Pertemuan 8 Integrasi Ilmu Dalam Konsep Berpikir [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

INTEGRASI ILMU DALAM KONSEP BERPIKIR



Amirullah, S.Pd.I, M.A. (Kepala Devisi Integrasi Keilmuan & Pengembangan Tradisi Pemikiran LPP AIK UHAMKA)



LPP AIK UHAMKA



Ada 3 Poin yang akan kita bahas pada sesi ini, yaitu:



1



• Konsep dan metode berpikir



2



• Ontologi, epistemology dan aksiologi ilmu



3



• Integrasi tauhid dalam konsep berpikir



4



5



6



2



PENGANTAR; MANUSIA & PENGETAHUANNYA



Seorang bertanya kepada Imam Al-Ghazali, “coba sebutkan kepada saya berapa jenis manusia yang terdapat dalam kehidupan ini berdasarkan pengetahuannya! “ia menarik nafas Panjang dan berkata: “ada orang yang tidak tahu bahwa ia tidak tahu, ada orang yang tidak tahu bahwa ia tahu, ada orang yang tahu bahwa ia tidak tahu, dan ada orang yang tahu bahwa ia tahu.” kemudian orang itu bertanya lagi, “bagaimana caranya agar saya mendapatkan pengetahuan yang benar?” Imam AlGhazali menjawab, “Mudah saja ketahuilah apa yang kau tahu dan ketahuilah apa yang kau tidak tahu.”



KONSEP BERPIKIR (LOGIKA)



Konsep



Logika



www.uhamka.ac.id



[email protected]



Pemahaman atau pengertian sebagai hasil “tangkapan” akal budi itulah yang disebut konsep. Jadi, konsep merupakan hasil tangkapan akal budi terhadap suatu objek yang diungkapkan lewat kata2. konsep atau pengertian sering juga disebut verbum mentale, terminus mentalis, ide, dan sebagainya.



Sementara Logika adalah istilah yang dibentuk dari kata Yunani logikos yang berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti; sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (pikiran), kata, percakapan, dan Bahasa. Dengan demikian, secara etimologis, logika berarti suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam Bahasa. (021)73944451



uhamkaid



Uhamka



@UhamkaID



HUKUM DASAR BERPIKIR (LOGIKA)



01 Hukum identitas (principium Identitatis)



menegaskan bahwa sesuatu itu adalah sama dengan dirinya sendiri. Rumusnya P=P



Ada empat hukum dasar dalam berpikir (logika). Tiga dari keempat hukum dasar itu dirumuskan oleh Aristoteles, sedangkan yang satu lagi ditambahkan kemudian oleh Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716):



02 Hukum kontradiksi (principium contradictionis) menyatakan bahwa sesuatu itu pada waktu yang sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki sifat tertentu itu. Rumusnya: tidak mungkin P=Q



03 Hukum tiada jalan tengah (principium exclusi tertii) mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki sesuatu sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan lain.



04 Hukum Cukup Alasan (Principium Rationis Sufficientis) mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti memiliki sesuatu sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertentu itu dan tidak ada kemungkinan lain.



www.uhamka.ac.id



[email protected]



(021)73944451



uhamkaid



Uhamka



@UhamkaID



Metode Berpikir



Deduktif dan Induktif



Induktif



Deduktif



Argumen yang mendasarkan kesimpulannya kemungkinan mengikuti premis- premis (probably follows from the premisses)



Argumen yang mendasarkan kesimpulannya harus dengan mengikuti premis-premis (necessarily follows the premises)



Penalaran induktif adalah suatu proses mencapai kesimpulan umum Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya berdasarkandariobservasicontoh‐contoh khusus. menggunakan pola berpikir yang dimanakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mengandung silogisme ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Penalaran induktif adalah tipe penalaran yang berawal dari Penalarandeduktifadalahpenalarandarisuatufakta yangumumke sekumpulan contoh fakta spesifik menuju kesimpulan umum. faktayangspesifik.Dengankatalain, penalaran deduktif mencapaisuatu Penalaran ini menggunakan premis dari objek yang diuji untuk kesimpulan spesifikberdasarkan suatuhalyang umum. menghasilkan kesimpulan tentangobjek yang belumdiuji.



CONTOH BERPIKIR INDUKTIF Gajah mempunyai mata Kambing mempunyai Mata



www.uhamka.ac.id



[email protected]



(021)73944451



Kucing mempunyai mata



Kesimpulan: semua binatang mempunyai mata



uhamkaid



Uhamka



Singa mempunyai mata



@UhamkaID



CONTOH BERPIKIR DEDUKTIF Semua makhluk mempunyai mata (premis mayor)



Kesimpulan: Andika mempunyai mata Andika adalah seorang makhluk (premis minor)



www.uhamka.ac.id



[email protected]



(021)73944451



uhamkaid



Uhamka



@UhamkaID



www.uhamka.ac.id



[email protected]



(021)73944451



uhamkaid



Uhamka



@UhamkaID



TAHAPAN



PERTANYAAN SEPUTAR ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI



Ontologi (Hakikat Pengetahuan)



1. Obyek apa yang telah ditelaah ilmu? 2. Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? 3. Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan? 4. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? 5. Bagaimana prosedurnya? 6. Apakah realitas atau ada yang begitu beraneka ragam dan berbeda-beda pada hakikatnya satu atau tidak? 7. Apabila memang benar satu, apakah gerangan yang satu itu? 8. Apakah eksistensi yang sesungguhnya dari segala sesuatu yang ada itu merupakan realitas yang tampak atau tidak?



Epistimologi (Cara Mendapatkan Pengetahuan)



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



apakah pengetahuan itu? Apakah yang menjadi sumber dan dasar pengetahuan? Apakah pengetahuan itu berasal dari pengamatan, pengalaman, atau akal budi? Apakah pengetahuan itu adalah kebenaran yang pasti ataukah hanya merupakan dugaan? Apa yang disebut dengan kebenaran itu sendiri? Apa kriterianya? Sarana/cara/teknik apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?



Aksiologi (kegunaan/Manfaat Pengetahuan)



1. 2. 3. 4. 5.



Untuk apa pengetahuan tersebut digunakan? Ke mana perkembangan keilmuan harus diarahkan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihanpilihan moral? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral/profesional?



APA DAN BAGAIMANA TEORI TENTANG ONTOLOGI? Ontologi membahas segala sesuatu yang ada secara menyeluruh dan sekaligus. Pembahasan itu dilakukan dengan membedakan dan memisahkan eksistensi yang sesungguhnya dari penampakkan atau penampilan eksistensi itu. Secara umum, ada tiga teori ontologis dalam filsafat yang terkenal, yaitu:



www.uhamka.ac.id



01 Idealisme teori ini mengajarkan bahwa ada yang sesungguhnya berada di dunia ide. Segala sesuatu yang tampak dan terwujud nyata dalam alam indrawi hanya merupakan gambaran atau bayangan dari yang sesungguhnya, yang berada di dunia ide. Dengan kata lain, realitas yang sesungguhnya bukanlah yang kelihatan, melainkan yang tidak kelihatan. tokohtokohnya seperti George Berkeley (1685-1753), Immanuel Kant (1724-1804), Friedrich Hegel (1770-1831).



02 Materialisme Teori ini menolak hal-hal yang tidak kelihatan. Bagi materialisme, ada yang sesungguhnya adalah yang keberadaanya semata-mata bersifat material atau sama sekali bergantung pada material. Jadi, realitas yang sesungguhnya adalah alam kebendaan, dan segala sesuatu yang mengatasi alam kebendaan itu haruslah dikesampingkan. Oleh sebab itu, seluruh realitas hanya mungkin dijelaskan secara materialistis. Diantara tokoh-tokohnya adalah Thomas Hobbes (1588-1679), Ludwig Andreas Feuerbach (1804-1872).



03



Dualisme Teori ini mengajarkan bahwa substansi individual terdiri dari dua tipe fundamental yang berbeda dan tak dapat direduksikan kepada yang lainnya. Kedua tipe fundamental dari substansi itu ialah material dan mental. Dengan demikian, dualism mengakui bahwa realitas terdiri dari materi atau yang ada secara fisis dan mental atau yang beradaanya tidak kelihatan secara fisis.



[email protected]



(021)73944451



uhamkaid



Uhamka



@UhamkaID



APA ITU EPISTEMOLOGI? Epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang bersangkut paut dengan teori pengetahuan Kata epistemologi berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata yaitu, epistēmē yang berarti "pengetahuan" dan logos yang berarti “kata, pikiran, percakapan atau ilmu”. Jadi, epistemology berarti kata, pikiran, percakapan tentang pengetahuan atau ilmu pengetahuan.



Yang menjadi pokok persoalan dalam epistemology adalah sumber, asal mula, dan sifat dasar pengetahuan; bidang, batas, dan jangkauan pengetahuan; serta validitas dan reliabilitas dari berbagai klaim terhadap pengetahuan.



www.uhamka.ac



info@uhamka.



(021)73944451



uhamkaid



Uham



@Uhamk



SUMBER-SUMBER PENGETAHUAN DALAM EPISTEMOLOGI



Apakah sebenarnya yang menjadi sumber pengetahuan? Dalam filsafat Para filsuf memberi jawaban yang berbeda-beda sesuai dengan kecenderungan masing-masing, diantaranya yaitu:



www.uhamka.ac



01



Rasio



02



Panca Indra/Pengalaman



03



Rasio dan Panca Indra



info@uhamka.



Plato, Rene Descartes, Spinoza, pascal, weber, dan Leibniz (para pakar dari Kawasan continental Eropa) mengatakan bahwa akal budi atau rasio adalah sumber utama bagi pengetahuan, bahkan ada yang secara ekstrem menekankan bahwa akal budi adalah satu-satunya sumber bagi pengetahuan. Mereka cenderung mendewakan rasio, mereka berpendapat bahwa setiap keyakinan atau pandangan yang bertentangan dengan akal budi tidak mungkin benar. (rasionalisme) Para ahli dari Ka



Para ahli dari Kawasan Anglo-saxon, seperti Bacon, Hobbes, dan Locke, hume menyatakan bahwa sumber pengetahuan bukanlah akal budi, melainkan pengalaman indrawilah yang menjadi sumber utama bagi pengetahuan. Kendati ada perbedaan pandangan di antara mereka sendiri, mereka semua sependapat bahwa pada dasarnya pengetahuan bergantung pada panca indramanusia serta pengalaman2 indranya, dan bukan pada rasio. (empirisme)



Sementara kebanyakan filosof penganut paradigma humanistik lebih sepakat pada pendapat Immanuel Kant, bahwa perbedaan antara dua pendapat tersebut bisa dipadukan dan keduanya sama-sama diperlukan. Rasio tanpa pengalaman indrawi adalah kosong, karena ia hanyalah kesan tanpa henti, atau kesan tanpa isi. Namun pengalaman indrawi tanpa rasio adalah buta, karena penataan dilakukan oleh rasio berupa pencetakan. (Positvisme) (021)73944451



uhamkaid



Uham



@Uhamk



TEORI KEBENARAN PENGETAHUAN DALAM EPISTEMOLOGI



01



Teori kebenaran koherensi (coherence theory of truth) menegaskan bahwa suatu proposisi (pernyataan suatu pengetahuan) diakui sahih jika proposisi itu memiliki hubungan dengan gagasan2 dari proposisi sebelumnya yang juga sahih dan dapat dibuktikan secara logis sesuai dengan ketentuan2 logika. Contoh: Jakarta adalah ibukota Indonesia. Jika ada yang mengatakan Medan adalah Ibukota Indonesia, tidak bersifat koherensi.



02



Teori kebenaran korespondensi/saling bersesuaian (correspondence theory of truth) mengatakan bahwa suatu pengetahuan itu sahih apabila proposisi bersesuaian dengan realitas yang menjadi objek pengetahuan itu. Kesahihan korespondensi itu memiliki pertalian yang erat dengan kebenaran dan kepastian indrawi. Dengan demikian, kesahihan pengetahuan itu dapat dibuktikan secara langsung.



03



Teori kebenaran pragmatis (pragmatical theory of truth) menegaskan bahwa pengetahuan itu sahih jikalau proposisinya memiliki konsekuensi2 kegunaan atau benar2 bermanfaat bagi yang memiliki pengetahuan itu.



www.uhamka.ac.id



[email protected]



(021)73944451



uhamkaid



Uhamka



@UhamkaID



Aksiologi Ilmu Aksiologi adalah cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai secara umum. Sebagai landasan ilmu, aksiologi mempertanyakan untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan. Pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia. Dalam hal ini ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana atau alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat manusia, martabat manusia, dan kelestarian atau keseimbangan alam.



APA URGENSI AKSIOLOGI ILMU? Setidaknya ada beberapa alasan mengapa aksiologi ilmu sangat penting dan dibutuhkan: 1.



Dalam tahap pertama pertumbuhannya, ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang. Ilmu bukan saja digunakan untuk menguasai alam, melainkan juga untuk memerangi sesame manusia dan menguasai mereka. Bukan saja bermacammacam senjata pembunuh berhasil dikembangkan, namun juga berbagai Teknik penyiksaan dan cara memperbudak massa.



2.



Perkembangan ilmu sering melupakan factor manusia, dimana bukan lagi teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia. Namun justru sebaliknya, manusia yang akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan tekhnologi. Dewasa ini ilmu sudah berada di ambang kemajuan yang mempengaruhi reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Jadi ilmu bukan saja menimbulkan gejala dehumanisasi, namun bahkan kemungkinan mengubah hakikat kemanusiaan itu sendiri.



3.



INTEGRASI TAUHID DALAM KONSEP BERPIKIR



01



Tauhid sebagai prinsip kesatupaduan kebenaran:



02



Tauhid sebagai prinsip penegasan kebenaran bukan skeptisisme:



Tauhid merupakan penegasan dari kesatupaduan sumber-sumber kebenaran. Allah SWT adalah Pencipta alam dari mana manusia memperoleh pengetahuan-nya. Obyek pengetahuan adalah pola-pola alam yang merupakan ciptaan Allah SWT. Dan Allah SWT mengetahuinya secara pasti sebab Dia adalah Penciptanya. Dan secara pasti pula karena Dia adalah sumber wahyu. Dia memberikan kepada manusia Sebagian dari pengetahuanNya. Dan pengetahuanNya adalah muthlak dan universal. (Karena itu Islam mengakui kesatuan sumber pengetahuan, yakni Rasio-pancaindra-intuisi-wahyu) karena dibalik wujud nyata itu ada wujud lain yang tak bisa dijangkau oleh rasio dan panca Indra manusia, melainkan melalui wahyu dan intuisi.



di dunia sekarang ini, terutama yang berkembang di Barat, fenomena skeptisisme masih berkembang. Di mana di luar dari kebenaran positivisme (rasio & panca indra) diragukan kebenarannya. Tauhid adalah pengakuan bahwa Allah SWT sebagai sumber kebenaran. Kebenaran yang dapat dipelajari dan diamati manusia dan informasi2 kebenaran yang diwahyukan kepada manusia pilihannya (Nabi) sebagai petunjuk bagi manusia. (tauhid meneguhkan keimanan dalam dunia keilmuan bukan skeptisisme)



03



Tauhid sebagai prinsip integrasi tradisi pikir dan zikir: Dalam surat Ali Imran ayat 190-191 terkandung intinya bahwa orang-orang yang mampu menggali segala potensi yang ada di alam ini adalah mereka yang di sebut Ulul Albab. Sosok ulul al-bab adalah orang yang mampu menggunakan potensi pikir (tradisi ilmiah) dan potensi dzikir (iman dan takwa/spiritualitas) secara tawazun (=seimbang).



Wassalam. Wr. Wb.



Thanks



www.uhamka.ac.id



[email protected]



(021)73944451



uhamkaid



Uhamka



@UhamkaID