Makalah PBL C-2 Blok 23 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KELOMPOK BELAJAR MANDIRI TERARAH (PROBLEM BASED LEARNING)



KELOMPOK C-2 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA 2010



1



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas kasih dan karunia-Nya kepada kelompok Belajar Mandiri Terarah (Problem Based Learning) C2 selama proses diskusi kelompok, belajar mandiri, presentasi hasil belajar mandiri sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas PBL blok 23 Sistem Penginderaan (Special Senses). Terimakasih juga kami ucapkan kepada tutor kelompok yang telah membimbing dan membantu kami, dr.Lily K, dan kepada seluruh anggota kelompok C2 atas partisipasi dan kerjasamanya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Besar harapan kami agar makalah ini tidak hanya bemanfaat bagi kelompok kami tetapi juga bermanfaat bagi semua pembaca termasuk teman-teman seprofesi pada Fakultas Kedokteran Ukrida.Kami mohon maaf bila ada kekurangan dalam penulisan maupun isi makalah sehingga kami menerima segala bentuk kritik dan saran yang membangun demi kebaikan kami saat ini dan pada tugas PBL berikutnya. Terimakasih.Tuhan Yesus membekati.



Jakarta, April 2010



2



DAFTAR ISI Halaman Judul



1



Kata Pengantar



2



Daftar Isi



3



BAB I



4



Pendahuluan



BAB II Isi Skenario



5



II.1



Anamnesis



6



II.2



Pemeriksaan Fisik & Penunjang



7



II.3



Diagnosis Kerja & Diagnosis Banding Konjungtivitis



11



II.4



Etiologi Konjungtivitis



13



II.5



Patogenesis Konjungtivitis



21



II.6



Manifestasi Klinik & Komplikasi Konjungtivitis



22



II.7



Penatalaksanaan Medikamentosa & Nonmedikamentosa



24



II.8



Prognosis & Pencegahan Konjungtivitis



27



BAB III Penutup Kesimpulan Daftar Pustaka



30 31



3



BAB I PENDAHULUAN Mata merupakan suatu indera pencitraan yang berfungsi dalam menghasilkan suatu persepsi benda yang terlihat dengan bantuan otak. Rangsangan tersebut (benda yang terlihat) akan diteruskan ke otak, di otak rangsangan tadi diterjemahkan sehingga menghasilkan suatu persepsi. Berdasarkan anatominya mata terletak pada rongga orbita, yang terbagi menjadi: 1. Palpebra (kelopak mata)



Berfungsi dalam melindungi bola mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. palpebra mempunyai lapisan kulit yang tipis pada bagian depan, sedangkan dibagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut Conjungtiva tarsal. Gangguan penutupan palpebra dapat mengakibatkan keringnya permukaan mata sehingga dapat terjadi Keratitis et lagoftalmus. 2. Konjungtiva Merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet, yang bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Konjuntiva terdiri atas : - Konjungtiva tarsal, menutupi tarsus dan sukar digerakkan melalui tarsus. - Konjungtiva bulbi, menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera. - Konjungtiva fornises, merupakan tempat peralihan kedua konjungtiva di atas. 3. Bulbus oculi (bola mata)



4



Bulbus oculi berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bulbus oculi terdiri atas : a. Dinding i. Sklera Merupakan jaringan ikat kolagen, kenyal dan tebal kira-kira 1 mm. Dengan karakteristik putih dan halus yang dilapisi oleh kapsul Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul tenon terdapat episklera. Sklera mempunyai kekakuan tertentu sehingga berpengaruh dalam tekanan bola mata. Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus atau merendah pada eksoftalmos gioter, miotika dan meminum air banyak. ii. Kornea Merupakan selaput bening mata dan tembus cahaya yang menutupi lapisan bola mata sebelah depan, terdiri atas: 1. Epitel Merupakan lapisan kornea terluar yang berbentuk epitel berlapis gepeng tanpa tamduk. Setiap gangguan epitel akan memberikan gangguan sensitibilitas kornea berupa rasa sakit atau mengganjal. Regenerasi epitel cukup tinggi, 5



sehingga apabila terjadi kerusakan akan diperbaiki langsung dalam beberapa hari tanpa membentuk jaringan parut. 2. Membran Bowman Terletak dibawah epitel, yang merupakan suatu membran tipis homogen dan terdiri atas susunan serat kolagen kuat yang mempertahankan bentuk kornea. Apabila terjadi kerusakan pada membran Bowman maka akan berakhir dengan terbentuknya jaringan parut. 3. Stroma Lapisan tebal kornea yang terdiri atas jaringan kolagen yang tersusun dalam lamel-lamel dan sejajar dengan permukaan kornea. Diantara serat kolagen terdapat matriks. Stroma bersifat higroskopis yang menarik air dari bilik mata depan. Kadar air di dalam stroma kurang lebih 70% yang dipertahankan oleh fungsi pompa sel endotel. Jika terjadi kerusakan endotel, maka akan terjadi kelebihan kadar air sehingga menimbulkan edema kornea. Stroma tersusun atas serat-serat yang teratur dan memberi gambaran kornea yang transparan. Jika terjadi gangguan susunan serat stroma seperti edema kornea dan sikatrik kornea akan mengakibatkan sinar yang melalui kornea terpecah dan kornea terlihat keruh. 4. Membran Descement Merupakan suatu lapisan tipis yang bersifat kenyal, kuat, tidak berstruktur dan bening; terletak di bawah stroma, lapisan ini memberi perlindungan terhadap infeksi dan masuknya pembuluh darah. 5. Endotel Terdiri dari satu lapis sel yang merupakan komponen terpenting dalam mempertahankan kejernihan kornea. Sel 6



endotel tidak mempunyai daya regenerasi, sehingga jika terjadi kerusakan tidak akan kembali normal lagi. Endotel dapat mengalami gangguan akibat trauma hebat, penyakit intra okular dan usia lanjut karena jumlah sel yang berkurang. Kornea tidak mempunyai pembuluh darah, namun mendapat suplai nutrisi dari humor aqueous. b. Isi Terdiri atas lensa, uvea, badan kaca dan retina. o Lensa Merupakan badan yang bersifat avaskular, tidak berwarna, bening, bikonveks dengan ketebalan sekitar 4-5 mm dan berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Pada bagian anterior lensa terdapat humor aqueous sedangkan bagian belakang terdapat vitreous (badan kaca). Pada orang dewasa, lensa terbagi atas nukleus (inti) dan korteks (tepi), dimana nukleus memiliki kontour yang lebih keras dari korteks. Lensa berfungsi dalam pembiasan cahaya, sehingga dfokuskan ke retina. Peningkatan pembiasan lensa disebut akomodasi. o Uvea Merupakan jaringan lunak yang terdiri atas : -



Iris Adalah membran yang berwarna, berbentuk sirkular yang ditengahnya terdapat lubang (pupil). Berfungsi dalam mengatur banyaknya cahaya yang masuk ke mata. Iris berpangkal pada badan siliar yang merupakan pemisah antara Camera Okuli Anterior (bilik mata depan) dan Camera Okuli Posterior (bilik mata belakang). Pembuluh darah di sekeliling pupil disebut sirkulus minor dan yang 7



berada dekat dengan badan siliar disebut sirkulus mayor. Iris dipersarafi oleh nervus nasosiliar yang merupakan cabang dari saraf kranial III. -



Badan siliar Tersusun atas otot-otos siliar dan procesus siliaris. Otot-otot tersebut berfungsi untuk akomodasi, ketika berkontraksi akan menarik prosesus siliaris, sampai pada akhirnya akan mengakibatkan lensa cembung. Fungsi dari badan siliar adalah memproduksi humor aqueous yang menyuplai nutrisi ke lensa dan kornea.



-



Koroid. Merupakan membran yang berwarna coklat tua dan terletak antara sklera dan retina. Di dalam koroid terdapat banyak pembuluh darah yang berfungsi memberi nutrisi kepada retina bagian luar.



o Vitreus (badan kaca) Mengisi sebagian besar bola mata di belakang lensa, tidak berwarna, bening, konsistensi lunak dan mengandung 90% cairan. Pada bagian luar terdapat membran tipis (hialoid). Vitreus bersifat avaskular dan menerima nutrisi dari jaringan sekitar, misalnya koroid, badan siliar dan retina. Vitreus berfungsi dalam menuruskan lensa dari lensa ke retina. o Retina Merupakan membran tipis dan bening, terdiri atas serabut saraf optikus. Pada bagian retina yang letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea, berpengaruh dalam ketajaman penglihatan. Sekitar 3 mm ke arah nasal terdapat daerah bulat putih kemerahan, disebut dengan papil saraf optikus. Retina mempunyai ketebalan sekitar 1 mm, yang tersusun atas lapisan: 8



1. Fotoreseptor, lapisan terluar yang terdiri atas sel batang dan sel kerucuut. 2. Membran limitan eksterna, membran ilusi. 3. Nukleus luar, susunan lapisan nukleus sel kerucut dan batang, ketiga lapisan diatas avaskuler dan mendapatkan suplai nutrisi dari kapiler koroid. 4. Pleksiform



luar,



aseluler



dan



tempat



sinapsis



sel



fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal. 5. Nukleus dalam, tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller; mendapat nutrisi dari arteri retina sentral. 6. Pleksiform dalam, aseluler, tempat sinapsis sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion. 7. Sel ganglion, lapisan badan sel dari neuron kedua. 8. Serabut saraf, lapisan akson sel ganglion yang menuju ke saraf optik, di lapisan ini sebagian besar terdapat pembuluh darah retina. 9. Membran limitan interna, membran hialin antara retina dan Vitreus. 4. Os. Orbitalis (tulang orbital)



Membentuk dinding orbita yang terdiri dari os lakrimal (bag nasal), os ethmoid (bag nasal), os sphenoid (bag lateral), os frontal (bag superior), os maksila (bag inferior), os palatina (bag inferior) dan os zigomatikus (bag inferior).



Otot-otot penggerak bola mata terdiri atas: m. oblik inferior, m. oblik posterior, m. rektus inferior, m. rektus lateral, m. rektus medius dan rektus superior. ANATOMI KONJUNGTIVA



9



Gbr. Anatomi Konjungtiva KET. GBR : 1. Forniks sup & inf 2. Konj.tarsal sup & inf 3. Kripte Henle 4. Kel. Krause 5. Kel. Wolfring 6. Kel lakrimal 7. Kel. Manz 8. Tarsus sup Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak bagian belakang. Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu : - Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus. - Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sclera di bawahnya.



10



- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi. Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan sangat longgar dengan jaringan dibawahnya sehingga bola mata mudah bergerak. Konjungtiva bulbi superior paling sering mengalami infeksi dan menyebar kebawahnya. Histologi : Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel epitel skuamosa. Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat mengandung pigmen. Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva. Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata. Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan wolfring), yang struktur dan fungsinya mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di forniks atas, dan sedikit ada diforniks bawah. Kelenjar wolfring terletak ditepi atas tarsus atas.



11



1.



limbus



2. konjunngtiva bulbi 3. konjungtiva forniks 4. konjungtiva tarsal 5. punctum lakrimal 6. konjungtiva marginal



BAB II ISI 12



KONJUNGTIVITIS BAKTERI



SKENARIO



Seorang laki-laki berusia 24 tahun, datang kepada dokter umum dengan keluhan kedua matanya merah.Keluhan tersebut dirasakan sejak 3 hari yang lalu.Keluhan mata merah disertai dengan keluar air mata disertai keluar kotoran mata berwarna kuning, gatal, dan rasa seperti berpasir.Keluhan tidak disertai dengan penglihatan buram.Sudah diobati dengan obatobatan warung tapi keluhan tidak berkurang.Riwayat trauma sebelumnya disangkal. Status cofttalmologi : palpebra ODS : Edema, spasme. Konjungtiva bulbi ODS : hiperemis, injeksi konjungtiva (+), sekret (+) kuning, kornea jernih



ANAMNESIS 13



Dalam pemeriksaan mata, akan dimulai dengan anamnesis pasien. Dalam wawancara ini pasien akan ditanyakan mengenai keluhannya, riwayat penyakit kini, penyakit dahulu, dan penyakit keluarga. Dengan anamnesis dan kerja sama yang baik, maka akan sangat membantu dalam pembuatan atau penegakkan diagnosa. 1.Riwayat Kesehatan Sekarang. Keluhan utama: Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal, panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe. Sifat keluhan: Keluhan terus menerus , hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang atau malam, tidur tentu keluhan timbul. Keluhan Yang Menyertai: Apakah pandangan menjadi kabur terutama pada kasus Gonoblenorroe. 2. Riwayat Kesehatan Lalu Pasien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat, riwayat operasi mata. 3. Riwayat Kesehatan Keluarga Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis).



PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan Tajam Penglihatan 14



Ini biasa dilakukan ketika pasien datang dengan keluhan, penglihatan memburam atau perkiraan mata menjadi minus atau plus. Biasanya pasien akan diminta duduk dalam sebuah kursi dan di hadapannya diberikan papan tulisan huruf (papan Snellen) atau angka sekitar 5 atau 6 meter di depan. Pasien



akan diminta untuk membaca tulisan dari atas (terbesar) hingga tulisan



terbawah yang bisa dibaca. Masing-masing tulisan memiliki nilai visus atau ketajaman mata. Misalnya bila pasien bisa membaca tulisan teratas, maka ketajaman mata adalah 6/60 (enam per enampuluh). Pemeriksaan dilanjutkan hingga tulisan terkecil yang dapat dibaca. Setelah diketahui nilai visus, pasien biasanya akan diberikan kacamata periksa, dimana lensanya dapat digonta-ganti. Tujuannya adalah agar mata dapat dengan baik membaca tulisan terbawah dalam papan Snellen dengan visus 6/6. Ketajaman 6/6 adalah ketajaman terbaik.



Bila visus mata sangat buruk, atau tulisan terbesar pun tak terbaca, biasanya pemeriksa akan melakukan dengan memperagakan jumlah jari pada 1 meter di hadapan pasien. Pasien harus menghitung jumlah jarinya. Bila tidak terlihat, maka akan dilakukan dengan lambaian tangan. Bila bahkan lambaian tak terlihat, maka dilakukan uji dengan cahaya senter. Bila cahaya pun tak terlihat, maka mata mungkin mengalami kebutaan.



Pemeriksaan ini memang sangat subjektif (tergantung dari persepsi pasien sendiri). Namun, 15



kini sudah ada pemeriksaan yang lebih objektif yaitu dengan pemeriksaan komputer, yang jelas sangat cepat, dibandingkan dengan menggunakan papan Snellen.



Pemeriksaan posisi bola dan otot mata Posisi bola mata penting untuk pemeriksaan, apakah ada perubahan posisi mata, apakah terdapat kejulingan mata. Dokter akan melakukan inspeksi bola mata dan ia akan meminta pasien untuk menggerakkan bola mata, ke delapan arah mata angin. Bila ada masalah pada otot atau juling dapat diketahui melalui pemeriksaan ini. Pemeriksaan kelopak mata Kelopak mata akan diperiksa bila terjadi trauma atau luka pada kelopak atau terjadinya mata merah. Kelopak akan diamati apakah ada luka atau kemerahan karena pembesaran pembuluh darah atau berdarah. Pemeriksaan bagian mata depan Pemeriksaan ini untuk melihat beberapa keadaan di mata depan yaitu bagian kornea, konjungtiva, iris, pupil, sklera, dan lensa. Pada pemeriksaan kornea, biasanya dokter ingin mengetahui apakah ada luka pada kornea. Dokter akan melakukan tes floresensi. Pasien akan diberikan obat floresen, kemudian dibilas dengan air suling, dan dilihat dengan lampu kobalt biru. Bila ada luka, maka akan terlihat cahaya berpendar. Tes ini dilakukan bila terjadi luka pada bola mata. Namun saat ini pemeriksaan juga dibantu dengan alat slit lamp, yang lebih mempermudah pemeriksaan bagian mata depan. Yang sering pula adalah pemeriksaan lensa. Lensa diamati dan dilihat apakah terjadi kekeruhan, seperti yang sering terjadi pada penderita katarak. Pemeriksaan bagian mata belakang Pemeriksaan ini untuk mengamati bagian mata belakang dan dalam seperti retina dan pembuluh darah mata. Dokter menggunakan alat yang disebut oftalmoskop. Biasanya pasien



16



akan ditetesi obat (obat midriatikum) untuk memperbesar pupil sehingga dapat mempermudah pemeriksaan. Pemeriksaan tekanan bola mata Ini dilakukan bila pasien diduga menderita glaukoma atau perubahan tekanan bola mata lainnya. Pasien diminta berbaring dan diberikan obat bius lokal pada mata. Dokter akan menggunakan alat yang disebut tonometri Schiotz. Alat ini diletakkan di atas kornea mata dan dapat didapati angka tekanan bola matanya.



PEMERIKSAAN PENUNJANG



Laboratorium



Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.



Pemeriksaan lainnya Ada banyak pemeriksaan penunjang lainnya pada mata seperti keratoskope ( bentuk kornea), tes buta warna (Ishihara), Eksoptalmometer dari Hertel, Optalmodinamometer ( pengukur tekanan arteri di retina), x-ray : Foto orbita, Comberg tes, FFA (Flourecein Fundus angiografi), USG, CT scan, MRI, elektroretinografi, metaloloketer, Visual Evoked Potensial untuk menilai transmisi impuls dari rerina sampai korteks oksipital.



Diagnosis



17



Ditegakkan



berdasarkan



pemeriksaan



klinis



dan



pemeriksaan



laboratorium.



Pada



pemeriksasan klinik di dapat adanya hiperemia konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.



DIAGNOSIS KERJA



Konjungtivitis Bakterial Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis bakterial adalah peradangan pada konjungtiva yang disebabkan oleh bakteri dan biasanya mengenai kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah yang banyak dan berwarna kuning kehijauan. Terdapat dua bentuk konjungtivitis bakterial yaitu akut dan menahun. Konjungtivitis bakterial akut dapat sembuh sendiri. Namun sekiranya tidak diobati, penyakit ini dapat berterusan selama 2 minggu dan mampu menjadi konjungtivitis bakterial menahun. Konjungtivitis bakterial akut terdiri dari; 1. Konjungtivitis bakterial hiperakut terdiri daripada konjungtivitis purulen dan mukopurulen. Konjungtivitis purulen disebabkan oleh bakteri Neisseria sp. dan ditandai banyak eksudat purulen. Setiap konjungtivitis berat dengan banyak eksudat perlu segera diperiksa laboratoris untuk pengobatan karena jika ditunda mungkin terjadi kerusakan kornea dan gangguan penglihatan. Konjungtivitis mukopurulen akut sering dalam bentuk ependemik dan disebut ‘mata merah’ oleh orang awam. Penyakit ini ditandai dengan hiperemia konjungtiva akut dan sekret mukopurulen sedang. 2. Konjungtivitis bakterial subakut paling sering disebabkan oleh Haemophilus influenza dan ditandai dengan eksudat berair tipis atau berawan. Kadang-kadang dapat disebabkan oleh Escherichia coli dan Proteus sp.



18



Konjungtivitis bakterial menahun terjadi pada pasien dengan obstruksi duktus nasolakrimalis dan dakriosistitis menahun, yang biasanya mengenai sebelah mata. Infeksi ini dapat menyertai bleferitis bakterial menahun atau disfungsi kelenjar meibom. Pasien dengan sindrom palpebra lemas dan ektropion dapat menimbulkan konjungtivitis bakterial sekunder. Konjungtivitis bakterial jarang dapat disebabkan oleh Corynebacbterium diphteriae dan Streptococcus pyogenes. Pseudomembran atau membran yang dihasilkan oleh bakteri ini dapat terbentuk pada konjungtiva palpebra.



DIAGNOSIS BANDING



1. Konjungtivitis viral



Konjungtivitis viral biasanya dikaitkan dengan infeksi saluran napas atas yang biasanya disebabkan oleh adenovirus. Ini adalah jenis konjungtivitis yang tejadi pada epidemik pink eye. Riwayat: Pasien biasanya mengeluh kedua belah mata seperti berpasir dan tidak selesa, walaupun simptomnya bermula dari satu mata sahaja. Mungkin terdapat simptoms yang berkaitan seperti selsema dan batuk. Biasanya sekret yang keluar berair. Konjungtivitis virus biasanya lebih lama, berlanjut kepada beberapa minggu berbanding konjungtivitis bakterial.



Pemeriksaan: Kedua belah mata merah dengan injeksi konjungtiva difus (pelebaran pembuluh darah konjungtiva) dan bisa saja terdapat sekret jernih. Terdapat folikel limfoid kecil- kecil. Bagian fokal yang kecil pada imflamasi kornea dengan erosi dan berkaitan opasiti boleh menimbulkan simptom, walaubagaimanapun sukar untuk melihat tanpa magnifikasi yang tinggi. Ini mungkin juga berkaitan dengan limfadenopati kepala dan leher yang menandakan lmfadenopati pre-aurikular. 19



Penatalaksanaan: Konjungtivitis virus umumnya self-limiting, tetapi antibiotik tetes mata ( Kloramfenikol) dapat melegakan gejala simptomatik dan membantu mengelakkan infeksi sekunder bakteri. Konjungtivitis virus menular, jadi hygiene pasien perlu diambil berat. Infeksi virus biasanya lebih lama sehingga beberapa minggu dan pasien harus dimaklumkan. Sesetengah pasien mungkin berlangsung kronik dan tetes mata steroid boleh diindikasikan jika lesi kornea dan simptomnya persisten. Jika diperlukan penggunaan steroid jangka lama, pasien perlu dibawah pengawasan dokter mata.



2. Konjungtivitis Klamidia (Trakoma)



Riwayat: Pasien biasanya umur muda, mempunyai riwayat konjungtivitis bilateral kronik dengan sekret mukopurulen. Ini mungkin berkaitan dengan simptom penyakit venereal. Umumnya pasien tidak menerangkan tentang simptom- simptom genitourinaria apabila beserta konjuntivitis, perlu didapatkan dari anamnesis yang benar. Pemeriksaan: Terdapat injeksi konjungtiva bilateral dengan sekret mukopurulen. Terdapat banyak agregasi limfoid pada konjungtiva(folikel). Biasanya melibatkan kornea(keratitis) dan infiltrat pada kornea bagian atas( pannus). Penatalaksanaan: Diagnosis selalunya sukar dan uji bakteriologis harus dilakukan untuk memastikan bersesuaian dengan gejala klinik. Pengobatan dengan tetrasiklin sekurangkurangnya sebulan bisa mengatasi masalah tersebut, tetapi compliance yang buruk bisa menyebabkan simptom kambuh. Tetrasiklin sistemik memberi kesan kepada pertumbuhan gigi dan tulang dan tidak boleh digunakan pada anak- anak dan perempuan hamil.



Penyakit venereal harus juga diobati, dan ia penting untuk memeriksa pasangan mengenai simptom atau tanda- tanda penyakit venereal karena wanita yang terkena biasanya asimptomatik. Perlu dilakukan test mikrobiologi sejak awal. Pada negara membangun, infeksi Chlamydia trachomatis menyebabkan parut pada konjungtiva dan menutupi plat tarsal. Perubahan sikatrik menyebabkan kelopak mata atas turun ( entropion) dan parut permanent akan merusakkan kornea. Di dunia, trakoma masih merupakan penyebab utama kebutaan.



20



3. Konjungtivitis Alergi



Riwayat: Gambaran utama konjungtivitis alergi adalah gatal. Kedua- dua mata terkena dan menghasilkan sekret jernih. Kemungkinan terdapat riwayat atopi keluarga atau baru saja kontak dengan bahan kimia atau obat tetes mata. Simptom yang sama berlaku seperti pada musim- musim lepas. Harus dibedakan antara reaksi alergi akut dan penyakit alergi mata kronik. Pemeriksaan:



Berlakunya



injeksi



konjungtiva



difus



dan



mungkin



bengkak(kemosis). Sekret jernih dan seperti tali. Oleh karena septum fibrous yang melekat pada kelopak mata(konjungtiva tarsal), menyebabkan oedem pada papil. Apabila ia membesar, dikenal sebagai cobblestone. Penatalaksanaan: Antihistamin topikal dan tetes mata vasokonstriksi memberikan kelegaan jangka pendek. Tetes mata yang mencegah degranulasi sel mast juga berguna, tetapi perlu digunakan beberapa minggu atau bulan untuk mencapai efek maksimal. Antihistamin oral juga boleh digunakan, biasanya golongan terbaru yang menyebabkan efek sedasi kurang. Steroid topikal efektif tetapi perlu di bawah pengawasan dokter mata karena risiko steroid yang bisa mencetuskan katarak dan glaukoma, yang mana boleh menyebabkan kerusakan penglihatan irriversibel. Kasus penyakit mata alergi yang berkaitan dengan eksema berat harus selalu penatalaksanaannya antara bagian oftalmologi dan dermatologi. Etiologi Terdapat pelbagai penyebab konjungtivitis bergantung kepada agen yang terpapar. Ada tiga kategori utama konjungtivitis: alergi, infectious dan bahan kimia:



Konjungtivitis alergi Konjungtivitis alergi lebih sering muncul pada kebanyakan orang yang telah mempunyai alergi bermusim. Pada masa yang sama mereka kontak dengan bahan yang mencetuskan reaksi alergi pada mata mereka. •



Konjungtivitis Giant Papillary merupakan sejenis konjungtivitis alergi yang disebabkan terdapatnya benda asing dalam mata. Kondisi ini biasanya terjadi pada 21



individu yang memakai lensa kontak keras dan rigid, memakai lensa kontak yang jarang berganti, dan yang memakai kacamata. Konjungtivitis Infectious •



Konjungtivitis



bakterialis



adalah



infeksi



tersering



yang



disebabkan



oleh



Staphylococcus atau Streptococcus daripada kulit atau sistem respirasi kita. Infeksi boleh juga berlaku melalui transmisi daripada serangga, kontak fisikal dengan orang lain, hygiene buruk (menyentuh mata dengan tangan yang tidak bersih), atau dengan memakai alat solek mata dan pelembab muka yang terkontaminasi. •



Konjungtivitis Viral seringkali disebabkan oleh virus yang menular yang berhubung dengan selesema. Penyebab utama adalah terjadi kontak dengan seseorang yang menderita infeksi saluran napas termasuk batuk atau bersin. Ia boleh juga berlaku apabila virus menyebar ke seluruh membran mukosa pada paru, tenggorokan, hidung, duktus lakrimal, dan konjungtiva.







Ophthalmia Neonatorum adalah konjungtivitis bakteri yang berat/ teruk yang terjadi pada bayi baru lahir. Ini merupakan keadaan yang serius yang membawa kepada kerusakan mata menetap kecuali jika dapat dideksi sedini mungkin. Ophthalmia neonatorum berlaku apabila bayi tersebut terpapar kepada Clamydia atau gonorrhea semasa melalui jalan lahir.



Konjungtivitis Bahan Kimia Konjungtivitis Chemical disebabkan oleh bahan- bahan iritasi termasuklah pencemaran udara, klorin dalam kolam renang, dan terdedah kepada bahan kimia beracun dan berbahaya.



KONJUNGTIVITI S



s



Kotoran air mata Gatal Injeksi Nodul preurikular Pewarnaan usapan Sakit tenggorokan dan



Viru



panas



Sedikit Mengucur Sedikit Umum Lazim Sewaktu-



Bakter i purulen Mengucur Sedang Sedikit Umum Jarang Jarang



Bakter Fungus



Alerg



i non purulen



&



i



Sedikit Sedang Local Lazim -



parasite Sedikit Sedikit Local Lazim -



Sedikit Sedang Mencolok Umum -



yang waktu



menyertai 22



Diagnosis banding mata merah dengan visus normal dan sakit



Episkleritis Episkleritis merupakan reaksi radang jaringan iikat vascular yang terletak antara konjungtiva dan permukaan sclera. Radang episklera dan sclera mungkin disebabkan oleh reaksi hiiprsensitivitas terhadap penyakit sistemik seperti tuberculosis, rheumatoid arthritis, lues, SLE, dll.Merupakan suatu reaksi toksik, alergik, atau merupakan bagian daripada infeksi.Dapat saja kelainan ini secara spontan dan idiopatik. Keluhan : mata terasa kering, sakit ringan, mengganjal, konjungtiva yang kemotik. Terlihat



Gambar 32. Episkleritis mata merah satu sector yang disebabkan melebarnya pembuluh darah dibawah konjungtiva. Pengobatan yang diberikan adalah vasokonstriktor.Pada keadaan yang berat diberi kortikosteroid tetes mata, sistemik atau salisilat Skleritis Skleritis adalah radang kronis granulomatosa pada sklera yang ditandai dengan desktruka kolagen, infiltrasi sel dan vaskulitis. Biasanya bilateral dan lebih sering terjadi pada wanitai Etiologi Sebagian besar disebabkan reaksi hipersensitivitas tipe III dan IV yang berkaitan dengal penyakit sistemik. Manifestasi Klinis 23



Rasa sakit berat yang menyebar ke dahi. alis. dan dagu secara terus-menerus, mata me berair, fotofobia. dan penglihatan menurun. Terlihat sklera bengkak, konjungtiva kerro injeksi sklera profunda. dan terdapat benjolan berwarna sedikit lebih biru Jingga. Se~ terjadi bersama iritis atau siklitis dan koroiditis anterior. Komplikasi Keratitis perifer, glaukoma, granuloma subretina. uveitis. ablasi retina eksudatif. propt~ katarak, hipermetropia. dan keratitis sklerotikan. Pemeriksaan Penunjang Dengan penetesan epinefrin 1:1.000 atau fenilefrin 109c tidak akan terjadi vasokonstri" Pemeriksaan foto rontgen orbita dilakukan untuk menghilangkan kemungkinan ad-benda asing, juga dapat dilakukan pemeriksaan imunologi serum. Penatalaksanaan Dengan antiinflamasi nonsteroid sistemik berupa indometasin 50-100 mg/hari atau ibupn 300 mg/hari. biasanya terjadi penurunan gejala dengan cepat. Bila tidak ada reaksi dalai 2 minggu, harus diberikan terapi steroid sistemik dosis tinggi, misalnya prednisolon 80 hari. dan diturunkan dalam 2 minggu sampai dosis pemeliharaan 10 mg/hari. Dapat rj dipakai obat-obatan imunosupresif. Steroid topikal tidak efektif tapi mungkin bera untuk edema dan nyeri. Jika penyebabnya infeksi, harus diberikan antibiotik yang sesi Pembedahan diperlukan bila terjadi perforasi kornea. Pingekulitis Pingekula merupakan benjolan pada konjngtivva bulbi yang ditemukan pada orang tua, terutama yang matanya sering mendapat rangsangan sinar matahari, debu, dan angin panas. Pingekula merupakan degenerasi hialin jaringan submukosa konjungtiva.Pembuluh darah tidak masuk ke dalam pingekula akan tetapi bila meradang atau iritasi maka sekitar bercak degenerasi hialin ini akan terlihat pembuluh darah yang melebar. Pingekula tidak perlu diobati, tapi bila radang dapat diberikan antiradang.



ETIOLOGI 24



Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti : a.infeksi oleh virus atau bakteri. b.reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang. c. iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet dari las listrik atau sinar matahari yang dipantulkan oleh salju. d.pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan konjungtivitis (Anonim, 2009). Kadang konjungtivitis bisa berlangsung selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Konjungtivitis semacam ini bisa disebabkan oleh: a.entropion atau ektropion. b.kelainan saluran air mata. c. kepekaan terhadap bahan kimia. d. pemaparan oleh iritan. e. infeksi oleh bakteri tertentu (terutama klamidia) (Medicastore, 2009). Frekuensi kemunculannya pada anak meningkat bila si kecil mengalami gejala alergi lainnya seperti demam. Pencetus alergi konjungtivitis meliputi rumput, serbuk bunga, hewan dan debu (Effendi, 2008). Substansi lain yang dapat mengiritasi mata dan menyebabkan timbulnya konjungtivitis yaitu bahan kimia (seperti klorin dan sabun) dan polutan udara (seperti asap dan cairan fumigasi) (Effendi, 2008). Konjungtivitis yang disebabkan bakteri dapat saja akibat infeksi gonokok, meningokok, staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Hemophilus influenzae, dan Escherichia coli.



PATOGENESIS 25



Secara umum konjungtivitis dibagi menjadi akut dan kronik. Dikategorikan akut jika terjadi beberapa hari sampai 2 minggu, dengan gejalanya, yaitu: mata merah, ada kotoran (discharge), sensasi benda asing, bengkak (chemosis), kelopak mata lengket. Sedangkan kronik jika terjadi lebih dari 2 minggu, dengan gejalanya, yaitu: kotoran (discharge) atau kelopak mata lengket, mata gatal, berair, silau/nyeri jika terkena cahaya (photophobia). Bercak merah bertaburan bintik putih-kuning. Kotoran air berbusa pada stadium lanjut. Vascular pannus (sel radang dan pembuluh darah yang membentuk tabir pada kornea). Sedangkan berdasarkan penyebabnya, konjungtivitis dibagi menjadi: •



Konjungtivitis bakterial, bila ditemukan konjungtiva hiperemis, sekret mukopurulen atau purulen, dapat disertai membran atau pseudomembran pada konjuntivitis tarsalis.







Konjungtivitis virus, ditemukan konjungtiva hiperemis, sekret umumnya mukoserosa, dan pembesaran kelenjar limfe preauriculer.







Konjungtivitis klamidia







Konjungtivitis alergi, bila mempunyai riwayat alergi atau atopi dan ditemukan keluhan gatal, dan hiperemis konjungtiva.



MANIFESTASI KLINIK







Mata merah



Mata merah atau hyperemia, merupakan gejala umum pinkeye. Pinkeye biasanya tidak serius dan tidak akan menyebabkan kerusakan mata dalam jangka waktu yang lama jika cepat dideteksi dan cepat ditangani. •



Kelopak mata membengkak dan memerah



Gejala pinkeye yang disebabkan oleh virus biasanya mempengaruhi kedua mata. Pinkeye yang disebabkan oleh virus biasanya berawal pada satu mata dan menulari mata yang 26



satunya dalam beberapa hari ke depan. Pembengkakan pada kelopak mata paling sering diakibatkan pinkeye karena bakteri dan alergi. •



Banyak air mata



Pinkeye yang disebabkan virus dan alergi menyebabkan produksi air mata lebih banyak daripada biasanya. Gejala: mata gatal dan panas Jika Anda merasa ada rasa gatal yangmenyelimuti mata dan matanya rasanya terbakar, ini merupakan salah satu gejala umum pinkeye •



Cairan mata



Cairan bening pada mata biasanya disebabkan oleh virus dan alergi. Kalau warna cairan menjadi lebih berwarna hijau kekuningan (dan ada dalam jumlah banyak), ini merupakan pertanda pinkeye yang disebabkan oleh bakteri. •



Kelopak mata berkerak



Jika Anda terbangun dan susah membuka mata ini bisa disebabkan oleh kerak yang terakumulasi selama tidur karena pinkeye yang disebabkan oleh bakteri. Pinkeye yang disebakan oleh virus jarang ditandai dengan adanya kerak pada kelopak mata. •



Sensitif terhadap cahaya



Pinkeye bisa menyebabkan mata menjadi sensitif terhadap cahaya (photophobia). Anak yang mengalami gejala akut seperti perubahan daya penglihatan, sensitif terhadap cahaya, atau rasa sakit yang parah mungkin sudah mengalami infeksi diluar konjungtiva dan sebaiknya diperiksa kembali oleh dokter. •



Ada sesuatu dimata



Anda mungkin merasakan ada sesuatu yang mengganggu di mata seolah-olah ada sesuatu yang mengganjal di mata. Atau, anak Anda mungkin mendeskripsikannya dengan persaan seperti ada pasir di mata. Iritasi atau perasaan ada pasir di mata bisa mengindikasikan pinkeye akibat bakteri.



KOMPLIKASI



27



Jika infeksi konjungtiva disebabkan oleh ‘sexually transmetted infection’(STI), terutama Chlamydia, ini boleh menyebabkan konjungtivitis berpanjangan sehingga beberapa bulan. Infektif konjugtivitis yang etiloginya bakteri atau virus, jarang terjadi komplikasi. Walaubagaimanapun, infektif konjungtivitis yang disebabkan oleh apa pun jenis bakteri boleh menyebabkan beberapa komplikasi, terutama sekali pada bayi premature ( sebelum minggu ke-37 kehamilan). Komplikasi yang berkemungkinan termasuklah: Meningitis: Infeksi meningen ( lapisan pelindung sel yang mengelilingi otak dan tulang belakang). Infeksi ini berpotensi menjadi sakit yang serius, pada kasus yang berat boleh menyebabkan kematian. Cellulitis: Infeksi bagian terdalam kulit dan tisu yang menyebabkan kulit pada permukaan menjadi sakit atau meradang dan terbakar (bengkak). Biasanya ia mudah diobati dengan antibiotik. Septikemia: Ia lebih sering dikenal sebagai ’blood poisoning’. Keadaan ini terjadi apabila bakteri menembus ke aliran darah dan menyerang tisu- tisu badan. Otitis media: Ini merupakan infeksi telinga jangka pendek. Ia menyerang 25% kanak- kanak yang menderita infektif konjungtivitis disebabkan oleh Haemophilus influenzae. Blefaritis: Konjungtivitis bakteri yang disebabkan oleh kuman stafilokokus selalunya lebih berat karena dapat berlanjutan menjadi blefaritis yaitu suatu peradangan menahun yang sukar penangannya.



PENATALAKSANAAN



Non Medikamentosa 



memberikan instruksipada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap 28



kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah 



Beri



kompres



Rasionalisasi



:



basah



Mengurangi



nyeri,



hangat



mempercepat



penyembuhan,



dan



membersihkan mata 



Kompres



basah



dengan



NaCL



dingin



Rasionalisasi : mencegah dan mengurangi edema dan gatal-gatal yang berat 



Beri



irigasi



Rasionalisasi : untuk mengeluarkan sekret, benda asing/kotoran dan zat-zat kimia dari mata 



Dorong



penggunaaan



kaca



mata



hitam



pada



cahaya



kuat



Rasionalisasi : cahaya yang kuat meyebabkan rasa tak nyaman 



Menyarankan pasien untuk tidur/ istirahat cukup karena akan membantu penyembuhan



Medikamentosa Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.



Sebelum terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi: •



Antibiotik tunggal : Gentamisin, Kloramfenikol, Polimiksin,dll selama 3-5 hari Bila tidak behasil, hentikan pengobatan dan tunggu hasil pemeriksaan. Bila tidak ditemukan kuman dalam sediaan langsung, diberikan tetes mata antibiotika spektrum luas tiap jam disertai salep mata untuk tidur atau salep mata 4-5 kali sehari.



Konjungtivitis gonore: Pasien dirawat serta diberi penisilin salep dan suntikan. Bayi : dosis 50.000 unit/kg BB selama 7 hari. Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air rebus bersih atau garam fisiologis setiap 15 menit dan diberi salep penisilin. Dapat diberikan penisilin tetes mata dalam bentuk larutan penisilin G 29



10.000-20.000 unit/ml setiap menit selama 30 menit, dilanjutkan setiap 5 menit selama 30 menit berikut, kemudian diberikan setiap 1 jam selam 3 hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan pengobatan gonokok. Terapi dihentikan setelah pemeriksaan mikroskopik menunjukkan hasil negatif selama 3 hari berturut-turut.



PROGNOSIS



Konjungtivitis bakterial akut (juga virus akut) hampir selalu sembuh sendiri. Tanpa diobati, infeksi dapat berlangsung selama 10-14 hari, jika di obati dengan memadai, 1-3 hari, kecuali konjungtivits stafilokokus yang dapat berlanjut menjadi blefarokonjugtivitis dan memasuki tahap menahun. Konjungitvits bakterial menahun mungkin tidak dapat sembuh sendiri dan menjadi masalah pengobatan yang menyulitkan.



PENCEGAHAN







Konjungtivitis mudah menular, karena itu sebelum dan sesudah dibersihkan atau mengoleskan obat, penderita harus mencuci tangannya bersih-bersih.







Usahakan untuk tidak menyentuh mata yang sehat sesudah menangani mata yang sakit.







Gunakan lensa kontak sesuai dengan petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya







Ingatkan anak untuk selalu mencuci tangan dengan air hangat dan sabun terutama setelah bersentuhan dengan penderita atau menyentuh benda yang telah dipakai oleh penderita. 30







Tidak menggunakan barang peribadi (seperti tetes mata, tisu, make up mata, pakaian, handuk atau sarung banatal) secara bersama dengan orang lain.







Jika si kecil memiliki alergi, maka pastikan pintu dan jendela dalam kondisi tertutup terutama pada siang hari dimana sebuk bunga sedang bertebaran atau saat vacum cleaner sedang digunakan.







Pada ibu hamil yang menderita STDs, dilakukan dengan tindakan skrining dan pengobatan di bawah pengawasan dokter ahli



BAB III PENUTUP



KESIMPULAN Konjungtivitis merupakan salah satu penyebab utama terjadinya mata merah. Pada dasarnya konjungtivitis adalah penyakit ringan, namun berdasarkan etiologi tertentu, beberapa kasus dapat menimbulkan komplikasi. Jadi, tidak ada salahnya berkonsultasi dengan dokter mata jika terkena konjungtivitis atau mempunyai gejala-gejala seperti mata merah, gatal, mata berair, adanya kotoran dan sebagainya. Konjungtivitis bakterial ini dapat di diagnosis dengan pemeriksaan mikroskopik untuk mendeteksi jenis bakteri penyebab. Penyakit ini dapat diobati dengan menggunakan obat tetes seperti chloramphenicol. Walaubagaimanapun, pasien juga harus dinasihatkan supaya mengutamakan hygiene umum, 31



misalnya, elakkan berkongsi tuala muka untuk mengurangkan risiko jangkitan bakteri pada mata. Mencegah lebih baik dari mengobati.



DAFTAR PUSTAKA



1. Hollwich F. Buku panduan oftalmologi. Edisi 2. Jakarta: Binarupa Aksara, 2009.p.5781. 2. Ilyas S. Ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran



Universitas Indonesia, 2009. 3. Vaughan DG, Asbury T. Oftalmologi Umum. In: Ivan R. Schwab, MD, Chandler R.



Dawson, MD, editors. Konjungtiva: konjungtivitis. 14th ed. Jakarta: Widya Medika; 2000.p.99-113 4. Seluk



belok



pemeriksaan



mata.



Diunduh



dari



http://www.tanyadokter.com/healthtest.asp?id=1001289, 2006.



32



5. 1.P. T. Khaw, P. Shah, A. R. Elkington. ABC of Eyes: history and examination, red



eye. 4th ed. London: BMJ Publishing Group Ltd; 2007.p.1-14. 6. American



Optometric



Association.



Conjunctivitis.



Diunduh



dari



http://www.aoa.org/conjunctivitis.xml, 2010. 7. Medindia



Health



Network



Pvt



Ltd.



Conjunctivitis.



Diunduh



dari



http://www.medindia.net/education/familymedicine/ConjunctivitisPathophysiology.htm, 2010. 8. Ikarowina



Tarigan.



Tips



kenali



dan



atasi



mata



merah.



Diunduh



dari



http://www.mediaindonesia.com/mediahidupsehat/index.php/read/2009/03/09/928/4/ Tips-Kenali-dan-Atasi-Mata-Merah, 2009. 9. Penyakit Mata Dan Kesannya Kepada Orentasi Dan Mobility. Diunduh dari



http://www.scribd.com/doc/19417654/Penyakit-Mata-Dan-Kesannya-KepadaOrentasi-Dan-Mobility?secret_password=&emid=10765381, 2009. 10. Micheal A Silverman, MD. Conjunctivitis: treatment & medication. Diunduh dari



http://emedicine.medscape.com/article/797874-treatment-&-medication, 2009. 11. Complications



of



conjunctivitis



infective.



Diunduh



dari



http://www.nhs.uk/Conditions/Conjunctivitis-infective/Pages/Complications.aspx, 2010.



33