Modul Budidaya Maggot BSF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP) Family Pisces Jalan Pasir Kandang No. 20 Kel. Pasie Nan Tigo Kec. Koto Tangah Kota Padang Hp. 082173133309 Email : [email protected] MODUL BUDIDAYA MAGGOT BSF MENGGUNAKAN SAMPAH ORGANIK SEBAGAI TEKNOLOGI BIOKONVERSI



OLEH IRWANDI, S.Pi., MM



P2MKP FAMILY PISCES FARM KOTA PADANG SUMATERA BARAT 2020



BUDIDAYA MAGGOT BSF MENGGUNAKAN SAMPAH ORGANIK SEBAGAI TEKNOLOGI BIOKONVERSI 1. Latar Belakang Budidaya Maggot BSF mulai dilirik banyak kalangan mulai dari peternak, pembudidaya ikan, pembuat pakan, pemerhati lingkungan, sampai pada instansi – instansi pemerintah yang ada kaitan dengan pengolahan sampah atau budidaya Maggot BSF. Hal ini merupakan sikap positif namun cendrung lambat berkembangnya dibandingkan dengan negara – negara tetangga yang sudah lebih dahulu mengadopsi budidaya maggot dengan skala kecil atau besar – besaran. Hal ini disebabkan kurangnya informasi yang dapat diterima masyarakat, dan sulitnya masyarakat menemukan orang yang benar – benar ahli dalam budidaya maggot BSF Tujuan usaha dari masyarakat umumnya baru sebatas menghasilkan maggot segar (fresh maggot) untuk pakan unggas dan ikan, mereka belum dapat menjangkau ke arah yang lebih maju seperti membuat tempung maggot, pelet, ataupun pur ayam. Sebenarnya budidaaya maggot sangat simpel dan tidak membutuhkan tenaga kerja dan modal yang banyak untuk bidang usaha skala kecil, berbeda dengan bidang skala besar tentunya membutuhkan gedung dan mesin pengolahan yang representatif yang dapat menampung dan mengolah limbah organik secara besar – besaran. Kita dapat mengumpulkan semua limbah organik yang ada di pasar, rumah tangga, hotel ataupun restoran, yang selama ini mereka buang di tempat penampungan sampah, ditepat penampungan sampah penulis melihat limbah tersebut hanya di tumpuk dan hancur sejalan dengan waktu, sedangkan tumpukan sampah organik lambat laun akan menimbulkan bau yang kuran sedap dan menghasilkan air lindi yang akan mencemari air tanah. Untuk itulah penulis berkeinginan menulis tentang budidaya maggot BSF, yang intinya akan mengajarkan kepada kita bagaiman kita bisa melihat sumberdaya alam yang tersedia saat ini belum dapat di gunakan secara maksimal terutama sampah yang merupakan sumber daya yang tidak pernah habis yang selalu dihasilkan dan cenderung meingkat. Semoga dengan tulisan ini para pelaku usaha peternakan, perikanan, usaha pakan dan pemerhati lingkungan juga kepada pemerintah pemegang kendali terhadap pemusnahan sampah terutama sampah organik dengan menggunakan maggo BSF kita tidak saja dapa menghancurkan sampah organik namun kita juga akan memperoleh sumber protein hewani pakan ikan dan ternak dan juga menghasilkam kasgot (berkas maggot) yang merupakan pupuk organik.



2. Gambaran Umum Sampah Setiap aktifitas manusia tidak terlepas dari dihasilkannya zat sisa atau buangan yang tidak digunakan lagi. Sisa atau buangan tersebut ada yang masih memiliki nilai guna atau bahkan tidak lagi memiliki nilai guna sama sekali. 3. Pengertian sampah Sampah adalah bahan buangan padat maupun semi padat yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan hewan yang dibuang karena tidak dibutuhkan atau tidak digunakan kembali (Tchobanoglous et al., 1993). Undang-undang No.18 tahun 2008 mendefinisikan sampah sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. 4. Penggolongan sampah Menurut Suprihatin et al. (1996) berdasarkan asalnya sampah padat dapat digolongkan menjadi : a. Sampah organik Sampah organik terdiri dari bahan-bahan yang berasal dari tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan, dan lainnya. Sampah organik mudah diuraikan dalam proses alami. Sebagian besar sampah rumah tangga merupakan bahan organik, misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun. b. Sampah anorganik Sampah anorganik merupakan sampah yang berasal dari sumber daya alam tidak dapat diperbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau dari proses industri. Beberapa dari bahan ini tidak terdapat di alam seperti plastik dan aluminium. Sebagian besar sampah anorganik secara keseluruhan tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat diuraikan dalam jangka waktu yang sangat lama. Contoh sampah anorganik pada tingkat rumah tangga yaitu botol kaca, botol plastik, dan kaleng. Pemilahan sampah sesuai jenis dan manfaatnya di sumber akan mempermudah pengolahan sampah. Polan pengolahan sampah dengan metode 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Replace) untuk MENGURANGI SAMPAH 1. Reduce (Mengurangi) Agar tidak banyak menghasilkan sampah kita bisa meminimalisir penggunaan bendabenda sekali pakai yang bisa menjadi sampah. Contohnya:







Ketika berbelanja, sebaiknya membawa tas belanja sendiri sehingga tidak perlu lagi menggunakan kantong plastik.







Jangan sering-sering membeli minuman kemasan botol. Kalau minuman sudah habis, botolnya hanya menambah sampah.







Kurangi jajan. Jajanan di sekolah-sekolah biasanya menggunakan kemasan plastik, seperti snack, permen, minuman, juga makanan yang dijual ‘abang-abang’ PKL. Selain tidak menimbulkan sampah, dengan tidak banyak jajan kita terhindar dari berbagai penyakit karena jajanan berpotensi mengganggu kesehatan.







Apabila kamu sering membeli koran atau majalah, jangan langsung dibuang setelah dibaca. Sebaiknya didaur ulang atau dijual ke tukang loak.







Usahakan mengeprint atau fotokopi secara bolak-balik. Dengan demikian, jumlah kertas yang diperlukan lebih sedikit. Lebih baik lagi bila menggunakan kertaskertas HVS bekas yang baru dipakai 1 halaman, sementara halaman satunya masih kosong. Halaman kosong tersebut masih bisa digunakan untuk mengeprint tugas sekolah. Sudah banyak guru yang membolehkan, bahkan menganjurkan hal tersebut (misalnya guru saya). Guru yang baik akan menerima apabila siswanya melakukan hal tersebut karena kesadaran akan keselamatan lingkungan. Tidak hanya mengurangi sampah, tetapi juga dapat menghemat kertas yang secara tidak langsung dapat menyelamatkan



2. Reuse (Menggunakan Kembali) Orang-orang kreatif biasanya mampu mengubah sampah menjadi sesuatu yang bernilai guna, bahkan bernilai jual. Dengan menggunakan kembali benda-benda tidak terpakai, sampah menjadi berkurang dan kita tidak perlu lagi membeli barang karena barang yang kita perlukan dapat kita buat sendiri menggunakan barang tak terpakai tersebut. Contoh-contoh lainnya yaitu: 



Biasakan untuk tidak membuang kantong plastik yang kita dapat dari pasar, warung, mall, ataupun supermarket. Kantong plastik tersebut sebaiknya dikumpulkan agar dapat digunakan kembali apabila kita membutuhkan kantong untuk membawa barang.







Gunakan kaleng-kaleng bekas sebagai tempat pensil, pot tanaman, celengan, dan sebagainya. Agar lebih indah, kaleng tersebut bisa dicat dan dihias menggunakan kreativitas kita.







Gunakan kembali baju-baju bekas tak terbakai sebagai lap atau keset. Dengan kreativitas, kita juga bisa membuat selimut, serbet, taplak meja, tas, atau dompet dari kain-kain bekas.







Belajarlah membuat kerajinan (handycraft)dari barang-barang bekas. Menciptakan kerajinan akan melatih keterampilan dan menumbuhkan kreativitas.



3. Recycle (Mendaur Ulang) Dengan mendaur ulang sampah, benda-benda yang tidak terpakai akan dapat dipakai lagi setelah melalui proses. Mendaur ulang sampah anorganik memang sulit bila dilakukan sendiri, tetapi kita dapat dengan mudah mendaur ulang sampah organik dengan mengubahnya menjadi pupuk kompos. Sampah organik berupa sisa-sisa makanan, dan limbah rumah tangga yang berupa zat organik dapat diolah menghasilkan maggot BSF dan kasgot (kompos), Dan dedaunan kering juga dapat diolah menjadi kompos, Jenis-jenis sampah yang memiliki 3 golongan, sebaiknya dipilah-pilah untuk memudahkan kita memberikan perlakuan keada masing-masing golongan sampah. Misalnya untuk sampah anorganik, yang bisa kita lakukan adalah: 



Mengumpulkan botol-botol plastik sisa minuman, kaleng-kaleng bekas, kertaskertas bekas, koran, dan majalah.







Memilah-milah sampah anorganik, seperti sampah kertas, sampah plastik, dan kaleng.







Menyalurkannya ke petugas daur ulang dikota kamu atau tukang loak.



4. Replace (Mengganti) Mengganti yang saya maksud disini adalah mengganti barang yang kita gunakan dengan yang lebih ramah lingkungan. Misalnya: 



Mengganti penggunaan kantong plastik biasa dengan plastik biodegradable. Plastik jenis ini lebih eco-friendly karena mudah diuraikan.







Mengganti botol minum dengan botol yang dapat digunakan berulang kali, atau botol dari bahan almuminium.







Jangan malu menggunakan tas yang terbuat dari kain perca batik atau plastik bekas kemasan detergen sebagai pengganti tas kamu. Tas unik dan menarik, apalagi ramah lingkungan, akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi yang memakainya.







Daripada menggunakan styrofoam, lebih baik bawa kotak bekal sendiri sebagai tempat makanan.



5. Klasifikasi Organik Sampah jenis ini dapat dibedakan atau diklasifikasikan secara garis besar ke dalam dua jenis, yaitu: 1. Sampah Organik Basah Sampah organik berjenis basah merupakan sampah yang berasal dari makhluk hidup yang notabene memiliki kadar air yang cukup tinggi. Contoh dari sampah organik ini adalah sayuran, buah-buahan, dan limbah pengelolaan hewan ternak. 2. Sampah Organik Kering Sampah organik berjenis kering adalah sampah yang berasal dari makhluk hidup yang notabene memiliki kadar air yang cukup kecil sehingga tidak basah apabila dipegang oleh tangan. Contoh sampah ini adalah kertas, kayu, ranting pohon, serta dedaunan yang kering. 6. Gambaran Umum Black Soldier Fly (Hermetia illucens) Black Soldier Fly (BSF) atau dalam bahasa latin Hermetia illucens merupakan spesies lalat dari ordo Diptera, family Stratiomyidae dengan genus Hermetia (Hem, 2011). BSF merupakan lalat asli dari benua Amerika (Hem, 2011) dan sudah tersebar hampir di seluruh dunia antara 45° Lintang Utara dan 40° Lintang Selatan (Diener, 2010). Hem (2011) menyatakan BSF juga ditemukan di Indonesia, tepatnya di daerah Maluku dan Irian Jaya sebagai salah satu ekosistem alami BSF. Suhu optimum pertumbuhan BSF adalah antara 30°C-36°C. Larva BSF tidak dapat bertahan pada suhu kurang dari 7°C dan suhu lebih dari 45°C (Popa dan Green, 2012). BSF adalah spesies lalat tropis yang mempunyai kemampuan mengurai materi organik dengan sangat baik (Holmes et al., 2012) dan sudah digunakan sebagai agen pengurai limbah organik (Rachmawati et al., 2010) . BSF mampu mengekstrak energi dan nutrien dari sisa sayuran, sisa makanan, bangkai hewan, dan sisa kotoran lainnya seperti tinja dan air limbah domestik sebagai makanannya (Popa dan Green, 2012).



Rendahnya nilai ekonomis dari limbah tersebut menguntungkan upaya



pengembangan bioteknologi dari BSF. Larva dari BSF dapat mendaur ulang sampah jenis padat maupun jenis cairan, serta cocok untuk dikembangbiakkan secara monokultur karena



mudah disebarkan, aman dan mudah dikembangbiakkan di semua kondisi, tidak mudah terpengaruh oleh mikroorganisme, dan tidak mudah terjangkit parasit (Popa dan Green, 2012). BSF juga mampu bertahan dalam kondisi ekstrem dan mampu bekerjasama dengan mikroorganisme untuk mendegradasi sampah organik (Popa dan Green, 2012). BSF bukan hama (Popa dan Green, 2012) dan merupakan jenis lalat yang memiliki risiko penyebaran penyakit yang lebih rendah dibanding jenis lalat lainnya (Bullock et al., 2013). Secara singkat keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan larva BSF (Popa dan Green, 2012) adalah: 



Dapat mendegradasi sampah organik menjadi nutrisi untuk pertumbuhannya







Dapat mengkonversi sampah organik menjadi kompos dengan kandungan penyubur yang tinggi







Dapat mengontrol bau dan hama, serta dapat mengurangi emisi gas rumah kaca pada saat proses dekomposisi sampah







Tubuhnya mengandung zat kitin dan protein yang cukup tinggi yang dapat digunakan sebagai pakan ternak







Kandungan lemak yang tinggi pada tubuh larva BSF dapat dimanfaatkan sebagai bahan biofuel 7. Siklus hidup BSF



Siklus hidup BSF merupakan sebuah siklus metamorfosis sempurna dengan 4 (empat) fase, yaitu telur, larva, pupa, dan BSF dewasa (Popa dan Green, 2012). Siklus metamorfosis BSF berlangsung dalam rentang kurang lebih 40 hari, tergantung pada kondisi lingkungan dan asupan makanannya (Alvarez, 2012). a. Fase Telur Lalat betina BSF mengeluarkan sekitar 300-500 butir telur pada masa satu kali bertelur. BSF meletakkan telurnya di tempat gelap, berupa lubang/celah yang berada di atas atau di sekitar material yang sudah membusuk seperti kotoran, sampah, ataupun sayuran busuk. Telur BSF berukuran sekitar 0.04 inci (kurang dari 1 mm) dengan berat 12 µg, berbentuk oval dengan warna kekuningan.Telur BSF bersifat agak lengket dan sulit lepas meskipun dibilas dengan air. Suhu optimum pemeliharaan telur BSF adalah antara 2835°C. Pada suhu kurang dari 25°C telur akan menetas lebih dari 4 hari, bahkan bisa sampai 2 atau 3 minggu. Telur akan mati pada suhu kurang dari 20°C dan lebih dari 40°C. Telur BSF akan matang



dengan sempurna pada kondisi lembab dan hangat, dengan kelembaban sekitar 30%40%. Telur akan menetas dengan baik pada kelembaban 60%80%. Jika kelembaban kurang dari 30%, telur akan mengering dan embrio di dalamnya akan mati. Kondisi ini akan memicu pertumbuhan jamur jenis Ascomycetes yang dapat mempercepat kematian telur lainnya sebelum menetas menjadi larva. Telur BSF juga tidak dapat disimpan di tempat yang miskin oksigen ataupun terpapar pada tingkat gas karbondioksida yang cukup tinggi. b. Fase Larva Larva yang baru menetas dari telur berukuran sangat kecil, sekitar 0.07 inci (1.8 mm) dan hampir tidak terlihat dengan mata telanjang. Tidak seperti lalat dewasa yang meyukai sinar matahari, larva BSF bersifat photofobia. Hal ini terlihat jelas ketika larva sedang makan, dimana mereka lebih aktif dan lebih banyak berada di bagian yang miskin cahaya. Larva yang baru menetas optimum hidup pada suhu 28-35°C dengan kelembaban sekitar 60-70% (Holmes et al., 2012). Pada umur 1 (satu) minggu, larva BSF memiliki toleransi yang jauh lebih baik terhadap suhu yang lebih rendah. Ketika cadangan makanan yang tersedia cukup banyak, larva muda dapat hidup pada suhu kurang dari 20°C dan lebih tinggi daripada 45°C. Namun larva BSF lebih cepat tumbuh pada suhu 30-36°C. Larva yang baru menetas akan segera mencari tempat yang lembab dimana mereka dapat mulai makan pada material organik yang membusuk. Pada tahap ini larva muda akan sangat rentan terhadap pengaruh faktor eksternal, termasuk di antaranya terhadap suhu, tekanan oksigen yang rendah, jamur, kandungan air, dan bahan beracun. Ketahanannya terhadap faktor-faktor tersebut akan meningkat setelah berumur sekitar 1 minggu (berukuran sekitar 5-10 mg). Setelah berumur 10 hari, larva-larva ini akan mampu bersaing dengan lainnya yang lebih tua dalam inkubator pengembangbiakan. Setelah menetas, mulai dari fase larva hingga mencapai tahap prepupa, BSF mampu mereduki hingga kurang lebih 55% sampah yang diberikan (Diener, 2010). Selama masa pertumbuhannya larva BSF mengalami 5 (lima) fase pergantian kulit (instar) dengan perubahan warna dari putih krem sampai dengan berwarna cokelat kehitaman pada instar terakhir (Popa dan green, 2012). Dalam kondisi ideal larva BSF akan mencapai



fase



prepupa dan ukuran maksimum pada hari ke-14 setelah menetas, namun pada kondisi iklim tertentu bisa berlangsung hingga hari ke-30. Beberapa kondisi non ideal yang dapat menghambat pertumbuhan larva BSF antara lain suhu yang tidak optimal,



kualitas makanan yang rendah nutrien, kelembaban udara yang kurang, dan adanya zat kimia yang tidak cocok bagi larva. Pada kondisi normal larva BSF dewasa berukuran ratarata 16-18 mm dengan berat antara 150-200 mg. Bahkan dalam beberapa kejadian, larva dewasa dapat mencapai ukuran 1 inci (27 mm) dengan berat sampai dengan 430 mg. Larva BSF membutuhkan material organik mudah terurai sebagai makanannya seperti kompos, sampah, kotoran, bangkai hewan, sayuran dan buah-buahan busuk. Larva BSF lebih aktif mengurai sisa atau sampah yang diberikan dalam keadaan mulai membusuk. Hal ini membuat sampah yang di dalamnya terdapat banyak larva BSF tidak mengeluarkan bau tidak sedap yang terlalu mencolok. c. Fase Pupa Setelah berganti kulit hingga instar yang keenam, larva BSF akan memiliki kulit yang lebih keras daripada kulit sebelumnya, yang disebut sebagai puparium dimana larva mulai memasuki fase prepupa. Pada tahap ini, prepupa akan mulai bermigrasi untuk mencari tempat yang lebih kering dan gelap, sebelum mulai berubah menjadi kepompong. Pupa berukuran kira-kira dua pertiga dari prepupa dan merupakan tahap dimana BSF dalam keadaan pasif dan diam, serta memiliki tekstur kasar berwarna cokelat kehitaman. Selama masa perubahan larva menjadi pupa, bagian mulut BSF yang disebut labrum akan membengkok ke bawah seperti paruh elang, yang kemudian berfungsi sebagai kait bagi kepompong. Proses metamorfosis pupa menjadi BSF dewasa berlangsung dalam kurun waktu antara sepuluh hari sampai dengan beberapa bulan tergantung kondisi suhu lingkungan.



d. Lalat Dewasa Panjang tubuh BSF dewasa adalah antara 12-20 mm dengan rentang sayap selebar 8-14 mm. BSF dewasa berwana hitam dengan kaki berwana putih pada bagian bawah dan memiliki antena (terdiri dari tiga segmen) dengan panjang 2 (dua) kali panjang kepalanya. Antara



BSF



betina



dan BSF jantan memiliki tampilan yang



tidak jauh berbeda, dengan ukuran tubuh BSF betina yang lebih besar dan ukuran ruas kedua pada perutnya yang lebih kecil dibanding pada BSF jantan. BSF dewasa berumur relatif pendek, yaitu 4-8 hari. BSF dewasa tidak membutuhkan makanan, namun memanfaatkan cadangan energi dari lemak yang tersimpan selama fase larva. Hal ini membuat lalat BSF tidak digolongkan sebagai vektor penyakit. Lalat dewasa berperan hanya untuk proses reproduksi. BSF dewasa mulai dapat kawin setelah berumur 2 hari. Setelah terjadi perkawinan, BSF betina akan menghasilkan sebanyak 300-500 butir telur



dan meletakkannya di lokasi yang lembab dan gelap, seperti pada kayu lapuk. Suhu optimum bagi BSF untuk bertelur secara alami di alam adalah sekitar 27,5-37,5°C (Sheppard et al., 1994), sedang di penangkaran terjadi pada suhu lebih dari 24,4°C. Hasil penelitian menunjukkan kelembaban udara optimum yang baik untuk BSF betina dapat bertelur adalah antara 30-90%. Hal ini dikarenakan BSF bersifat sangat mudah dehidrasi, sehingga dibutuhkan kelembaban udara yang cukup. Namun dengan tersedianya pasokan air pada sangkar penangkaran agar BSF dapat minum, kelembaban udara yang dapat ditolerir pada kondisi kurang lebih 20%. Gambar dibawah menampilkan siklus metamorfosis BSF, mulai dari telur hingga menjadi BSF dewasa.



8. Kelebihan Maggot BSF Serangga ( Larva BSF adalah bagian dari metamorfosa serangga ) secara umum memiliki sistem kekebalan bawaan ( innate immune system) yang telah berevolusi dengan baik. Larva BSF dapat hidup diberbagai kondisi ekstrim seperti manur, kompos dan limbah organik yang dihuni oleh berbagai jenis bakteri dan fungi. Oleh karena itu larva BSF kaya akan berbagai jenis antimicrobial peptide (AMP) yang memiliki kemampuan menghambat mikroorganisme patogen .



Selain itu, larva BSF juga diketahui memiliki kandungan asam laurat yang tinggi, salah satu jenis asam lemak yang berfungsi sebagai agen antimikroba alami serta kandungan kitin, polisakarida yang dapat berperan dalam meningkatkan respon kekebalan hewan. ANTI BAKTERI APA SAJA YANG BEKERJA SECARA EFISIEN DARI LARVA BSF Ada 8 ( delapan ) jenis bakteri yang diteliti reaksinya dalam percobaan ilmiah yaitu : Salmonella sp., E. Coli, Klebsiella pneumonia, Neisseria gonorrhoeae, Shigella sonnei, Bacillus subtilis, Streptococcus mutans dan Sarcina lutea. Tetapi terdapat 5 anti bakteri pada larva BSF bekerja secara optimal yaitu Salmonella sp., E. Coli, Klebsiella pneumonia, Neisseria gonorrhoeae, Shigella sonnei dan 3 ( tiga ) jenis bakteri tidak memberikan reaksi yaitu Bacillus subtilis, Streptococcus mutans dan Sarcina lutea 5 bakteri yang mampu dihabisi oleh larva BSF 1. Anti Bakteri Salmonella Sp Anda tahu jenis bakteri amat terkenal menyerang manusia dan mengakibatkan penyakit yang bernama Salmonellosis atau biasa juga diseput typus. Bakteri Salmonellosis menular melalui makanan, terutama telur, daging sapi, daging unggas, buah-buahan, air atau susu yang terkontaminasi. Makanan memang aman, tetapi tidak sepenuhnya menghilangkan risiko infeksi. Salmonellosis dapat menular dari satu individu ke individu lain jika tidak mencuci tangan 2. Anti Bakteri E Coli Escherichia coli atau disingkat E. coli adalah bakteri umum yang biasanya ditemukan dalam usus manusia. Ada beberapa jenis dan sebain besar tidak berbahaya artinya ada segelintir jenis bakteri E. coli yang dapat merugikan kesehatan. Salah satu bakteri E. coli yang berbahaya adalah E. coli O157:H7. Menyebabkan keracunan makanan dan infeksi yang cukup serius. E. coli O157:H7 dapat menghasilkan racun yang mampu merusak dinding dari usus kecil dan mengakibatkan kram perut, diare yang bercampur dengan darah, hingga muntah-muntah. 3. Anti Bakteri Klebsiella Pneumoniae Klebsiella pneumoniae merupakan bakteri patogen, gram negative yang berbentuk batang



(basil), oportunistik, bakteri yang non motil (tidak bergerak), bakteri ini bersifat fakultatif anaerob. Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri ini antara lain adalah penyakit infeksi seperti saluran kencing, septicemias dan infeksi jaringan bronkopneumoniae dan pneumonia Infeksi Klebsiella pneumoniae sering terjadi pada pasien yang menderita penyakit lain seperti diabetes, penyakit paru-paru kronis, atau pecandu alkohol kronis. 4. Anti Bakteri Neisseria Gonorrhoeae Kita biasa menyebutnya penyakit “ Lion King” alias “raja singa” alias “Kentjing Nanah” atau paling mudah disebut gonore. Penyebab gonore adalah infeksi bakteri Neisseria gonorrhoeae. Bakteri ini paling sering menular melalui hubungan intim, termasuk seks oral dan seks anal. Wanita lebih mudah terkena komplikasi gonore dibanding pria. Komplikasi gonore yang dapat muncul pada pria adalah epididimitis dan luka pada saluran kencing. Sedangkan komplikasi gonore yang dapat muncul pada wanita adalah penyakit radang panggul dan sumbatan pada saluran telur. Kondisi ini dapat memicu terjadinya hamil anggur atau kehamilan ektopik. 9. Anti Bakteri Shigella Sonnei. Infeksi Shigella atau shigellosis adalah infeksi saluran cerna ( kita menyebutnya diare ) . Infeksi ini disebabkan oleh kelompok bakteri Shigella melalui makanan atau air yang terkontaminasi, atau melalui kontak dengan feses. Shigella akan menggandakan diri di usus kecil, lalu menyebar ke usus besar. Bakteri ini kemudian akan melepaskan racun yang membuat usus besar mengalami kram. Kemudian penderita akan mengalami diare, yang bisa terjadi 10-30 kali dalam sehari. ‘9



Skema Budidaya BSF



Ketika kita akan melakukan kegiatan budidaya BSF  / maggot BSF ini, kita tentu sebelumnya harus mengetahui posisi kegiatannya dalam pekerjaan kita. Kegiatan budidaya ini dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian tambahan dari kegiatan yang sudah ada sebelumnya. Anda dapat melakukannya dan menjadikan budidaya ini sebagai peluang bisnis, atau menjadikannya sebagai “unit” baru kegiatan anda pada pekerjaan yang sudah ada sebelumnya, misalnya pada peternakan anda yang sudah ada sebagai unit untuk menunjang pakan ternak dan menekan biaya produksi. Kegiatan budidaya BSF / maggot BSF itu sendiri dapat dilihat dan dipahami secara struktur dengan mudah dengan melihat bagan di bawah ini



Dengan melihat bagan diatas, flow kegiatan dapat dibayangkan dengan mudah, bahkan bagan ini juga dapat “merangsang” ide dan tujuan anda untuk apa budidaya ini mungkin anda lakukan. Dari sekian banyak ide dan tujuan yang digambarkan diatas atau bahkan ide-ide baru yang anda munculkan, ada hal yang perlu kita ketahui pula jika kegiatan budidaya ini menimbulkan banyak manfaat pada saat proses budidaya berjalan, tidak hanya pada tahap hasil yang didapatkan. Pada bagan kegiatan diatas dapat dilihat jika budidaya maggot ini dapat menyerap sampah organik dan meninggalkan kasgot (bekas maggot) yang merupakan sisa kultur yang ditinggalkan yang dapat digunakan sebagai pupuk organik. Jadi budidaya ini secara langsung dapat menjadi solusi untuk menjawab permasalah limbah organik yang hari ini menjadi masalah di lingkungan kita. Tentukan kemana anda akan “membawa” kegaitan budidaya ini. Kami sendiri sampai saat ini menerapkan budidaya maggot BSF ini untuk tujuan peternakan, perikanan, penangan limbah organik, sekaligus suplai pupuk organik ke beberapa petani, dan melakukan presentasi serta berdiskusi dengan banyak sekali pihak yang terkait dengan ketiga hal tersebut



10. Budidaya skala kecil menengah



Berdasarkan tingkat kebutuhan pakan rata-rata para peternak di Indonesia, maka skala budidaya bsf ini cenderung mengarah kepada skala budidaya kecil menengah. Hal pertama yang perlu dilakukan dalam sebelum melakukan budiday bsf ini adalah mengetahui dahulu, pahami dahulu kegiatan budidaya ini, apa yang harus dipersiapkan baik fisik maupun teori serta langkah-langkah yang akan terjadi dikemudian hari ketika budidaya ini berjalan. Budidaya ini harus dilakukan dengan baik dari segala aspeknya, tidak ada yang sulit dan semua mudah dipelajari, namun budidaya ini memerlukan manajemen yang baik, apalagi jika budidaya ini dilakukan sebagai penunjang kegiatan utama rekan-rekan beternak sebagai penyuplai pakan alternative ternak anda. Berarti akan menjadi kegiatan tambahan yang tidak boleh terganggu dan mengganggu kegiatan yang telah ada sebelumnya. Penambahan Tenaga kerja mungkin diperlukan, berapa luas lokasi yang diperlukan, apa saja kegiatan yang akan terjadi di dalamnya, semua harus direncanakan dengan baik. kegiatan budidaya bsf akan menjadi kesatuan dalam sebuah lokasi anda menjadi kegiatan terpadu yang harus dilakukan dengan baik. Persiapan fisik 1. Kandang BSF Setelah mempelajari budidaya ini dari hulu sampai hilir, baru melakukan persiapan kebutuhan yang diperlukan. Kandang adalah kebutuhan utama yang diperlukan untuk melakukan budidaya lalat dan bertujuan untuk memproduksi telur-telur sebagai bibit Maggot BSF nya. Perencanaan anda dan skala budidaya yang ditentukan akan mempengaruhi ukuran kandang yang akan dibuat, disamping tentunya kesiapan dari lahan yang ada. Kandang ukuran 2,5m x 4m x 3m (tinggi) cukup untuk memenuhi skala kecil menengah ini dan dapat mengimbangi luasan media maggot sampai 150m2, tapi tentu tidak absolut dan menjadi relative disesuaikan dengan kebutuhan kita selanjutnya. Penempatan kadang harus memenuhi beberapa syarat misalnya kandang harus transparan mendapatkan sinar matahari yang cukup dan kandang harus aman dari gangguan musah misalnya tikus dan burung. Dibawah ini gambar salah satu gambar kandang BSF yang dapat penulis rekomendasikan



2. Media Penetasan Media penetasan bisa dibuat dari box-box kecil dimana disini telur-telur bsf ditetaskan menjadi larva lalu selanjutnya dipindah ke biopond sebagai media pembesaran. Tempatkan ruang khusus untuk penetasan ini, tidak harus permanen tetapi memiliki lokasi khusus sehingga tidak berceceran setiap kegiatan di lokasi kita nantinya. Gunakan rak untuk menyusun box-box tersebut sehingga rapi dan tertata dengan baik



Media penetasan harus lah yang bergizi dan dapat diserap mini larva (maggot kecil) media penetasan dapat berupa bekatul, sisa buah, pellet, pur, dan lain - lain Yang harus diperhatikan setelah adanya mini larva keadaan media tidak boleh kering dan berair, karena apabila terdapat keadaan seperti diatas, mini larva dimedia kering tidak akan berkembang, atau mini larva di media basah akan kabur.



3. Biopond Biopond yang digunakan pada skala menengah berbeda ukuran dengan skala rumahan, prinsipnya sama dimana biopond ini memiliki 2 jenis yaitu biopond biasa (tanpa ramp) digunakan sebagai media untuk memproduksi larva muda dan biopond yang memiliki ramp/bidang miring sebagai jalan migrasi prepupa Ukuran disesuaikan dengan lahan yang ada, rencanakan lokasi biopond ini sehingga nantinya menjadi bagian dalam kegiatan secara utuh yang baik dilihat, dan yang paling penting dan menunjang kinerja dengan maksimal.



4. Unit pengolahan sampah Unit pengolahan sampah adalah kegiatan yang otomatis akan muncul di dalam kegiatan dan lokasi budidaya ini karena aktivitas pencarian dan mendapatkan limbah sebagai makanan maggot dilakukan setiap hari. Skala budidaya besar dan berkembang akan mempengaruhi pula kebutuhan akan tempat dan peralatan pada unit pengolahan sampah ini.



Ke empat hal diatas adalah penting untuk diketahui dan dipahami sejak awal memulai kegaitan, tidak perlu terburu-buru untuk memulai, memberikan waktu dan ruang untuk tahap belajar diawal sebelum melangkah bisa jadi justru akan mempercepat langkah selanjutnya. Proses yang akan dilakukan akan lebih efisien, sistematis, dan ekonomis.   11. Persiapan teori kegiatan Pengetahuan akan setiap kegiatan diperlukan untuk menjamin kelancaran budidaya ini disamping peralatan dan kebutuhan fisik yang diperlukan. Setiap elemen kegiatan akan menentukan keberhasilan dan dari budiaya ini, beberapa hal penting yang harus diketahui secara teori daintaranya adalah : 1. Pengetahuan tentang bibit yang baik 2. Tata cara budidaya bsf didalam kandang 3. Pembuatan kandang bsf yang baik 4. Proses bsf bertelur 5. Penetasan telur-telur bsf 6. Pembesaran maggot 7. Pembuatan kultur budidaya maggot yang baik 8. Pembuatan media pembesaran yang baik dan benar 9. Mengetahui karakter bsf dan maggot pada media 10. Pengetahuan tentang limbah yang digunakan 11. Luasan lahan – potensi produksi - cost produksi 12. Produksi maggot yang diperlukan dan penanganan budidaya 13. Tata cara menekan biaya / cost produksi maggot 14. Panen 15. Tatacara aplikasi maggot terhadap ternak 16. Paska produksi 17. Proses pengolahan maggot menjadi pakan ternak lengkap Walaupun mungkin tidak terlalu detail harus kita ketahui diawal, semuanya harus terbayang dan menjadi bahan diskusi sebelum melakukan budidaya ini. Contoh kecil, semua tidak akan ada artinya kita dapat produksi banyak Maggot BSF namun dengan biaya yang tinggi, goal menjadikan maggot BSF ini sebagai pakan alternative yang murah tidak akan tercapai. Malah justru menjadi beban dari pekerjaan / peternakan utama yang sedang dilakukan



12. Aplikasi Maggot BSF di Bank Sampah Budidaya Maggot BSF dalam skala kecil dan menengah dapat diaplikasi dengan Bank sampah yang saat ini mulai dilirik banyak pihak, bank sampah tidak saja dapat mengatasi masalah sampah anorganik tapi juga masalah sampah organik 1. Nasabah penghasil sampah organik disetiap rumah menghasilkan lebih banyak sampah organik dibandingkan sampah anorganik, limbah dapur, sisa sayur dan buah penyumbah sampah terbesar dirumah tanggga 2. Dengan memilah Sampah Organik, Bank Sampah dapat membeli sampah organik rumah tangga 3. Bank sampah yang mempunyai divisi organik melaksanakan pengolahan sampah dengan budidaya maggot BSF 4. Bank Sampah yang telah melakukan budidaya maggot BSF, dapat Jual, telur BSF, Fresh Maggot, Prepupa/Pupa 5. Dengan kegiatan lanjutan Bank Sampah dapat memproduksi Maggot Fresh, Maggot Kering Pur Ayam atau Pelet Ikan Inilah yang dapat diuraikan dalam tulisan ini semoga dari beberapa uraian diatas dapat diambil pelajaran betapa pengelolaan sampah saat ini butuh perhatian banyak pihak, dari pengelolaan ini akan menghasilkan beberapa keuntungan. Semoga kedepanya akan lebih memacu pertumbuhan ekonomi dengan adanya inovasi- inovasi dalam kegiatan pengelolaan sampah organik maupun anorganik. Kepada pemuda pemudi, beralihlah kepada sampah lirik lah sampah, betapa banyak sumberdaya – sumberdaya yang belum termanfaatkan dari sampah, mulailah mengelolah sampah dari rumah dengan memilah dan menjadikan suatu barang yang bermanfaat. Jika semua rumah telah melaksanakanya tentunya beban pemerintah dan bebat Tempat penampungan sampat tidak terlalu berat menangani masalah sampah yang makin lama makin menggunung.