PKK Kritis Literatur Riview Firda Fadila [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Studi Kasus Penerapan Pijat Perut Sebagai Evidence Based Nursing Untuk Menurunkan Volume Residu Lambung Pada Pasien Kritis di Ruang ICU RSUD Kabupaten Sukoharjo Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Praktik Klinik Keperawatan Kritis Program Diploma III Keperawatan



Oleh : NAMA : FIRDA FADILA NIM : 181440116



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PANGKALPINANG PRODI KEPERAWATAN PANGKAL PINANG 2020



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT karena atas ridho dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan literatur riview yang dokumentasikan dalam bentuk makalah ini dengan judul jurnal “STUDI KASUS PENERAPAN PIJAT PERUT SEBAGAI EVIDENCE BASED NURSING UNTUK MENURUNKAN VOLUME RESIDU LAMBUNG PADA PASIEN KRITIS DI RUANG ICU RSUD KABUPATEN SUKOHARJO” literatur riview ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah praktik klinik keperawatan kritis Diploma III Keperawatan di Poltekkes Kemenkes RI Pangkalpinang. Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak dalam bentuk dukungan moril maupun materil. Penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Ns. Erna Netty Rosida, S.Kep selaku dosen pembimbing selama pembuatan literatur riview ini. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan literatur riview ini terdapat banyak kekurangan. Untuk penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna kesempurnaan literatur riview ini pada masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap literatur riview ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya bagi mahasiswa/mahasiswi Poltekkes Pangkalpinang. Pangkalpinang, 3 November 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI



JUDUL JURNAL ................................................................................................... KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah......................................................................................3 C. Tujuan .........................................................................................................3 D. Manfaat........................................................................................................3 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Residu Lambung..........................................................................4 1. Pengertian..............................................................................................4 2. Fisiologi Motilitas Lambung....................................................................4 3. Dampak Hipoperfusi terhadap Motilitas Lambung.................................6 4. Cara Pengukuran Volume Residu Lambung..........................................6 B. Konsep Teori Pijat Perut...........................................................................8 1. Pengertian..............................................................................................8 2. Mekanisme kerja.....................................................................................8 BAB III Tindakan A. Judul Tindakan...........................................................................................9 B. Tujuan Pemberian Tindakan.....................................................................9 ii



C. Cara Pemberian Tindakan.........................................................................9 D. Cara evaluasi Tindakan.............................................................................10 E. Hasil Pemberian Tindakan........................................................................11 BAB IV PEMBAHASAN Perbandingan Implementasi Dan Teori Pada Jurnal..............................12 BAB V Penutup A. Kesimpulan.................................................................................................13 B. Saran...........................................................................................................13 DAFATR PUSTAKA ..............................................................................................14



iii



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pasien kritis menurut AACN (American Association of Critical Care Nursing, 2010) didefinisikan sebagai pasien yang berisiko tinggi untuk masalah kesehatan aktual ataupun potensial yang mengancam jiwa (AACN, 2010). Pasien kritis yang dirawat di ruang



perawatan



intensif



menghadapi



beberapa



masalah



pencernaan akibat stress, peningkatan volume residu, diare, sembelit, dan kekurangan gizi (Gacoin A et al, 2010). Pasien



kritis



yang



nasogastrik



memiliki



nasogastrik



pada



komplikasi



akibat



mendapat



banyak



pasien



nutrisi



keuntungan.



kritis



juga



ketidaktepatan



enteral



Pemberian



memiliki



dalam



melalui nutrisi



kemungkinan



pemberian



nurisi



diantaranya retensi lambung, aspirasi paru, nausea, muntah. Kemungkinan



penyebabnya



adalah



karena



penundaan



pengosongan lambung, posisi baring pasien selama pemberian nutrisi, peningkatan kecepatan, volume dan konsentrasi. Untuk meningkatkan toleransi makan dan mengurangi residu lambung, salah satu pengobatan non-farmakologi pada pasien kritis yang dapat menurunkan volume residu lambung ialah terapi pijat, tepatnya



pijat



pada



bagian



perut.



Jenis-jenis



pengobatan



komplementer mulai diaplikasikan dan telah dipertimbangkan terutama di peduli paliatif khususnya pijat perut. Pijat adalah metode terapi dengan sejarah panjang dalam pengobatan dan itu sebagian besar digunakan pada akhir abad 19 dan awal abad 20 (Dehghan M et al, 2017). Pijat adalah metode terapi dengan sejarah panjang dalam pengobatan. Beberapa ratus tahun yang



lalu, penggunaan massage perut diakui sebagai metode efektif untuk mengurangi sembelit dan meningkatkan motilitas sistem pencernaan (Uysal N, 2017). Pijat



perut



adalah



adalah



salah



satu



jenis



terapi



komplementer yang mampu mencegah dan mengurangi gangguan pada sistem gastrointestinal (Kahraman & Ozdemir, 2015). Mekanisme kerja perut adalah menurunkan kontraksi dan tegangan pada



otot



abdomen,



meningkatkan



motilitas



pada



sistem



pencernaan, meningkatkan sekresi pada sistem intestinal serta memberikan efek pada relaksasi sfringter sehingga mekanisme kerja tersebut akan mempermudah dan memperlancar pengeluaran feses (Sinclair, 2011). Selain itu, pijat perut ditemukan berpengaruh terhadap isu-isu motilitas, seperti peningkatan volume residual lambung dan distensi abdomen pada pasien dengan makanan enteral (Uysal et al, 2012) sehingga berguna mengurangi resiko aspirasi atau residu lambung (Lamas et al, 2010). Berdasarkan analisa situasi di Ruang ICU RSUD Kabupaten Sukoharjo selama 6 hari pada tanggal 18 – 23 November 2019, terdapat 8 bed dengan jumlah pasien paling banyak dengan diagnosa STEMI, NSTEMI, Gagal nafas, dll. Beberapa pasien terpasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi atau mengukur residu lambung. Misalnya pada tanggal 18 – 23 November terdapat 4 pasien dari 9 pasien (45%) yang terpasang NGT. Setiap sebelum pemberian nutrisi enteral, dilakukan aspirasi ntuk pengecekan jumlah residu lambung. Didapatkan 2 dari 4 pasien yang terpasang NGT jumlah residu lambung >100 cc. Hasil beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa studi meneliti efek dari pijat perut pada fungsi pencernaan. Kebanyakan dari mereka berfokus pada sembelit dan volume residu. Oleh karena itu, penerapan evidence based nursing pijat perut ini dilakukan untuk



2



menyelidiki efek pijat perut pada pasien kritis untuk menurunkan atau mengurangi jumlah volume residu lambung. B. Rumusan Masalah Bagaimana Studi Kasus Penerapan Pijat Perut Sebagai Evidence Based Nursing Untuk Menurunkan Volume Residu Lambung Pada Pasien Kritis di Ruang ICU RSUD Kabupaten Sukoharjo. C. Tujuan Menggambarkan



Studi



Kasus



Penerapan



Pijat



Perut



Sebagai Evidence Based Nursing Untuk Menurunkan Volume Residu Lambung Pada Pasien Kritis di Ruang ICU RSUD Kabupaten Sukoharjo. D. Manfaat 1. Perawat Perawat dapat menjadikan hasil penelitian dari jurnal ini sebagai referensi untuk tindakan atau intervensi kepada pasien. 2. Instansi Dapat menambah wawasan dan sebagai referensi dalam bidang keperawatan. 3. Penulis Dapat menambah ilmu dan juga referensi penulis dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien.



3



BAB II LANDASAN TEORI



A. Konsep Teori Residu Lambung 1. Pengertian Gastro Residu Volume (GRV) merupakan volume cairan yang tersisa di perut pada suatu titik selama pemberian nutrisi enteral. Perawat menarik cairan ini melalui nasogastic tube dan spuit 50 cc untuk mengukur jumlah residu, cairan residu yang kurang dari 100 ml akan diganti dengan nutrisi enteral untuk mencegah ketidakseimbangan elektrolit dan kehilangan nutrisi (Theresa, 2010). Pemantauan GRV adalah untuk menilai keamanan makanan enteral. Ada banyak keuntungan dalam pemantauan GRV diantaranya adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian pada pasien kritis, mencegah intoleransi lambung, dan yang paling penting adalah untuk meningkatkan makan (Weijs PJ et al, 2014). Volume lambung yang banyak akan menyebabkan distensi lambung sehingga menimbulkan reflek enterogastrik dari



duodenum pada



pengosongan



pilorus yang



lambung.



Pasien



akan



yang



memperlambat lemah



dengan



pengosongan lambung yang buruk dan gangguan menelan serta gangguan mekanisme batuk mempunyai resiko terjadi aspirasi (Munawaroh S et al, 2012). 2. Fisiologi Motilitas Lambung Motilitas lambung terjadi karena gerakan otot polos yang prosesnya tidak disadari. Proses ini diatur oleh mekanisme yang kompleks. Mekanisme ini merupakan hasil interaksi antara



4



komponen neuromuscular dan komponen endokrin yang menyusun struktur lambung. Komponen neuromuscular terdiri dari sistem syaraf intrinsic (enternal), sistem syaraf ekstrinsik, dan interstitial cells of cajal (ICC). Sistem syaraf instrinsik terdiri dari pleksus mienterikus. Sistem saraf ekstrinsik berasal dari saluran cerna, yaitu cabang dari syaraf otonom, yang terdiri dari saraf simoatis dan parasimpatis. Saraf simpatis menurunkan kontraksi otot polos lambung dan membuang sfingter pylorus berkontraksi. Syaraf parasimpatis meningkatkan kontraksi otot polos lambung. Sistem saraf intrinsic berhubungan dengan sistem syaraf pusat melalui sistem syaraf ekstrinsik, terutama nervus vagus. Sel ICC merupakan sel pacu kontraksi otot polos lambung yang terletak diantara perbatasan antara otot polos longitudinal dan sirkuler bagian fundus. Peran sel ini yaitu menimbulkan gelombang yang bersifat lambat dan siklik, yang disebut basic electrical rhythm (BER). Kontraksi akan terjadi bila batas a,bang aksi potensial gelombang tersebut tercapai. Komponen endokrin yang mengatur motilitas lambung merupakan hormon saluran cerna yang diproduksi oleh sel enteroendokrin. Hormone yang meningkatkan motilitas lambung adalah



gastrin



dan



motilitas



sedangkan



hormone



yang



menurunkan motilitas adalah kolesistokinin, sekretin, gastric inhibitory peptide (GIP), peptide YY (PYY), glucagon-like peptides 1 (GLP-1) dan amylin. Aspek motilitas lambung terdiri dari 4 proses, yaitu pengisian, penyimpanan, pencampuran, dan pengosongan. Pada proses pengisian, lambung dapat meregang hingga berkapasitas 1 liter. Selanjutnya makanan di dalam korpus mengalami



proses



penyimpanan



untuk



ditransfer



secara



perlahan ke antrum. Di antrum proses percampuran terjadi



5



secara bersamaan. Gerakan peristaltic antrum mendorong makanan kea rah sfingter pylorus. Sebelum kimus dapat semuanya terdorong keluar, sfingter pylorus akan berkontraksi lebih kuat sehingga kimus terdorong kembali ke antrum untuk mengalami proses pencampuran. 3. Dampak Hipoperfusi terhadap Motilitas Lambung Penilaian volume residu lambung berdasarkan rekomendasi ASPEN



(American Society for Parenteral and Enternal



Nutrition) dilakukan setiap 4 jam, terutama pada pasien sakit kritis yang memiliki risiko peningkatan volume residu lambung. Volume residu lambung dikatakan tinggi jika volume meningkat lebih dari normal pada waktu tertentu selama pemberian nutrisi enteral ≥ 150 mL. Faktor-faktor yang menyebabkan volume residu lambung yang tinggi antara lain motilitas, volum kimus, kadar cairan, adanya lemak, asam, hipertonisitas atau peregangan, jenis kelamin, usia, emosi dan nyeri, perfusi, elektrolit, hiperglikemia, dan obat-obatan. Pada kondisi hipoperfusi peningkatan volume residu lambung terjadi karena vasokotraksi pembuluh darah splanknik.



Kondisi



tersebut



terutama



dilambung



dapat



menyebabkan gangguan oksigenasi sehingga terjadi iskemia pada otot yang berakibat penurunan motilitas lambung. Gangguan



motilitas



lambung



yaitu



penurunan



kontraksi



antrapiloroduodenal akan menyebabkan peristaltic berbalik arah. Peristaltic yang berbalik arah akan membawa kimus kembali ke antrum sehingga volume lambung meningkat, berdampak terhadap volume residu lambung yang tinggi. 4. Cara Pengukuran Volume Residu Lambung Volume residu lambung adalah jumlah aspirasi cairan yang tertinggal di lambung yang dapat diketahui dengan cara mengalirkan pipa naso/orogastrik yang letak ujung pipanya



6



berada di lambung, jumlah volume residu lambung dianggap mewakili volume lambung yang diakibatkan aliran balik volume kimus akibat penurunan kontraksi antropiloroduodenal. Cairan yang terdapat didalam lambung dapat berasal dari dalam tubuh atau dari luar tubuh. Cairan yang berasal dari dalam tubuh meliputi cairan saliva dan cairan lambung, total jumlahnya sekitar 2400-4500 cc/24 jam. Sedangkan cairan yang berasal dari luar tubuh berasal dari makanan yang kita konsumsi seharihari atau makanan cair yang diberikan pada pasien kritis melalui pipa oro/nasogastric. Pengukuran volume residu lambung telah dilakukan selama 160 tahun. Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai volume residu lambung, yaitu dengan cara menilai kecepatan pengosongan lambung, mengukur estimasi volume lambung dengan ultrasonografi atau dengan menggunakan volume residu. Apabila didapatkan volume residu lambung yang tinggi, dapat diasumsikan volume cairan yang terdapat di dalam lambung juga tinggi. Tidak terdapat metode baku dalam menilai jumlah volume residu lambung, termasuk metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu dengan menggunakan metode serial intubasi dan aspirasi. Terdapat beberapa kelemahan yang mempegaruhi jumlah volume residu lambung, antara lain yaitu tipe dan diameter pipa nasogastrik yang digunakan terlalu kecil sehingga tidak dapat mengakomodasi jumlah volume residu lambung, posisi ujung pipa nasogastrik yang tidak tepat dilambung (misalnya jika ujung pipa menempel pada mukosa lambung, pipa silikon yang menekuk atau tertekan atau tidak tepat berada dirongga lambung) sehingga volume residu lambung terkesan lebih sedikit dan posisi tubuh pasien yang tidak sejajar sehingga menyebabkan aliran balik residu lambung lebih banyak dan



7



volume residu lambung tinggi. Sangat sulit untuk mengetahui volume lambung secara pasti jika menggunakan metode yang sederhana. Volume residu lambung tidak dapat menggambakan secara pasti volume lambung yang sebenarnya. B. Konsep Pijat Perut 1. Pengertian Pijat Perut Pijat



perut



komplementer



adalah yang



adalah



mampu



salah



satu



mencegah



dan



jenis



terapi



mengurangi



gangguan pada sistem gastrointestinal (Kahraman & Ozdemir, 2015). Pijat perut merupakan metode pijatan yang difokuskan pada daerah abdominal berguna untuk menurunkan hiperaktivitas saraf vagus untuk meningkatkan peristaltik usus (Walton, 2010). 2. Mekanisme kerja Mekanisme kerja pijat perut adalah menurunkan kontraksi dan tegangan pada otot abdomen, meningkatkan motilitas pada sistem



pencernaan,



meningkatkan



sekresi



pada



sistem



intestinal serta memberikan efek pada relaksasi sfringter sehingga mekanisme kerja tersebut akan mempermudah dan memperlancar pengeluaran feses (Sinclair, 2011). Selain itu, pijat perut ditemukan berpengaruh terhadap isu-isu motilitas, seperti peningkatan volume residual lambung dan distensi abdomen pada pasien dengan makanan enteral (Uysal et al, 2012) sehingga berguna mengurangi resiko aspirasi atau residu lambung (Lamas et al, 2010). Distensi



abdomen



banyak



terjadi



pada



pasien



yang



menerima nutrisi enteral, setelah dilakukan pijat perut distensi abdomen mengalami penurunan. Hal ini terjadi karena pijat perut membantu mempercepat aliran darah dan gerakan peristaltik, menginduksi penyerapan nutrisi dan membantu absorbsi nutrisi ke seluruh usus. (D. McClurg. S, et al (2011)).



8



BAB III TINDAKAN A. Judul Tindakan Studi Kasus Penerapan Pijat Perut Sebagai Evidence Based Nursing Untuk Menurunkan Volume Residu Lambung Pada Pasien Kritis. B. Tujuan Pemberian Tindakan Penerapan hasil penelitian pijat perut ini bertujuan untuk menurunkan volume residu lambung pada pasien- pasien kritis yang terpasang nasogastric tube. C. Cara Pemberian Tindakan 1. Pijat menggunakan baby oil 2. Dilakukan sehari 2 kali selama 3 hari dengan waktu 20 menit. Bahan utama yang dibutuhkan dalam pengaplikasian pijat perut adalah baby oil. a. Kriteria inklusi: 1) Pasien terpasang NGT (Nasogastric Tube), 2) GCS (Glasgow Coma Scale) pasien < 7, 3) Tidak ada radioterapi perut dalam 6 minggu terakhir b. Kriteria eksklusi: pasien



yang



mendapat



obat



prokinetik



seperti



domperidone, cisapride dan lain-lain, pasien pasca bedah perut, pasien pulang/meninggal. Teknik pijatnya : 1) tahap pertama Pijatan dimulai dengan gerakan seperti menyikat kulit di



daerah



perut



menggunakan



dilakukan selama 4 menit 2) tahap kedua



9



telapak tangan,



Deformitas elastis dari fasia torakolumbalis dalam bentuk perpindahan yaitu dengan cara tangan yang dominan ditempatkan pada kulit perut dan tangan lainnya diletakkan diatas tangan yang dominan kemudian tekan bagian bawah kulit seperti diperas, dilakukan selama 4 menit 3) tahap ketiga Kulit perut diambil dan diremas oleh jari seperti menguleni adonan, dilakukan selama 4 menit 4) tahap keempat Gerakan goyang atau kejut di sepanjang ketiak dari atas ke bawah, dilakukan selama 4 menit, 5) Tahap kelima Jari-jari ditempatkan antara ruang interkostal dan menarik kulit dengan tekanan yang sesuai atau tepat selama 4 menit. D. Cara Evaluasi Tindakan Cara peneliti mengevaluasi tindakan yaitu Tahap awal dilakukan pengukuran residu awal dengan dibilas kemudian jumlah residu diukur dan dicatat, lalu residu dimasukkan kembali. Tahap berikutnya pijat perut dilakukan selama 20 menit, setelah pijat makanan enteral melalui NGT dimasukkan sampai jumlahnya meningkat 300 ml jika ditambahkan dengan jumlah residu yang diukur sebelumnya. Setelah 2 jam, tahap berikutnya dilakukan pijat perut yang kedua dan akhirnya 1 jam setelah pijat kedua dilakukan pengukuran volume residu lambung kembali. Kemudian peneliti mengevaluasi dari hasil tindakan yang telah di catat dan menghitung hasil tindakan apakah ada penurunan jumlah volume residu lambung pada saat setelah dilakukan pijat perut.



10



E. Hasil PemberianTindakan Hasil dari pemberian tindakan yaitu setelah dilakukan pijat perut selama 3 hari berturutberturut pada 7 pasien, ada penurunan jumlah volume residu lambung rata-rata pada pasien 85,00 cc (43,49%) dihari ketiga dengan rata-rata GRV pre hari ke-1 130,71 cc (63,27%). Dan GRV post hari ke-1 111,43 cc (42,98%). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Thomas. SS, et al (2019) bahwa pijat perut telah terbukti menjadi teknik yang efektif dalam mengurangi volume residu lambung pada pasien khususnya yang terpasang naso gastric tube. Dalam penelitian tersebut didapatkan hasil ada perubahan signifikan dalam volume residu lambung (p =