5 0 415 KB
PROFESIONALISME PADA PRAKTIK KEINSINYURAN PERMINYAKAN DI INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI
PORTFOLIO Mata Kuliah PI5002 Profesionalisme Keinsinyuran
Oleh Sudono NIM 92219301 (Program Profesi Insinyur - RPL)
PROGRAM STUDI PROFESI INSINYUR INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2020
SARI PROFESIONALISME PADA PRAKTIK KEINSINYURAN PERMINYAKAN DI INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI Oleh Sudono NIM 92219301 (Program Profesi Insinyur) Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah menghadapi kesulitan dalam kehidupan (Wignjosoebroto, 1999). Ketika berpraktik di industri, seorang insinyur perminyakan juga tidak terlepas dari konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi profesionalisme. Perilaku professional dapat dilakukan dengan cara jujur menyajikan data, memaparkan usulan analisis pekerjaan dengan review sejawat yang berpengalaman, evaluasi keteknikan sesuai dengan kaidah keteknikan yang baik, melakukan analisis pengambilan keputusan bisnis secara objektif, memberikan usulan proyek dan anggaran kepada stakeholder dan pemerintah dengan kejujuran, objektif dan professional, serta melakukan manajemen portofolio proyek migas dengan ukuran objektivitas dan melakukan manajemen proyek dengan kaidah yang benar. Makalah ini menyajikan keterkaitan nilai-nilai profesionalisme tersebut untuk kasuskasus proyek yang ditangani penulis. Praktik-praktik keinsinyuran tersebut dilakukan berkaitan dengan beberapa proyek migas diantaranya dalam penyusunan dokumen Proposal Rencana Pengembangan Lapangan (dimana didalamnya terdapat kajian keteknikan, keekonomian, Health Safety Security and Environment/HSSE, serta Regulasinya). Dalam portofolio ini akan dibahas mengenai nilai keinsinyuran apa yang dipraktikkan pada proyek tersebut. Kata Kunci: Profesional, profesionalisme, kaidah keteknikan yang baik, profesi insinyur, analisis data, pelaporan kerja, jujur dan objektif, dan komprehensif.
ii
DAFTAR ISI
SARI........................................................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii DAFTAR GAMBAR..............................................................................................1 DAFTAR TABEL...................................................................................................2 DAFTAR SINGKATAN........................................................................................3 Bab I
Latar Belakang, Tujuan dan Manfaat...................................................4
I.1 Latar Belakang..................................................................................................4 I.2 Tujuan...............................................................................................................6 I.3 Manfaat.............................................................................................................6 Bab II Tinjauan Praktik Profesionalisme Keinsinyuran...................................7 II.1 Perumusan Masalah.........................................................................................9 II.2 Tujuan Penyelesaian......................................................................................11 II.3 Pengumpulan dan Analisis Data....................................................................11 II.4 Penyusunan Rencana Kerja...........................................................................12 II.4.1. Kajian GGRE Lapangan................................................................................13 II.4.2. Diskusi dengan Partner dan SKKMIGAS......................................................13
II.5 Pelaksanaan Kerja.........................................................................................13 Bab III Studi Kasus dan Teknik Penyelesaian Masalah Profesionalisme......14 III.1. Studi Kasus Profesionisme dan Solusinya....................................................14 III.1.1. Analisis keteknikan yang memegang prinsip Good Engineering Practices..14 III.1.2. Kajian Risiko................................................................................................16 III.1.3. Peer Review dalam suatu Project (CPDEP Project).....................................20 III.1.4. Rapat Usulan Proyek dengan stakeholder dan Pemerintah...........................21
III.2. Profesionalisme dalam Disain dan Eksekusi Proyek Keinsinyuran..............22 III.2.1. Disain Teknis dan Ekonomis untuk Exit Konsorsium WK Migas................22
Bab IV Penutup....................................................................................................26 Daftar Pustaka......................................................................................................28
iii
DAFTAR GAMBAR Gambar II-1 Evolusi data, informasi, pengetahuan dan keputusan………………. 11 Gambar III-1 Total risk value sebagai fungsi dari Economic Value WK “Y”…… 20 Gambar III-2 Profil produksi sumur “Operator”…………………………………
23
Gambar III-3 Profil produksi sumur “Mitra Kerja”…………………………………23
1
DAFTAR TABEL Tabel III-1 Hasil identifikasi risk value WK “Y”………………………………….. 19 Tabel III-2 Hasil evaluasi risiko WK “Y”………………………………………….. 15
2
DAFTAR SINGKATAN AFE BOPD BPLAN CAPEX DCA DPI FMT G&G HSSE IRR NPV OPEX PCI PMP PMT POD POI POP POT PRC PVT SI SKKMIGAS Bumi SOP UMP
Authorization Fund Expenditure Barrel Oil Per Day Business Plan Capital Expenditure Decline Curve Analysis Discounted Profitability Index Field Management Team Geology and Geophysics Health Safety Security and Environment Internal Rate of Return Net Present Value Operating Expenses Process Capability Index Performance Management Process Production Measurement Team Plan Of Development Put On Injection Put On Production Pay Out Time Posphonate Residual Content Pressure Volume Temperature Scale Index Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Standard Operating Procedure Uncertainty Management Plan
3
Bab I
Latar Belakang, Tujuan, dan Manfaat
I.1 Latar Belakang Profesionalisme adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatankegiatan kerja tertentu dalam masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan serta ikrar untuk menerima panggilan tersebut dengan semangat pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung kesulitan ditengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999). Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi tertentu yang diperoleh melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus. Disamping itu ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan kerja. Hal ini perlu ditekankan untuk membedakannya dengan kerja biasa (occupation) yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/ atau kekayaan materiil-duniawi. Lebih lanjut Wignjosoebroto (1999) menjabarkan profesionalisme dalam tiga watak kerja yang merupakan persyaratan dari setiap kegiatan pemberian "jasa profesi" (dan bukan okupasi) yaitu: a. bahwa kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau mengharapkan imbalan upah materiil; b. bahwa kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan berat; c. bahwa kerja seorang profesional diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral harus menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan disepakati bersama didalam sebuah organisasi profesi. Ketiga watak kerja tersebut mencoba menempatkan kaum profesional (kelompok berkeahlian) untuk tetap mempertahankan idealisme yang menyatakan bahwa keahlian profesi yang dikuasai bukanlah komoditas yang hendak diperjualbelikan sekedar untuk memperoleh nafkah, melainkan suatu kebajikan yang hendak
4
diabdikan demi kesejahteraan umat manusia. Kalau didalam pengamalan profesi yang diberikan ternyata ada semacam imbalan (honorarium) yang diterimanya, maka hal itu semata hanya sekedar "tanda kehormatan" (honour) demi tegaknya kehormatan profesi, yang jelas akan berbeda nilainya dengan pemberian upah yang hanya pantas diterimakan bagi para pekerja upahan saja. Profesionalisme pada praktik keinsinyuran perminyakan mempunyai karakteristik khas berkaitan dengan fungsinya pada penerapan keilmuan dan etika pada industri yang padat modal dan dikerjakan oleh interdisiplin ilmu, teknologi yang relatif tinggi, berkaitan dengan resiko dan ketidakpastian serta berkait dengan keselamatan dan penanganan lingkungan selama prosesnya (eksporasi dan eksploitasi). Pada portofolio ini juga dipaparkan mengenai kecakapan seorang insinyur dalam pengumpulan dan analisis data yang objektif, membuat perencanaan kerja yang sistematik dan komprehensif, eksekusi proyek dengan penuh tanggung jawab sesuai rencana dan pelaporan pekerjaan dengan evaluasi yang jujur, objektif dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kecakapan
tersebut
juga
merupakan
bagian
dari
profesionalisme yang harus dimiliki seorang insinyur. Profesionalisme pada praktik keinsinyuran yang penulis lakukan selama bekerja di bidang industri migas adalah berkaitan dengan analisis keteknikan yang memegang prinsip kaidah keteknikan yang baik (Good Engineering Practices). Perilaku professional dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Jujur menyajikan data tanpa manipulasi,
Melakukan analisis UMP (Uncertainty Management Plan) untuk memitigasi ketidakpastian,
Memaparkan usulan analisis pekerjaan dengan review sejawat yang berpengalaman (Peer Review), evaluasi cadangan sesuai kaidah keteknikan yang baik,
Melakukan analisis pengambilan keputusan bisnis secara objektif,
Memberikan usulan proyek dan anggaran kepada stakeholder dan pemerintah dengan kejujuran, objektif, dan professional,
5
Melakukan manajemen portofolio proyek migas dengan ukuran objektivitas dan melakukan manajemen proyek dengan kaidah yang benar.
Dalam memenuhi syarat portifolio program profesi keinsinyuran, contoh kasuskasus diatas akan dielaborasi yang dapat digunakan untuk referensi best practice atau lesson learned dalam kaitannya pada praktik perminyakan migas bagi calon insinyur lainnya yang sebidang.
I.2 Tujuan Tujuan dari papaparan Profesionalisme Keinsinyuran ini adalah:
Memenuhi portofolio profesi insinyur untuk mata kuliah profesionalisme keinsinyuran.
Menelaah mengenai konsep profesionalisme dan pentingnya dalam berpraktik sebagai insinyur, baik bagi reputasi seorang insinyur maupun implikasinya bagi kinerja bisnis suatu perusahaan serta kemaslahatan bagi masyarakat.
Menyampaikan pengalaman profesionalisme keinsinyuran dalam praktek di industri migas untuk dijadikan best practices atau lesson learned.
I.3 Manfaat Manfaat dari penulisan portofolio bidang profesionalisme pada program pendidikan profesi insinyur ini adalah untuk mendokumentasikan pengalaman keinsinyuran yang terkait dengan profesionalisme dan sebagai sarana berbagi untuk menyebarkan praktik profesionalisme yang baik (best practices) dan pembelajaran (lesson learned) untuk peserta program pendidikan profesi insinyur lainnya terutama bidang teknik perminyakan.
6
Bab II Tinjauan Praktik Profesionalisme Keinsinyuran Profesionalisme keinsinyuran merupakan komitmen seorang insinyur untuk meningkatkan kompetensinya secara terus menerus sehingga keluaran hasil produk keinsinyurannya semakin berkualitas dan mempunyai implikasi kemaslahatan yang semakin baik bagi perusahaan dan masyarakat secara umum. Profesionalisme bisa juga merupakan perpaduan antara kompetensi dan karakter yang menunjukkan tanggung jawab moral atas profesinya. Seorang insinyur professional harus mengoptimalkan keahlian dalam mengoptimakan ilmu pengetahuan, ketrampilan (skill), waktu, tenaga, sumber daya serta strategi pencapaian untuk menghasilkan karya keinsinyuran yang membawa kebaikan bagi perusahaan dan masyarakat umum. Keinsinyuran adalah kegiatan teknik dengan menggunakan kepakaran dan keahlian berdasarkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan daya guna secara berkelanjutan dengan memperhatikan keselamatan, kesehatan, kemaslahatan, serta kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan. Seorang Insinyur professional mempunyai ciri berstandar teknis dan menjunjung etika profesi dengan karaketristik dasar sebagai berikut:
Berstandar ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi;
Memperbaharui perkembangan kemajuan pengetahuan dengan berinovasi;
Utamakan pelayanan utama kepada masyarakat;
Berintegritas dan tanggung jawab;
Level kepercayaan diri tinggi;
Mampu membuat keputusan/diskresi;
Mempunyai lisensi berstandar tinggi;
Berdedikasi tinggi diatas kepentingan pribadi, kelompok atau komersil (uang).
Profesionalisme dari seorang insinyur merupakan ciri tanda profesi atas orang yang profesional yang ditunjukkan oleh sikap-sikap berikut:
Bagaimana Insinyur berpraktek dan bersikap serta menjadi bagian dari masyarakat;
7
Bagaimana penghargaan/pengakuan dari klien/pemberi kerja atas hasil pekerjaannya;
Pengakuan masyarakat luas atas karyanya sebagai insinyur, penerapan produk keinsinyuran yang dimanfaatkan oleh kepentingan masyarakat luas;
Pekerjaan diselesaikan dengan baik dan sempurna (mission accomplished);
Terus mengembangkan prinsip-prinsip profesionalisme;
Terus memperjuangkan Hak dan Kewajiban Keinsinyuran.
Profesionalisme seorang insinyur Indonesia bersesuaian dengan kode etik Persatuan Insinyur Indonesia (PII) yang terdiri dari Catur Karsa Sapta Darma (Empat Niat dan Tujuh Kewajiban). Catur Karsa 1. Mengutamakan keluhuran budi; 2. Menggunakan
pengetahuan
dan
kemampuannya
untuk
kepentingan
kesejahteraan umat manusia; 3. Bekerja secara sungguh-sungguh untuk kepentingan masyarakat, sesuai dengan tugas & tanggung-jawabnya; 4. Meningkatkan kompetensi dan martabat berdasarkan keahlian profesi keinsinyuran. Sapta Darma 1. Mengutamakan keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; 2. Bekerja sesuai dengan kompetensinya; 3. Hanya menyatakan pendapat yg dapat dipertanggungjawabkan; 4. Menghindari pertentangan kepentingan dalam tanggungjawab tugasnya; 5. Membangun reputasi profesi berdasarkan kemampuan masing-masing; 6. Memegang teguh kehormatan dan martabat profesi; 7. Mengembangkan kemampuan professional. Merujuk kode etik Insinyur Indonesia diatas, profesionalisme keinsinyuran seorang Insinyur
Perminyakan
secara
praktik
harus
mengembangkan
kemampuan
profesionalnya, bekerja sesuai dengan kompetensinya, objektif, menghindari conflict
8
of interest, bekerja sungguh-sungguh sesuai passion-nya dengan mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat. Dengan pengantar mengenai definisi profesionalisme, dan ciri-ciri insinyur profesional serta kode etik insinyur Indonesia, maka dapat dielaborasi lebih lanjut mengenai kasus-kasus praktik profesionalisme di bidang perminyakan sehari-hari yaitu bagaimana contoh dalam membuat rencana kerja, pelaksanaan kerja, dan serah terima kerja. II.1 Perumusan Masalah Industri migas mempunyai ciri khas padat invetastasi, dan terkait langsung dengan resiko dan ketidakpastian. Seorang insinyur perminyakan dalam bekerja melakukan analisis data, disain dan prediksi serta usulan suatu proyek akan berkait dengan dunia resiko dan ketidakpastian karena terkait dengan suatu objek bawah permukaan dan faktor-faktor ekonomi. Selain itu seorang insinyur perminyakan akan berhadapan dengan suatu data yang besar (big data) yang penggunaannya memerlukan judgement dan kaidah keteknikan yang khusus. Perumusan masalah 1. Penggunaan dan penafsiran data reservoir, produksi dan pendukung secara objektif, dan kredibel. 2. Melakukan analisis keteknikan dan keekonomian yang komprehensif, objektif dan penuh kejujuran dalam mengusulkan suatu proyek. 3. Profesionalisme dalam membuat perencanaan, pelaksanaan proyek dan evaluasinya yang selalu berorientasi pada proses perencanaan yang baik, pelaksanaan yang bertanggung jawab, dan evaluasi hasil yang jujur. 4. Penggunaan kaidah keteknikan perminyakan yang baik dalam praktik keinsinyuran sehari-hari. 5. Menggunakan SOP dan standar analisis yang sudah baku dan teruji untuk menghindari subjektivitas dan conflict of interest.
9
Konflik diri dalam Profesionalisme Konflik profesionalisme yang muncul seringkali adalah: 1. Konflik antara penggunaan data dengan modifikasi dengan tujuan agar proyek bisa lolos dan dieksekusi atau penggunaan data secara objektif dengan resiko usulan proyek tidak berjalan. 2. Konflik dalam membuat keputusan disain apakah untuk sekedar memenuhi tujuan jangka pendek (target produksi jangka pendek) atau dengan manajemen reservoir yang baik yang bertujuan mendapatkan perolehan yang optimum. 3. Konflik dalam mengevaluasi portfolio proyek yang diluluskan untuk mendapatkan pembiayaan. Menjaga hubungan baik dengan para pimpinan unit operasi atau tegas menggunakan kriteria seleksi portfolio yang objektif. 4. Konflik profesionalisme dalam melakukan analisis dan evaluasi cadangan apakah overbooking dengan intervensi pimpinan berkaitan dengan motif pembiayaan investasi atau tetap prudent sesuai kaidah dan manual cadangan. 5. Konflik profesionalisme ketika melaporkan evaluasi hasil pekerjaan diri sendiri apakah ada unsur subjektivitas penarikan DCA (Decline Curve Analysis) untuk membuat prediksi revenue yang optimistik atau realistik. Berkaitan dengan perumusan masalah utama tersebut maka akan dielaborasi beberapa contoh kasus profesionalisme di dalam industri migas yaitu sebagai berikut: 1. Penggunaan data yang kredibel, 2. Menafsirkan data dengan objektif dan tanpa bias, 3. Isu akselerasi dan tambahan cadangan suatu proyek, 4. Praktik manajemen reservoir yang baik, 5. Melakukan evaluasi cadangan sesuai kaidah dan tidak overbooking, 6. Menampilkan hasil analisis dengan jujur dan tidak manipulative, 7. Profesional
dan
bertanggung
jawab
dalam
eksekusi/pelaksanaan proyek, 8. Jujur dalam melakukan proses evaluasi kinerja proyek.
10
melakukan
II.2 Tujuan Penyelesaian Tujuan penyelesaian dari permasalah terkait profesionalisme keinsinyuran adalah: 1. Menemukan solusi yang tepat sehingga bertindak professional pada saat dihadapkan pada kasus-kasus konflik diri mengenai profesionalisme seperti tersebut di atas. 2. Membuat langkah-langkah yang kredibel dalam menentukan pengambilan keputusan Keinsinyuran yang memegang teguh professional dan etika professional. II.3 Pengumpulan dan Analisis Data Pekerjaan pokok seorang insinyur adalah membuat disain dalam arti luas untuk memecahkan permasalahan atau persoalan. Salah satu tahap yang sangat penting sebelum membuat rancangan dan proyeksi adalah mendefiniskan dan memahami permasalahan dengan baik dan melakukan analisis sebelum membuat alternatif solusi. Pada tahap pendefinisian masalah dan analisis yang baik dan komprehensif harus didahului oleh suatu pengumpulan data yang kredibel dan anda serta metode melakukan analisis yang objektif dan sesuai dengan keilmuan umum yang sudah teruji. Gambar II-1 menunjukkan tahap dan siklus disain/perancangan keinsinyuran secara umum.
Gambar II-1 Evolusi data, informasi, pengetahuan, dan keputusan
11
Pada pekerjaan keinsinyuran bidang perminyakan, pengumpulan dan analisis data merupakan langkah pertama untuk membuat suatu identifikasi peluang pengembangan, analisis kajian keteknikan secara komprehensif, prediksi profil produksi dan perhitungan cadangan migas, dan juga untuk melakukan analisis keekonomian suatu proyek. Karena berkaitan dengan resiko dan ketidakpastian bawah permukaan, pengumpulan dan analisis data yang objektif dan representatif dapat mengurangi resiko ketidakpastian tersebut. Pengumpulan dan analsis data merupakan langkah pertama dan ketika digabungkan dengan informasi lain dan pengetahuan akan menjadi sebuah bahan untuk pengambilan keputusan (decision). Beberapa pekerjaan yang penulis lakukan bekaitan dengan disain, perancangan dan proyek
dalam
lingkup
keinsinyuran
perminyakan
yang
didahului
dengan
pengumpulan dan analisis data pada saat pendefinisian masalah dan analisis sebelum mencari solusi adalah sebagai berikut:
Study Subsurface (GGR): o Pemecahan masalah evaluasi pemutakhiran cadangan migas yang prudent dan reliable. o Kemudian emecahan masalah untuk memastikan bahwa suatu usulan sumur infill benar-benar dari area yang belum terkuras oleh sumur offset dan tidak terjadi saling interference.
Pemecahan masalah pada seleksi portofolio proyek di tingkat tim subsurface management.
Berikut
contoh
data
yang
umum
digunakan
dalam
pendefinisian
permasalahan/peluang dan analisis yang biasa digunakan dalam praktik keinsinyuran penulis selama berpraktik sebagai petroleum engineer.
II.4 Penyusunan Rencana Kerja Penyusunan rencana kerja selama penulis berpraktik keinsinyuran adalah menggunakan berbagai perangka perencanaan dari yang sifatnya perencanaan strategis unit kerja, persetujuan rencana kerja dan capaian tim dan individu, dan kemudian didetilkan dalam proses manajemen proyek.
12
II.4.1. Kajian GGRE Lapangan Review lapangan dan sumuran merupakaan telaah potensi sangat diperlukan secara periodik yang melibatkan integrasi subsurface team (Petroleum Engineer, Reservoir Engineer, Geologist dan Geophysicist) berdasarkan data dan interpretasi terbaru. Keluaran dari aktivitas ini adalah rekomendasi wells service, kerja ulang (workover) sumur, infill well, optimisasi water flood, dan rekomendasi pengembangan lapangan. II.4.2. Diskusi dengan Partner dan SKKMIGAS Diskusi dengan partner dan SKKMIGAS merupakan salah satu alat manajemen proyek yang dipakai di tempat penulis berpraktik keinsinyuran. Alat ini merupakan serangkaian alat manajemen proyek yang sistematik dimulai dari pendefinisian proyek dengan evaluasi peluang, evaluasi terhadap alternatif pilihan, alternatif yang dipilih, eksekusi, dan evaluasi. Proses ini dipakai dalam penyusunan rencana kerja suatu proyek secara sistematis, penggunaan tim yang multifungsi, input yang efektif, komunikasi antar team, pengambil keputusan dan pemangku kepentingan serta konsisten terhadap penggunaan best practice dan lesson learned. II.5 Pelaksanaan Kerja Pelaksanaan kerja keinsinyuran pada prinsipnya merupakan tahap eksekusi dari perencanaan yang telah disusun. Merujuk pada proses di atas yang dipakai sebagai alat manajemen proyek di perusahaan tempat penulis berpraktik insinyur.
13
Bab III Studi Kasus dan Teknik Penyelesaian Masalah Profesionalisme Pada makalah ini akan disajikan mengenai contoh kasus berkaitan dengan dilemma dan tindakan profesionalisme yang pernah dihadapi oleh penulis selama berpraktik sebagai insinyur di suatu perusahaan minyak dan gas. III.1. Studi Kasus Profesionisme dan Solusinya Studi kasus berikut memaparkan kasus yang dihadapi dan tindakan yang dilakukan penulis sebagai solusi atas kasus terkait dengan profesionalisme keinsinyuran di bidang perminyakan dan gas. Kasus ini berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari dimana penulis bertindak sebagai petroleum engineer, analisis komersial, dan proyek manajer berkaitan dengan analisis keteknikan, perencanaan proyek, analisis pengambilan keputusan dan perencana portfolio dari suatu team asset development. Kasus-kasus tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
III.1.1. Analisis keteknikan yang memegang prinsip Good Engineering Practices Kasus: Seorang insinyur dituntut untuk melakukan analisis keteknikan yang mendalam dan sesuai dengan kaidah Good Engineering Practice. Pada saat melakukan analisis keteknikan suatu proyek pemboran, atau pengembangan lainnya tujuan yang ingin dicapai oleh seorang insinyur pada suatu organisasi adalah agar bisa meng-goal-kan suatu proyek yang berdaya guna dan berhasil guna meningkatkan cadangan dan memberikan nilai keekonomian kepada perusahaan. Terkadang dalam melakukan pemilihan data dan metode terdapat dilemma dalam penyampaiannya. Agar usulan proyek yang diajukan mendapat persetujuan dari pengambil keputusan, data dan metode yang disajikan hanya yang bersifat mendukung disetujuinya proyek tersebut. Penyelesaian: Pada kasus di atas penulis berpegang teguh untuk menyampaikan data yang berkaitan secara objektif tanpa menyembunyikannya dalam argumentasi usulan proyek. Sikap professional harus ditunjukkan dengan melakukan evaluasi sesuai dengan prinsip kaidah keteknikan yang baik.
14
Suatu Perusahaan BUMN mempunyai salah satu anak perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan gas metana batubara, PT. Pertama. PT. Pertama mendapatkan kontrak bagi hasil (Production Sharing Contract/PSC) dengan Pemerintah untuk Wilayah Kerja GMB “X” bersama Partner lain sebagai operator. Sehubungan dengan terbitnya Permen ESDM No. 52 Tahun 2017, maka konsorsium mengajukan perubahan kontrak bagi hasil dari skema cost recovery menjadi gross split. Saat ini, konsorsium telah mengajukan Plan of Development (POD) I dan sedang menunggu persetujuan dari Kementerian ESDM. Berkenaan dengan pengajuan perubahan kontrak bagi hasil PSC-Cost Recovery menjadi PSC-Gross Split, maka dipandang perlu dilakukan kajian teknis dan ekonomis terhadap proyeksi produksi (melalui simulasi reservoar) dan keekonomian pengembangan WK GMB “X”. Manajemen perusahaan membutuhkan jastifikasi secara teknis dan keekonomian karena pihak Operator yang sudah mengajukan POD mempertanyakan kelanjutan kerja sama dalam pengelolaan wilayah kerja tersebut. Di dalam manajemen perusahaan tersebut sendiri terjadi dualisme pendapat antara yang ingin melanjutkan kerja sama dengan operator karena menganggap bernilai ekonomis berdasarkan hasil evaluasi operator, dan sebagian manajemen membutuhkan masih belum yakin dengan keputusan tersebut. Oleh karena itu saya dan tim diminta membuat evaluasi keteknikan wilayah kerja GMB “X” tersebut. Berdasarkan data yang diberikan, kemudian melakukan evaluasi keteknikan untuk menentukan produksi sumuran. Hasil evaluasi menghasilkan produksi sumuran lebih kecil dari pada hasil evaluasi yang dilakukan oleh operator. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa produksi kumulatif sumuran gas metana batubara selama proyek, dengan harga gas yang disepakati tidak mampu menanggung biaya membor satu sumur. Diskusi kemudian dilakukan bersama operator, dan dengan tetap memegang prinsip kaidah keteknikan yang baik, maka akhirnya manajemen PT. Pertama sepakat bahwa Wilayah Kerja GMB “X” tidak layak untuk dikembangkan berdasarkan hasil evaluasi dengan data saat ini. Penggunaan metode yang sudah terbukti tersebut akan mengurangi resiko kegagalan proyek karena kesalahan analisis. 15
III.1.2. Kajian Risiko Kasus: Perusahaan “Y” memiliki Participating Interest (PI) sebesar 25% dan berpartner dengan perusahaan lain yang mempunyai Participating Interest (PI) sebesar 75% dan sebagai operator yang akan mengembangkan lapangan gas bermaksud melakukan kajian risiko terhadap wilayah kerjanya, karena melihat hasil evaluasi keteknikan dan keekonomian memberikan indikator keekonomian yang positif, tetapi terlalu dekat dengan nilai ambang (MARR) keekonomian perusahaan. Perusahaan “Y” tersebut harus membuat keputusan untuk meneruskan atau tidak melanjutkan kerja sama tersebut. Salah satu sikap profesionalisme seorang insinyur adalah berusaha mendapatkan masukan yang membagun dan membuat analisis kita menjadi lebih berkualitas dan mengurangi resiko kegagalan. Penyelesaian: Berdasarkan fase kegiatan migas, kemudian diejahwantahkan dalam beberapa Risk Value adalah meliputi : 1. Technical Risk Value yaitu penilaian resiko terhadap Potential Reserve, meliputi : a) Jumlah cadangan (P50) P50 kurang atau sama dengan 2,5 TCF, 2,5 TCF < P50 ≤ 5 TCF, P50 > 5 TCF,
skor = 70% skor = 85% skor = 100%
b) Total Produksi Mungkin (TPM) selama project TPM kurang atau sama dengan 0,5 TCF, 0,5 TCF < TPM ≤ 1 TCF, TPM > 1 TCF,
skor = 70% skor = 85% skor = 100%
c) Rasio: TPM terhadap Jumlah cadangan 1% < Rasio ≤ 4%, 5% < Rasio ≤ 10%, Rasio > 10%,
skor = 60% skor = 75% skor = 100%
16
2. Surface Risk Value a) Production Facility i.
ii.
iii.
Jarak fasilitas produksi terdekat kurang atau sama dengan 5 km, 5 km sampai dengan 10 km, 10 km sampai dengan 20 km Lebih dari 20 km Umur fasilitas produksi terdekat kurang atau sama dengan 10 tahun, 10 tahun sampai dengan 20 tahun, Lebih dari 20 tahun Kepemilikan fasilitas produksi PT.”Y” PT.”Y” dan Partner, Bukan PT.”Y”
b) Business Environment i. Dukungan pemerintah setempat Sangat mendukung, Mendukung, Cukup mendukung Kurang mendukung Tidak mendukung ii.
iii.
iv.
skor = 100% skor = 90% skor = 70% skor = 50% skor = 60% skor = 80% skor = 100% skor = 100% skor = 60% skor = 40%
skor = 100% skor = 85% skor = 70% skor = 50% skor = 30%
Vegetasi dominan Pemukiman, Tidak ada yang dominan, Persawahan, Hutan, Lahan kosong, Lapangan produksi
skor = 30% skor = 50% skor = 60% skor = 65% skor = 80% skor = 100%
Kondisi sosial masyarakat Sangat mendukung, Mendukung, Cukup mendukung, Kurang mendukung, Tidak mendukung
skor = 100% skor = 85% skor = 70% skor = 50% skor = 30%
Area overlapping
17
Non overlapping, Overlapping dengan KP eksis, Overlapping dengan KP baru c) Land Acsess i. Jarak lokasi pengembangan ke jalan utama kurang atau sama dengan 10 km, 10 km sampai dengan 30 km, Lebih dari 30 km, Tidak ada jalan ii. Kondisi jalan menuju area Aspal bagus, Aspal jelek, Berbatu bagus, Berbatu jelek, Tanah bagus, Tanah jelek, Tidak ada jalan iii. Kepemilikan area Lapangan PT.”Y”, Overlapping dengan KP, Pemerintah, Masyarakat
skor = 100% skor = 75% skor = 50%
skor = 100% skor = 75% skor = 65% skor = 40% skor = 100% skor = 80% skor = 75% skor = 60% skor = 70% skor = 55% skor = 40% skor = 100% skor = 80% skor = 70% skor = 60%
3. Economic Risk Value a) Economic Parameter i. Internal Rate of Return (IRR) Kurang atau sama dengan 15%, 15% sampai dengan 20%, 20% sampai dengan 30%, Lebih dari 30% ii. Net Present Value (NPV) Kurang atau sama dengan 50MM US$, 50 MMUS$ sampai 100 MMUS$, Lebih besar sama dengan 100 MMUS$ iii. Pay Out Time (POT) Kurang atau sama dengan 8 tahun, 8 tahun sampai dengan 11 tahun, Lebih besar dari 11 tahun iv. Profitability Index (PI) Kurang atau sama dengan 1,2, 1,2 sampai dengan 1,8,
18
skor = 50% skor = 70% skor = 80% skor = 100% skor = 80% skor = 90% skor = 100% skor = 100% skor = 90% skor = 70% skor = 75% skor = 85%
Lebih besar dari 1,8
skor = 100%
Identifikasi Risk Value Berdasarkan nilai di atas selajutnya dilakukan identifikasi risiko dilihat dari sudut pandang potensi kejadian/peristiwa risiko (risk event) berdasarkan pengalaman di industri migas. Proses ini dilakukan untuk menentukan besarnya risk value dalam kegiatan industri migas dari technical, surface, dan economic. Hasil identifikasi risk value disajikan dalam Tabel III-1 di bawah ini. Tabel III-1 Hasil identifikasi risk value WK “Y” Code
Main Criteria
Sub Criteria Choice
SubCriteria SubCriteria Score WeightedScore
TEKNICAL RISK VALUE MC1 Potensial Reserve SC11 Jumlah Cadangan (P50)
0.7
0.35
SC12 Total Produksi Mungkin (TPM)
0.7
0.14
SC13 Rasio: TPM/P50
0.6 Weighted Sub criteria Score Average Sub criteria Score
0.18 0.67 0.67
SURFACES RISK VALUE MC2 Production Facility SC21 Jarak Fasilitas Produksi terdekat
0.50
0.15
SC22 Umur Fasilitas Produksi terdekat
0.60
0.18
SC23 Kepemilikan Fasilitas Produksi
0.60 Weighted Sub criteria Score Average Sub criteria Score
MC3
Business Environment SC31 Dukungan Pemerintah setempat
0.7
0.21
SC32 Vegetasi Dominan
0.7
0.13
SC33 Kondisi sosial Masyarakat setempat
0.5
0.10
SC34 Area Overlapping
0.8 Weighted Sub criteria Score Average Sub criteria Score
MC4
0.24 0.57 0.57
0.23 0.67 0.63
Land Acsess SC41 Jarak ke Lokasi dari Jalan Utama
0.65
0.20
SC42 Kondisi Jalan Menuju Area Dominan
0.70
0.14
SC43 Kepemilikan Area dominan
0.80 Weighted Sub criteria Score Average Sub criteria Score
0.40 0.74 0.72
ECONOMIC RISK VALUE MC5 Economic Paramater SC51 IRR
0.50
0.15
SC52 NPV
0.80
0.16
SC53 POT
0.70
0.21
SC54 PI
0.75 Weighted Sub criteria Score
Average Subcriteria Score
0.15 0.67 0.69
Berdasarkan penentuan Technical Risk Value, Surface Risk Value, dan Economic Risk Value kemudian diperoleh Total Risk Value dari WK “Y”. Hasil valuasi resiko disajikan dalam Tabel III-2 dan Gambar III-1 di bawah ini. Tabel III-2 Hasil valuasi resiko WK “Y”.
19
AREA WK "Y"
Potensial Reserve
Production Business Economic Facility Environment Land Acsess Parameter
0,67
0,57
0,67
0,71
TRV
SRV
ERV
Total Risk Value
NPV@10% (MMUSD)
0,67
0,65
0,67
0,665
-45,00
0,67
RISK vs VALUE WK "Y" POTENTIAL 200
Value (NPV (MMUSD))
150
K2
K3
K1
100 50 0 0,50
0,60
0,70
0,80
0,90
1,00
-50
K5
K6
K4
-100
Total Risk Value (f(T,S,E))
WK "Y"
Domain
Partnership Strategy
Kwadran 1 Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 4 Kwadran 5 Kwadran 6
Operatorship, Low risk(dominan share) Partnership flip/flop operatorship, Share berimbang Partnership, Share berimbang Partnership flip/flop operatorship, Share minimum Non Operator, Share minimum Non Operator, High risk (dipertimbangkan untuk tidak dilanjutkan)
Gambar III-1 Total risk value sebagai fungsi dari Economic Value WK “Y”. Berdasarkan kajian resiko dengan Total Risk Value dan Economic Risk Value menunjukkan bahwa bisnis untuk WK “Y” adalah
High Risk sehingga
dipertimbangkan untuk tidak dilanjutkan.
III.1.3. Peer Review dalam suatu Project (CPDEP Project) Kasus: Dalam membuat usulan sebuah proyek, seorang insinyur melakukan analisis keteknikan dan keekonomian sebagai bahan pengambilan keputusan manajemen. Dalam melakukan analisis seharusnya menggunakan data yang objektif, penggunaan metode sesuai good engineering practices dan menyajikan informasi dengan argumentasi dan analisis yang komprehensif. Dalam melakukan analisis terkadang terdapat subjektivitas yang bisa berakibat proyek yang dihasilkan tidah berhasil guna
20
dan beresiko kegagalan. Salah satu sikap profesionalisme seorang insinyur adalah berusaha mendapatkan masukan yang membagun dan membuat analisis kita menjadi lebih berkualitas dan mengurangi resiko kegagalan. Penyelesaian: Salah satu praktik yang bagus untuk memperkuat analisis dan mengurangi faktor subjektivitas adalah diadakannya review sejawat mengenai kajian teknis dan ekonomis yang kita lakukan. Pada peer review kita perlu mendengarkan masukan dari para sejawat yang telah berpengalaman pada proyek yang sama dan juga para sejawat yang lebih ahli pada hal tertentu yang analisisnya dibutuhkan dalam proyek kita. Sikap berfikir terbuka dan mau menerima masukan yang konstruktif dari rekan sejawat akan menambah kualitas analisis kita dan akan membuat potensi keberhasilan proyek menjadi lebih baik.
III.1.4. Rapat Usulan Proyek dengan stakeholder dan Pemerintah Kasus: Pada suatu sistem kontrak PSC (Production Sharing Contract), suatu usulan proyek dapat dijalankan jika sudah mendapat persetujuan dari manajemen internal perusahaan dan pemerintah (SKKMIGAS). Untuk mendapatkan persetujuan tim proyek harus mempresentasikan usulannya dalam bentuk kajian keteknikan dan keekonomian kepada pemberi persetujuan di atas. Dalam presentasi sering terjadi adu argumentasi dan masukan yang terkadang membuat posisi presenter tidak nyaman. Termasuk dalam rapat dengan pemerintah terkadang posisi Insinyur sebagai wakil kontraktor kerjasama dan reviewer pemerintah seperti ada tekanan antara penguasa dan kontraktor. Padahal visi yang ingin dicapai adalah sama yaitu proyek yang berhasil dalam meningkatkan produksi migas dan cadangan migas dengan proses dan biaya yang efisien. Pada kondisi ini terkadang seorang Insinyur menyampaikan data dan analisis yang memperkuat argumentasinya saja untuk menghindari tekanan dari pihak reviewer pemerintah. Adu argumentasi yang panas juga sering terjadi dalam rapat dan profesionalisme seorang insinyur dituntut dalam kondisi seperti ini. Penyelesaian:
21
Dalam rapat dengan pemerintah seorang Insinyur dari konsultan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) harus menyampaikan usulan dengan data yang lengkap, argumentatif dan memberi penjelasan kepada pemerintah dengan sikap terbuka, menerima masukan yang membangun dan menyampaikan analisis usulan proyek dengan kejujuran dan semangat bermitra. Kematangan (maturity) dari seorang Insinyur konsultan juga harus dimiliki dalam menghadapi suasana rapat sehingga tidak terjadi konflik yang kontraproduktif dalam rapat. Prinsip yang harus dipegang adalah memberikan data dengan jujur dan objektif, analisis yang lengkap dan argumentasi yang masuk akal akan meyakinkan reviewer pemerintah untuk memberikan rekomendasi persetujuan. Sikap positif dan sportif, semangat bermitra dan menghargai sesama insinyur dari beda institusi akan memeperkuat kemitraan antara insinyur konsultan, insinyur KKKS, dan pemerintah.
III.2. Profesionalisme dalam Disain dan Eksekusi Proyek Keinsinyuran
III.2.1. Disain Teknis dan Ekonomis untuk Exit Konsorsium WK Migas Latar Belakang
Proyek ini dimaksudkan untuk melihat secara tekno-ekonomi apakah Kerjasama dengan Mitra akan dilanjutkan atau tidak berdasarkan usulan POD I yang sudah disampaikan oleh operator kepada SKKMIGAS.
Proyek ini berpolemik, karena milik BUMN.
Terdapat lesson learned dan best practices dari proyek non konvensional.
Pengumpulan Data dan Analisis
Analisis yang dilakukan pertama kali adalah memastikan bahwa produksi sumuran sudah diperkirakan berdasarkan data dan mengikuti kaidah keteknikan yang baik. Profil produksi operator disajikan pada Gambar III-2 dan profil produksi hasil evaluasi mitra kerja adalah Gambar III-3 dibawah ini.
22
Perkiraan Produksi Sumuran WK GMBTanjung Enim (POD-Dart Energy)
475,000
585,000
730,000
920,000
655,000
520,000
600,000
4,000,000 3,000,000 2,000,000
400,000 200,000
Cumulative Gas, MSCF
1,140,000
415,000
800,000
5,000,000 825,000
1,000,000
6,000,000 1,030,000
1,355,000
950,000
1,200,000
7,000,000
Cumulative Gas, MSCF
35,000
Gas Rate, SCFD
1,400,000
8,000,000
Gas Rate, SCFD 1,250,000
1,600,000
1,430,000
1,290,000
1,800,000
1,427,000
2,000,000
1,000,000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Time, Year
Gambar III-2 Profil produksi sumur “Operator” Perkiraan Produksi Sumuran WK GMBTanjung Enim (LAPI)
100,000
60,000
90,000
Gas Rate, SCFD
60,000
Cumulative Gas, MSCF
50,000
40,000
30,000
298
518
400
2,995
10,000 1,375
6,044
4,411
10,867
17,694
14,426
19,475
20,972
20,000 8,170
10,000
7,922
20,000
20,662
30,000
17,165
40,000
765
Gas Rate, SCFD
70,000
Cumulative Gas, MSCF
50,000
80,000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Time, Year
Gambar III-3 Profil produksi sumur “Mitra Kerja”
Hasil profil produksi sumuran selanjutnya akan digunakan sebagai salah satu parameter dalam perhitungan keekonomian.
Evaluasi keekonomian akan dilakukan dengan model kontrak yang sama, investasi harga sumur sama, tetapi profil produksi yang berbeda antar Profil Produksi Operator dan Profil produksi Mitra Kerja.
Sebelum melakukan evaluasi keekonomian menggunakan profil produksi Mitra Kerja, kita lakukan terlebih dahulu review terhadap evaluasi keekonomian yang sudah dihitung oleh Operator dalam Rencana Pengembangan Lapangan.
23
Review dilakukan dengan melihat parameter-parameter dan asumsi yang digunakan oleh Operator dalam melakukan evaluasi keekonomian.
Hasil evaluasi keekonomian Operator (Keekonomian POD) menunjukkan IRR=14,51% dan NPV@10% = 14,29 MM US$.
Kemudian setelah dilakukan review terhadap evaluasi keekonomian POD Operator, ternyata ada beberapa parameter yang tidak wajar, yaitu: 1. Sunk cost belum dilibatkan dalam perhitungan keekonomian, 2. Jumlah hari operasi dalam setahun menggunakan 365 hari (dianggap setiap sumur produksi selama 365 hari dalam setahun), padahal sumur akan berhenti berproduksi Ketika dilakukan well service, 3. Biaya investasi capex dan opex belum dieskalasi (biaya member sumur pada tahun ke-1 sama dengan biaya member tahun ke-15), 4. Nilai Gross Heating Valuenya masih menggunakan asumsi 1 MSCF = 1 MMBTU, padahal untuk gas unconventional biasa menggunakan 1 MSCF sekitar 0,9 MMBTU.
Semua parameter tadi selanjutnya di-run dalam keekonomian, dan menghasilkan indicator keekonomian sebagai berikut. IRR (Internal Rate of Return), NPV (MUS$) PSC-GS 70% Fas.Prod.
NPV(MUS$) 70% Fas.Prod.
PSC-GS 70% Fas.Prod.
NPV(M US$) 70% Fas.Prod.
14,51%
NPV@10%=14,288 NPV@15%=-1,109
14,51%
NPV@10%=14,288 NPV@15%=-1,109
Apabila memperhitungkan biaya pre-produksi (sunk cost) sebesar 19,395 MMUS.
11,48% (50% S.C.)
NPV@10%=5,472 NPV@15%=-9,541 (50% S.C.)
14,51% (0% S.C.)
NPV@10%=14,288 NPV@15%=-1,109 (0% S.C.)
2
Hari operasi sumur untuk berproduksi menggunakan 365 hari dalam 1 tahun. Umumnya kurang dari 365 karena ada hari maintenance/service sumur. Asumsinya adalah 355 hari dalam 1 tahun.
10,66% (50% S.C.)
NPV@10%=2,405 NPV@15%=-11,632 (50% S.C.)
13,58% (0% S.C.)
NPV@10%=11,220 NPV@15%=-3,199 (0% S.C.)
3
Biaya capex dan opex belum dieskalasi setiap tahunnya. Jika menggunakan eskalasi 2%/tahun.
8,30% (50% S.C.)
NPV@10%=-5,938 NPV@15%=-17,234 (50% S.C.)
10,96% (0% S.C.)
NPV@10%=2,878 NPV@15%=-8,802 (0% S.C.)
4
Heating value menggunakan 1 MSCF=1 MMBTU. Nilai Heating Value gas CBM lebih rendah. Jika menggunakan 1 MSCF=0.9 MMBTU.
4,77% (50% S.C.)
NPV@10%=-17,434 NPV@15%=-25,220 (50% S.C.)
7,00% (0% S.C.)
NPV@10%=-8,618 NPV@15%=-16,788 (0% S.C.)
No.
Review Keekonomian POD
0
Hasil perhitungan keekonomian POD WK GMB Tanjung EnimDart Energy. (Perhitungan ini tanpa melibatkan biaya sunk cost = 19,394 MM USD)
1
1. Total biaya sunk cost adalah sebesar 19,39 MMUS$, tetapi ada kesepakatan sunk hanya akan diperhitungkan 50% saja. Apabila biaya sunk cost dilibatkan dalam perhitungan, maka IRR = 11,48% dan NPV@10% = 5,47 MMUS$. 2. Apabila jumlah hari operasi menggunakan 355 hari (asumsi well service,dll. Selama 10 hari), maka IRR = 10,66% dan NPV@10% = 2,41 MMUS$.
24
3. Eskalasi biaya capex akan menyebabkan IRR = 8,30% dan NPV@10% = -5,94 MMUS$. 4. Jika Gross Heating Value menggunakan 1 MSCF = 0,9 MMBTU, maka keekonomian menghasilkan IRR = 4,77% dan NPV@10% = -17,43 MMUS$. Dapat kita simpulkan bahwa menggunakan profil produksi versi Operator menghasilkan keekonomian yang negative. Apalagi jika menggunakan profil produksi hasil evaluasi Mitra. Berdasarkan hasil evaluasi keteknikan dan keekonomian menunjukkan bahwa Rencana Pengembangan Lapangan (POD) Wilayah Kerja “X” ini tidak ekonomis. Unsur Profesionalisme Keinsinyuran dalam proyek ini adalah:
Mencari solusi kreatif untuk memecahkan permasalahan profil produksi.
Kerjasama yang baik dalam multidiscipline anggota tim (geologist, petroleum engineer, dan reservoir engineer).
Dalam melakukan analisis kekekonomian menggunakan analisis probabilistic untuk menguji jika terjadi ketidakpastian dan merupakan sikap keinsinyuran yang menyadari dan memetakan ketidakpastian, sehingga perlu analisis sensitivitas.
Oleh karena itu dapat dikatakan dengan melakukan profesi keinsinyuran akan dapat menghindarkan/menyelamatkan “Mitra” dari kerugian yang sangat besar.
25
Bab IV Penutup Berdasarkan paparan dari portofolio ini baik dari tinjauan literatur, pemaparan metodologi perencanaan kerja dan pelaksanaan kerja, contoh kasus profesionalisme keinsinyuran serta contoh implementasi proyek keinsinyuran perminyakan beserta pembelajaran profesionalisme keinsinyuran
yang ada maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1. Pembuatan kajian tentang portofolio profesionalisme keinsinyuran sangat berkaitan dengan sikap mental dan karakteristik positif insinyu dalam berpraktik di tengah masyarakat. Seorang Insinyur professional mempunyai ciri berstandar teknis dan menjunjung etika profesi dengan karaketristik dasar:
Berstandar ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi;
Memperbaharui perkembangan kemajuan pengetahuan dengan berinovasi;
Utamakan pelayanan utama kepada masyarakat
Berintegritas dan tanggung jawab
Level kepercayaan diri tinggi;
Mampu membuat keputusan/diskresi;
Mempunyai lisensi berstandar tinggi;
Berdedikasi tinggi diatas kepentingan pribadi, kelompok atau komersil (uang).
2. Penelaahan konsep profesionalisme sangat penting dalam berpraktik sebagai insinyur, baik bagi reputasi seorang insinyur maupun implikasinya bagi kinerja bisnis suatu perusahaan serta kemaslahatan bagi masyarakat: a. Profesionalisme keinsinyuran ketika berpraktik juga ditunjukkan dengan kecakapan dalam hal analisis data, membuat perencanaan pekerjaan yang sistematik, dan berkualitas tinggi. b. Profesionalisme seorang insinyur diterapkan dalam memitigasi resiko dan ketidakapstian mengenai keputusan investasi atau tidak. 3. Pengalaman profesionalisme yang penulis paparkan: a. Dapat menjadi solusi jika dihadapkan pada kondisi yang sama dalam praktik keinsinyuran di industry. b. Menyampaikan data secara objektif, jujur dan tanpa menyembunyikannya dengan maksud tertentu. 26
c. Menggunakan good engineering practice dalam bekerja sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara teknik. d. Menerima masukan yang konstruktif dari sejawat yang telah berpengalaman dalam suatu proyek sehingga dapat meningkatkan kualitas analisis, meningkatkan potensi keberhasilan dan mengurangi kegagalan. e. Bermitra dengan insinyur yang lain dengan dasar trust, saling bekerjasama, menghargai pendapat dan berargumentasi dengan tetap saling menghormati pada saat proses diskusi. f. Mencari solusi kreatif untuk memecahkan permasalahan. Sikap terbuka pada teknologi dan inovasi baru untuk memecahkan masalah yang belum ada solusi sebelumnya, meningkatkan kemampuan dengan mencobanya, mengambil best practice dan lesson learned dari pengalaman sebelumnya sebagai bagian dari learning curve. g. Mampu bekerjasama dalam tim yang terdiri dari multidisiplin untuk membuat pekerjaan menjadi komprehensif dan banyak perspektif sehingga peluang keberhasilan menjadi lebih besar. h. Menerapkan Analisis Resiko dan Uncertainty Management Plan (UMP), suatu bagian sikap professional dalam pekerjaan keinsinyuran dimana berkait dengan resiko keteknikan dan ketidakpastian. i. Pemilihan metode dan alternatif yang tepat didasarkan pada uji coba metode di lapangan yaitu menggunakan pertimbangan komperehensif, efektifitas dan nilai keekonomian merupakan bagian dari profesionalisme.
27
Daftar Pustaka Darajat, Anisa (2017): Slide Presentasi Kuliah Konsep Etika Profesi dan Profesi Engineer, FT Universitas Jambi. Fleddermann, C.B. (2019): Engineering Ethics 4th Edition, Source , USA Harris Jr, C.E., Pritchard, M.S.,dan Robins,M.J (2019): Engineering Ethics: Concept and Cases 6th Edition, Cengage, USA Martin,M.W., B.H., Schinzinger,R. (2000): Intoruduction to Engineering Ethics, McGraw-Hill, New York,USA. PII (2017) : Slide presentasi lokakarya LSIP tahun 2017 Purwanto, Hari (): Slide Presentasi Pengantar Profesionalisme Insinyur Santosa, Djoko (2020): Slide Presentasi Konvensi dan Seminar IV PII BK TMG, Bandung. Slide presentasi dan Dokumen DSP berbagai proyek Agus Rudiyono dkk Suhardi dan Eliyana, Anis (2018): Pengantar Manajemen dan Aplikasinya, Cetakan I, Gava Media, Yogyakarta. Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor
11
Tahun
2014
Tentang
Keinsinyuran. Wignjosoebroto, Sritomo (1999): Profesional Engineer dan Etika Profesi Insinyur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
28