MAKALAH Pendidikan IPS SD Modul 4 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Isu dan Masalah Sosial Budaya dalam Pembelajaran IPS SD



Disusun oleh : Mery Retfariani (855731102) Nova Yunandar (855732168) Nur Bayyinah (855731134) Oky Novita Sari (855734068) Ratna Puspita Sari ( 855723209) Reka Mustika P.S. (855723216) Rita Gestari (855731173) Rika Okta Wulandari (855730046) Rini Oktiyani (855732738) Riska Meiliana (855728698) Siska Diyantika Bunga Mayang (855728476) Siti Nurjannah (855729747) Siti Saidah (855731206) Sri Handayani (855732831) Ulva Inayah (855732824) Via Kuntari (855731238) Wigi Rahayu (855730078)



FAKULTAS PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS TERBUKA 2021



I.



PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pengajaran IPS bersumber dari masyarakat yang meliputi pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan kehidupan termasuk segala aspek dengan permasalahannya. Dengan demikian, pengajaran IPS tidak akan kehabisan materi untuk dibahas dan dipermasalahkan. Materi tersebut bukan hanya apa yang terjadi hari ini, melainkan juga yang telah terjadi pada masa lampau, dan lebih jauh pada masa yang akan datang. Ditinjau dari lingkup wilayahnya, meliputi apa yang terjadi setempat secara lokal, nasional, regional sampai ke tingkat global. Hal tersebut jadi perhatian dan lahan garapan pengajaran IPS. Oleh karena itu, kita selaku Mahasiswa harus memperhitungkan dan mengatisipasinya. Janganlah anda puas dengan materi yang telah ada. Katakanlah jenis pakaian, “celana jeans” yang semula merupakan pakaian pengembala sapi(cowboy), para mekanik bengkel, dewasa ini telah menjadi mode dimanamana termasuk di Indonesia, kenyataan yang demikian itu merupakan hal yang harus diperhatikan pada pembelajaran IPS yaitu Globalisasi, selain itu pula kita sebagai Generasi penerus harus bisa mempertahankan serta menjaga kelestarian aneka ragam jenis kebudayaan yang telah ada di Indonesia dengan cara mencintai produk dalam negeri dan tidak mudah terpengaruh oleh pengaruh luar, serta mengenalkan dan mengajarkan kepada Anak-anak bahwa pentingnya menjaga kebudayaan Indonesia. Dengan demikian kita akan membahas mengenai isu-isu dan masalah sosial budaya dalam pembelajaran IPS khususnya tentang Trend Globalisasi, masalahmasalah sosial yang timbul dari keragaman budaya terhadap pembelajaran IPS,



2



juga akan dibahas hal-hal yang berkenaan dengan masalah-masalah lingkungan, hukum keterkaitan, kesadaran hukum dan pendidikan kesadaran hukum warga negara.



1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut : 1.2.1



Bagaimanakah Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS SD ?



1.2.2



Apa sajakah masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan dalam pembelajaran IPS SD?



1.2.3



Apa sajakah masalah-masalah hukum ketertiban dan kesadaran hukum dalam pembelajaran IPS SD?



1.2.4



Apa sajakah masalah-masalah kesadaran, hukum, dan pendidikan kesadaran hukum warga negara dalam pembelajaran IPS SD?



1.2.5



Bagaimanakah pluralisme budaya dan keanekaragaman etnis dalam pendidikan IPS SD ?



1.3 Tujuan Adapun tujuan dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut : 1.3.1



Untuk mengetahui Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS SD.



1.3.2



Untuk mengetahui lingkungan dan pendidikan lingkungan dalam pembelajaran IPS SD. Untuk mengetahui masalah-masalah hukum ketertiban dan kesadaran hukum dalam pembelajaran IPS SD.



1.3.3



Untuk mengetahui Trend Globalisasi dan keragaman budaya dalam pembelajaran IPS SD.



1.3.4



Untuk mengetahui pluralisme budaya dan keanekaragaman etnis dalam pendidikan IPS SD.



3



II. PEMBAHASAN



II.1



Tren Globalisasi dan Keragaman Budaya



II.1.1Globalisasi Globalisasi inti katanya adalah global, yang artinya bumi atau dunia. Globalisasi artinya suatu keadaan atau kondisi dimana isu dan masalahmasalah yang ada menyangkut berbagai bangsa dan negara atau bahkan seluruh dunia. Pengertian lain berasal dari kata global yang bermakna keseluruhan. Pendidikan global adalah salah satu sarana agar siswa mengerti bahwa mereka adalah bagian dari masyarakat dunia, sekalipun demikian tidak berarti harus mengingkari dirinya sebagai warga dari sebuah bangsa. Demikian pula sebaliknya, sebagai warga negara yang baik seharusnya bisa menjadi warga dunia yang baik. Contoh-contoh masalah dan isu yang sifatnya global sebagai berikut: 1. Krisis energy, baik persediaan kandungan minyak bumi yang tersisa, masalah harga maupun penelitian tentang sumber sumber energy pengganti. 2. Jurang antara Negara kaya dan miskin. 3. Kepadatan penduduk yang mendorong urbanisasi serta terjangkitnya penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh kelaparan dan kemiskinan. 4. Populasi yang meliputi seluruh lingkungan bumi, seperti kerusakan hutan, pencemaran akibat industrialisasi, pencemaran udara sampai lapisan ozon yang semakin menipis.



4



5. Perang nuklir 6. Perdagangan internasional 7. Komunikasi 8. Perdaganagn obat terlarang Pendidikan harus dikaitkan denga penelitian tentang sebab-sebab, akibatakibat, dan kemungkinan penyelesaia tentang isu-isu global saat ini. Para siswa harus mengetahui bagaimana mereka memengaruhi dan dipengaruhi oleh masalah-masalah dan isu-isu ini. Sehingga, mereka berhak mengetahui bagaimana



mereka



dapat



memberikan



kontribusi



dalam



proses



penyelesaiannya itu.



Ciri isu-isu dan masalah global : 1. Ruang lingkupnya bersifat transnasional. Asal-usul dan akibat dari masalahnya melintasi lebih dari satu negara. 2. Isu-isu dan masalah-masalah hanya dapat diselesaikan melalui tindakan multilateral: penyelesaian dan perbaikaan tidak dapat dicapai hanya oleh tindakan satu negara. 3. Konflik berasal dari ketidaksepakatan tentang hakikat dan sebab masalah dalam membedakan nilai dan tujuan tentang jasil dan cara , dan dalam kesulitan menemukan tindakan yang tepat yang diperlukan untuk menjamin hasil yang diharapkan. 4. Masalah dan isu-isu mempunyai sifat terus menerus (persistence). Masalah dan isu telah berkembang sebagai masalah dan isu yang berkelanjutan. 5. Isu dan masalah terkait dengan hal lain.



II.1.2Keragaman Budaya Keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan



5



hasil karya. Keanekaragaman budaya di antaranya mengambil wujud perbedaan ras dan etnik yang dimiliki oleh sebuah masyarakat. Keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana suatu masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan, tindakan, dan hasil karya. Keanekaragaman budaya di antaranya mengambil wujud perbedaan ras dan etnik yang dimiliki oleh sebuah masyarakat. Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar, di Indonesia sejak kelas 3, dimulai dengan memperkenalkan perbedaanperbedaan yang ada pada siswa di kelasnya. Misalnya, perbedaan jenis kelamin, latar belakang pekerjaan orang tua. Pelajran IPS akan menarik jika para siswa didorong mengenali berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut. Dalam masyarakat yang memiliki keanekaragaman budaya timbul berbagai masalah dan isu0isu diantaranya adalah pembauran, prasangka dan ethnocentrism (melahirkan superioritas dan inferioritas). 2.1.4 Pembelajaran IPS Dalam Era Globalisasi Dan Keragaman Budaya Fungsi pengajaran IPS, antara lain membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong mereka untuk mampu mengetahui dan menghargai masyrakat global dengan keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberikan pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau dan masa kini dalam mengambil keputusan untuk masa datangdan berpartiipasi dalam aktivitas di masyarakat. Pengajaran keanekaragaman dalam IPS harus mengandung tujuan, yaitu: 1.



Mampu mentransformasikan bahwa “sekolah” akan memberikan pengalaman dan kesempatan yang sama kepada semua siswa baik putra maupun putri sekalipun mereka memiliki perbedaan budaya, sosila, ras, dan kelompok etnik.



6



2.



Membimbing para siswa utnuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam mendekati masalah perbedaan budaya, ras, etnik, dan kelompok agama.



3.



Mendorong siswa untuk tidak jadi kelompok yang dirugikan dengan cara memberikan ketrampilan dalam mengambil keputusan dan mengembangkan sikap-sikap sosial.



4.



Membimbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami saling keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari pandangan yang berbeda-beda.



Sementara pengajaran globalisasi dalam IPS harus mengandung tujuan sebagai berikut : 1.



Mampu menanamkan pengertin bahwa sekalipun mereka berbeda tetapi sebagai manusia memiliki kesamaan-kesamaan.



2.



Membantu



para



siswa



untuk



mengembangkan



kemampuan



pemahaman bahwa bumi dihuni oleh manusia yang memiliki saling ketergantungan dan lebih banyak memiliki kesamaan budaya daripada perbedaannya. 3.



Membantu para siswa memahami kenyataan bahwa ada masalahmasalah yang dihadapi bersama.



4.



Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap masalah-masalah dunia dan keterampilan menganalisis informasi yang diterimanya.



2.2 Masalah-Masalah



Lingkungan



dan



Pendidikan



Lingkungan



Dalam



Pembelajaran IPS SD Manusia dalam kehidupannya, baik secara individu maupun kelompok tidak bisa dilepaskan dari lingkungan sekitar dimana ia hidup. Lingkungan sekitar memberikan



wahana



bagi



manusia



untuk



mengembangkan



dan



mengaktualisasikan dirinya sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, seperti kenyamanan, kesejahteraan, dan ketenangan dalam kehidupannya. Manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sekitar, maka corak



7



hubungan keduanya lebih bersifat fungsional, yaitu saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya untuk memainkan fungsi dan perannya masing-masing. Corak hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya mengalami perubahan. Sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban manusia, maka ada usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah, mengolah, dan menaklukkan alam. Usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia itu pada gilirannya membawa dampak pada perubahan tatanan lingkungan alam yang ada. Seringkali dampak yang ditumbuhkan oleh lingkungan alam itu sedemikian rupa sehingga tidak menguntungkan juga bagi kehidupan manusia. Bencana alam, seperti banjir, bahaya kekeringan, kelaparan, tanah yang tandus, polusi udara, tanah, dan air, baik secara langsung mauoun tidak langsung bersumber dari ulah manusia juga. Adapun aspek-aspek yang termasuk kedalam konsep lingkungan hidup, paling tidak meliputi 5 hal yaitu : a) Lingkungan abiotik, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar mahluk hidup yang bukan berupa organisme hidup. Dalam hal ini, bantuan, tanah, mineral, udara dan gas, air, energi. b) lingkungan biotik yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar mahluk hidup yang berupa organisme hidup. Termasuk kategori ini adalah mikro organisme, binatang, tumbuhan, manusia, dan mahluk hidup lainnya. c) lingkungan alam, yaitu kondisi alamiah baik secara abiotik maupun biotik yang belum banyak di pengaruhi oleh tangan-tangan manusia. d) lingkungan sosial, yaitu manusia baik secara individu maupun kelompok yang ada di luar dirinya. e) lingkungan budaya, yaitu segala sesuatu baik secara materi maupun non-militer materi yang dihasilkan manusia melalui proses penciptaan rasa, karsa dan karyanya. Lingkungan hidup manusia dalam perspektif sejarah, dari waktu ke waktu mengalami perubahan. Perubahan itu disebabkan oleh usaha manusia itu sendiri dalam rangka memanfaatkan kekayaan alam secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidupnya. Perubahan juga dapat disebabkan faktor 8



alam, seperti adanya bencana alam, dan perubahan iklim yang drastis, misalnya yang adalam derajat tertentu dapat mempengaruhi kondisi dan kualitas lingkungan hidup. Perubahan yang tidak kalah penting yaitu akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Yang merupakan alat bantu dan perpanjangan dari otak dan tangan manusia, memiliki daya intervensi yang kuat biasa dalam menguasai dan menaklukkan alam sekitar. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memang membawa akibat-akibat ganda bagi lingkungan hidup manusia. Kemajuan iptek termasuk didalam industrialisasi, proses industrialisasi misalnya telah mengakibatkan gangguan dan pencemaran pada udara, tanah, air dan lingkungan fisik lainnya, proses industrialisasi menyebabkan terjadinya penebangan



dan



pengerusakan



hutan



semena-



mena.



Menurut



Nursid



Sumaatmaja(1999:46-65) Setidaknya ada 4 masalah yang berkaitan dengan lingkungan hidup manusia. Keempat masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Perkembangan populasi manusia yang cepat 2) Daya dukung lingkungan yang tidak memadai 3) Keterbatasan daya dukung lingkungan hidup dan kemampuan manusia. 4) Ketimpangan hidup itu sendiri. Salah satu ilmu yang mempelajari tentang lingkungan hidup adalah ekologi. Secara sederhana ekologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang rumah atau tempat tinggal mahluk hidup. Sedangkan pengertian ekologi yang lebih kompleks dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara mahluk hidup dengan lingkungan.



2.3 Masalah-Masalah Hukum Ketertiban dan Kesadaran Hukum Dalam Pembelajaran IPS SD Sebagai makhluk sosial manusia akan saling berinteraksi satu samaa lain. Di dalam interaksi tersebut akan ada benturan-benturan kepentingan antara individu, apabila dibiarkan akan menimbulkan suasana yang tidak aman dan tertib. Oleh karena itu, perlu adanya aturan-aturan, baik tertulis maupun tidak yang bersifat



9



mengikat dan memaksa agar individu atau anggota masyarakat menaatinya. Kumpulan aturan-aturan tersebut kemudian dikenal dengan istilah hukum. Apabila di antara individu tersebut tidak mengindahkan kaidah-kaidah hukum yang berlaku maka akan muncul masalah hukum. Masalah-masalah hukum adalah suatu keadaan yang memperlihatkan ketidakselarasan antara kepentingan satu individu/kelompok dengan individu/kelompok lain, yang ditandai adanya pelanggaran terhadap tatanan hukum yang berlaku. Di sinilah pentingnya kesadaran hukum dimiliki oleh setiap individu atau anggota masyarakat sehingga suasana tertib, aman dan damai dapat terwujud. Di dalam menanamkan dan mendistribusikan nilai-nilai yang dikandung dalam aspek-aspek hukum diperlukan suatu sarana atau cara yang efektif. Salah satunya ialah melalui pengintegrasian aspek-aspek hukum dengan bidang IPS. Penggabungan kedua aspek ini akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan warga negara yang baik karena pada hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, melalui pemahaman terhadap pengetahuan dan kemampuannya di dalam berinteraksi secara positif dan aktif dengan lingkungannya. Di dalam interaksi dengan lingkungan itulah, aspek-aspek tentang hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum penting dimiliki oleh siswa sebagai angota masyarakat.



2.4 Masalah-Masalah Kesadaran, Hukum, dan Pendidikan Kesadaran Hukum Warga Negara Dalam Pembelajaran IPS SD 2.4.1 Masalah-Masalah Kesadaran Hukum Manusia sejak dilahirkan memerlukan proses interaksi dengan manusia lain. Dalam melakukan interaksinya, manusia selalu menghadapi dua lingkungan, yaitu lingkungan fisik atau alam dan lingkungan sosial atau masyarakat. Contoh lingkungan fisik, yatu bagaimana manusia berinteraksi dengan pendayagunaan laut, hutan, sungai dan lain-lain, sedangkan contoh lingkungan sosial, yaitu bagaimana manusia berinteraksi dengan sesama manusia dalam suatu masyarakat.



10



Ketika manusia melakukan interaksi dengan kedua lingkungan tersebut maka dihadapkan pada aturan-aturan atau hukum-hukum yang tertulis maupun tidak tertulis. Interaksi dalam suatu kelompok masyarakat, baik interaksi di antara sesama anggota kelompok masyarakat tersebut maupun dengan alam sekitarnya yang diikat oleh hukum yang berlaku dalam masyarakat tersebut akan terbentuk suatu masyarakat hukum. Dengan adanya hukum yang mengikat, bagi setiap anggota masyarakat harus memiliki kesadaran hukum. Keadaran hukum ini yang dimaksud adalah dia mengetahui mana yang boleh dia lakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan menurut dasar hukum yang telah digariskan. Selain itu, kesadaran dapat pula menimbulkan pemahaman individu anatara hak dan kewajiban yang dimiliki oleh individu tersebut. Hukum memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut. 1.



Penertiban (penataan) masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.



2.



Penyelesaian pertikaian.



3.



Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan jika perlu dengan kekerasan.



4.



Pengubahan tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian pada kebutuhan-kebutuhan dari masyarakat.



5.



Pengaturan tentang perubahan hukum harus mewujudkan fungsi-fungsi tersebut di atas agar ia dapat memenuhui tuntutan keadilan, hasil guna dan kepastian hukum.



Setiap hukum senantiasa ada sanksi. Biasanya bentuk hukum seperti ini adalah hukum tertulis atau hukum positif. Contohnya, peraturan lalu lintas, peraturan di sekolah, peraturan ketatanegaraan. Hukum tersebut sudah memiliki kebakuan yang sangat mutlak. Selain itu, terdapat pula dalam kehidupan bermasyarakat terdapat hukum yang tidak tertulis dan tidak ada sanksinya apabila ada yang melanggar.



11



Walaupun demikian, hukum wajib ditaati oleh masyarakat dan memiliki kekuatan mengikat. Hukum dinamakan juga norma.



2.4.2 Keterkaitan Pendidikan IPS dengan Masalah-Masalah Kesadaran Hukum dan Pendidikan Kesadaran Hukum Negara Menurut E. Wesley, IPS bukan ilmu sosial, tetapi bidang perhatiannya sama, yaitu hubungan timbal balik di kalangan manusia. IPS hanya terdapat pada pengajaran program sekolah semata-mata. Ilmu-ilmu sosial dipolakan untuk menggambarkan human knowledge melalui penelitian, penemuan, eksperimen, dan sebagainya, dengan materi dan permasalahan yang kompleks. IPS dipolakan untuk tujuan-tujuan instruksioanl dengan materi sesederhana mungkin, menarik, mudah dimengerti, dan mudah dipelajari.



Untuk dapat melaksanakan program-program IPS dengan baik, sudah sewajarnya apabila guru pengajar ilmu sosial mengetahui benar-benar akan tujuan pengajaran, di samping pengorganisasian bahan pelajaran dan metode yang dipakai dalam pelaksanaan proes belajar mengajar.



2.5 Pluralisme Budaya dan Keanekaragaman Etnis dalam Pendidikan IPS SD Keragaman budaya menurut Koenjaraningrat (1980) mengandung dua arti kata yaitu keragaman yang artinya ketidaksamaan, perbedaan dan budaya yang berarti dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar. Dengan demikian keanekaragaman budaya dapat diartikan sebagai suatu keadaan dimana satu masyarakat memiliki lebih dari satu perangkat gagasan tindakan dan hasil karya. Keanekaragaman budaya bisa diperkenalkan sejak usia sekolah dasar di Indonesia sejak kelas tiga dimulai dengan memperkenalkan perbedaan-perbedaan yang ada pada kelasnya, misalnya perbedaan jenis kelamin, latar belakang orang tua kemampuan belajar dan sebagainya. Pelajaran IPS akan sangat menarik jika para



12



siswa didorong mengenali berbagai perbedaan diantara mereka, tetapi tanpa melupakan kesamaan dan kebersamaan sebagai anggota kelas tersebut. Dalam masyarakat memiliki keanekaragaman budaya tibul berbagai masalah dan isu diantaranya adalah pembaharuan, prasangka dan ethnocentrisme yang dapat melahirkan superioritas dan enpioritas dua hal yang terakhir sebenarnya lebih bersifat bagian yang tak terpisahkan dari proses pembaharuan (asimilasi). Proses pembaharuan itu sering mengalami hambatan disebabkan oleh: 1) Kurang pengetahuan terhadap kebudayaan yang dihadapi. 2) Sifat takut terhadap kekuatan dari kebudayaan lain atau inferioritas. 3) Memandang terlalu tinggi terhadap kebudayaan sendiri dan memandang rendah terhadap kebudayaan lain atau perasaan superioritas. Sebagai akibat dari perkembangannya hambatan-hambatan tersebut dalam proses pembaharuan maka sering timbul kecurigaan dan ketidak percayaan diantara individu-individu pendukung kebudayaan tersebut. Akibat lainnya adalah sulit menanamkan sikap toleransi yang didasari simpati. Sehingga di beberapa lingkungan masyarakat, hubungan sosial kurang begitu harmonis, hal ini menunjukan adanya sikap seteriotipe-seteriotipe kuat dikalangan masyarakat. Seteriotipe adalah karakteristik yang dimiliki oleh individu berupa ciri khas prilaku dan emosi yang sama dalam suatu kelompok primordial (kesamaan kedaerahan misalnya sama-sama orang jawa). Stereotipe terbentuk berdasarkan suatu pendapat yang sudah ada, kemudian diperkuat oleh pengamatan pribadi secara sepintas dan biasanya berkonotasi negatif. Contonya: orang gemuk malas dan kurang memiliki disiplin pribadi semua ibu tiri kejam, orang jepang dan Amerika cerdas-cerdas dan sebagainya. Steriotipe bisa menumbuhkan fanatisme dan kecurigaan yang akhirnya akan menutup diri masing-masing kelompok dan memperkuat steoriotif itu sendiri. Ketertutupan itu tentu saja penghambat pembaruan dalam bernegara. Komunikasi merupakan slah satu syarat terjadinya interaksi sosial yang harmonis. Pertukaran pengetahuan dan pengertian dibaalik steriotipe diharapkan dapat menumbuhkan rasa saling menghormati dan menghargai antara dua belah pihak. 13



Indonesia sebagai bagaian dari masyarakat dunia merasakan gelombang globalisasi yang semakin lama semakin terasa menerpa segala segi kehidupan masyarakat, baik dari dalam bidang ekonomi, teknologi, politik sosial dan tentu saja budaya. Berkembangnya karakter global dan teknologi, masalah lingkungan, keuangan, telekomunikasi, dan menia menyebabkan lahirnya umpan balik budaya yang baru yakni kebijakan suatu pemerintas, termasuk pemerintah Indonesia, menjadi perhatian bagi Negara lain. Implikasinya adalah tidak ada Negara menutupi fakta dari Negara lain. Indonesia tampaknya tidak hanya strategi dari segi giografis dan ekonomi tetapi juga sumber daya manusia dan telekkumunikasi. Indonesia lebih dulu menyadari pentingnya telekomunikasi dalam membina persatuan dan kesatuan bangsa. Luas Indonesia yang demikian mampu dieratkan dan jaraknya di perpendek dengan teknologi komunikasi satelit. Bahkan dalam decade 70-an Indonesia adalah saatu-satunya Negara di asia tenggara yang mempercayakan system komunikasinya dengan menggunakan satelit Phalapa, bahkan berlangsung hingga decade tahun 80-an dan Indonesia tidak menggunakan jasa satelit Negara lain tetapi milik sendiri. Trend globalisasi terakhir yang melanda Indonesia adalah pengggunaan jaringan internet dalam telekomunikasi. Individu yang menjadi anggota atau mempunyai akses dalam jaringan tersebut tidak lagi mengenal batas Negara, budaya, bahkan tidak mengenal batas kepentingan. Orang Indonesia bisa mengetahui papun tentang Negara dan bangs lain, sebaiknya bangsa lain pun bisa memperoleh informasi yang berkaitan dengan Indonesia. Dengan melihat keuntungan dan kerugian yang diakibatkan oleh gencarnya globalisasi, rasanya kita sepakat bahwa kita harus mewaspadai perkembangan lebih lanjut demi kelangsungan generasi muda kita di masa mendatang. Kita tidak akan menolak arus globalisasi. Dengan lebih memahaminya agar dapat diperkenalkan kepada siswa kita, berbagai kemungkinan yang akan ditemukan dalam fungsinya kelak sebagai warga Negara yang baik sekaligus menjadi warga dunia yang efektif. Pembentukan sebagai warga ngara yang baik bisa dilakukan melalui antara lain : pendidikan formal, pendidikan yang bagaimana mampu menghasilkan siswa menghormati dan menghargai keragaman budaya. Bahkan



14



perbedaan budaya harus di anggap sebagai suatu modal untuk memperkaya budaya itu sendiri. Fungsi pelajaran IPS menurut Skell (1995) antara lain membantu para siswa untuk mengembangkan kemauan pemahaman terhadap diri pribadinya, menolong mereka



untuk mampu mengetahui



dan menghargai



masyarakat



global



keanekaragaman budayanya, memperkenalkan proses sosialisasi, memberika pengertian tentang pentingnya mempertimbangkan masa lampau atau masa kini dalam mengambil keputusan untuk masa datang, mengembangkan keterampilann menganalisis dan memecahkan masalah dalam membimbing pertumbuhan dan mengembangkan partisipasi dalam aktifitas di masyarakat (dalam Jschak, 1997: 4.11) Pengajaran keanekaragaman budaya dalam IPS haruslah mengandung tujuan, antara lain sebagai berikut : 1.



Mampu



mentransformasikan



bahwa



sekolah



akan



memberikan



pengalaman dan kesempatan yang sama kepada semua siswa baik putra maupun putri sekalipun mereka memiliki perbedaan budaya, sosial, ras, dan kelompok etnik. 2.



Membimbing para siswa untuk mengembangkan sikap-sikap positif dalam mendekati masalah perbedaan budaya, ras, etnik dan kelompok agama.



3.



Mendorong siswa untuk tidak menjadi kelompok yang dirugikan dengan cara



memberikan



keterampilan



dalam



mengambil



keputusan



dan



mengembangkan sikap-sikap sosial. 4.



Membimbbing para siswa mengembangkan kemampuan memahami saling keterhubungan dan ketergantungan budaya dan mampu melihatnya dari pandangan yang berbeda-beda.



Pendidikan keanekaragaman budaya merupakan sebuah pendekatan dalam proses belajar dan pengajaran yang didasarkan pada nilai-nilai yang demokratis demi terpeliharanya pluralism budaya yang dimiliki oleh masyarakat-masyarakat dan menjaga kelangsungan adanya saling ketergantungan yang ada di dunia ini. meningkatkan perkembangan intelektuan, sosial dan kepribadian para murid 15



sehingga mereka mampu mencapai potensinya yang terbaik. Dalam hal ini guru memegang peranan penting, karena guru dapat membuat suatu perubahan dalam kehidupan rapa muridnya, dan perubahan ini bisa positif maupun negative. ( Umi Oktyari Retnaningsih : 1998: 231). Sementara



John



U.Michealis



(



1980)



menjabarkan



tujuan



pendidikan



keanekaragaman budaya dan etnis adalah sebagai berikut : 1.



Murid mempunyai kesadaran diri sebagai penghuni pelanet bumi, warga Negara dari masyarakat yang beraneka ragam budaya. Hidup dalam dunia yang makin kompleks interaksinya, mampu belajar berpikir, peduli, memilih dan bertindak sehingga bisa menikmati kehidupan di dunia ini sekaligus mampu menghadapi tantangan- tantangan yang datang padanya.



2.



Murid mampu menghargai hasil karya orang lain dan menerima pendapat atau



keyakinan orang yang berbeda dengan dirinya. Bila



orang mempunyai sifat yang demikian maka sifat-sifat etnosentrisme akan makin menghilang. 3.



Murid



mampu



memahami



kebutuhan,



perasaan,



dan



kementingan orang lain. 4.



Mengembangkan



keterampilan



yang



diperlukan



untuk



berpartisipasi dalam kelompok etnis yang berbeda, untuk berkomunikasi dengan kelompok minoritas dan mayoritas, untuk memecahkan masaahh komplik dan mengambil tindakan untuk meningkatkan kondiri yang baru. 5.



Mengembangkan sikap, nilai, tingkah laku yang sportif terhadap berbagai kebudayaan atau berbedaan etnis, keinginan untuk memerani rasialisme, dan prasangka, setiap siswa dapat menghormati perbedaan antar individu, sadar terhadap keberhasilan politik atau menghargai berbagai faktor dalam meningkatkan kebudayaan.



Dari tujuan- tujuan yang terumuskan diatas, jelas bahwa melalui pengajaran IPS diharapkan akan lahir generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman budaya da ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan tingkat pendidikan dan kematangan siswa.



16



III. PENUTUP



III.1 Kesimpulan Isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS meliputi (1) masalah tren globalisasi dan keragaman budaya, (2) masalah-masalah lingkungan dan pendidikan lingkungan, (3) masalah-masalah hukum, ketertiban dan kesadaran hukum, (4) masalah-masalah hukum dan pendidikan kesadaran hukum warga negara. Pembelajaran IPS bagaimana pun merupakan disiplin ilmu yang mengkaji tentang manusia dan pola-pola interaksi dengan lingkungan di luar dirinya. Pemahaman dan penghargaan terhadap manusia yang lain, mengapresiasi, dan mewarisi khasanah peninggalan peradaban manusia, dan yang lebih penting dalam hubungannya dengan masalah ekologi melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam secara rasional dan wajar, merupakan pilar-pilar dari tujuan pembelajaran Pendidikan IPS. Hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik, melalui pemahaman terhadap pengetahuan dan kemampuannya di dalam berinteraksi secara positif dan aktif dengan lingkungannya. Di dalam interaksi dengan lingkungan itulah, aspek-aspek tentang hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum penting dimiliki oleh siswa sebagai angota masyarakat.



17



III.2 Saran Dalam isu dan masalah sosial budaya dalam pengajaran IPS, guru harus dapat memahami arti globalisasi secara baik agar dapat diperkenalkan oleh siswa agar meraka dapat menjadi warga negara yang efektif. Hal tersebut dapat dilakukan dengan pendidikan formal. Dari tujuan-tujuan yang dijelaskan dalam pembahasan makalah tersebut, melalui pengajaran IPS diharapkan lahir generasi muda yang penuh pengertian akan keragaman budaya dan ikut bertanggung jawab dan peduli terhadap masalah dan isu global sesuai dengan tingkat pendidikan dan kematangan. Dalam memecahkan masalah mengenai lingkungan, seharusnya pendidikan IPS diberikan di tingkat sekolah dengan materi yang tak terpisahkan dengan masalah-masalah ekologi. pendidikan Ekologi memiliki tujuan tidak hanya pada tataran konseptualisasi, yaitu untuk pengembangan disiplin ilmu itu sendiri, tetapi juga memiliki fungsi aktualisasi, yaitu pengalaman ilmu itu dalam konteks praktis sehingga dapat bermanfaat secara langsung untuk kepentingan keselamatan, kesejahteraan, dan keharmonisan manusia di satu sisi dalam hubungannya dengan lingkungan alam sekitar di sisi lain.



18



DAFTAR PUSTAKA



Abu Su’ud. 2008. Revitalisasi Pendidikan IPS. Semarang: Universitas Negeri Semarang, Press. Barnard, C. I. 1983. The Functions of Executive. Cambridge, Mass: Havard University. Darmiyati Zuhdi. 2008. Humanisasi Pendidikan. Jakarta, PT Bumi Aksara. Ida Bagus Mantra.2006. Demografi Indonesia. Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Jujun S. Suriasumantri. 2003. Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer. Jakarta, Pustaka Sinar Harapan. Nursid Sumaatmadja. 2008. Konsep Dasar IPS. Jakarta, Universitas Terbuka. Munandjito. 2002. Manusia dan Lingkungan. Indonesia Heritage. Grolier International, Inc. Saidihardjo. 2004. Pengembangan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial. Yogyakarta, Pascasarjana UNY.



19