14 0 637 KB
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SIROSIS HEPATIS
Disusun Oleh :
Dian Kinanti (88150005) Hera Wahyuni (88150049) Herlina Mulya Lestari (88150019) Sartika Handayani Girsang (88150052) M. Rijal Hidayat (88150053)
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas BSI Bandung 2017/2018
i
KATA PENGANTAR Alhamdulillahirobbil’alamin, penulis panjatkan puji syukur kepada Dzat yang maha sempurna Allah SWT, yang telah menganugerahkan akal pikiran bagi manusia sehingga membedakannya dengan makhluk lain. Dan hanya karna petunjuk-Mu penulis dapat menyelesaikan makalah tentang “Sirosis Hepatis” Penulis menyusun makalah ini guna memenuhi guna memenuhi tugas semester 5 pada mata kuliah Sistem penncernaan II. Penulis juga menyusun makalah ini dengan menggunakan beberapa sumber buku dan internet. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.Untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna menyempurnakan makalah ini.Semogamakalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan.
Bandung, 17 Oktober 2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI COVER KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii BAB I .................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1 1.2 Tujuan ....................................................................................................................... 2 1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2 BAB II................................................................................................................................. 3 LANDASAN TEORI .......................................................................................................... 3 2.1 Definisi...................................................................................................................... 3 2.2 Etiologi...................................................................................................................... 3 2.3 Patofisiologi .............................................................................................................. 3 2.4 Manifestasi klinis ...................................................................................................... 6 2.5 Pemeriksaan penunjang ( Sutiadi , 2003)................................................................ 6 2.7 komplikasi Sirosis hepatis......................................................................................... 7 2.6 Penatalaksanaan (Sutiadi,2003) ................................................................................ 8 2.7 Discharge Planning ................................................................................................. 11 2.8 Pengkajian data dasar .............................................................................................. 11 BAB III ............................................................................................................................. 14 ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................... 14 3.1
ANALISA DATA ............................................................................................. 14
3.2
DIAGNOSA KEPERAWATAN ...................................................................... 19
3.3
INTERVENSI KEPERAWATAN .................................................................... 19
BAB IV ............................................................................................................................. 35 PENUTUP ........................................................................................................................ 35 4.1
Kesimpulan ....................................................................................................... 35
4.2
Saran ................................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 36
iii
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hati adalah kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1.500 gr atau 2% berat badan orang dewasa normal.Hati merupakan organ lunak yang lentur dan tercetak oleh struktur sekitarnya.Hati memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pancreas, dan usus. Hati memiliki dua lobus utama yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri terbagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiformis yang terlihat dari luar. Ligamentum falsiformis berjalan dari hati ke diafragma dan dinding depan abdomen. Permukaan hati diliputi oleh peritoneum viseralis, kecuali daerah kecil pada permukaan posterior yang melekat langsung pada diafragma. Beberapa ligamentum yang merupakan peritoneum membantu menyokong hati. Dibawah peritoneum terdapat jaringan ikat padat yang disebut sebagai kapsula glisson, yang meliputi permukaan seluruh organ; bagian paling tebal kapsula ini terdapat pada porta hepatis, membentuk rangka untuk cabang vema porta, arteri hepatica, dan saluran empedu. Porta hepatis adalah fisura pada hati tempat masuknya vena porta dan arteri hepatica serta tempat keluarnya duktus hepatika. Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. (Sudoyo Aru, dkk 2009). Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar – lembar jaringan ikat dan nodul – nodul regenarasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. (Sylvia A.price, 2006). Insiden penyakit ini
1
sangat meningkat sejak perang dunia II, sehingga sirosis menjadi salah satu penyebab kematian yang paling menonjol. Peningkatan ini sebagian disebabkan oleh insiden hepatitis virus yang meningkat, namun yang lebih bermakna agaknya adalah karena asupan alcohol yang sangat meningkat. Alkoholisme merupakan satu-satunya penyebab terpenting sirosis.sirosis akibat alcohol merupakan penyebab kematian nomor Sembilan pada tahun 1998 di Amerika Serikat dengan jumlah hingga 28.000 kematian (NIAAA,1998) 1.2 Tujuan Untuk menambah ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai Sirosis Hepatis secara teoritis dan bagaimana asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien tersebut 1.3 Rumusan Masalah a. Apa pengertian dari Sirosis Hepatis? b. Apa saja etiologi Sirosis Hepatis? c. Bagaimana patofisiologi terjadinya Sirosis Hepatis? d. Apa saja manifestasi klinis yang ditimbulkan akibat Sirosis Hepatis? e. Apa saja komplikasi Sirosis Hepatis? f. Apa saja yang termasuk dalam pemeriksaan penunjang pada Sirosis Hepatis? g. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan Sirosis Hepatis? h. Apa saja discharge planning yang dapat dilakukan pada pasien dengan sirosis hepatis? i. Bagaimana pengkajian data dasar pasien Sirosis hepatis? j. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Sirosis hepatis?
2
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. (Sudoyo Aru, dkk 2009). Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar – lembar jaringan ikat dan nodul – nodul regenarasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. (Sylvia A.price, 2006) 2.2 Etiologi Ada 3 tipe sirosis hepatis : 1. Sirosis laennec (disebut juga sirosis alkoholik, portal dan sirosis gizi), dimana jaringan parut secara khas mengelilingi daerah portal. Sering disebabkan oleh alkoholis kronis. 2. Sirosis pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai akibat lanjut dari hepatis virus akut yang terjadi sebelumnya. 3. Sirosis biliaris, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati disekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier yang kronis dan infeksi (kolangitis).
2.3 Patofisiologi
3
Multifactor penyebab: - malnutrisi 0 -kolestasis kronik -toksik / infeksi -metabolic : DM -alkohol -hepatitis virus B dan C
Sirosis hepatis
Kelainan jaringan parenkim hati
nyeri
Fungsi hati terganggu
Resiko gangguan fungsi hati
Inflamasi akut
kronis
Gg.metabolisme bilirubin
Gg.metabolisme protein
Gg.metabolisme zat besi
Hipertensi portal
ansietas
Bilirubin tak terkunjugasi
Asam amino relative (albumin,globulin)
Gg.asam folat
Varises esofagus
ikterik
Feses pucat urine gelap Gg.sintesis vit.K
gg.citra tubuh
Perdararahan gastrointestinal hematemesis melena
Tekanan hidrostatik, peningkatan permeabilitas vaskuler
Hipokalemia ,anemia
Filtrasi cairan ke ruang ketiga
Penumpukan garam empedu di bawah kulit pruritas
Faktor pembekuan darah terganggu,sintesis prosumber terganggu
Kerusakan integritas kulit
Resiko perdarahan
Penurunan produksi sel darah merah/anemis Kelemahan
Asites dan edema perifer Kelebihan volume cairan
Intoleransi aktifitas
Sintesis vit.A,B complek, B12 mel.hati menurun
Ekspansi paru terganggu Gg.metabolisme vitamin
Alkalosis
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
Ketidakefektifan pola nafas
gg.pembentukan empedu
Metabolic ensefalopati
Peningkatan peristaltik usus
Koma
Lemak tidak dapat dielmusikan dan tidak dapat deserap oleh usus halus
Diare Kematian
Ketidakmampuan koping keluarga
Resiko ketidakseimbangan elektrolit
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
2.4 Manifestasi klinis 1. Keluhan pasien Pruritis Urin berwarna gelap Ukuran lingkar pinggang meningkat Turunnya selera makan dan turunnya berat badan Ikterus ( kuning pada kulit dan mata ) munculnya belakangan 2. Tanda klasik Telapak tangan merah Pelebaran pembuluh darah Genekomastia bukan tanda yang spesifik Peningkatan waktu protombin adalah tanda yang lebih khas Ensefelopati hepatitis dengan hepatitis pulminal akut dapat terjadi dalam waktu singkat dan pasien akan merasa mengantuk,delirium, kejang, dalam waktu 24 jam Onsefelopati hepatitis dengan gagal hati kronik lebih lambat dan lemah (Yuliana elin, 2009). 2.5 Pemeriksaan penunjang ( Sutiadi , 2003) 1. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal Peningkatan alkalin fosfat serum, ALT , dan AST (akibat dari dekstruksi jaringan hepar ) Peningkatan kadar amoniak darah (akibat dari metabolisme protein ) Peningkatan bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme bilirubin C PT memanjang (akibat kerusakan sintesis protombin dan faktor pembekuan) 2. Biopsi hepar dapat memastikan diagnisi bila pemeriksaan serum dan pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkan. 3. Scan CT,atau MRI dilakukan untuk mengkaji ukuran hepar,drajat obstruksi dan aliran darah hepatik. 4. Elektrolit serum dapat menujukkan hipokalemia,alkalosis,dan hiponatremia (disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosteron pada respon terhadap kekurangan folume cairan exstra seluler skunder terhadap asites)
5. TDL menunjukkan penuruna SDM,hemoglobin,hemotokrit,trombosit dan SDP(hasil dari depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan metabolisme nutrien) 6. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria 7. SGOT, SGPT, LDH(meningkat) 8. Endoscopy retrograd kolaniopankreatografi (ERCP) obstruksi duktus koledukus 9. Esofagoscopy (varises) dengan barium esofagografi 10. Biopsi hepar dan ultrasonografi. 2.7 komplikasi Sirosis hepatis 1. Perdarahan varises esophagus Perdarahan varises esofagus merupakan komplikasi serius yang sering terjadi akibat hipertensi portal. Duapuluh sampai 40% pasien sirosis dengan varises esofagus pecah yang menimbulkan perdarahan. Pada sirosis hati terdapat jaringan parut yang dapat menghalangi jalannya darah yang akan kembali ke jantung dari usus-usus dan meningkatkan tekanan dalam vena portal (hipertensi portal). Ketika terjadi penekanan dalam vena portal meningkat ,ia menyebabkan darah mengalir di sekitar hati melalui vena vena dengan tekanan yang lebih rendah untuk mencapai jantung. Akibat dari aliran darah yang meningkat danpeningkatan tekanan yang diakibatkan venavena pada kerongkongan yang lebih bawah dan lambung bagian atas mengambang dan mereka dirujuk sebagai esophageal dan gastrik varices.semakin tinggi tekanan yang terjadi maka varises-varises lebih mungkin seorang pasien mengalami perdarahan dari varicesvarices ke dalam kerongkongan (esophagus) atau lambung. 2. Ensefalopati hepatikum Disebut juga koma hepatikum. Merupakan kelainan neuropsikiatrik akibat disfungsi hati. Mula-mula ada gangguan tidur (insomnia dan hipersomnia), selanjutnya dapat timbul gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma. 1 Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak, sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum dibagi menjadi dua, yaitu: Pertama koma hepatikum primer, yaitu disebabkan oleh nekrosis hati yang meluas dan fungsi vital terganggu seluruhnya, maka metabolism tidak dapat berjalan dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder, yaitu koma hepatikum yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung, tetapi oleh sebab
7
lain, antara lain karena perdarahan, akibat terapi terhadap asites, karena obat-obatan dan pengaruh substansia nitrogen. 3. Peritonitis bakterialis spontan Peritonitis bakterialis spontan yaitu infeksi cairan asites oleh satu jenis bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra abdominal. Biasanya pasien ini tanpa gejala, namun dapat timbul demam dan nyeri abdomen.cairan yang mengandung air dan garam tertahan didalam rongga perut yang disebut dengan asites yang merupakan tempat yang sempurna untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri-bakteri. Secara normal,rongga perut juga mengandung sejumlah cairan kecil yang berfungsi untuk melawan bakteri dan infeksi dengan baik. Namun pada penyakit sirosis ini cairan yang mengumpul dan kelebihan cairan norma; yang dimiliki rongga perut tidak mampu lagi untuk melawan infeksi secara normal. Kelebihan cairan yang masuk kedalam rongga peurt kemudian masuk ke dalam usus dan kedalam asites yang kemudian menyebabkan infeksi disebut dengan spontanaeous bacterial peritonitis atau SBP. SBP merupakan suatu komplikasi dari sirosis hati yang daat mengancam jiwa seseorang yang terdiagnosa memiliki penyakit sirosis hati.seeorang yang menderita komplikasi SBP dari sirorsis umunya tidak menunjukan gejala, tidak seperti gejala sirosis pada umumnya. 4. Karsinoma hepatoseluler Karsinoma hepatoseluler berhubungan erat dengan 3 faktor yang dianggap merupakan faktor predisposisinya yaitu infeksi virus hepatitis B kronik, sirosis hati dan hepatokarsinogen dalam makanan. Meskipun prevalensi dan etiologi dari sirosis berbedabeda di seluruh dunia, namun jelas bahwa di seluruh negara, karsinoma hepatoseluler sering ditemukan bersama sirosis, terutama tipe makronoduler. 5. Asites Penderita sirosis hati disertai hipertensi portal memiliki sistem pengaturan volume cairan ekstraseluler yang tidak normal sehingga terjadi retensi air dan natrium. Asites dapat bersifat ringan, sedang dan berat. Asites berat dengan jumlah cairan banyak menyebabkan rasa tidak nyaman pada abdomen sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
2.6 Penatalaksanaan (Sutiadi,2003) Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa: 1. Sitomotis 2. Supportif, yaitu antara lain : a) Istirahat yang cukup
8
b) Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang, misalnya: cukup kalori, protein 1 gr/Kg BB/hari dan vitamin c) Pengobatan berdasarkan etiologi, misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus hepatitis c dapat dicoba dengan interveron. 3. Pengobatan yang spesifik dari sirosis hati akan diberikan jika telah terjadi komplikasi seperti: a) Asites b) Spontaneous bacterial peritonitis (SBP) Adanya kecurigaan akan SBP bila dijumpai keadaan sebagai berikut: Dicurigai sebagai sirosis tingkat B dan C dengan asites Gambaran klinis mungkin tidak ada dan leukosit tetap normal Protein asites biasanya 250 mm polymorphs 50% mengalami kematian dan 69% sembuh dalam 1 tahun Pengobatan SBP dengan memberikan Cephalosporins Generasi III (Cefotaxime) secara parental selama 5 hari, atau Qinolon secara oral. Meningkat akan rekurennya tinggi maka untuk profilaksis dapat diberikan Norfolaxacin (400 mg/hari) selama 2-3 minggu. c) Hepatorenal Syndrome Adapun kriteria diagnostik dapat dilihat sebagai berikut: Major : Penyakit hati kronis dengan asites, Glomerular fitration rate yang rendah, serum creatin > 1,5 mg/dl, Creatin clearance (24 hour) < 4,0 ml/minute, tidak ada syok, Infeksi berat, Kehilangan cairan dan obat-obatan Nephorotoxic, Proteinuria > 500 mg/hari tidak ada peningkatan ekspansi volume plasma. Minor : Volume urine < 1 liter/hari,sodium urin < 10 mmol/liter, osmolaritas urine > osmolaritas plasma, konsentrasi sodium serum < 13 mmol/liter Syndoma ini dicegah dengan menghindari pemberian diuretik yang berlebihan, pengalaman secara dini setiap penyakit seperti gangguan elektrolit, perdarahan dan infeksi.Penanganan secara konservatif 9
dapat dilakukan berupa : Retriksi cairan, garam, potassium dan protein. Serta menghentikan obat-obatan yang Nefrotoxic. Manitol tidak bermanfaat bahkan dapat menyebabkan asidosis intraseluler. Diuretik dengan dosis yang tinggi juga tidak bermanfaat, dapat mencetuskan perdarahan dan syok. Pilihan terbaik adalah transplantasi hati yang diikuti dengan perbaikan dan fungsi ginjal. d) Perdarahan karena pecahnya varises esofagus Kasus ini merupakan kasus emergency. Prinsip penanganannya : -
Pasien diistirahatkan dan dipuasakan
-
Pemasangan IVFD berupa garam fisiologis dan kalau perlu transfusi
-
Pemasangan nasogatrik tube, hal ini mempunyai banyak sekali kegunaannya yaitu : untuk mengetahui perdarahan, cooling dengan es, pemberian obat – obatan, evaluasi perdarahan.
-
Pemberian obat – obatan berupa antasida, ARH2, antifibrinolitik, vitamin K, vasopresin, octriotide, dan somatostatin.
-
Disamping itu diperlukan tindakan – tindakan lain dalam rangka menghentikan perdarahan misalnya pemasangan balon tamponade dan tindakan sklero terapi/ligasi atau oesofageal transektion.
e) Ensefalophaty hepatik Suatu sindrom neuropsikiatri yang didapatkan pada penderita hati menahun, mulai dari gangguan ritme tidur, perubahan kepribadian, gelisah sampai ke pre koma dan koma. Faktor pencetus, antara lain : infeksi, perdarahan gastrointestinal, obat – obatan hepatotoksik. Prinsip penanganan ada tiga sasaran : -
Mengenali dan mengobati faktor pencetus
-
Intervesi untuk menurunkan produksi dan absorbsi amoniak serta toksin – toksin yang berasal dari usus dengan jalan : diet rendah protein,
pemberian
antibiotik
(neomisin),
pemberian
laktulosa/laktikol. -
Obat – obatan yang memodifikasi balance neurotransmitter : secara langsung (bromocriptin, flumazemil) dan tak langsung (pemberian AARS).
10
2.7 Discharge Planning 1. Istirahat ditempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam. 2. Diet rendah protein, bila ada asites diberikan diet rendah garam II, dan bila proses tidak aktif diperlukan diet protein tinggi. 3. Mengatasi infeksi dengan antibiotik. 4. Memperbaiki keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai cabang dan glukosa. 5. Roboansia. Vitamin b kompleks, dilarang makan dan minum bahan yang mengandung alkohol. 2.8 Pengkajian data dasar 1. Riwayat atau adanya faktor-faktor risiko : Alkoholismes Hepatitis viral Obstruksi kronis dan duktus koledukus dan infeksi (kolangitis) Gagal jantung kanan berat kronis berkenan dengan kor pulmonal 2. Pemeriksaan fisik berdasarkan survey umum (Apendiks F) dapat menunjukkan:
Temuan awal :
Gangguan GI mual,anoreksia, flatulens, dyspepsia, muntah, perubahan kebiasaan usus (disebabkan oleh perubahan metabolism nutrien) Nyeri abdomen kuadran kanan atas (disebabkan oleh pembesaran hepar) Pembesaran, hepar dapat diraba. (pada tahap lanjut penyakit, peningkatan pembdentukan jaringan parut yang menyebabkan kontraksi jaringan hepar karenanya mengisutkan hepar) Demam ringan (disebabkan oleh penurunan produksi antibodi)
Temuan lanjut :
Asites : dimanifestasikan dengan penambahan berat badan dan distensi abdomen, disertai dengan penampilan dehidrasi pada kasus (kulit dan membrane mukosa kering, kehilangan masa otot, kelemahan, haluaran urine rendah)
Hipertensi portal : dibuktikan dengan perdarahan GI dan varises esophagus. Sindrom hepatorenal dimanifestasikan dengan gagal ginjal progresif (peningkatan BUN dan kreatinin serum, penurunan haluaran urine) 11
Ketidakseimbangan endokrin dimanifestasikan dengan : a. Hipogonadisme (atrofi payudara, penurunan libido, perubahan pada periode menstruasi, ginekomastia pada pria, atrofi testis dengan impotensi) b. Spider angioma c. eritema palmar (dapat disebabkan dari kelebihan estrogen) Eensefalopati
hepatic
dimanifestasikan
dengan
perubahan
neuropsikiatrik seperti apatis, hiperefleksia, gangguan tidur, kacau mental, mengantuk, hepatikus fetor, asteriksis, disorientasi, dan akhirnya koma dan kematian.
Temuan tambahan:
Kelelahan (diakibatkan dari anemia sekunder terhadap gangguan dalam metabolism nutrient). Kecenderungan perdarahan (disebabkan oleh kerusakan sintesis faktorfaktor pembekuan dan trombositopeniasekunder terhadap depresi sumsum tulang) dibuktikan dengan epitaksis, mudah memar, perdarahan gusi, perdarahan menstruasi hebat. Ikterik (akibat dari kerusakan metabolisme bilirubin). 3. Pemeriksaan Diagnostik : a. Pemeriksaan fungsi hepar abnormal: Peningkatan
bilirubin
serum
(disebabkan
oleh
kerusakan
metabolisme bilirubin) Peningkatan kadar ammonia darah (akibat dari kerusakan metabolism protein) Peningkatan alkalin fosfat serum,ALT, dan AST (akibat dari destruksi jaringan hepar) PT memanjang (akibat dari kerusakan sintesis protrombin dan faktor pembekuan) b. Biopsi hepar dapat memastikan diagnose bila pemeriksaan sersum dan pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkan. c. Ultrasound, Skan CT, atau MRI dilakukan untuk menguji ukuran hepar, derajat obstruksi,, dan aliran darah hepatic.
12
d. Elektrolit serum menunjukkan hipokalemia, alkalosis, dan hiponatremia (disebabkan oleh peningkatan sekresi aldosteron pada respon terhadap kekurangan volume cairan ekstraseluler sekunder terhadap asites) e. JDL menunjukkan penurunan SDM,hemoglobin,hematokrit,trombosit dan SDP (hasil dari depresi sumsum depresi sumsum sekunder terhadap kegagalan ginjal dan kerusakan metabolism nutrient) f. Urinalisis menunjukkan bilirubinuria. 4. Kaji pemahaman pasien tentang kondisi, tindakan, dan pemeriksaan diagnostik 5. Kaji perasaan pasien tentang kondisi dan dampak pada gaya hidup
13
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 ANALISA DATA
NO 1
DATA
ETIOLOGI
MASALAH
DS : Menyatakan merasa letih dan Multifactor penyebab (Malnutrisi, kolestasis kronik, lemah
toksik, alcohol dan hepatitis B dan C)
DO :
↓
Respon
tekanan
darah
abnormal terhadap aktifitas
Sirolis hepatis ↓
Dispneu setelah beraktifitas
Fungsi hati terganggu
Repon frekuensi jantung
↓
abnormal terhadap aktifitas
Gg.Metabolisme zat besi ↓ Gg. Asam Folat ↓ Penurunan produksi sel darah merah/anemia ↓ Kelemahan
Intoleransi Aktivitas
↓ Intoleransi Aktivitas 2
DS : -
Multifaktor penyebab
DO :
↓
terlihat kurang minat pada
↓
makanan Membran mukosa pucat Pasien terlihat lemas Adanya perubahan berat
Fungsi hati terganggu
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
↓
kebutuhan tubuh
Gg. pembentukan empedu ↓
badan
Lemak tidak dapat diemulsikan dan tidak dapat
Mual dan muntah Mudah
Sirosis hepatis
kenyang
setelah
diserap oleh usus halus ↓
makan
Perubahan bunyi dan bising Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh usus Tonus otot menurun 3
DS : Melaporkan secara verbal
Sirosis Hepatis ↓
merasa sesak. DO :
Kelainan jaringan parenkim
Perubahan pernapasan
kedalaman
↓ Kronis 15
Bradipneu Dispneu Pernapasam cuping hidung Takipneu Penggunaan otot aksesoris untuk bernapas Perubahan Respiration Rate Perubahan pola napas
↓ Hipertensi portal ↓ Varises esovagus
Ketidakefektifan pola napas
↓ Peningkatan tekanan hidrostatik, peningkatan permeabilitas vaskuler ↓ Filtrasi cairan keruang ketiga ↓ Asites dan edema perifer ↓ Ekspansi paru terganggu ↓ Ketidakefektifan pola napas
4
DS : -
Peningkatan tekanan hidrostatik, peningkatan
DO :
permeabilitas vaskuler
Perubahan tekanan darah Perubahan pola napas Edema
↓ Asites dan edema perifer ↓ Kelebihan volume cairan
16
Kelebihan volume cairan
Peningkatan tekanan vena sentral Distensi vena jugularis Gelisah Penambahan berat badan dalam waktu sangat singkat 5
DS : -
Sirosis Hepatis
DO :
↓
Diare Terlihat lemas mual dan Muntah Peningkatan peristaltik
Fungsi hati terganggu ↓ Gg. pembentukan empedu ↓ Lemak tidak dpt diemulsikan ddan tidak dapat diserap oleh usus halus ↓ Peningkatan peristaltic ↓ Diare ↓ Resiko ketidakseimbangan elektolit
17
Resiko ketidakseimbangan elektolit
6
DS : -
Ggn metabolisme bilirubin
DO :
↓
-
Terlihat adanya pruritas
Bilirubin tak terkonjugasi ↓ Ikterik ↓
Kerusakan integritas kulit
Penumpukan garam empedu dibawah kulit ↓ Pruritas ↓ Kerusakan integritas kulit 7
DS : pasien melaporkan nyeri secara verbal DO : - Skala nyeri (1-10)
Multifaktor penyebab (malnutrisi, kolestasis kronik, toksik/infeksi, metabolik: dm, alkohol, hepatitis virus B dan C) ↓
- Terlihat menahan nyeri
Sirosis hepatis
- Terlihat menahan nyeri
↓
- terlihat mengekspresikan nyeri
Inflamasi akut ↓ Nyeri
18
Nyeri
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kelebihan volume cairan b.d Hipertensi portal sekunder terhadap sirosis hepatis 2. Ketidakefektifan pola napas b.d penurunan ekspansi paru 3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Intake yang tidak adekuat sekunder terhadap anoreksia 4. Nyeri akut b.d Inflamasi akut 5. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan 6. Kerusakan integritas kulit b.d Imobilisasi sekunder terhadap kelemahan 7. Resiko ketidaksimbangan elektrolit b.d diare
3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN NO
DATA
PERENCANAAN TUJUAN DAN KH
1
INTERVENSI
Kelebihan volume cairan b.d Tupan : dalam waktu 5 Mandiri Hipertensi portal sekunder hari kelebihan volume terhadap sirosis hepatis d.d
cairan dapat teratasi.
DS : -
Tupen : dalam waktu 1 x
DO :
24 jam asites dan edema
1. Batasi asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan.
RASIONAL
Mandiri 1. Meminimalkan pembentukan asites dan edema. 2. Meningkatkan ekskresi
perifer berkurang.
cairan lewat ginjal dan 19
Perubahan
2. Berikan diuretik, suplemen
tekanan Kriteria hasil :
darah Perubahan pola napas
Bunyi
napas
Edema
bersih tidak ada
Peningkatan tekanan
dyspneu/ortopneu Terbebas
vena sentral Distensi
vena
keseimbangan
yang dipreskripsikan.
elektrolit yang normal. 3. Menilai
berat
badan dalam waktu
3. Catat asupan dan haluaran cairan.
4. Ukur dan catat lingkar perut setiap hari.
TTV dalam batas normal. tidak
terlihat gelisah. Tidak
efektivitas
asupan cairan. 4. Memantau pada
jugularis
Pasien
cairan
terapi dan kecukupan
edema
peningkatan vena
Gelisah
sangat singkat
kalium dan protein seperti
Tidak ada tanda
jugularis Penambahan
dari
mempertahankan
terlihat
adanya penambahan berat badan drastis.
20
perubahan pembentukan
asites dan penumpukan cairan.
2
Ketidakefektifan pola napas Tupan : dalam waktu 5 Mandiri b.d penurunan ekspansi paru hari ketidakefektifan pola d.d
1. Awasi frekuensi, kedalaman,
napas dapat teratasi.
DS
:
Melaporkan
dan upaya pernapasan
secara Tupen : dalam waktu 1 x
verbal merasa sesak.
24
jam
DO :
ekspansi paru berkurang.
terganggunya
Pernapasam
cuping
hidung Penggunaan aksesoris
otot untuk
bernapas Perubahan Respiration Rate Perubahan pola napas
dan/atau
akumulasi cairan dalam
2. Auskultasi bunyi napas, catat krekels, mengi, ronkhi.
2. Menunjukan terjadinya komplikasi
(contoh;
menunjukkan
adanya bunyi tambahan
adanya
menunjukan akumulasi
dispneu/bradipneu
cairan/ sekresi; tak ada
Tidak
Takipneu
cepat/dispneu mungkin
hypoxia
Tidak
Dispneu
dangkal
abdomen Kriteria Hasil :
Bradipneu
1. Pernapasan
ada sehubungan dengan
Perubahan kedalaman pernapasan
Mandiri
terlihat
menurunkan
adanya
atelektasis)
pernapasan
meningkatkan
cuping hidung
infeksi.
RR dalam batas
3. Selidiki perubahan tingkat
normal Tidak
kesadaran. terlihat
bunyi
risiko
3. Perubahan mental dapat menunjukkan hipoksemia dan gagal
adanya
pernapasan, yang sering
penggunaan otot-
disertai, hepatic.
21
otot
aksesoris
untuk bernapas 4. Pertahankan kepala tempat
4. Memudahkan
tidur tinggi, posisi miring.
pernapasan
dengan
menurunkan
tekanan
pada
diafragma
dan
meminimalkan ukuran aspirasi secret. 5. Ubah posisi dengan sering;
5. Membantu ekspani paru
dorong napas dalam, latihan
dan
dan batuk.
secret.
6. Awasi suhu. Catat adanya menggigil,
meningkatnya
batuk,
perubahan
memobilisasi
6. Menunjukkan timbulnya
infeksi,
contoh pneumonia.
warna/karakter sputum.
Kolaborasi 1. Awasi
Kolaborasi seri
GDA,
nadi
oksimetrik, ukur kapasitas vital, foto dada.
22
1. Menyatakan perubahan status
pernpasan,
terjadinya 2. Berikan tambhan O2 sesuai indikasi .
komplikasi
paru. 2. Mungin
perlu
untk
mengobati/mencegah hypoxia.
Bila
pernapasam/oksigenasi tidak adekuat, ventilasi mekanik 3. Bantu
dengan
pernapasan, spirometri
insentif,
alat
kebutuhan.
contoh;
3. Meurunkan
tiupan
sesuai
insiden
atelaktasis, eningkatkan
botol.
mobilsasi secret.
4. Siapkan untuk /bantu untuk prosedur, contoh : -
Parasintesis
-
Pirau peritoneovena
4. -
Kadang
kadang
diakukan
untuk
membuang
cairan
asites bila kadaan pernapaan membaik
tidak dengan
tindakan lain.
23
-
Bedah
pennaman
kateter
untuk
mengembalikan akumulasi
cairan
dalam abdomen ke system
sirkulasi
melalui vena cava, memberikan penghilangan asites jangka panjang dan memperbaiki fungsi pernapasan. 3
Ketidakseimbangan
nutrisi Tupan: dalam waktu
kurang dari kebutuhan tubuh hari
5
kebutuhan nutrisi
Mandiri :
Mandiri
1. Ukur masukan diet harian
b.d Intake yang tidak adekuat tercapai.
dengan jumlah kalori
tentang
sekunder terhadap anoreksia Tupen : dalam waktu 1 x d.d
24 jam anoreksia teratasi.
2. Timbang
sesuai
indikasi.Bandingkan Kriteria Hasil :
terlihat kurang minat pada makanan
kebutuhan
pemasukan /defisiensi.
DS : DO :
1. Memberikan informasi
perubahan
Adanya peningkatan berat
24
2. Mungkin
sulit
menggunakan status
sebagai
untuk BB
indicator
cairan.Riwayat BB, ukuran
langsung status nutrisi
kulit trisep.
karena ada gambaran
Membran
mukosa
pucat Pasien terlihat lemas Adanya
perubahan
edema
atau
asites.
dengan tujuan
Lipatan
kulit
trisep
Berat badan ideal
berguna
sesuai
sesuai
tinggi
Mual dan muntah kenyang
setelah makan Perubahan bunyi dan bising usus Tonus otot menurun
massa
Pasien
3. Bantu dorong pasien untuk
baik Mual dan muntah berkurang Membran mukosa dan merah
muda Tidak
lemas
otot
dan lemak
subcutan.
nafsu makan yang
berwarna
perubahan
simpanan
menunjukkan
lembab
dalam
mengkaji
badan
berat badan Mudah
badan
3. Diet yang tepat penting
makan. Jelaskan alasan tipe
untuk
diet. Beri pasien makan bila
penyembuhan.Pasien
pasien mudah lelah, atau
mungkin makan lebih
biarkan
baik
orang
terdekat
bila
keluarga
membantu
pasien.
terlibat dan makanan
Pertimbangkan
pilihan
yang di sukai sebanyak
makanan yang disukai
mungkin
terlihat 4. Dorong pasien untuk makan semua
makanan
makanan tambahan .
atau
4. Pasien
mungkin
mencungkil atau hanya makan sedikit gigitan karena kehilngan minat pada
25
makanan
dan
mengalami
mual,
kelemahan
umum,
malaise. 5. Beri makan sedikit dan sering
5. Buruknya
toleransi
terhadap
makanan
banyak
mungkin
berhubungan
denga
peningkatan
tekana
6. Beri makanan halus, hindari
intraabdomen/asites.
makan kasar sesui indikasi
6. Perdarahan dari varises osefagus dapat terjadi
7. Berikan
perawatan
mulut
sering dan sebelum makan
pada sirosis berat. 7. Pasien mengalami
cenderung luka
dan
perdarahan dan rasa tak enak pada mulut dimana menambah anoreksia. 8. Anjurkan merokok.
untuk
berhenti
8. Menurunkan rangsangan
gaster
berlebihan dan resiko iritasi dan perdarahan.
26
Kolaborasi
Kolaborasi
1. Batasi natriun dan cairan sesuai indikasi
1. Natrium
mungkin
dibatasi
untuk
meminimalkan cairan
dalam
retensi area
ekstrafaskuler. Pembatasan cairan perlu untuk
memperbaiki
ataau
mencegah
pengenceran hiponatremia. 2. Berikan
obat
sesuai
2. Digunakan
dengan
indikasi : Diuretik, contoh
perhatian
spironolaktan
mengontrol edema dan
furosemi
dan
asites. efek
untuk
Menghambat aldosteron,
meningkatkan ekskresi air sambil menghemat kalium,
bila
terapi
konservatif dengan tirah
27
baring dan pembatasan kalium tidak mengatasi. 4
Nyeri b.d inflamasi akut d.d
Tupan : dalam waktu 5 Mandiri
DS : pasien melaporkan nyeri hari nyeri yang dirasakan
1. Kaji dan catat skala nyeri.
Mandiri 1. Untuk mengetahui
secara verbal
mulai berkurang.
seberapa nyeri yang
DO :
Tupen : dalam waktu 1 x
dirasakan oleh pasien.
- Skala nyeri (1-10)
24 jam inflamasi akut
- Terlihat menahan nyeri
berkurang.
2. Pertahankan tirah baring
2. Mengurangi kebutuhan
ketika pasien mengalami
metabolik dan
- Terlihat menahan nyeri
gangguan rasa nyaman pada
melindungi hati.
- terlihat mengekspresikan Kriteria Hasil :
abdomen.
Mengurangi iritabilitas
nyeri
Pasien melaporkan nyeri
traktus gastrointestinal
berkurang
dan nyeri serta
secara verbal Pasien mengontrol
gangguan rasa nyaman
mampu nyeri
pada abdomen. 3. Ajarkan pasien teknik
secara
relaksasi napas dalam
nonfarmakologi (cth:
teknik
relaksasi
napas
3. Untuk membantu mengurangi rasa nyeri dan memerikan kenyamanan pada pasien
dalam)
4. Amati laporan dan keberadaan serta sifat rasa
28
4. Memberikan dasar untuk mendeteksi lebih
pasien menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri dan gangguan rasa
lanjut kemunduran
nyaman
keadaan pasien dan
nyeri berkurang
untuk mengevaluasi intervensi 5. Kurangi asupan natrium dan cairan jika diintruksikan
5. Meminimalkan pembentukan asites lebih lanjut.
Kolaborasi 1. Untuk membantu Kolaborasi 1. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
29
mengurangi rasa nyeri akut pasien.
5
Intoleransi aktivitas b.d
Tupan : dalam waktu 5 Mandiri
kelemahan
hari intoleransi aktivitas
d.d
dapat teratasi.
1. Motivasi pasien untuk
DS : Menyatakan merasa letih Tupen : dalam waktu 1 x dan lemah
24
jam
DO :
berkurang
pasien sambil
diselingi istirahat.\
mendorong pasien
kelemahan
untuk melakukan latihan dalam batas toleransi pasien. 2. Motivasi dan bantu pasien
terhadap
aktifitas Dispneu
setelah
jantung
2. Memperbaiki perasaan
untuk melakukan latihan
sehat secara umum dan
dengan periode waktu yang
percaya diri.
ditingkatkan secara bertahap.
beraktifitas Repon
1. Menghemat tenaga
melakukan latihan yang
Respon tekanan darah abnormal
Mandiri
frekuensi abnormal
terhadap aktifitas 6
Kerusakan integritas kulit b.d
Tupan : dalam waktu 5 Mandiri
Imobilisasi sekunder
hari kerusakan integritas
terhadap kelemahan
kulit dapat teratasi.
rutin. Pijat penonjolan tulang
cenderung untuk
d.d
Tupen : dalam waktu 1 x
atau area yang tertekan terus
mengalami kerusakan
DS : -
24 jam pruritas dapat
menerus. .
dan terbentuk
DO :
teratasi.
1. Lihat permukaan kulit secara
Mandiri 1. Edema jaringan lebih
dekubitus. Asites dapat meregangkan kulit
30
-
Terlihat pruritas
adanya Kriteria Hasil : Tidak adanya
sampai pada titik terlihat tanda
pruritas pada kulit Pasien
robekan pada sirosis berat. 2. Ubah posisi pda jadwal
mampu
2. Pengubahan posisi
teratur, saat di kursi / tempat
menurunkan tekanan
mempertahankan
tidur, bantu dengan latihan
pada jaringan edema
kelembaban kulit
gerak aktif / pasif.
untuk memperbaiki sirkulasi . Latihan menigkatkan sirkulasi dan perbaikan / mempertahankn mobilitas sendi .
3. Pertahankan seprei kering dan bebas lipatan.
3. Kelembaban meningkatkan pruritus dan meningkatkan resiko kerusakan kulit .
4. Gunakan kasur bertekanan
4. Menurunkan tekanan
tertentu, kasur karton telur,
kulit, meningkatkan
kasur air.
sirkulasi dan menurunkan resiko
31
iskemia /kerusakan jaringan. 7
Resiko
ketidakseimbangan Tupan : dalam waktu 5 Mandiri resiko
Mandiri
elektrolit b.d diare d.d
hari
DS : -
ketidakseimbangan
bandingkan
DO :
elektrolit teratasi.
badan
Diare
Tupen : dalam waktu 1 x
kehilangan melalui diare.
Terlihat lemas
24 jam diare berkurang.
mual dan Muntah Peningkatan peristaltik
1. Awasi masukan dan haluaran,
2. Kajian Kriteria Hasil : Frekuensi
perifer, BAB
tanda
vital,
pengisian
tentang
Catat
penggantian efek terapi.
nadi
kapiler,
kebutuhan
2. Indikator
volume
sirkulasi/perfusi.
mukosa. tidak
3. Periksa adanya asites atau
terlihat lemas Tidak
harian.
berat
turgor kulit dan membran
normal pasien
dengan
1. Memberikan informasi
edema. ada
peningkatan
3. Deteksi
kemungkinan
pendarahan
dalam
jaringan. 4. Observasi tanda perdarahan.
peristaltic.
4. Absorbsi
vitamin
terganggu pada GI.
Mual dan muntah berkurang Kolaborasi
32
Kolaborasi
K
1. Awasi
nilai
laboratorium,
1. Menunjukkan
hidrasi
contoh Hb/Ht. 𝑁𝑎 + albumin
dan
dan waktu pembekuan.
retensi natrium kadar
mengidentifikasi
protein
yang
dapat
menimbulkan pembentukan
edema.
Defisit pada pembekuan potensi
beresiko
pendarahan.
2. Berikan : a. Cairan intra vena b. Protein hidrolisat c. Vitamin K
2. a. Memberikan cairan dan penggantian elektrolit b. Memperbaiki
d. Antasida, simetidin
kekurangan
e. Obat – obatan anti
albumin/protein dapat
diare
membantu mengembalikan cairan dari jaringan ke sistem sirkulasi.
33
c. Karena
absorbsi
terganggu, penambahan mencegah
dapat masalah
koagulasi yang dapat terjadi
bila
pembekuan
faktor waktu
protrombin ditekan. d.
Menetralisir
/
menurunkan
sekresi
gaster. e. Mengurangi kehilangan cairan/elektrolit saluran GI.
34
dari
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif. (Sudoyo Aru, dkk 2009). Penyakit hati kronis ini dicirikan dengan destorsi arsitektur hati yang normal oleh lembar – lembar jaringan ikat dan nodul – nodul regenarasi sel hati, yang tidak berkaitan dengan vaskulatur normal. (Sylvia A.price, 2006)
4.2 Saran Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko terkena sirosis: 1. Membatasi konsumsi minuman keras 2. Berolahraga secara rutin 3. Mencuci bersih sayuran yang ingin dikonsumsi 4. Melindungi diri dari hepatitis 5. Menudan pola makanan yang sehat
DAFTAR PUSTAKA Marylin E.doenges, dkk. Rencana asuhan keperawatan. Edisi 3 Barbara Engram. Rencana asuhan keperawatan medical-medah. Volume 3 Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis dan nanda NIC-NOC. Jilid 3 Brunner & Suddarth. Keperawatan medikal-bedah. Edisi 8
36