Makalah Tokoh Integritas [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ummu
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TOKOH- TOKOH BANGSA TERINTEGRITAS DAN TOKOH – TOKOH KESEHATAN Pemenuhan Tugas Mata Kuliah Pendidikan Budaya Anti Korupsi



Disusun Oleh



DEWI P07124420 043



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLIKTEKNIK KESEHATAN KEMENKES ACEH PROGRAM STUDI D-IV KEBIDANAN MEULABOH Page 1



2021



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Makalah Asuhan Kebidanan Pada Neonatus. Shalawat beriring salam Penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW penghulu semua mahluk yang senantiasa ikhlas dan sabar dalam



menuntun



terselesaikannya



Ummatnya Penulisan



kearah



makalah



yang ini,



lebih



penuh



baik.. keikhlasan



Dengan kami



menyampaikan rasa terimakasih 1. Bapak



T. Iskandar Faisal, SKP, M.Kes selaku Direktur Poltekkes



Kemenkes Aceh 2. Ibu Adri Idiana, S.SiT. MPH selaku Ketua Prodi D4 Kebidanan Banda Aceh 3. Ibu Nurlaili Ramli, S.SiT. MPH selaku dosen Mata Kuliah Budaya Pendidikan Anti Korupsi. Yang telah memberikan petunjuk, arahan, bimbingan serta dukungan. Kami berharap setelah membaca dan mempelajari laporan kegiatan ini, pembaca dapat memiliki pertambahan pengetahuan yang lebih baik dan proses implementasi, baik dalam bidang ilmu dunia, maupun ilmu akhirat. laporan ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami selalu membuka diri untuk mendapatkan berbagai masukan dan kritikan agar kelak pembuatan laporan selanjutnya lebih baik lagi.



Meulaboh, 3 April 2021



Page 2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



……………………………..... …………………………….....



2 3



……………………………......



4



B. Rumusan Masalah C. Tujuan D. Manfaat BAB II PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Integritas B. Tokoh- Tokoh Integritas Bangsa C. Tokoh – Tokoh Kesehatan BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA



……………………………….. ……………………………….. ………………………………..



5 5 5



……………………………….. ……………………………….. ………………………………..



6 7 11



……………………………….. ………………………………. ……………………………….



13 13 14



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang



Page 3



Kata integritas acap kali kita dengar. Kata tersebut merupakan sesuatu yang mudah diucapkan, namun praktiknya sangat sulit dilakukan. Integritas juga menjadi sesuatu yang amat istimewa dan berkaitan dengan moral. Hanya ada segelintir tokoh yang disebut sangat menjaga integritasnya dan diakui oleh manusia lainnya. Integritas sebenarnya merupakan bahasa latin, sebagaimana dikutip dalam Ruky (2017) kata integritas (integrity) dalam bahasa Latin disebut integer yang artinya "keseluruhan, lengkap". Masih dalam sumber yang sama, kataintegrity diartikan sebagai konsistensi seseorang dalam menerapkan nilai-nilai, prinsip, ekspektasi yang selalu diucapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam konteks etika, integritas dianggap sebagai kebenaran atau ketepatan dari tindakan/perilaku seseorang. Orang-orang yang memiliki integritas adalah orang dianggap selalu bertindak, bersikap dan berperilaku atas dasar nilai-nilai, keyakinan dan prinsip-prinsip, yang kata mereka, mereka pegang teguh(1). Pada aspek pelayanan publik kewajiban penyelenggara maupun pelaksana serta masyarakat telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. Di sana terdapat pedoman-pedoman yang harus diikuti maupun dihindari. Tinggal bagaimana penerapan dalam praktik kesehariannya. Kita semua bisa merasakan perbandingan pelayanan, misalnya saja pelayanan pada bank dengan pelayanan instansi pemerintah, misalnya saja dinas, kecamatan ataupun kelurahan. Walapun banyak faktor yang mempengaruhi, salah satunya fasilitas misalnya. Namun, tetap terasa



Page 4



jika yang melayani kita "berintegitas", walaupun fasilitas penunjang kurang. Tetap terasa layanan sepenuh hati. Jadi, aspek integritas itu yang pertama dan utama, baru faktor penunjang lainnya. Begitu juga sebaliknya, sebaik apapun fasilitas penunjang namun jika tidak berintegritas juga percuma. B.



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah



dalam makalah ini adalah “ bagaimana gambaran tokoh- tokoh integritas bangsa dan tokoh- tokoh kesehatan bangsa. C.



Tujuan Penulisan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk membahas lebih jauh



tentang tokoh –tokoh integritas bangsa dan tokoh tokoh kesehatan bangsa. D.



Manfaat Makalah Untuk Mengetahui bagaimana gambaran tokoh tokoh integritas



bangsa dan tokoh tokoh kesehatan dalam budaya anti korupsi.



BAB II PEMBAHASAN



A.



Tinjauan Umum Integritas Page 5



Kata integritas dalam keseharian sering kita dengar, orang yang berintegritas akan memiliki karakter yang akan mencerminkan nama baik seseorang, integritas akan menjadi pertaruhan seorang pada posisi tertentu. Tanggal 3 Januari 2015, Kementerian Agama pada saat memperingati Hari Amal Bakti ke 69 meluncurkan lima nilai budaya kerja Kementerian Agama, satu dari lima nilai budaya tersebut adalah Integritas (2). Integritas adalah keselarasan antara hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan yang baik dan benar. Indikasi positif dari nilai integritas (3): 1. Bertekad dan berkemauan untuk berbuat yang baik dan benar; 2. Berpikiran positif; 3. Arif dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi; 4. Mematuhi peraturan Perundang-undangan yang berlaku; 5. Menolak korupsi, suap atau gratifikasi. Menurut



Ippho



Santosa,



integiras



sering



diartikan



sebagai



menyatunya pikiran, perkataan dan perbuatan untuk melahirkan reputasi dan kepercayaan. Jika merujuk dari asal katanya, kata integritas memiliki makna berbicara secara utuh dan lengkap / sepenuh – penuhnya. Adapun indikasi negatif dari nilai integritas sebagai berikut: 1. Melanggar sumpah dan janji pegawai/jabatan; 2. Melakukan perbuatan rekayasa atau manipulasi; 3. Menerima pemberian dalam bentuk apapun diluar ketentuan. B.



Tokoh – Tokoh Terintegritas Bangsa



1.



Moh. Hatta



Page 6



Mantan Wapres M. Hatta ini dikenal sebagai sosok sederhana. Mundur dari jabatan orang nomor dua di Indonesia pada 1956, sejumlah tawaran mengalir kepada Hatta. Ia ditawari menjadi komisaris berbagai perusahaan hingga posisi di Bank Dunia. Tapi Hatta menolak, dia memilih hidup dari uang pensiun. "Apa kata rakyat nanti," kata Hatta kala itu. Hatta bukan sosok yang mengejar jabatan dan harta. Hatta juga menolak ketika akan diberikan rumah yang lebih besar setelah berhenti menjadi Wapres. Hatta khawatir, uang pensiunnya tak mampu membiayai perawatan rumah. Salah satu kisah yang membuat kita mengenang sosok Hatta yakni tentang keinginannya membeli sepatu Bally. Sejak dahulu Hatta menyimpan keinginan untuk membeli sepatu berharga mahal itu. Dia pun sampai menyimpan potongan kertas tentang sepatu Bally. Namun hingga meninggal pada 14 Maret 1980, keinginan Hatta untuk membeli sepatu itu tak terwujud. Hatta memilih hidup sederhana. 2.



Pangeran Diponegoro Sebagai putra sulung dari Sultan Hamengkubuwono III, Diponegoro



dapat hidup nyaman di lingkungan kerajaan. Namun, Diponegoro memilih untuk berjuang melawan penjajahan Belanda saat itu. "Ambil contoh Diponegoro yang lebih banyak mengkritisi lingkungannya ketika itu ketimbang yang bersangkutan hidup 'enak' kalau dia mau ketika itu bisa," Pangeran Diponegoro tidak menerima tawar-menawar dalam perjuangannya melawan Belanda, tidak ada tawar-menawar dalam menjaga



Page 7



integritas. Itulah integritas. Tidak ada tawar menawar dalam integritas. Hitam adalah hitam," 3.



Bung Tomo Sutomo alias Bung Tomo, adalah salah satu pahlawan nasional asal



Surabaya. Bung Tomo dikenal dengan aksi heroiknya saat membangkitkan semangat arek-arek Suroboyo dalam melawan kembali tentara Nederlandsch Indie Civil Administratie (NICA) Belanda dalam pertempuran 10 November. Bung Tomo, yang juga merupakan seorang jurnalis asal Surabaya ini juga dikenal dengan semboyan “Merdeka atau Mati” dalam pertempuran berdarah di Surabaya tersebut. Pertempuran Surabaya kini diperingati sebagai Hari Pahlawan. Setelah kemerdekaan Indonesia, Sutomo sempat terjun dalam dunia politik pada tahun 1950-an, tetapi ia tidak merasa bahagia dan kemudian menghilang dari panggung politik. Pada akhir masa pemerintahan Soekarno dan awal pemerintahan Suharto yang mula-mula didukungnya, Sutomo kembali muncul sebagai tokoh nasional. Padahal, berbagai jabatan kenegaraan penting pernah disandang Bung Tomo. Ia pernah menjabat Menteri Negara Urusan Bekas Pejuang Bersenjata/Veteran sekaligus Menteri Sosial Ad Interim pada 1955-1956 di era Kabinet Perdana Menteri Burhanuddin Harahap. Bung Tomo juga tercatat sebagai anggota DPR pada 1956-1959 yang mewakili Partai Rakyat Indonesia.



Page 8



Namun pada awal 1970-an, ia kembali berbeda pendapat dengan pemerintahan Orde Baru. Ia berbicara dengan keras terhadap programprogram Suharto sehingga pada 11 April 1978 ia ditahan oleh pemerintah Indonesia yang tampaknya khawatir akan kritik-kritiknya yang keras. Baru setahun kemudian ia dilepaskan oleh Suharto. Ia masih tetap berminat terhadap masalah-masalah politik, tetapi ia tidak pernah mengangkat-angkat peranannya di dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Ia sangat dekat dengan keluarga dan anak-anaknya, dan ia berusaha keras agar kelima anaknya berhasil dalam pendidikannya. 4.



M. Natsir Lepas dari segala kontoversinya dalam Pemerintahan Revolusioner



Republik Indonesia (PRRI), Natsir adalah tipe pejabat yang tak bergelimang harta. Natsir, yang mendapat gelar sebagai pahlawan nasional pada 10 November 2008 dikenal sebagai sosok yang penuh sopan-santun dan rendah hati. Natsir juga negarawan yang sangat bersahaja dalam kehidupan sehariharinya. Indonesianis terkemuka dari Cornell University, Amerika Serikat (AS), George McTurnan Kahin, menuturkan kesan sederhana yang ia tangkap dari Natsir. Ketika itu, tahun 1948, Kahin tengah berkunjung ke Yogyakarta yang menjadi pusat pemerintahan RI dan bertemu Natsir. Penulis buku "Nasionalisme dan Revolusi di Indonesia" (1952) ini melihat penampilan Natsir yang hampir-hampir tak menunjukkan seorang menteri penerangan. Natsir mengenakan jas yang penuh dengan tambalan di



Page 9



sana-sini. Kahin belakangan tahu kalau para staf Kementerian Penerangan mengumpulkan uang untuk membeli baju buat Natsir. Ketika menjadi perdana menteri pada Agustus 1950, penampilan Natsir juga tidak banyak berubah. Natsir menempati rumah bekas Soekarno di Jl Pegangsaan Timur (kini Jl Proklamasi), Jakarta Pusat. Sebelum pindah ke rumah tersebut, Natsir dan keluarganya tinggal menumpang di sebuah gang di Jl Jawa dan lalu di kawasan Tanah Abang. Setelah



melepas



jabatan



sebagai



perdana



menteri,



Natsir



menanggalkan mobil dinasnya di Istana Kepresidenan. Ia memilih untuk membonceng sopirnya pulang ke rumah Jln Proklamasi. Tak berapa lama, Natsir dan keluarga kembali pindah ke Jln Jawa. 5.



Baharudin Lopa Mantan Jaksa Agung Baharudin Lopa, sosok yang dikenal berintegritas



tinggi. Banyak cerita yang membuat kita geleng-geleng berdecak kagum soal sosoknya. Misalnya soal kisah korek api mahasiswa tak sengaja terbawa olehnya. Lopa memang seorang perokok. Saat berbincang dengan mahasiswa di Makassar, secara tak sengaja dia membawa korek api itu. Nah, begitu sampai di Bandara Soekarno-Hatta dia pun mesti repot-repot menelepon sang mahasiswa soal korek api itu. Dia tak ingin korek api menjadi beban. Banyak cerita soal sosok Lopa yang menjunjung tinggi integritas. Saat menjabat sebagai Kajati Sulsel dia pernah melarang anaknya menggunakan



Page 10



kursi miliki Kejati, karena kursi itu bukan barang pribadi tetapi inventaris negara. Lopa juga pernah meminta seorang pejabat mengambil kembali bensin yang dia berikan untuk mobilnya. Lopa pun menjelaskan bahwa perjalanan yang dia lakukan sudah dibiayai negara. Lopa meninggal pada 3 Juli 2001 di RS Alhamadi Riyadh. Walau sudah tiada, kata-kata Lopa yang tegas soal penegakkan hukum selalu diingat. "Janganlah takut menegakkan hukum dan jangan takut mati demi menegakkan hukum...." C.



Tokoh- Tokoh Kesehatan Bangsa



1.



Prof. Dr. Gerrit A. Siwabessy Pria kelahiran Desa Ullath, Pulau Saparua, pada 19 Agustus 1914



merupakan lulusan Sekolah Kedokteran NIAS di Surabaya pada 1942. Selepas itu, Siwabessy ditempatkan pada rumah sakit Siampang di Surabaya pada bagian radiologi sampai 1945. Pria yang pada zaman Jepang sempat dianiaya dan hampir meninggal dunia, dipercayai menjabat sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia selama 8 tahun, sejak 25 Juli 1966 sampai 28 Maret 1973. Jabatan ini diemban oleh dia selama empat periode, Kabinet Ampera I, Ampera II, Pembangunan I, dan Pembangungan II. Siwabessy layak disebut sebagai Pahlawan. Sebab, setelah mendalami ilmu Radiologi dan Kedokteran Nuklir di London University pada 1949, lalu diangkat sebagai Kepala Bagian Radiologi (Ilmu Sinar) di RSCM pada 1962,



Page 11



Siwabessy mendirikan Sekolah Asisten Rontgen di RSCM, melatih para dokter penyakit paru-paru, mengatur dan membina sejumlah kegiatan klinis dalam bidang radiologi di rumah sakit pemerintah maupun swasta. 2.



Dr. Moewardi Spesialis Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (RSCM) Rumah Sakit



Cipto Mangunkusumo (RSCM) pernah ditunjuk sebagai Ketua Umum Barisan Pelopor menggantikan Bung Karno setelah Proklamasi Kemerdekaan. Atas perintah Dr. Moewardi, Barisan Pelopor mempersiapkan pelaksanaan Acara Pembacaan Teks Proklamasi yang dilaksanakan di Pegangsaan Timur pada 16 Agustus 1945. Sempat melawan sejumlah aksi anti pemerintah yang dilancarkan oleh Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang merupakan onderbouw PKI, Dr. Moewardi pun diculik oleh sekelompok orang tak dikenal pada 13 September 1948. Saat diculik, dia tengah melakukan praktik sebagai dokter di RS Jebres, Solo. Melalui SK Presiden RI no. 190 tahun 1964, beliau dianugrahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Nama beliau kemudian diabadikan sebagai nama rumah sakit di Solo, RSUD DR. Moewardi



BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A.



Kesimpulan



Page 12



Dari kisah yang dijalani oleh tokoh bangsa di atas, kita bisa banyak mengambil pelajaran bagaimana seharusnya seseorang yang memiliki pejabat bersikap. Lima nilai budaya kerja yang dirumuskan oleh Kementerian Agama yang mana nilai integritas yaitu bertekad dan berkemauan untuk berbuat yang baik dan benar, berpikiran positif; arif dan bijaksana dalam melaksanakan tugas dan fungsi, mematuhi peraturan Perundang-undangan yang berlaku dan Menolak korupsi, suap atau gratifikasi. Dimana hal tersebut kita bisa melihat jika nilai sederhana, tanggung jawab, jujur, disiplin, berani, adil dilakukan oleh tokoh-tokoh bangsa tersebut. B.



Saran Sebagai generasi penerus, hendaknya kita bisa meneladani, kisah



hidup mereka kita jadikan contoh dalam mengarungi kehidupan ini. Sudah saatnya kita untuk tidak melakukan korupsi, sudah saatnya kita berintegritas, agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju tanpa adanya korupsi



DAFTAR PUSTAKA



1. Alfero Septiawan,2020, Asisten Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Lampung. Jakarta



Page 13



2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Jakarta 3. Orange Juice For Integrity Belajar Integritas kepada Tokoh Bangsa. 2014. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Kedeputian Bidang Pencegahan Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat 4. Buku Saku Memahami Gratifikasi, 2010, Komisi Pemberantasan Korupsi https://news.detik.com/berita/ tokoh-indonesia-yangdikenal-berintegritas



Page 14