Makalah Komplementer [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunianya saya dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Kebidanan tentang Layanan Komplementer demi tercapainya nilai yang kami harapkan. Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Dosen Konsep Kebidanan yaitu Ibu Niken Meilani, S.SiT., M.Kes,



yang telah membimbing kami agar dapat



mengerti tentang bagaimana cara menyusun makalah ini. Makalah ini di susun agar pembaca dapat memperluas ilmu yang berhubungan dengan Layanan komplementer. Semoga makalah kami dapat bermanfaat bagi teman-teman sekalian khususnya pada semua yang membacanya dan mudah-mudahan juga dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan kami mohon untuk saran dan kritiknya, terima kasih. Yogyakarta, 30 Oktober 2019



Penyusun



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR...................................................................................................................1 BAB I...............................................................................................................................................3 PENDAHULUAN..........................................................................................................................3 A.



LATAR BELAKANG.....................................................................................................3



B.



RUMUSAN MASALAH.................................................................................................4



C.



TUJUAN PENULISAN..................................................................................................4



BAB II.............................................................................................................................................5 PEMBAHASAN.............................................................................................................................5 A.



Pengertian Kalori............................................................................................................5



B.



Kalori Dalam Makanan..................................................................................................5 1.



Karbohidrat.......................................................................................................................5



2.



Protein...............................................................................................................................6



3.



Lemak................................................................................................................................6



C.



Kebutuhan Kalori Pada Manusia..................................................................................7



D.



Cara Menghitung Kalori................................................................................................7



BAB 3..............................................................................................................................................9 PENUTUP......................................................................................................................................9 A.



Kesimpulan......................................................................................................................9



B.



Saran................................................................................................................................9



DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................10



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengobatan komplementer merupakan suatu fenomena yang muncul saat ini, diantara banyaknya fenomena-fenomena pengobatan nonkonvensional yang lain, seperti pengobatan dengan ramuan atau terapi herbal, akupunktur, dan bekam. Definisi CAM (Complementary and Alternative Madicine) suatu bentuk penyembuhan yang bersumber pada berbagai sistem, modalitas, dan praktek kesehatan yang didukung oleh teori dan kepercayaan. (Hamijoyo, 2003) Masyarakat luas saat ini mulai beralih dari pengobatan modern (Medis) ke pengobatan komplementer, meskipun pengobatan modern juga sangat popular diperbincangkan oleh kalangan masyarakat, sebagai contoh banyak masyarakat yang memilih mengobatkan keluarga mereka yang patah tulang ke pelayanan nonmedis (sangkal putung) dari pada mengobatkan ke Rumah Sakit ahli tulang. Sakit adalah suatu alasan yang paling umum untuk mencari pengobatan demi memperoleh kesembuhan. Hal ini dibuktikan di salah satu negara modern (Israel), dimana dalam subuah penelitian tentang penggunaan klinik pengobatan komplementer untuk pengobatan nyeri. Di negara tersebut ada 395% terlihat warga yang mengunjungi klinik pengobatan komplementer, 69 pasien (46,6%) dengan nyeri punggung, nyeri lutut 65 (43,9%), dan 28 (32,4%) lainnya nyeri tungkai. (Peleg, 2011) B. RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana hubungan antara layanan komplementer dengan aturan dan strategi pemasaran sosial jasa asuhan kebidanan? 2. Bagaimana pemasaran sosial jasa kebidanan? C. TUJUAN PENULISAN Menjelaskan tentang hubungan antara antara layanan komplementer dengan aturan dan strategi pemasaran sosial jasa asuhan kebidanan?”



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pelayanan Komplementer Terapi komplementer adalah bidang ilmu kesehatan yang bertujuan untuk menangani berbagai penyakit dengan teknik tradisional yang juga dikenal sebagai pengobatan alternatif. Terapi komplementer tidak dilakukan dengan tindakan bedah dan obat komersial yang diproduksi secara masal, namun biasanya menggunakan berbagai jenis terapi dan obat herbal. Keberhasilan obat alternatif komplementer telah teruji oleh penelitian yang membuktikan bahwa terapi ini dapat membantu menghilangkan rasa sakit dan mual. Namun, tidak semua jenis terapi alternatif telah teruji melalui penelitian. B. Hubungan antara layanan komplementer dalam asuhan kebidanan dengan aturan Walaupun di Indonesia belum ada Undang-Undang yang mengatur secara khusus tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer, namun penyelenggaraan pengobatan komplementer secara umum telah diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007 tentang pengobatan komplementer-alternatif. Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan, definisi pengobatan komplementer dan alternatif adalah pengobatan nonkonvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif dengan kualitas, keamanan dan efektifitas yang tinggi. (Kepmenkes RI, No.1109/Menkes/Per/IX/2007) Definisi lain menyebutkan bahwa pengobatan komplementer merupakan sebuah cara penyembuhan nonkonvensional atau dikenal dengan nama pengobatan tradisional yang difungsikan sebagai pembantu atau pendukung pengobatan modern. Dari sekian jenis pelayanan terapi komplementer yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan No.1109/Menkes/Per/IX/2007, beberapa diantaranya yang saat ini sudah diterapkan oleh bidan-bidan dan wanita di Indonesia, yaitu: hipnoterapi,



penyembuhan spiritual dan doa, yoga, akupresur, pijat urut, aromaterapi, healing dan jamu.



C. HUBUNGAN



ANTARA



LAYANAN



KOMPLEMENTER



DENGAN



STRATEGI PEMASARAN SOSIAL JASA ASUHAN KEBIDANAN Pemasaran soaial dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menjual produk yang berupa komoditi tertentu seperti pelayanan, ide, atau gagasan dengan mengaitkan pada kebutuhan atau minat masyarakat. Sasaran khusus dalam pemasaran jasa asuhan kebidanan adalah ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, bayi, balita, calon pengantin, pasangan usia subur, wanita masa menopause, dan lanjut usia. D. STRATEGI PEMASARAN SOSIAL JASA ASUHAN KEBIDANAN Strategi pemasaran adalah pengambilan keputusan-keputusan tentang biaya pemasaran, bauran pemasaran, alokasi pemasaran dalam hubungan dengan keadaan lingkungan yang diharapkan, dan kondisi persaingan. Dalam strategi pemasaran, ada tiga faktor utama yang menyebabkan terjadinya perubahan strategi dalam pemasaran yaitu: 1.      Daur hidup produk Strategi harus disesuaikan dengan tahap-tahap daur hidup, yaitu tahap perkenalan, tahap pertumbuhan, tahap kedewasaan dan tahap kemunduran. 2.      Posisi persaingan perusahaan di pasar Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan posisi perusahaan dalam persaingan, apakah memimpin, menantang, mengikuti atau hanya mengambil sebagian kecil dari pasar. 3.      Situasi ekonomi Strategi pemasaran harus disesuaikan dengan situasi ekonomi dan pandangan kedepan, apakah ekonomi berada dalam situasi makmur atau inflasi tinggi. E. JENIS-JENIS PELAYANAN KOMPLEMENTER a. Pijat Oksitosin Oksitosin merupakan suatu hormon yang dikenal mempunyai kemampuan untuk menstimulasi pengeluaran air susu ibu (ASI) dan kontraksi uterus. Hormon oksitosin juga berperan dalam kecemasan, pola makan, perilaku sosial, dan respon stress. (Hashimoto, 2014) Pijat oksitosin merupakan pemijatan tulang belakang pada



costa ke 5-6 sampai ke scapula yang akan mempercepat kerja saraf parasimpatis merangsang hipofise posterior untuk mengeluarkan oksitosin. (Depkes RI, 2009) Berdasarkan hasil wawancara pada bidan yang memberikan pelayanan kebidanan komplementer, mereka melakukan pijat oksitosin pada ibu nifas mulai hari pertama. Menurut bidan, pijat oksitosin yang mereka implementasikan terbukti dapat memperlancar produksi ASI, pada kira-kira 20 menit setelah pemijatan. Pemijatan dilakukan oleh suami ibu nifas selama 15 menit minimal sehari sekali. Penjelasan tersebut di atas didukung oleh pernyataan berikut. Pijat oksitosin dilakukan selama 15 menit minimal sehari sekali yang bertujuan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down yaitu rangsangan isapan bayi melalui serabut saraf, memacu hipofise bagian belakang untuk mensekresi hormon oksitosin ke dalam darah. Oksitosin ini menyebabkan sel-sel myopytel yang mengelilingi alveoli dan duktuli berkontraksi, sehingga ASI mengalir dari alveoli ke duktuli menuju sinus dan puting. Dengan demikian sering menyusu baik dan penting untuk pengosongan payudara agar tidak terjadi engorgement (pembengkakan payudara), tetapi sebaliknya memperlancar pengeluaran ASI. (Astutik, 2014) b. Pijat Nifas Pijat nifas yang dimaksud adalah massase pada ibu nifas yang dilakukan dari kepala hingga ke kaki. Pijat ini dilakukan dalam rangkaian postnatal treatment (spa postnatal). Pijat ini umumnya dilakukan bidan pada minggu pertama hingga minggu kedua setelah persalinan ibu nifas. Hasil wawancara menjelaskan bahwa tujuan dari dilakukannya perawatan nifas (spa nifas) dengan melakukan pemijatan (massase) adalah untuk melancarkan aliran darah dan meningkatkan kenyamanan ibu nifas. Manurut Nadya (2013), massage nifas sangat membantu ibu masa nifas dalam proses penyembuhan fisik dan psikologis yang dibutuhkan selama masa nifas. Massage nifas akan membantu ibu dalam memulihkan semangat dan melepaskan ketegangan emosi yang terjadi. Hormon stress akan menurun setelah ibu nifas menjalani sesi massage nifas ini. Menjalani terapi massage juga akan membantu ibu nifas untuk mendapatkan relaksasi yang maksimal yang diperlukan selama masa pemulihan. Massage nifas dapat dilakukan tepat setelah ibu melahirkan secara normal. Jika ibu melahirkan secara Cesarian, massage nifas dapat dilakukan dua minggu setelah kelahiran atau berdasarkan anjuran dokter. c. Pijat Bayi Hampir semua bidan dalam penelitian ini yang menjalankan praktek kebidanan komplementer, menyatakan bahwa pijat bayi yang dilakukan pada pasien/klien awalnya dilakukan karena permintaan ibu (klien). Beberapa bidan menerima pemijatan bayi dalam rangkaian perawatan baby spa. Hasil pemaparan bidan



menjelaskan bahwa dengan pijat bayi, akan membuat bayi tidak rewel dan meningkatkan nafsu makan. Usia bayi yang dipijat bervariasi, rentang 0-12 bulan. Temuan ini didukung oleh penjelasan Idward (2012), bahwa pijat bayi mempunyai banyak keuntungan, antara lain mengurangi kebiasaan menangis, menaikkan berat badan, membuat bayi mudah tidur, melatih eye contact dengan ibu, mengurangi level stress hormon bayi, juga membantu bayi untuk buang air besar. Pijat bayi dilakukan pada saat bayi dalam keadaan santai dan di tempat yang hangat. Dapat dilakukan sampai usia 3-4 tahun. d. Massage Payudara Massage payudara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemijatan payudara pada masa nifas. Bidan yang memberikan perawatan ini, melakukannya bersamaan dengan postnatal treatment. Pemaparan bidan menjelaskan bahwa pemijatan dilakukan dengan lembut, bertujuan untuk memperlancar produksi ASI. Pemaparan bidan diperkuat dengan penjelasan berikut. Pemijatan payudara setelah persalinan (masa nifas) bertujuan untuk merangsang dan meningkatkatkan volume ASI, serta mencegah pembengkakan payudara. Pemijatan payudara bisa dimulai hari kedua masa nifas. (Nakita, 2014) e. Massage Perineum Dari (14.4%) bidan yang memberikan pelayanan kebidanan komplementer, (4.8%) /1 orang bidan melakukan praktek massage perineum pada ibu hamil trimester 3. Bidan tersebut menjelaskan, pijat perineum yang dilakukan bermanfaat untuk mengurangi kejadian robekan perineum pada saat persalianan, terutama pada primigravida. Pijat perineum dilakukan sendiri oleh ibu hamil di rumah, dan peran bidan adalah memberikan edukasi saat pemeriksaan kehamilan. Massage perineum merupakan pijatan atau penguluran (stretching) lembut yang dilakukan pada area perineum (kulit di antara anus dan vagina). Pijat perineum bertujuan untuk meningkatkan elastisitas perineum. Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah kejadian robekan perineum pada saat persalinan normal maupun pada episiotomi. Bukti telah didapatkan dari beberapa penelitian bahwa dengan melakukan massage atau pijat pada daerah perineum memberikan manfaat dalam hal mengurangi kejadian laserasi dan episiotomi. Pemijatan perineum sebaiknya dilakukan sejak enam minggu sebelum hari-H persalinan, sebanyak 5-6 kali dalam seminggu secara rutin. Selanjutnya selama 2 minggu menjelang persalinan, pemijatan dilakukan setiap hari dengan durasi 3-5 menit. (Admin, 2014)



f.



Obat Herbal Penggunaan obat herbal/ramuan tradisional dalam penelitian ini teridentifikasi



dua jenis ramuan, yaitu berupa ekstrak daun katuk dan jamu uyup-uyup. Ekstrak daun katuk dan jamu uyup-uyup diberikan oleh bidan sebagai pendamping obat-obatan medis yang umum diberikan selama masa nifas. Ekstrak daun katuk dan jamu uyupuyup berkhasiat untuk melancarkan dan meningkatkan produksi ASI. Daun katuk yang diberikan bidan dalam sediaan ekstrak (pil), sedangkan jamu uyup-uyup dalam sediaan cair. Daun katuk dapat mengandung hampir 7% protein dan serat kasar sampai 19%. Daun ini kaya vitamin K, selain pro-vitamin A (beta-karotena), B, dan C. Mineral yang dikandungnya adalah kalsium (hingga 2,8%), besi, kalium, fosfor, dan magnesium. Warna daunnya hijau gelap karena kadar klorofil yang tinggi. Daun katuk dapat digunakan untuk memperlancar produksi ASI. Diolah seperti sayuran kangkung atau daun bayam, maupupun dalam bentuk ekstrak. Daun katuk juga mengandung papaverina, suatu alkaloid yang juga terdapat pada candu (opium). Konsumsi berlebihan dapat menyebabkan efek samping seperti keracunan papaverin. (Wiki, 2013) Jamu uyup-uyup merupakan istilah jamu (minuman obat tradisional) di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Disebut juga jamu “gepyokan”. Jamu uyup-uyup merupakan minuman obat herbal yang dibuat dari tanaman rimpang yang diolah dalam bentuk simplisia, dalam keadaan utuh maupun dihaluskan, kemudian direbus dan diambil sarinya. Kegunaannya adalah untuk meningkatkan produksi ASI. Dalam tradisi jawa, jamu uyup-uyup masuk dalam kategori jamu gendong, merupakan warisan leluhur budaya Jawa yang diturunkan sejak jaman Majapahit. Bahan rimpang jamu uyup- uyup untuk melancarkan produksi ASI terdiri atas: kencur, jahe, bangle, lengkuas, kunyit, temulawak, puyang dan temugiring, dapat ditambah gula dan asam jawa atau jeruk nipis. F. PENTINGNYA TERAPI KOMPLEMENTER DALAM KEBIDANAN Untuk mengetahui alasan bidan mempraktikkan terapi komplementer dalam pelayanan kebidanan, peneliti memberikan pertanyaan terbuka pada beberapa bidan yang memberikan pelayanan kebidanan komplementer di Klaten



Tabel 5.1. Alasan Dilaksanakan Pelayanan Kebidanan Komplementer No. 1 2 3 4 5



Alasan bidan mempraktikkan pelayanan kebidanan komplementer Mengedukasi masyarakat bahwa terapi komplementer merupakan upaya preventif dalam mendukung tercapainya derajat kesehatan masyarakat. Mendukung pengobatan/ terapi konvensional yang menggunakan obat. Terapi komplementer menstimulasi kekuatan alami terapeutik dari tubuh pasien/ klien sehingga aman dan tanpa efek samping. Meningkatkan daya saing pasar dan merupakan pembeda/unggulan dengan BPM yang lainnya. Memenuhi permintaan pasien/klien atas terapi nonkonvensional sehingga meningkatkan kepuasan klien. Mengurangi angka kesakitan akibat kesalahan pertolongan oleh tenaga nonkesehatan yang tidak terlatih.



Dari total informan yang peneliti wawancara (26 bidan) terkait alasannya memberikan pelayanan kebidanan komplementer, umumnya beberapa di antaranya memberikan jawaban yang sama. Untuk mendukung ringkasan jawaban tersebut di atas, peneliti cantumkan beberapa kuota hasil wawancara berikut ini: “Alasan saya membuka layanan komplementer terapi di BPM karena saya ingin mempraktikkan ilmu yang sudah saya dapat, sehingga dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat tentang pengobatan komplementer dan alternative medis, juga menambah variasi layanan jasa bu, jadi biar tambah ramai. dan bisa bersaing dengan bidan-bidan baru”.



Untuk mambantu menganalisis tentang pelaksanaan pelayanan kebidanan komplementer di kabupaten Klaten, peneliti juga mengajukan pertanyaan pada bidan yang tidak memberikan pelayanan kebidanan komplementer pada pasiennya (85.6%). Alasan mereka tidak menjalankan praktik ini, telah peneliti rangkum dalam tabel di bawah ini:



Tabel 5.2. Alasan Bidan Tidak Memberikan Pelayanan Kebidanan Komplementer No. 1 2 3



4



Alasan bidan tidak mempraktikkan pelayanan kebidanan komplementer Kurangnya akses bidan untuk menjangkau tercapainya pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang terapi komplementer. Kurangnya dukungan dari organisasi profesi. Masyarakat beranggapan bahwa pemberian terapi komplementer bukan merupakan tugas tenaga kesehatan, sehingga mengurangi minat masyarakat akan pengobatan menggunakan terapi komplementer oleh tenaga kesehatan. Masih banyak dukun aktif yang menjalankan tradisi memberikan terapi komplementer dan alternatif.



“Karena Saya belum pernah mendengar istilah itu bu, jadi Saya tidak tahu, ini baru dengar kemarin pas Saya suruh ngisi kuesioner. Dari IBI sendiri belum ada pemberitahuan untuk ikut seminar-seminar atau pelatihan-pelatihan. Lagipula di tempat Saya masih banyak dukunnya, jadi masyarakat tahunya selain pengobatan ya ke dukun”.



BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan Terapi komplementer adalah bidang ilmu kesehatan yang bertujuan untuk menangani berbagai penyakit dengan teknik tradisional, yang juga dikenal sebagai pengobatan alternatif. Bidan yang menerapkan terapi komplementer dalam pelayanan merupakan bidan yang mampu untuk bersaing karena inovasi yang berbeda diantara bidan dengan pelayanan konvensional. Dalam hal ini, kedepannya diharapkan ada seminar tentang terapi komplementer dalam praktik kebidanan,



karena



kebanyakan



bidan



yang



tidak



menerapkan



komplementer adalah tidak adanya pengetahuan tentnag hal tersebut. B. Saran Demikian



terapi



DAFTAR PUSTAKA -



http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/4722/BAB%20I %20pendahuluan.pdf?sequence=5&isAllowed=y



-



http://veraendang.blogspot.com/p/kalori-yang-terkandung-dalam.html



-



https://kumparan.com/kumparansains/cara-hitung-kalori-makanan-untuk-tubuh



12