan tetapi belum pernah separah ini sampai mengalami penurunan kesadaran serta pasien tidak memiliki riwayat penyakit apapun
II. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Penurunan kesadaran dan sesak Kesadaran : Sokor TTV : Tekanan Darah :120/80 mmHg Frekuensi Nadi : 110x/menit Pernapasan : 35x/menit Suhu : 38,7oC a). Kepala Inspeksi : Distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris Palpasi : Tidak ada nyeri tekan b). Mata Inspeksi : Anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
c). Hidung Inspeksi : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot- otot pernapasan Palpasi : Tidak ada nyeri tekan d). Telinga Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat darah Palpasi : Ada lesi dan nyeri tekan e). Mulut Inspeksi : Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan lendir f). Leher Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid,
tidak dicurigai fraktur cervikal. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan g). Toraks Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan dinding dada tidak simetris, terdapat otot bantu pernapasan. Palpasi : Terdapat nyeri tekn dan ada pembengkakan Palpasi : Tidak ada nyeri tekan d). Telinga Inspeksi : Bentuk simetris, terdapat darah Palpasi : Ada lesi dan nyeri tekan e). Mulut Inspeksi : Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan lendir f). Leher Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak dicurigai fraktur cervikal. Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan g). Toraks Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan dinding dada tidak simetris, terdapat otot bantu pernapasan. Palpasi : Terdapat nyeri tekn dan ada pembengkakan Auskultasi : Bunyi napas ronchi, suara ngorok, frekuensi napas 30x/menit Perkusi : Snoring h). Abdomen Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas Palpasi : ada nyeri tekan pada supra pubik Auskultasi : Bising usus normal 12x/menit
Perkusi : Tympani i). Genetalia Inspeksi : Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blase j). Ekstremitas - Atas :Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang ada jejas ditangan kanan, terpasang infus ditangan kiri, fleksi dan ekstensi (-) Palpasi : Tidak ada nyeri tekan - Bawah : Inspeksi : Simetris, tidak ada pembengkakan Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
k). Data tambahan pasien 1. Data psikologi Keluarga bisa di ajak bekerja sama dengan baik dalam proses keperawatan 2. Data social Hubungan keluarga dan klien baik, terlihat dari keluarga yang selalu menunggu klien. 3. Data spiritual Klien beragama islam, keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan klien.
III.ANALISA DATA NO 1.
Data Ds :- Penolong mengatakan pasien muntah darah
Etiologi Hematoraks
Masalah Ketidakefek tifan
Do : - suara napas ngorok - Terdapat lendir dan gumpalan
Ekspensi paru
bersihan jalan napas
Gangguan
darah di mulut pasien - Frekuensi napas 35x/menit
2.
Ds : - Penolong mengatakan dada
ventilasi
Trauma thorak
Gangguan pola napas
korban membentur stir mobil
Reabsorsi darah
sebelum mengalami penurunan
Hemathorak
kesadaran - Penolong mengtakan pasien
Ekspensi paru
bernapas cepat (sesak) Do : - Suara napas ronchi - Pasien bernapas menggunakan
Gangguan ventilasi
cuping hidung dan otootot pernapasan - Frekuensi napas 30x/menit 3.
Ds : - penolong mengatakan bahwa pasien sebelum tak sadarkan diri mengalami muntah darah
Trauma thorak
Gangguan pertukaran
Perdarahan jaringan
gas
Do : - Terdapat gumpalan darah di area mulut dan menggangu
intersitium
Reabsorsi darah
proses ventilasi - Suara napas ngorok
Hemathorak
- Pasien tampak sesak, pucat
Ekspensi paru
- Napas cepat dan dangkal dengan frekuensi nadi
Gangguan
35x/menit
ventilas
- Pemeriksaan AGD : Saturasi 85% 4.
Ds : - penolong mengatakan bahwa
Trauma tajam dan
Gangguan
trauma tumpul
perfusi
pasien mengalami kecelakaan bermobil
jaringan Trauma thorak
dengan posisi dada membentur stir mobil kemudian mengalami penurunan kesadaran
Perdarahan jaringan intersitium
Do :- Pasien mengalami penurunan kesadaran - Terdapat bengkak dan jejas di
Reabsorsi darah
Hemathorak
dada - Pemeriksaan gcs 8
Gangguan
kesadaran
ventilasi
sopor - Tampak sianosis, dan pucat - Akral teraba dingin
- CRT > 3 detik - Pemeriksaan ttv : TD :120/80 mmHg N : 110x/m P : 35x/m S : 38,7oc 5.
Ds : - Penolong mengatakan ada bengkak dan jejas di bagian dada pasien - Penolong mengatakan dada pasien membentur stir
Trauma thorak
Perdarahan jaringan intersitium
Reabsorsi darah
Do : - Tampak ada bengkak dan jejas di dada pasien - Pengkajian PQRST Region : Tampak ada bengkak dan jejas didada pasien sebelah kiri.
Hemathorak Merangsang reseptor nyeri dada pleura viseralis dan perientalis
Nyeri dada
Diskontinuitas jaringan
IV.DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan secret yang berlebih, gumpalan darah yang menghalangi pernapasan 2. Gangguan pola napas, dispneu berhubungan dengan penurunan kemampuan paru 3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi 4. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan terjadi sumbatan dan suplai oksigen turun dalam jaringan 5. Nyeri dada berhubungan dengan bengkak, jejas dan infark paru-paru
V.INTERVENSI KEPERAWATAN N
DX KEPERAWATAN
NOC
NIC
O 1.
Ketidakefektifan
Status
- Pastikan kebutuhan
bersihan jalan napas
pernapasan :
oral/suction
berhubungan dengan
pertukaran gas
- Auskultasi suara
secret yang berlebih,
Airway status
napas sebelum dan
gumpalan darah
Kriteria hasil :
sesudah suction
yang menghalangi
Suara napas
- Berikan oksigen
pernapasan
bersih, tidak ada
menggunakan nasal
sianosis, mampu
kanul
bernapas dengan
- Monitor status napas
mudah
dan oksigen
Menunjukan
- Buka jalan napas
jalan napas yang
gunakan tekhnik
paten (irama
chin lift
napas dalam
- Posisikan pasien
rentang normal,
untuk
tidak ada suara
memaksimalkan
napas abnormal)
ventilasikeluarkan
Mampu mengidentifikasi
secret dengan cara
dan mencegah faktor yang
suction - Monitor respirasi dan status oksigen
menghambat jalan napas
2.
Gangguan pola
Respiratory
Airway Management
napas, dispneu
Status :
- Buka jalan nafas,
berhubungan dengan
ventilation
gunakan teknik chin
penurunan
Respiratory
lift atau jaw thrust
kemampuan paru
Status : airway
bila perlu
patency
- Posisikan pasien
Vital Sign
untuk
Status
memaksimalkan
Kriteria Hasil :
ventilasi
Mendemonstrasi
- Lakukan fisioterapi
kan batuk
dada jika perlu
efektif dan suara
- Keluarkan secret
napas yang
dengan batuk atau
bersih, tidak ada
suction
sianosis dan
- Auskultasi suara
dyspneu
nafas, catat adanya
(mampu
suara tambahan
mengeluarkan
- Atur intake untuk
sputum, mampu
cairan
bernafas dngan
mengoptimalkan
mudah, tidak
keseimbangan
ada pursed lips)
- Monitor respirasi
Menunjukkan
dan status O2.
jalan nafas yang
Respiratory Monitoring
paten (klien tidak merasa tercekik, irama napas, frekuansi pernafasan dalam, rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal) Tanda tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
- Monitoring ratarata,kedalaman, irama dan usaha respirasi - Catat gerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals - Monitor suara nafas seperti dengkur - Auskultasi suara
pernafasan)
nafas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara tambahan
3.
Gangguan
Respiratory
Airway Management
pertukaran gas
Status : Gas
- Buka jalan nafas,
berhubungan dengan
exchange
gunakan teknik chin
ketidakseimbangan
Respiratory
lift atau jaw thrust
ventilasi dan perfusi
Status :
bila perlu
ventilation
- Posisikan pasien
Vital Sign
untuk
Status
memaksimalkan
Kriteria Hasil :
ventilasi
Mendemonstrasi
- Lakukan fisioterapi
kan peningkatan
dada jika perlu
ventilasi dan
- Keluarkan secret
oksigenasi yang
dengan batuk atau
adekuat
suction - Auskultasi suara
Memelihara
nafas, catat adanya
kebersihan paru
suara tambahan
paru dan bebas
- Atur intake untuk
dari tanda tanda
cairan
distress
mengoptimalkan
pernafasan
keseimbangan
Mendemonstras
- Monitor respirasi
ikan batuk
dan status O2.
efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips) Tanda tanda vital dalam rentang normal
Respiratory Monitoring - Monitoring ratarata,kedalaman, irama dan usaha respirasi - Catat gerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals - Monitor suara nafas seperti dengkur - Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara tambahan - Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya.
4.
Gangguan perfusi
Energy
activity therapy
jaringan
conservation
- Kolaborasikan
berhubungan dengan
Activity
dengan tenaga medis
suplai oksigen dalam
tolerance
dalam merencanakan
jaringan.
Self care :
program terapi yang
ADLs
tepat
Kriteria hasil :
- Bantu klien untuk
Berpartisipasi
mengidentifikasi
dalam aktivitas
aktivitas yang
fisik tanpa
mampu dilakukan
disertai
- Bantu untuk memilih
peningkatan
aktivitas konsisten
tekanan darah,
yang sesuai dengan
nadi dan RR
kemampuan fisik,
Mampu
psikologi dan sosial
melakukan
- Bantu untuk
aktivitas sehari-
mendapatkan alat
hari (ADLs)
bantuan aktivitas
secara mandiri
seperti kusi roda,
Tanda-tanda
krek
vital normal
- Bantu untuk
Energy
membuat jadwal
psikomotor
latihan diwaktu
Level
luang
kelemahan
- Bantu
Manpu
pasien/keluarga
berpindah :
untuk
denangan atau
mengidentifikasi
tanpa bantuan
kekurangan dalam
alat
beraktivitas.
Status kardiopulmonari adekuat Sirkulasi status baik 5.
Nyeri dada
Pain level
Pain management
berhubungan dengan
Pain control
- Lakukan pengkajian
infark paru-paru .
Comfort level
nyeri secara
Kriteria hasil :
komprehensif
Mampu
termasuk lokasi,
mengontrol
karakteristik, durasi,
nyeri (tahu
frekuensi, kualitas
penyebab nyeri,
dan faktor presipitasi
mampu
- Observasi reaksi
mengguanakan
nonverbal dari
tehnik
ketidaknyamanan
nonfarmakologi
- Gunakan tehnik
untuk
komunikasi
mengurangi
teraupetik untuk
nyeri, mencari
mengetahui
bantuan)
pengalaman nyeri
Melaporkan
pasien
bahwa nyeri
- Kaji kultur yang
berkurang
mempengaruhi
dengan
respon nyeri
menggunakan
- Evaluasi
manajemen
pengalaman nyeri
nyeri
masa lampau
- Evaluasi bersama
Mampu
pasien dan tim
mengenali nyeri
kesehatan lain
(skala,
tentang
intensitas,
ketidakefektifan
frekuensi dan
kontrol nyeri masa
tanda nyeri)
lampau
Menyatakan
Analgesic administration
rasa nyaman setelah nyeri berkurang
- Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat - Cek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi - Cek riwayat alergi - Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari
satu - Tentukan pilihan analgesik tergantung tipe dan beratnya nyeri - Tentukan analgesik pilihan, rute pemberian, dan dosis optimal Pilih rute pemberian secara IV, IM untuk pengobatan nyeri secara teratur.
VII.IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TG
NO
L
DX 1
IMPLEMENTASI
EVALUASI
- Mempastikan kebutuhan
S : - Keluarga
oral/suction
mengatakan suara
- Mengauskultasi suara
napas pasien
napas sebelum dan
sudah tidak
sesudah suction
ngorok lagi dan
- Memberikan oksigen
sesak sudah
menggunakan nasal
berkurang
kanul
O : - Bersihan jalan
- Memonitor status napas
napas pasien
dan oksigen
tampak bersih
- Membuka jalan napas
A : Masalah teratasi
gunakan tekhnik chin lift
sebagian
- Momposisikan pasien
P : Lanjutkan intervensi
untuk memaksimalkan ventilasikeluarkan secret dengan cara suction - Memonitor respirasi dan status oksigen 2.
- Membuka jalan nafas,
S : - keluarga
gunakan teknik chin lift
mengatakan
atau jaw thrust bila perlu
pasien masih
- Memposisikan pasien
sesak
untuk memaksimalkan
- Keluarga pasien
ventilasi
mengatakan
PARAF
- Melakukan fisioterapi
gerakan dinding
dada jika perlu
dada masih tidak
- Mengauskultasi suara
setabil
nafas, catat adanya suara
O : - klien tampak sesak
tambahan
- RR : 30x/m
- Mengatur intake untuk
A : masalh belum teratasi
cairan mengoptimalkan
P : lanjutkan intervensi
keseimbangan - Memonitor respirasi dan status O2. - Monitoring ratarata,kedalaman, irama dan usaha respirasi - Mencatat gerakan dada, amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals - Memonitor suara nafas seperti dengkur - Mengauskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara tambahan - Mengauskultasi suara
paru setelah tindakan untuk mengetahui hasilnya. 3.
- Membuka jalan nafas,
S :- Klien mengatakan
gunakan teknik chin lift
sudah tidak sakit
atau jaw thrust bila perlu
kepala lagi pada saat
- Memposisikan pasien
bangun tidur dan
untuk memaksimalkan ventilasi
tidak kesulitan lagi
- Melakukan fisioterapi dada jika perlu - Mengeluarkan secret dengan batuk atau suction - Mengauskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan - Mengatur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan - Memonitor respirasi dan status O2. - Monitoring ratarata,kedalaman, irama dan usaha respirasi - Mencatat gerakan dada,
bernapas O : Tampak klien tidur dengan nyenyak dan tidak mengalami pusing dan kesulitan bernapas A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi
amati kesimetrisan, penggunaan otot tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals - Memonitor suara nafas seperti dengkur - Mengauskultasi suara nafas, catat area penurunan/tidak adanya ventilasi dan suara tambahan - Mengauskultasi suara paru setelah tindakan
4.
- Mengkolaborasikan
S : - Klien tidak
dengan tenaga medis
mengeluhkan pusing
dalam merencanakan
dan sakit kepala
program terapi yang tepat
- Klien mengatakan
- Membantu klien untuk
sudah merasa tenang
mengidentifikasi aktivitas
O : Tingkat kesadaran
yang mampu dilakukan
pasien
- Membantu untuk
komposmetis
memilih aktivitas
(GCS 12)
konsisten yang sesuai
A : Masalah teratasi
dengan kemampuan fisik,
P : Intervensi selesai
psikologi dan sosial - Membantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kusi roda, krek - Membantu untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang - Membantu pasien/keluarga untuk mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas. 5.
- Melakukan pengkajian
S : - - keluarga
nyeri secara
mengatakan pasien
komprehensif termasuk
sudah bisa
lokasi, karakteristik,
menenangkan nyeri
durasi, frekuensi, kualitas
yang dialaminya
dan faktor presipitasi
- Pasien
- Mengobservasi reaksi
mengatakan nyeri
nonverbal dari
berkurang setiap
ketidaknyamanan
selesai diberikan
- Menggunakan tehnik
obat
komunikasi teraupetik
O : - Luka pasien tampak
untuk mengetahui
bersih
pengalaman nyeri pasien
- Bengkak pada
- Mengkaji kultur yang
pasien sudah
mempengaruhi respon
mengecil
nyeri
A : Masalah teratasi
- Mengevaluasi
sebagian
pengalaman nyeri masa
P : lanjutkan intervensi
lampau - Mengevaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau - Menentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat - Mengecek intruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi - Mengecek riwayat alergi - Memilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
BAB IV PENUTUP
4.1. Kesimpulan Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu (Sudoyo, 2010) Trauma adalah penyebab kematian terbanyak pada dekade 3 kehidupan diseluruh kota besar didunia dan diperkiraan 16.000 kasus kematian akibat trauma per tahun yang disebabkan oleh trauma toraks di amerika. Sedangkan insiden penderita trauma toraks di amerika serikat diperkirakan 12 penderita per seribu populasi per hari dan kematian yang disebabkan oleh trauma toraks sebesar 20-25%. Dan hanya 10-15% penderita trauma tumpul toraks yang memerlukan tindakan operasi, jadi sebagian besar hanya memerlukan tindakan sederhana untuk menolong korban dari ancaman kematian (Sudoyo, 2010). Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan (Rendy, 2012).
4.2. Saran
Penulis mengetahui bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna sehingga penulis mengharapkan saran atau kritik yang membangun dari pembaca sehingga makalah ini bisa mendekati kata sempurna. Opini dari para pembaca sangat berarti bagi kami guna evaluasi untuk menyempurnakan makalah ini
DAFTAR PUSTAKA
Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: Interna Publishing Hudak dan Gallo. (2011). Keperawatan Kritis: Pendekatan Asuhan Holistik. Edisi - VIII Jakarta: EGC Nugroho, T. Putri, B.T, & Kirana, D.P. (2015). Teori asuhan keperawatana gawat darurat. Padang : Medical book Nurarif, A.H, dan Kusuma, H. (2015). APLIKASI Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis & NANDA NIC-NOC , jilid 1. jogjakarta : penerbit buka Mediaction. Patriani. (2012). Asuhan Keperawatan pada pasien trauma dada. http://asuhankeperawatan-patriani.pdf.com/2008/07/askep-trauma-dada.html. Diakses pada tanggal 02 Januari 2019 Rendy , M.C, & Th, M. (2012). Asuhan keperawatan medikal bedah penyakit dalam . yogjakarta : Nuha medika