Neuralgia 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN NEURALGIA TRIGEMINAL



Dosen Pengampu : Chrisnawati,MSN Disusun Oleh : Tri Indriani 113063C117030



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN BANJARMASIN 2019/2020



Daftar Isi BAB I ..................................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 1 A.



Latar Belakang .......................................................................................................................... 1



BAB II .................................................................................................................................................... 3 KONSEP PENYAKIT ........................................................................................................................... 3 A.



Anatomi dan Fisiologi ................................................................................................................ 3



B.



Definisi........................................................................................................................................ 4



C.



Epidemiologi .............................................................................................................................. 5



D.



Etiologi ....................................................................................................................................... 6



E.



Pathway ...................................................................................................................................... 7



F. Manifestasi Klinis .......................................................................................................................... 8 G.



Penatalaksanaan .................................................................................................................... 9



H.



Terapi Medis .......................................................................................................................... 9



BAB III ................................................................................................................................................ 13 ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................................................................. 13 A.



Pengkajian................................................................................................................................ 13



B.



Diagnosa ................................................................................................................................... 14



C.



Evaluasi .................................................................................................................................... 21



BAB IV................................................................................................................................................ 22 PENUTUP................................................................................................. Error! Bookmark not defined. Kesimpulan ........................................................................................... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 24



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri orofasial sering menjadi alasan bagi para pasien datang ke dokter gigi. Nyeri pada daerah mulut paling sering disebabkan oleh adanya kelainan di daerah odontogenik, seperti adanya karies gigi, abses dentoalveolar akut, kehilangan restorasi gigi. Akan tetapi ada beberapa nyeri orofasial yang tidak disebabkan oleh adanya kelainan odontogenik. Salah satunya adalah Trigeminal neuralgia.1,2 Trigeminal neuralgia adalah nyeri pada sebagian wajah yang jarang terjadi dan melibatkan nervus trigeminus. Nervus ini adalah nervus kranial kelima yang mempersarafi daerah kulit wajah, kulit kepala, konjungtiva, rongga hidung, 2/3 anterior lidah, otot-otot pengunyahan dan fosa kranial bagian tengah. Trigeminal neuralgia disebut juga dengan tic douloureux. International Association for the Study of Pain (IASP) mendefinisikan Trigeminal neuralgia sebagai nyeri yang tiba-tiba, biasanya unilateral atau terjadi pada satu sisi wajah, bersifat tajam, hebat, singkat, dan berulang yang berdistribusi pada satu atau lebih cabang dari saraf trigeminal atau saraf kranial kelima. Etiologi Trigeminal neuralgia menurut Love dan Coakham (2001) adalah sebagian besar disebabkan oleh adanya penekanan pada serabut saraf trigeminal. Beberapa kasus disebabkan gangguan demielinasi primer. Pada kasus yang jarang disebabkan oleh gangguan infiltrasi pada serabut saraf trigeminal, ganglion karena adanya tumor atau amiloid. Adanya infark kecil atau angioma pada pons dan medulla, dan beberapa kasus dengan etiologi yang tidak diketahui atau idiopatik. Gambaran klinis Trigeminal neuralgia berupa nyeri yang biasanya dirasakan pada daerah mata, bibir, hidung, kulit kepala, dahi, dan rahang serta pada sebagian besar kasus terbatas pada satu bagian sisi wajah (95%). Ada juga beberapa kasus



yang mengatakan bahwa rasa nyeri terjadi secara bilateral namun tidak pada waktu yang bersamaan.



1



Klasifikasi Trigeminal neuralgia menurut The International Headache Society (IHS) yaitu klasikal dan simptomatik. Trigeminal neuralgia klasik adalah gangguan nyeri unilateral yang singkat dan seperti tersengat listrik, terjadi secara tiba-tiba serta distribusi nyeri terbatas pada satu atau lebih cabang saraf trigeminal. Rasa nyeri pada tipe simptomatik tidak dapat dibedakan dengan tipe klasik, hanya saja pada tipe ini disebabkan oleh adanya lesi struktural. Insidensi Trigeminal neuralgia adalah 3 sampai 5 per 100.000 orang. Lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan pria dengan rasio sebesar 1,74:1 pada kelompok usia 50-60 tahun. Sebagian besar kasus menyatakan bahwa serangan terjadi pada sisi wajah bagian kanan. Hasil penelitian Jainkittivong, Aneksuk, dan Langlais pada tahun 2011 di Thailand menunjukkan bahwa dari 188 pasien dengan Trigeminal neuralgia, terdapat 118 pasien (62,8%) adalah wanita dan 70 pasien (37,2%) pria dengan perbandingan 1,7 : 1. Insidensi tertinggi (46,8%) terjadi pada rentan usia 50-69 tahun. Nyeri pada sisi wajah bagian kanan lebih banyak terjadi dibandingkan dengan sisi kiri (1,8:1). Paling sering terjadi pada cabang mandibularis dari nervus trigeminus (30,3%), disusul oleh kombinasi dari cabang maksilaris dan mandibularis (29,3%) dan cabang maksilaris (25%). Faktor pencetus terjadinya Trigeminal neuralgia yang paling umum adalah mengunyah (61,2%) dan berbicara (47,3%).12 Trigeminal neuralgia klasik (80%) lebih sering terjadi dibandingkan Trigeminal neuralgia simptomatik (10%).



2



BAB II KONSEP PENYAKIT A. Anatomi dan Fisiologi Nervus Trigeminus adalah nervus cranialis kelima. Nervus ini terbagi menjadi 2 cabang. Cabang besar memerankan fungsi sensoris pada wajah, sedangkan cabang yang lebih kecil memerankan fungsi motorik mengunyah. Fungsi motorik diperankan oleh m. pterogoidesus lateralis untuk membuka rahang bawah. Fungsi sensorik dibagi menjadi 3 ramus, yaitu ramus opthalmica, ramus maxilla, dan ramus mandibula. Ramus opthalmica mengurus sensibiltas wajah pada area dahi, mata, hidung, kening, selaput otak, dan sinus paranasal. Ramus maxilaris mengurus sensibiltas wajah pada area bibir atas, palatum dan mukosa hidung. Ramus mandibularis mengurus sensibilitas rahang bawah, gigi bawah, pipi, mukosa pipi, dan telinga eksternal. Cabang V1 keluar melalui fissura orbitalis superior bersama nervus III, IV, VI. Cabang V2 keluar melalui foramen rotundum. Cabang V3 keluar melalui foramen ovale. Ganglion Nervus trigeminus adalah Ganglion Gasseri.



Sumber: drugs.com, Trigeminal Neuralagia



3



B. Definisi Neuralgia Trigeminal adalah gangguan yang terjadi akibat kelainan dari nervus cranialis ke-5 yaitu nervus trigeminal dan dikenal juga sebagai tic douloureux. Gangguan dari nervus trigeminal dapat dirasakan sebagai rasa tajam dan tertusuk pada pipi, bibir, dagu, hidung, dahi, maupun gusi pada salah satu sisi wajah (unilateral). Rasa nyeri dapat terjadi dalam hitungan detik sampai sekitar 2 menit. Dan episode nyeri ini dapat berlangsung dalam beberapa minggu hingga beberapa tahun. Rasa nyeri ini dapat distimulasi oleh berbagai macam hal seperti mengunyah atau menyentuh area area tertentu yang terlokalisasi pada wajah (triggerr zone) Trigger zone biasanya di plika nasolabialis dan atau dagu. Neuralgia Trigeminal merupakan salah satu bentuk nyeri neuropatik, dimana nyeri neuropatik ditandai dengan adanya kerusakan saraf. Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai oleh serangan nyeri berat paroksismal dan singkat dalam cakupan persarafan satu atau lebih cabang nervus trigeminus, biasanya tanpa bukti penyakit saraf organik. Penyakit ini menyebabkan nyeri wajah yang berat. Penyakit ini juga dikenal sebagai tic doulourex atau sindrom. (Bryce, 2004) Neuralgia pada penyakit ini disertai dengan nyeri yang berat dan menusuk pada rahang dan wajah, biasanya pada satu sisi dari rahang atau pipi, yang biasanya terjadi dalam beberapa detik. Dan nyerinya selalu unilateral dan mengikuti distribusi sensoris dari nervus kranial V, khas mengenai daerah maksila (V.2) atau mandibula (V.3). Pemeriksaan fisis biasanya dapat mengeliminasi diagnosa alternatif. Tanda dari disfungsi nervus kranialis atau abnormalitas neurologis yang lain menyingkirkan diagnosis dari neuralgia trigeminal idiopatik. dan mungkin menandakan



nyeri



sekunder yang dirasakan akibat lesi struktural. (Bryce, 2004) Neuralgia trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang berulang. Disebut trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf trigeminal. Saraf yang cukup besar ini terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa nyeri disebabkan oleh



4



terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai penyebab. (Bryce, 2004) Serangan neuralgia trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik. (Bryce, 2004) Nervus Trigeminal terbagi menjadi tiga cabang utama yaitu (Pearce.2009) : 1. Nervus Optalmikus Sifatnya sensorik dan fungsinya mensarafi kulit kepala bagian depan kelopak mata atas, selaput lendir kelopak mata dsn bola mata. 2. Nervus Maksilaris Sifatnya sensoris dan fungsinya mensarafi gigi-gigi atas, bibir atas, platum, batang hidung, rongga hiddung, dan sinus maksilaris. 3. Nervus Mandibularis Sifatnya majemuk (sensori dan motoris), serabut-serabut motorisnya mensarafi otot-otot pengunyah, serabut-serabut sensorisnya mensarafi gigi bawah, kulit daerah temporal dan dagu. Serabut rongga mulut dan lidah dapat membawa rangsangan cita rasa ke otak. C. Epidemiologi Tidak ada studi sistematik mengenai prevalensi dari neuralgia trigeminal, namun suatu kutipan yang diperkirakan diterbitkan pada tahun 1968 mengatakan bahwa prevalensi dari neuralgia trigeminal mendekati 15,5 per 100.000 orang di United States. Sumber lain mengatakan bahwa insiden tahunannya adalah 4-5 per 100.000 orang, dimana menandakan tingginya prevalensi. Di beberapa tempat, penyakit ini jarang ditemukan. Onsetnya usia diatas 40 tahun pada 90% penderita. Neuralgia trigeminal sedikit lebih umum terjadi pada perempuan dibandingkan dengan lakilaki.Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah dibandingkan dengan sisi kiri .(Kaufman AM, 2001) Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya timbul setelah umur 50 tahun, jarang setelah umur 70 tahun. Insiden familial sedikit lebih tinggi (2%) dibanding insiden sporadik. Faktor resiko epidemiologis (umur, ras, kebiasaan 5



merokok dan minum alkohol) diperkirakan penting dalam hubungannya dengan apakah wajah atas atau wajah bawah yang terkena.Perbandingan frekuensi antara lakilaki dan perempuan adalah 2:3, sedangkan perkembangan dari neuralgia trigeminal pada usia muda dihubungkan dengan kemungkinan dari multiple sklerosis. Neuralgia trigeminal yang idiopatik khas terjadi pada dekade kelima kehidupan, tapi dapat pula terjadi pada semua umur, sedangkan simptomatik atau neuralgia trigeminal sekunder cenderung terjadi pada pasien yang lebih muda. (Kaufman AM, 2001) D. Etiologi Etiologi trigeminal neuralgia (TN) dapat berupa pusat, perifer, atau keduanya. Saraf trigeminal (saraf kranial V) bisa menyebabkan nyeri, karena fungsi utama adalah sensorik. Biasanya, tidak ada lesi struktural hadir (85%), meskipun banyak peneliti setuju bahwa kompresi pembuluh darah, biasanya vena atau loop arteri di pintu masuk ke saraf trigeminal pons, sangat penting untuk patogenesis berbagai idiopatik. Ini hasil kompresi dalam demielinasi saraf trigeminal fokus. Etiologi idiopatik diberi label secara default dan kemudian dikategorikan sebagai trigeminal neuralgia klasik. (Sharav, 2002 ; Brice, 2004) Kondisi idiopatik ini tidaklah diketahui sepenuhnya. Namun, kasus-kasus simtomatik akibat lesi organic yang dapat diidentifikasi lebih umum ditemui daripada yang sebelumnya disadari. (Sharav, 2002 ; Brice, 2004) Beberapa kasus mencerminkan gangguan serabut eferen nervus V oleh berbagai struktur abnormal sehingga disebut sebagai kasus-kasus neuralgia trigeminal simtomatik.Pada beberapa kasus seperti ini, nervus trigeminus tertekan oleh pembuluh darah vertebrobasiler yang ektasis atau`akibat tumor-tumor seperti neuroma trigeminal atau akustik, meningioma dan epidermoid pada sudut serebellopontin. Selain itu, traksi juga dapat diakibatkan oleh hidrosefalus akibat stenozis aquaductus. (Sharav, 2002 ; Brice, 2004) Beberapa kasus walaupun jarang merupakan manifestasi dari sklerosis multipel yang menyerang radiks desendens nervus trigeminus dan



merupakan penyebab



terbanyak kasus pada penderita muda. Selain itu, kausa lain yang dipostulatkan adalah inflamasi ganglion nonspesifik, maloklusi gigi, iskemia serta proses degeneratif sistem saraf. (Sharav, 2002 ; Brice, 2004) 6



E. Pathway



F.



G. H. I. .



2.2.8 WOC (Web of Caution) Trigeminal neuralgia



7



F. Manifestasi Klinis Ciri khas neuralgia trigeminal adalah nyeri seperti tertusuk-tusuk singkat dan paroksismal, yang untuk waktu yang lama biasanya terbatas pada salah satu daerah persarafan cabang nervus V. Jika terbatas pada daerah yang dipersarafi oleh salah satu cabang, kondisi yang ada dapat disebut neuralgia supraorbital, infraorbital atau mandibular tergantung saraf yang terlibat. Cabang I jauh lebih jarang terserang dan kadang-kadang setelah cabang II sudah terserang. Jika nyeri berawal pada daerah yang dipersarafi cabang II atau III, biasanya akan menyebar ke kedua cabang lainnya. Pada beberapa kasus dapat terjadi nyeri bilateral walaupun sangat jarang terjadi bersamaan pada kedua sisi. Menurut definisi yang ada, pasien akan bebas dari rasa nyeri di antara dua serangan paroksismal beruruan , walaupun nyeri sisahan kadang kadang ada. Nyeri biasanya terbatas pada disteribusi kutaseus cabang nV, tidak melintasi linea mediana dan dapat dipicu oleh lebih dari satu titik pemicu. Nyeri dapat sangat dirasakan pada kening, pipi, rahang atas atau bawah, atau lidah. Nyeri cenderung menyebar ke daerah persarafan cabang lain. Penampakan klinis yang khas adalah nyeri dapat dipresipitasi oleh sentuhan pada wajah , seperti saat cuci muka atau bercukur, berbicara, mengunyah dan menelan. Nyeri yang timbul biasanya sangat berat sehingga pasien sangat menderita. Nyeri seringkali menimbulkan spasme reflex otot wajah yang terlibat sehingga disebut ‘tic douloreaux’, kemerahan pada wajah, lakrimasi dan salivasi. (Sharav, 2002 ; Bryce, 2004) Tabel 2: Perbedaan gejala klinis neuralgia trigeminal idiopatik dengan simptomatik adalah sebagai berikut Idiopatik



Simptomatik



Nyeri bersifat paroksimal di daerah Nyeri terasa terus menerus di kawasan sensorik cabang oftalmikus atau cabang cabang oftalmikus, atau nervus inframaksillaris



dan/atau



cabang orbitalis



mandibularis



8



Timbulnya nyeri secara hilang timbul, Nyerinya terus-menerus tidak hilang serangan pertama bisa berlangsung 30 timbul, dengan puncak nyeri hilang menit dan serangan berikutanya antara timbul beberapa detik sampai 1 menit Nyeri merupakan gejala tunggal dan Disamping utama



nyeri



terdapat



juga



anestesia/hipestesia atau kelumpuhan saraf otak, ganguan autonom



Penderitra berusia 45 tahun. lebih sering Tidak memperlihatkan kecenderungan wanita dari pada laki-laki



pada wanita atau pria dan tidak terbatas pada golongan umur tertentu



G. Penatalaksanaan Pengobatan pada dasarnya dibagi atas 3 bagian: 1. Penatalaksanaan pertama dengan menggunakan obat. 2. Pembedahan dipertimbangkan bila obat tidak berhasil secara memuaskan. 3. Penatalaksanaan dari segi kejiwaan. H. Terapi Medis 1. Obat Perlu diingatkan bahwa sebagian besar obat yang digunakan pada penyakit ini mempunyai cukup banyak efek samping. Penyakit ini juga terutama menyerang mereka yang sudah lanjut usia. Karena itu, pemilihan dan pemakaian obat harus memperhatikan secara cermat kemungkinan timbulnya efek samping. Dasar penggunaan obat pada terapi Trigeminal neuralgia dan neuralgia saraf lain adalah kemampuan obat untuk menghentikan hantaran impulse afferent yang menimbulkan serangan nyeri. a. Carbamazepine Obat yang hingga kini dianggap merupakan pilihan pertama adalah carbamazepine. Bila efektif maka obat ini sudah mulai tampak hasilnya setelah 4 hingga 24 jam pemberian, kadang-kadang bahkan secara cukup dramatis. Dosis 9



awal adalah 3 x 100 hingga 200 mg. Bila toleransi pasien terhadap obat ini baik, terapi dilanjutkan hingga beberapa minggu atau bulan. Dosis hendaknya disesuaikan dengan respons pengurangan nyeri yang dapat dirasakan oleh pasien.Dosis maksimal adalah 1200 mg/hari. b. Gabapentin Waldeman menganjurkan pemberian obat ini bila carbamazepin dan phenitoin gagal mengendalikan nyerinya.Dosis awal 300 mg, malam hari, selama 2 hari. Bila tidak terjadi efek samping yang mengganggu seperti pusing/dizzy, ngantuk, gatal, dan bingung, obat dinaikkan dosisnya setiap 2 hari dengan 300 mg hingga nyeri hilang atau hingga tercapai dosis 1800 mg/hari. Dosis maksimal yang diperbolehkan oleh pabrik obat ini adalah 2400 mg/hari.Waldeman menganjurkan 1800 mg sebagai dosis tertinggi. Rowbotham dkk. menemukan bahwa gabapentin dalam dosis mulai 900 hingga 3600 mg sehari berhasil mengurangi nyeri, memperbaiki gangguan tidur, dan secara umum memperbaiki quality of life dari para pasien mereka. 2. Bedah a. Percutaneous retrogasserian rhizolisis dengan gliserol Cara ini adalah cara yang dianjurkan oleh Jho dan Lunsforf (1997). Konon, hasilnya sangat baik dengan gangguan minimal pada kepekaan muka. Hipotesis yang dikemukakan adalah bahwa gliserol adalah neurotoksik dan bekerja



pada



serabut



saraf



yang



sudah



mengalami



demielinisasi,



menghilangkan compound action potential pada serabut trigeminal yang terkait dengan rasa nyeri. Cara ini cepat dan pasien bisa cepat dipulangkan.Kerugiannya adalah masih tetap bisa terjadi gangguan sensorik yang mungkin mengganggu atau kumat lagi sakitnya. b. Microvascular Decompression Dasar dari prosedur ini adalah anggapan bahwa adanya penekanan vaskular merupakan penyebab semua keluhan ini.Neuralgia adalah suatu compressive cranial mononeuropathy. Para penganut cara pengobatan ini mengganggap bahwa penyembuhan yang terjadi adalah yang paling sempurna dan 10



permanen. Kerugian cara ini adalah bahwa bagaimanapun juga ini suatu kraniotomi dan pasien perlu tinggal sekitar 4-10 hari di rumah sakit, dilanjutkan dengan masa rekonvalesensi yang juga perlu 1-2 minggu. Pertimbangan



lain



adalah



bahwa



walaupun



jarang,



mikrovaskular



dekompression bisa menyebabkan kematian atau penyulit lain seperti stroke, kelemahan nervus fasialis, dan tuli. Di tangan ahli bedah yang berpengalaman, komplikasi ini tentunya sangat kecil.Pada operasi yang berhasil, pengurangan atau bahkan hilangnya nyeri sudah dapat dirasakan setelah 5-7 hari pasca bedah.Dr. Fred Barker dan timnya melaporkan dalam suatu pertemuan ilmiah tentang pengalamannya dengan mikrovaskular dekompression pada 1430 pasien yang dilakukan di Universitas Pittsburgh.Sebagian besar dari pasien tersebut mendapatkan pengurangan nyeri secara lengkap atau bermakna.Dua tahun setelah operasi, insidens kekambuhan 1% per tahunnya.Kekambuhan ini secara umum dikarenakan adanya pembuluh darah baru yang muncul pada nervus trigeminus. c. Stereotactic radiosurgery dengan gamma knife Merupakan perkembangan yang masih relatif baru.Gamma Knife merupakan alat yang menggunakan stereotactic radiosurgery. Tekniknya dengan cara memfokuskan sinar Gamma sehingga berlaku seperti prosedur bedah, namun tanpa membuka kranium. Gamma Knife pertama kali diperkenalkan oleh Dr. Lars Leksell dari Stockholm, Swedia pada 1950.Cara ini hanya memerlukan anestesi lokal dan hasilnya konon cukup baik.Sekitar 80-90% dari pasien dapat mengharapkan kesembuhan setelah 3-6 bulan setelah terapi. Cara kerja terapi adalah lewat desentisisasi pada saraf trigeminal setelah radiasi yang ditujukan pada saraf ini dengan bantuan komputer.Seorang ahli bedah saraf dari Seattle Dr. Ronald Young mengatakan bahwa dengan Gamma Knife hasilnya sangat memuaskan juga dengan komplikasi yang minimal.



11



Meglio dan Cioni melaporkan cara dekompresi baru dengan menggunakan suatu balon kecil yang dimasukkan secara perkutan lewat foramen ovale. Balon diisi sekitar 1 ml sehingga menekan ganglion selama 1 hingga 10 menit. Konon cara ini membawa hasil pada sekitar 90% dari kasus. Belum ada laporan mengenai berapa banyak yang mengalami residif. 3. Penatalaksanaan dari Segi Kejiwaan Hal lain yang penting untuk diperhatikan selain pemberian obat dan pembedahan adalah segi mental serta emosi pasien. Selain obat-obat anti depresan yang dapat



memberikan efek perubahan kimiawi otak dan



mempengaruhi neurotransmitter baik pada depresi maupun sensasi nyeri, juga dapat dilakukan teknik konsultasi biofeedback (melatih otak untuk mengubah persepsinya akan rasa nyeri) dan teknik relaksasi.



12



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN



A. Pengkajian 1. Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, bahasa, pekerjaan, suku/kebangsaan, alamat, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit. 2. Keluhan Utama Nyeri pada bibir, dagu, lobang hidung, dan pada gigi (daerah perifer, bukan pada struktur yang lebih dalam). Nyeri bersifat tajam seperti tertusuk atau tersetrum listrik yang terjadi di sepanjang satu atau lebih cabang inervasi N. V. Nyeri dapat tercetus oleh rangsangan ringan (alodinia) seperti terpapar angin, berbicara,mengunyah atau cuci muka. 3. Riwayat penyakit sebelumnya Mengkaji apakah ada penyakit pada bagian sistem saraf pusat yang mengarah pada penyebab peradangan saraf trigeminal. 4. Anamnesis Terdapat serangan nyeri paroksismal dengan awitan tiba-tiba yang berlangsung selama beberapa detik sampai kurang dari 2 menit. Nyeri bersifat tajam seperti tertusuk atau tersetrum listrik yang terjadi di sepanjang satu atau lebih cabang inervasi N. V. Nyeri dapat tercetus oleh rangsangan ringan (alodinia) seperti terpapar angin, berbicara,mengunyah atau cuci muka. Pada anamnesa yang perlu diperhatikan adalah lokalisasi nyeri, kapan dimulainya nyeri, menentukan interval bebas nyeri, menentukan lamanya, efek samping, dosis dan respons terhadap pengobatan, menanyakan riwayat penyakit lain seperti ada penyakit herpes atau tidak, dsb. 5. Pemeriksaan fisik Pada pemeriksaan fisik neurologi dapat ditemukan sewaktu terjadi serangan, penderita tampak menderita sedangkan diluar serangan tampak normal. Halhal yang perlu diperhatikan adalah: a. Pada B3 ditemukan gangguan sensorik berupa hiperalgesi dan aldona b. Menilai sensasi pada ketiga cabang nervus trigeminal 13



c. Menilai fungsi mengunyah (masseter) dan fungsi pterygoideus (membuka mulut, deviasi dagu)



B. Diagnosa 1. Nyeri Akut 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh 3. Ansietas b/d prognosis penyakit dan perubahan kesehatan



1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d penekanan saraf trigeminal dan inflamasi arteri temporalis. Tujuan



: Dalam waktu 3 x 24 jam, nyeri berkurang atau dapat diadaptasi oleh



klien. Kriteria hasil :







Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan nyeri







Secara subjektif melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi







Ekspresi wajah pasien tidak nampak kesakitan







Klien tidak gelisah







Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi



Intervensi







Rasional



Kaji terhadap nyeri yang



14



dirasakan oleh pasien meliputi: 



P = pencetus nyeri yang dirasakan klien



Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan pada pasien.



Q = kualitas nyeri yang dirasakan klien apakah tertusuk, tertimpa batu R = daerah yang mengalami nyeri S = skala nyeri yang dirasakan klien (0-10) T = Waktu timbulnya nyeri



Pastikan durasi/ episode nyeri



Memudahkan pilihan intervensi yang sesuai



Teliti keluhan nyeri



Nyeri merupakan pengalaman subjektif dan harus dijelaskan oleh pasien



Bantu klien dalam identifikasi faktor



Nyeri dipengaruhi oleh kecemasan,



pencetus



ketegangan, suhu, distensi kandung kemih, dan berbaring lama



Evaluasi perilaku nyeri



Dapat diperkuat karengan persepsi pasien tentang nyeri tidak dapat dipercaya



Anjurkan pada klien untuk mengurangi



Menghindari stimulus nyeri dan



aktivitas yang berat dan menambah



15



waktu istirahat



meningkatkan rasa nyaman



Kompres hangat atau dingin pada



Kompres dingin dapat mengakibatkan



daerah yang nyeri



vasodilatasi, sehingga dapat menurunkan nyeri. Kompres hangat dapat meningkatkan sirkulasi darah dan menurunkan tegangan otot



Ajarkan relaksasi: teknik-teknik untuk



Relaksasi dapat melancarkan peredaran



menurunkan ketegangan otot rangka,



darah, sehingga kebutuhan oksigen oleh



yang dapat menurunkan intensitas nyeri



jaringan akan terpenuhi sehingga akan



dan juga tingkatkan relaksasi masase



mengurangi nyerinya



Ajarkan metode distraksi selama nyeri



Mengalihkan perhatian ke hal-hal yang



akut



menyenangkan



Tingkatkan pengetahuan tentang



Pengetahuan akan dirasakan membantu



penyebab nyeri dan menghubungkan



mengurangi nyerinya. Dan dapat



berapa lama nyeri akan berlangsung



membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik



Sampaikan perhatian anda atas respon



Memberikan rasa nyaman pada pasien



pasien terhadap nyeri. Berukan



untuk mengekspresikan nyerinya dan



kesempatan kepada pasien untuk



mengurangi rasa nyeri secara psikologis



membicarakan ketakutan, kemarahan,



(memberikan dukungan emosi)



dan rasa frustasinya secara pribadi, pahami sulitnya situasi yang dihadapi.



16







Benarkan adanya rasa nyeri.







Dengarkan dengan penuh perhatian mengenai nyeri yang dikeluhkan.







Sampaikan bahwa perawat mengkaji nyeri karena ingin mengerti lebih tentang nyeri yang dialami (bukan untuk memulai apakah nyeri tersebut benar-benar ada).



Observasi tingkat nyeri dan respon



Pengkajian yang optimal akan memberikan



motorik klien 30 menit setelah



perawat data yang objektif untuk mencegah



pemberian obat analgesik untuk



kemungkinan komplikasi dan melakukan



mengkaji efektifitasnya. Setiap 1-2 jam



intervensi yang tepat



setelah tindakan perawatan selama 1-2 hari



Tindakan kolaborasi











Obat anti konvulsif



Mengurangi transmisi impuls pada



karbamazepin (tregetol) dan



ujung saraf tertentu, melegakan



fenitoin (dilantin)



nyeri pada kebanyakan pasien. 



Cara kerjanya pada membran permeabilitas menunjukkan bahwa kandungan tegretol dalam



2. Berikan tregetol yang diminum 17



bersama makan, dengan dosis



carbamazepine menutup saluran



secara bertahap ditingkatkan



natrium pada konsentrasi terapi dan



sampai diperoleh rasa lega.



dapat menstabilkan membran neuron yang hiperaktif, menghalangi kerusakan neuron yang berulang dan mengurangi perambatan sinaptik impuls.



a). Berfungsi untuk mengurangi nyeri 3. Injeksi Alkohol :



selama beberapa bulan.



a). Injeksi alkohol dilakukan pada



b). Berguna pada mereka yang refrakter



ganglion gasserian dan cabang perifer



terhadap manajemen medis dan pada



dari saraf trigeminal yang terganggu



mereka yang tidak mampu atau tidak



b). Injeksi alkohol perifer memiliki peran dalam pengelolaan neuralgia trigeminal



mau menjalani perawatan bedah saraf. Alkohol blok ini sifatnya tidak permanen karena nyeri kembali setelah saraf berregenerasi.



2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d sakit saat mengunyah Tujuan : Dalam 1 minggu berat badan pasien meningkat Kriteria Hasil :







Meningkatkan BB dalam batas ideal







Pasien terlihat tidak lemas







Hasil Lab Albumin normal



18



Intervensi



Rasional



Observasi kemampuan pasien



Faktor ini menentukan pemilihan



untuk mengunyah, menelan, batuk,



terhadap jenis makanan sehingga pasien



dan mengatasi sekresi



harus terlindung dari aspirasi



Timbang berat badan sesuai



Mengevaluasi keefektifan atau



indikasi



kebutuhan mengubah pemberian nutrisi



Mencatat intake dan output



Mengetahui perkembangan pemenuhan



makanan pasien



nutrisi pasien



Edukasikan pada pasien tentang



Makanan yang lunak dapat



makan makanan yang lunak



meminimalisir rangsang nyeri



Menganjurkan pada pasien



Agar asupan nutrisi tetap terpenuhi



menguyah pada sisi yang tidak sakit



Berikan makanan dalam jumlah



Meningkatkan proses pencernaan dan



kecil dan dalam waktu yang sering



toleransi pasien terhadap nutrisi yang



dengan teratur.



diberikan dan dapat meningkatkan kerjasama pasien saat makan.



Ciptakan lingkungan yang nyaman



Lingkungan yang nyaman disekitar



unutk pasien



pasien dapat meningkatkan nafsu makan pasien



19



Tujuan



: Dalam jangka waktu 1 x 30 menit klien akan memperlihatkan



kemampuan pemahaman yang adekuat tentang penyakit dan pengobatannya Krieria Hasil : 



Klien mengatakan mengetahui tentang penyakit, pengobatan pada gejalagejala yang timbul







Klien dapat mengikuti instrukasi yang diberikan secara akurat



Kolaborasi dengan ahli gizi unutk



Merupakan sumber yang efektif untuk



membantu memilih makanan yang



mengidentifikasikan kebutuhan



dapat memenuhi kebutuhan gizi



kalori/nutrisi tergantung pada usia,



selama sakit



berat badan, ukuran tubuh dan keadaan penyakit.



3. Ansietas (cemas) b/d prognosis penyakit dan perubahan kesehatan



20



Intervensi



Rasional



Jelaskan tentang penyakit yang di



Memberi pemahaman pada klien



derita klien.



Berikan pendidikan kesehatan



Memberi pemahaman kepada pasien.



tentang nama obat, dosis, waktu dan



Meningkatkan partisipasi terapeutik dan



cara pemakian, efek samping, cara



mencegah putus obat



mengukur intake output.



Identifikasi tanda dan gejala yang



Meningkatkan kesadaran kebutuhan



perlu dilaporkan



tentang perawatan diri untuk meminimalkan kelemahan



Kaji ulang resiko efek samping



Mengurangi rasa kurang nyaman dari



pengobatan



pengobatan untuk perbaikan kondisi klien



Mendorong klien mengekspresikan



Memberikan kesempatan untuk



ketidaktahuan/kecemasan dan beri



mengoreksi persepsi yang salah dan



informasi yang dibutuhkan



mengurangi kecemasan



Jelaskan pentingnya tindak lanjut



Agar pasien tahu pentingnyapemantauan



rawat jalan yang teratur.



penyakit



C. Evaluasi Dx 1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) b/d penekanan saraf trigeminal S: Klien mengatakan rasa nyeri telah hilang dan klien merasa nyaman



21



O:Ekspresi klien kembali normal (tidak gelisah); TTV dalam batas normal (HR: 60x/menit; RR: 18x/menit; TD:110/80 mmHg) A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan



Dx 2. Ketidakseimbangan nutrisi: : kurang dari kebutuhan tubuh b/d sakit saat mengunyah S:Klien mengatakan mampu untuk makan seperti biasa tanpa rasa sakit saat mengunyah O:BB meningkat; porsi makan habis A:Masalah teratasi sebagian (BB belum mencapai batas ideal) P:Intervensi dilanjutkan



22



BAB IV PENUTUP Kesimpulan Trigeminal neuralgia merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang berulang, disebut Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf Trigeminal. Rasa nyeri disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah satu cabang saraf trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai penyebab. Pada kebanyakan kasus, tampaknya yang menjadi etiologi adalah adanya kompresi oleh salah satu arteri di dekatnya yang mengalami pemanjangan seiring dengan perjalanan usia, tepat pada pangkal tempat keluarnya saraf ini dari batang otak. Kunci diagnosis adalah riwayat.Faktor riwayat paling penting adalah distribusi nyeri dan terjadinya 'serangan' nyeri dengan interval bebas nyeri relatif lama.Nyeri mulai pada distribusi divisi 2 atau 3 saraf kelima, akhirnya sering menyerang keduanya.Beberapa kasus mulai pada divisi 1.Biasanya, serangan nyeri timbul mendadak, sangat hebat, durasinya pendek (kurang dari satu menit), dan dirasakan pada satu bagian dari saraf trigeminal, misalnya bagian rahang atau sekitar pipi.Nyeri seringkali terpancing bila suatu daerah tertentu dirangsang (trigger area atau trigger zone). Trigger zones sering dijumpai di sekitar cuping hidung atau sudut mulut. Obat untuk mengatasi Trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif. Obat ini akan memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri berkurang. Bila ada efek samping, obat lain bisa digunakan sesuai petunjuk dokter tentunya. Beberapa obat yang biasa diresepkan antara lain Carbamazepine (Tegretol, Carbatrol),



Baclofen.Ada pula



obat



Phenytoin (Dilantin,



Phenytek),



atau



Oxcarbazepine (Trileptal). Dokter mungkin akan memberi Lamotrignine (Lamictal) atau Gabapentin (Neurontin). Pasien Trigeminal neuralgia yang tidak cocok dengan obat-obatan bisa memilih tindakan operasi.



23



DAFTAR PUSTAKA https://id.scribd.com/doc/230555448/Askep-Trigenimal-Neuralgia-Fix https://www.academia.edu/31563898/Neuralgia_Trigeminal https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/3d8eec907bd0c3f6094e4 490b7cc326b.pdf



24