POLTEKKESSBY Studi 2968 Revbismillahktimiopiabab123456 PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR DETERMINAN DERAJAT MIOPIA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO



Oleh : Nama NIM



: Lina Mirnawati : P27820415061



PRODI DIII KEPERAWATAN SIDOARJO JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA 2018



ii



KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR DETERMINAN DERAJAT MIOPIA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (AMd. Kep) Pada Prodi DIII Keperawatan Sidoarjo Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya



Oleh : Nama NIM



: Lina Mirnawati : P27820415061



PRODI DIII KEPERAWATAN SIDOARJO JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SURABAYA 2018



ii



iii



SURAT PERNYATAAN



Saya menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis Ilmiah orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun baik sebagian atau keseluruhan.



Sidoarjo,



Agustus 2018



Yang Menyatakan



Lina Mirnawati NIM. P27820415061



iii



iv



LEMBAR PERSETUJUAN KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI TANGGAL : 03 September 2018 Oleh : Pembimbing



Dony Sulystiono, M.Kep NIP. 197909282005011002



Pembimbing Pendamping



Dr. Hotmaida Siagian, SKM, M.Kes NIP. 195911071986032002



Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan Sidoarjo Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya



Suprianto, S.Kep,Ns. M.Psi NIP. 19730616 199803 1002



iv



v



LEMBAR PENGESAHAN Telah Diuji Pada Tanggal 13 Agustus 2018 PANITIA PENGUJI



Ketua penguji



Kusmini Suprihatin, M.Kep,Sp, Kep. An NIP.197103252001122001



..............................................



Penguji anggota Dr. Hotmaida Siagian, SKM, M.Kes NIP. 195911071986032002



................................................



Dony Sulystiono, M.Kep NIP. 197909282005011002



................................................



Mengetahui. Ketua Program Studi DIII Keperawatan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Surabaya



Suprianto, S.Kep,Ns. M.Psi NIP. 19730616 199803 1002



v



vi



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya kami dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul Faktor Determinan Derajat Miopia di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar DIII keperawatan pada Program Studi DIII Keperawatan Sidoarjo Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya. Bersama ini perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya dengan hati yang tulus kepada : 1.



Drs. Abd Jalil, M.pdI, selaku Kepala Sekolah MAN Sidoarjo yang telah memberikan lapangan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian sehingga penelitian ini terlaksana dengan baik.



2.



Achmad Yunus Arbiyan, S.Pd, selaku Waka Kurikulum MAN Sidoarjo yang membantu penulis dalam memberikan izin penelitian, menunjukkan alur penelitian dan memfasilitasi surat penelitian di MAN Sidoarjo.



3.



Yueliyanti Suzanna, S.Pd, selaku Guru Fisika MAN Sidoarjo yang telah membimbing dan membantu penulis dalam melaksanakan penelitian sehingga penelitian ini terlaksana dengan baik.



4.



drg. Bambang Hadi Sugito, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitasi kepada kami untuk mengikuti dan menyeselaikan pendidikan program studi DIII keperawatan.



vi



vii



5.



Dr. H. Supriyanto, SKp.,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabaya.



6.



Suprianto, S.Kep,Ns. M.Psi , selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Kampus Sidoarjo yang telah memberi kesempatan dan dorongan kepada kami untuk menyelesaikan DIII Ilmu Keperawatan.



7.



Dony Sulystiono, M.Kep, selaku pembimbing yang telah membimbing dan memberikan pengarahan selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.



8.



Dr. Hotmaida Siagian, SKM, M.Kes, selaku pembimbing pendamping yang telah membimbing dan memberikan pengarahan selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.



9.



Kusmini Suprihatin, M.Kep,Sp, Kep. An, selaku penguji yang telah membimbing dan memberikan pengarahan selama penyusunan karya tulis ilmiah ini.



10. Seluruh dosen dan staf program studi DIII keperawatan sidoarjo yang telah memberikan bimbingan dan dukungan kepada kami dalam perkuliahan. 11. Ayah, ibu, kakak dan adik yang telah ikhlas memberi dukungan moril maupun materi selama penulisan karya tulis ilmiah untuk gelar Amd.Kep. 12. Teman satu angkatan 2015 yang telah memberi dukungannya selama penulisan karya tulis ilmiah untuk gelar AMd.Kep. Sidoarjo, Agustus 2018



Penulis vii



viii



ABSTRAK “FAKTOR DETERMINAN DERAJAT MIOPIA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO”



Miopia adalah sinar-sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibias didepan retina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan yang mempengaruhi derajat miopia di MAN Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Populasi penelitian siswa kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo yang memakai kacamata pada tahun 2018 sebanyak 103 siswa dengan 70 responden. Instrumen untuk pengambilan data adalah dengan pertanyaan dalam bentuk lisan. Teknik yang digunakan adalah wawancara. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan faktor penyebab yang paling banyak mempengaruhi derajat miopia pada responden antara lain faktor genetik ayah dan ibu, jenis kelamin perempuan, umur > 14 tahun, durasi video game > 2 jam, perilaku membaca posisi terlentang atau telungkup, komputer jarak < 60 cm, jarak gadget < 30 cm, dan durasi gadget > 2 jam. Faktor determinan yang lebih dominan pada derajat miopia ialah faktor bermain video game, faktor jarak dan durasi melihat komputer dan gadget kemungkinan disebabkan karena zaman sekarang merupakan era teknologi dimana semua aktivitas dimudahkan dengan teknologi seperti pencarian tugas sebagian besar menggunakan internet, berkomunikasi dengan teman menggunakan sosial media dan berbagai macam game yang menarik.



Kata kunci : faktor penyebab miopia, derajat miopia



viii



ix



ABSTRACT “DETERMINANT FACTORS OF THE DEGRESS OF MYOPIA IN MADRASAH ALIYAH NEGERI SIDOARJO OF SIDOARJO DISTRICT”



Miopia is these rays which runs parallel with an axis without accommodation resident the retina of eye shadow. This research aims to know the factors that affect determinan degress miopia in MAN Sidoarjo. This research using the deskriptif research with the approach cross sectional. This research using a technique purposive sampling. The population of the research students of class XI IPA and IPS in MAN Sidoarjo wearing glasses on the year 2018 as much as 103 students with 70 respondents. Instruments to a data is with questions in the form of verbal. A technique used is interview. Based on the results, factors that most affect the degree of myopia on the respondents is genetic factors of father and mother, female gender, age > 14 years, the duration of video games > 2 hours, the behavior of reading the supine position or face-down, the distance of computer < 60 cm, the distance of gadget < 30 cm and the duration of the gadget > 2 hours. Determinant factor is more dominant on the degree of myopia is factors playing a video game, factor of the distance and duration of view computer and gadget because the present age is the era of technology where all activities facilitated by technology such as search tasks are mostly using the internet, the communication with friends using social media and a wide variety of interesting games.



Key words : factors cause myopia, degress myopia



ix



x



DAFTAR ISI



Halaman Halaman Sampul Depan ....................................................................................... i Halaman Sampul Dalam Dan Prasyarat ............................................................. ii Surat Pernyataan.................................................................................................iii Lembar Persetujuan ............................................................................................ iv Lembar Pengesahan ............................................................................................ v Kata Pengantar ................................................................................................... vi Abstrak .............................................................................................................viii Daftar Isi.............................................................................................................. x Daftar Bagan .................................................................................................. xivv Daftar Tabel ...................................................................................................... xv Daftar Lampiran .............................................................................................. xvii Daftar Arti Dan Lambang ..............................................................................xviii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 1.1.



Latar Belakang ..................................................................................... 1



1.2.



Rumusan Masalah ................................................................................ 4



1.3.



Tujuan Penelitian .................................................................................. 4



1.3.1.



Tujuan Umum ................................................................................ 4



1.3.2.



Tujuan Khusus ............................................................................... 4



1.4.



Manfaat Penelitian ................................................................................ 5



1.4.1.



Bagi Pihak Institusi Pendidikan ..................................................... 5



1.4.2.



Bagi Keperawatan .......................................................................... 6



1.4.3.



Bagi Peneliti ................................................................................... 6



1.4.4.



Bagi Madrasah Aliyah Negeri ( Man ) Sidoarjo ............................ 6



BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 7 2.1.



Definisi Miopia..................................................................................... 7



2.2.



Klasifikasi ............................................................................................. 7



2.2.1.



Bentuk Miopia ............................................................................... 7



x



xi



2.2.2.



Derajat Beratnya Miopia ................................................................ 8



2.2.3.



Perjalanan Miopia .......................................................................... 8



2.3.



Gejala Klinis ......................................................................................... 9



2.3.1.



Gejala Subyektif : .......................................................................... 9



2.3.2.



Gejala Obyektif : ............................................................................ 9



2.4.



Penanganan Miopia ............................................................................ 10



2.4.1.



Kacamata ..................................................................................... 10



2.4.2.



Kontak Lensa (Lensa Konkaf) ..................................................... 11



2.4.3.



Operasi Refraksi Lasik (Laser In Situ Keratectomy) ................... 12



2.5.



Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Miopia................................ 12



2.5.1.



Faktor Genetik ............................................................................. 12



2.5.2.



Jenis Kelamin ............................................................................... 13



2.5.3.



Usia Awal Miopia ........................................................................ 14



2.5.4.



Durasi Bermain Video Game ....................................................... 15



2.5.5.



Perilaku Membaca ....................................................................... 16



2.5.6.



Jarak Dan Durasi Menonton Tv, Komputer Dan Gadget ............ 18



2.5.7.



Ketaatan Pemakaian Kacamata .................................................... 20



2.5.8.



Faktor Makanan ........................................................................... 21



2.6.



Pencegahan ......................................................................................... 22



2.6.1.



Cuci Tangan ................................................................................. 22



2.6.2.



Jenis Lampu ................................................................................. 23



2.6.3.



Mengatur Jarak ............................................................................ 23



2.6.4.



Istirahatkan Mata ......................................................................... 24



2.6.5.



Periksa Mata Setiap 12 Bulan Sekali ........................................... 24



2.6.6.



Kacamata Penolong ..................................................................... 24



2.6.7.



Kacamata Pelindung .................................................................... 25



2.6.8.



Nutrisi Yang Baik ........................................................................ 25



2.6.9.



Minum Cukup Air........................................................................ 25



2.6.10. Lensa Kontak ............................................................................... 26 2.6.11. Hati-Hati Kosmetik ...................................................................... 27 BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ........................................................ 28 xi



xii



3.1.



Kerangka Konseptual ......................................................................... 28



BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................... 30 4.1



Desain Penelitian ................................................................................ 30



4.2



Kerangka Kerja ................................................................................... 31



4.3



Populasi, Sampel, Besar Sampel Dan Teknik Sampling ................... 32



4.3.1.



Populasi ........................................................................................ 32



4.3.2.



Sampel ......................................................................................... 32



4.3.3.



Besar Sampel ............................................................................... 33



4.3.4.



Teknik Sampling .......................................................................... 34



4.4



Variabel Penelitian ............................................................................. 34



4.4.1.



Variabel Independent ................................................................... 34



4.4.2.



Variabel Dependen ...................................................................... 35



4.5



Definisi Operasional ........................................................................... 35



4.6



Instrumen Penelitian ........................................................................... 38



4.7



Tempat Dan Waktu Penelitian ........................................................... 38



4.7.1



Tempat ......................................................................................... 38



4.7.2



Waktu ........................................................................................... 38



4.8



Pengumpulan Data ............................................................................. 39



4.9



Pengolahan Data ................................................................................. 39



4.10



Analisis Data ...................................................................................... 39



4.11



Etika Penelitian................................................................................... 41



4.11.1 Informed Concent ........................................................................ 41 4.11.2 Anonimity (Tanpa Nama) ............................................................ 41 4.11.3 Confidentiality ( Kerahasiaan ) .................................................... 41 4.12



Keterbatasan ....................................................................................... 42



BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ................................ 43 8.1



Hasil Penelitian................................................................................... 43



8.1.1



Gambaran Umum ......................................................................... 43



8.1.2



Data Umum .................................................................................. 45



8.1.3



Data Khusus ................................................................................. 46



8.2



Pembahasan ........................................................................................ 57 xii



xiii



8.2.1



Mengidentifikasi Faktor Genetik Dengan Derajat Miopia ......... 58



8.2.2



Mengidentifikasi Jenis Kelamin Dengan Derajat Miopia............ 59



8.2.3



Mengidentifikasi Faktor Usia Awal Miopia Dengan Derajat Miopia .......................................................................................... 62



8.2.4



Mengidentifikasi Faktor Durasi Bermain Video Game Dengan Derajat Miopia ............................................................................. 63



8.2.5



Mengidentifikasi Faktor Perilaku Membaca Dengan Derajat Miopia .......................................................................................... 65



8.2.6



Mengidentifikasi Jarak Dan Durasi Menonton Televisi, Komputer, Dan Gadget Dengan Derajat Miopia ......................... 67



8.2.7



Mengidentifikasi Ketaatan Pemakaian Kacamata Dengan Derajat Miopia ............................................................................. 71



8.2.8



Mengidentifikasi Faktor Makanan Dengan Derajat Miopia ........ 73



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 76 6.1



Kesimpulan ......................................................................................... 76



6.2



Saran ................................................................................................... 77



Daftar Pustaka ................................................................................................. 79 Lampiran ......................................................................................................... 81



xiii



xiv



DAFTAR BAGAN



Judul Bagan



Halaman



Bagan 3.1. Kerangka Konseptual Faktor Determinan Derajat Miopia Pada Siswa Kelas XI IPA Dan IPS Di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo ........................................................................... 28 Bagan 4.1. Kerangka Kerja Penelitian Faktor Determinan Derajat Miopia Pada Siswa-Siswi XI IPA Dan IPS Yang Berkaca Mata Di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo ................................ 31



xiv



xv



DAFTAR TABEL



Judul Tabel



Halaman



Tabel 4.1 Definisi Operasional Faktor Determinan Derajat Miopia Pada siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo............................................................................................ 36 Tabel 4.2 Distribusi masing-masing variabel................................................... 40 Tabel 5.1 Karakteristik berdasarkan kelas siswa-siswi yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo pada bulan juli 2018 ............................. 45 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi berdasarkan faktor keturunan pada siswa yang miopia di man sidoarjo pada bulan Juli 2018 ......................... 46 Tabel 5.3 Tabulasi silang antara faktor genetik dengan derajat miopia ........... 46 Tabel 5.4 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis kelamin siswa-siswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ................................................................ 47 Tabel 5.5 Tabulasi silang antara jenis kelamin dengan derajat miopia............ 47 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi berdasarkan umur siswa-siswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ........................................................................... 48 Tabel 5.7 Tabulasi silang antara umur dengan derajat miopia ........................ 48 Tabel 5.8 Distribusi frekuensi berdasarkan durasi bermain video game pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ................................ 49 Tabel 5.9 Tabulasi silang antara durasi bermain video game dengan derajat miopia .................................................................................. 49 Tabel 5.10 Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku membaca pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ......................................... 50 Tabel 5.11 Tabulasi silang antara perilaku membaca dengan derajat miopia .............................................................................................. 50 Tabel 5.12 Distribusi frekuensi berdasarkan jarak dan durasi televisi, komputer dan gadget pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ................................................................................................. 52 Tabel 5.13 Tabulasi silang antara jarak dan durasi televisi, komputer, dan gadget dengan derajat miopia ................................................... 53



xv



xvi



Tabel 5.14 Distribusi frekuensi berdasarkan ketaatan kacamata pada pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ................................ 55 Tabel 5.15 Tabulasi silang antara ketaatan berkacamata dengan derajat miopia .............................................................................................. 55 Tabel 5.16 Distribusi frekuensi berdasarkan makanan pada pada siswasiswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ................................................... 56 Tabel 5.17 Tabulasi silang antara makanan dengan derajat miopia................. 56 Tabel 5.18 Distribusi frekuensi berdasarkan derajat miopia pada siswasiswi di MAN Sidoarjo, Juli 2018 ................................................... 57



xvi



xvii



DAFTAR LAMPIRAN



Judul Lampiran



Halaman



Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden ......................................81 Lampiran 2 Lembar Persetujuan Menjadi Responden ........................................82 Lampiran 3 Lembar Wawancara Faktor Determinan Derajat Miopia ................83 Lampiran 4 Surat Permohonan Permintaan Data ................................................84 Lampiran 5 Surat Balasan Dari MAN Sidoarjo ..................................................85 Lampiran 6 Surat Izin Penelitian Untuk MAN Sidoarjo .....................................86 Lampiran 7 Surat Izin Penelitian Untuk BANGKESBANGPOL .......................87 Lampiran 8 Surat Balasan BANGKESBANGPOL ............................................88 Lampiran 9 Surat Izin Permohonan Penelitian ...................................................89 Lampiran 10 Surat Keterangan Izin Penelitian ...................................................90 Lampiran 11Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .........................91 Lampiran 12 Data Faktor Determinan Derajat Miopia .......................................92 Lampiran 13 Data Frekuensi Dan Tabulasi silang SPSS ....................................97 Lampiran 14 Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ........................................104 Lampiran 15 Lembar Konsultasi Proposal Karya Tulis Ilmiah ..........................105 Lampiran 16 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah .........................................109



xvii



xviii



DAFTAR ARTI DAN LAMBANG



1.



Lambang poltekkes kemenkes surabaya a. Bentuk segi lima dengan warna biru melambangkan semangat dapat mengikuti perkembangan di dunia pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. b. Tugu warna kuning melambangkan tugu pahlawan surabaya yang cemerlang. c. Palang hijau melambangkan kesehatan d. Gambar buku melambangkan proses pembelajaran e. Warna latar belakang biru melambangkan warna teknik (politeknik).



2.



Daftar lambang % : persen / : atau < : kurang dari > : lebih dari : sampai : : banding, yaitu & : dan () : tanda Kurung



3.



Daftar arti A Autosomal dominan



Anterior Astenovergen Atrofi Astaxanthin



: sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom yang bersifat dominan : sifat keturunan yang ditentukan oleh gen pada autosom yang bersifat resesif : bagian depan : berair : penyusutan atau pengecilan : jenis karotenoid yang ditemukan dialam



B Brightness



: tingkat penerangan



C Cit Cm



: Citation ( Kutipan ) : Centimeter



Autosomal resesif



xviii



xix



D DIII Dr. Dll E ESA Eye liner Eye shadow F Fundus tigroid



G Glaukoma



: Diploma : Doktor : Dan lain-lain



: Entertainment software Association / asosiasi di bidang aplikasi hiburan digital : alat make up penegas garis mata : alat make up untuk perona mata yang dibubuhkan di kelopak mata : degenerasi retina berupa kelompok pigmen yang tidak merata menyerupai kulit harimau



: penyakit mata yang dapat menyebabkan kebutaan



I Institute of Reasearch : organisasi penelitian Insufisiensi Akomodasi : ketidakmampuan mata menjalankan fungsinya J Juvenile onset



: Insulin dependent



N Ns Nm



: Ners : nanometer



M M.



: Master



P Posterior Predisposisi miopia Progresivitas Pigmentasi Perifer



: bagian belakang :faktor yang melatarbelakangi seseorang mengalami miopia : kemampuan bergerak maju : pembentukan pigmen : terletak di tepi



xix



xx



S Sp. Smartphone K Kep Kes Karotenoid Koroid Kohesi L Low Vision Lutein Lasik



: Spesialis : telfon pintar



: Keperawatan : Kesehatan : golongan senyawa kimia organik bernutrisi yang terdapat pada tumbuhan : lapisan pembuluh darah pada mata yang terletak antara retina dan sklera : gaya tarik menarik antar molekul yang sama



: penglihatan kurang : senyawa karoteniod yang terdapat pada tumbuhan : Laser in situ keratectomy atau operasi mata dengan lanser untuk mengoreksi masalah penglihatan.



T The Correction of Myopia Evaluation Trial



U UV UVA



V Video Game Vision Institute Visual W WHO Watt Z Zeaxanthin



: koreksi percobaan evaluasi miopia



: Ultraviolet atau radiasi ultraungu : Ultraviolet A atau jenis sinar radiasi matahari dilihat dari panjang gelombang menggunakan gelombang panjang



: permainan berupa video : lembaga penglihatan : Penglihatan : World Health Organization / organisasi kesehatan dunia : satuan turunan SI untuk daya : karotenoid pelindung kehilangan penglihatan xx



terhadap



penyebab



1



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Miopia adalah sinar-sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibias didepan retina. Tajam penglihatan selalu kurang dari pada 5/5 ( Ilyas S, 2010 ). Berdasarkan data WHO terdapat 285 juta orang didunia yang mengalami gangguan penglihatan, dimana 39 juta orang mengalami kebutaan dan 246 juta orang mengalami berpenglihatan kurang ( low vision ). Tajam penglihatan sudah dikatakan low vision dengan visus 6/18. Secara global gangguan penglihatan tersebut disebabkan oleh kelainan refraksi 43%, katarak 33%, dan glaukoma 2%. Meskipun demikian, bila dikoreksi dini sekitar 80% gangguan penglihatan dapat dicegah maupun diobati ( WHO, 2012 cit Fauziyah MM, 2014 ). Menurut perhitungan WHO, tanpa ada tindakan pencegahan dan pengobatan terhadap miopia, hal ini mengakibatkan jumlah penderita akan semakin meningkat. Dan berdasarkan laporan Institute of Research diperkirakan pada tahun 2020 penderita miopia akan mencapai 2,5 milyar penduduk ( Mutti DO, 2001 cit Usman S, 2014 ). Miopia merupakan kelainan mata yang paling banyak diseluruh dunia dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan. Di



1



2



Indonesia, prevalensi kelainan refraksi menempati urutan pertama pada penyakit mata dan ditemukan jumlah penduduk kelainan refraksi di Indonesia hampir 25% populasi penduduk atau sekitar 55 juta jiwa ( Saw SM, 2001 cit Usman S, 2014 ). Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013, di Indonesia terdapat sekitar 1,5% atau 3,6 juta penduduknya mengalami kebutaan. Angka kejadian kebutaan yang disebabkan oleh miopia menduduki urutan pertama sebagai penyebab kebutaan di Indonesia. Menurut



Riset



Kesehatan



Dasar



(Riskesdas)



pada



tahun



2013



menunjukkan bahwa proporsi pengguna kaca mata atau lensa kontak pada penduduk umur di atas 6 tahun di Indonesia adalah sebesar 4,6%; proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 0,9%; proporsi kebutaan sebesar 0,4%. Sedangkan proporsi pengguna kaca mata atau lensa kontak pada penduduk dengan umur di atas 6 tahun di provinsi Jawa Timur adalah sebesar 4,8%; proporsi penurunan tajam penglihatan sebesar 1,0% proporsi kebutaan sebesar 0,4% (Riskesdas,2013). Berbagai faktor yang berperan dalam perkembangan miopia telah diidentifikasi melalui beberapa penelitian. Prevalensi miopia 33-60% pada anak dengan kedua orang tua miopia. Pada anak yang memiliki salah satu orang tua miopia prevalensinya 23-40%, dan hanya 6-15% anak mengalami miopia yang tidak memiliki orangtua miopia ( Goss DA, 2006 cit Fauziyah MM, 2014 ). Disamping faktor keturunan, faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan miopia pada anak



2



3



(Tiharyo I, 2008 cit Fauziyah MM, 2014 ). Faktor lingkungan yang paling banyak berperan pada miopia adalah kerja jarak dekat seperti membaca. Lama membaca dapat mempengaruhi pertumbuhan aksial bola mata akibat insufisiensi akomodasi pada mata ( Legerto JA, 2013 cit Fauziyah MM, 2014 ). Semakin majunya teknologi menjadikan seseorang lebih mudah untuk mendapatkan informasi. Tidak hanya dari buku tetapi informasi yang dibutuhkan untuk mencapai kesuksesan, dapat juga diperoleh melalui televisi dan internet ( Kistianti F, 2008 ). Semakin meningkatnya remaja yang mengalami gangguan refraksi mata maka penulis ingin mengetahui faktor determinan derajat miopia pada siswa kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo. Karena MAN Sidoarjo adalah salah satu MA Negeri terbaik di Sidoarjo yang mana sebagian besar siswanya mempunyai prestasi belajar yang baik dan intensitas belajar siswa yang sering menggunakan komputer dan wifi sebagai fasilitas sekolah untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Sedangkan dari hasil survey awal di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo didapatkan data siswa kelas XI IPA dan IPS tercatat 138 orang yang memakai kacamata dari jumlah 464 siswa XI IPA dan IPS. Berdasarkan uraian diatas masalah penelitian adalah faktor perilaku tidak baik yang dapat mempengaruhi derajat miopia bertambah, maka penulis merasa perlu untuk meneliti “ Faktor Determinan Derajat Miopia Pada Siswa Kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo ”.



3



4



1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan, “apakah faktor determinan mempengaruhi derajat Miopia pada siswa kelas XI IPA di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Sidoarjo ?”. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Mengetahui faktor determinan derajat miopia pada siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Sidoarjo. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi faktor genetik penderita miopia pada siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo. 2. Mengidentifikasi faktor jenis kelamin penderita miopia pada siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo. 3. Mengidentifikasi faktor usia awal miopia penderita miopia pada siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo. 4. Mengidentifikasi faktor durasi bermain video game pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo.



4



5



5. Mengidentifikasi faktor perilaku membaca pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo. 6. Mengidentifikasi faktor jarak dan durasi bermain menonton tv, komputer dan gadget pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo. 7. Mengidentifikasi faktor ketaatan pemakaian kacamata pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo.. 8. Mengidentifikasi faktor makanan pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo. 9. Menganalisa faktor determinan derajat miopia berdasarkan faktor durasi bermain video game, faktor jarak dan durasi melihat televisi, komputer, dan gadget pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Sidoarjo. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Pihak Institusi Pendidikan Memberikan pengetahuan bagi mahasiswa program studi DIII



Keperawatan



pengetahuan



dan



Sidoarjo teknologi



5



dalam



pengembangan



(IPTEK)



terutama



ilmu untuk



6



pengembangan profesi keperawatan khususnya dalam bidang perawatan kesehatan mata. 1.4.2. Bagi Keperawatan Digunakan dalam pemberian informasi kesehatan bagi klien yang menderita miopia. 1.4.3. Bagi Peneliti 1. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam melaksanakan penelitian. 2. Dapat meningkatkan daya nalar, minat, dan kemampuan dalam meneliti bidang penelitian. 1.4.4. Bagi Madrasah Aliyah Negeri ( MAN ) Sidoarjo Sebagai bahan masukan dalam hal perencanaan dan penanggulangan



faktor



internal



maupun



eksternal



yang



mempengaruhi derajat miopia khususnya bagi siswa yang menderita miopia sehingga mereka mulai merubah kebiasaan yang dapat memperburuk kesehatan matanya dan bagi siswa yang tidak mengalami miopia dapat mengantisipasi agar tidak menderita miopia dengan menggunakan leaflet mading.



6



7



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Definisi Miopia Miopia merupakan kondisi seseorang tidak dapat melihat objek jarak jauh dengan baik. Oleh karena itu, miopia dikenal juga dengan sebutan rabun jauh. Miopia terjadi karena cahaya yang masuk mata jatuh didepan retina. Miopia lazim dikenal dengan mata minus karena kelainan refraksi jenis ini dapat diatasi dengan kacamata lensa minus (Prieharti & Mumpuni Y, 2016 hal 82). Miopia adalah sinar-sinar yang berjalan sejajar dengan sumbu mata tanpa akomodasi dibias didepan retina. Tajam penglihatan selalu kurang dari pada 5/5 (Ilyas S, 2010 hal 46). 2.2. Klasifikasi 2.2.1. Bentuk Miopia Dikenal beberapa bentuk miopia seperti



:



1. Miopia aksial, miopia akibat panjangnya sumbu bola mata, dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal. 2. Miopia refraktif, bertambahnya indeks bias media penglihatan seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih lebih cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama



7



8



dengan miopia bias atau miopia indeks, miopia yang terjadi akibat pembiasan media penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat. 2.2.2. Derajat Beratnya Miopia Menurut derajat beratnya miopia dibagi dalam



:



1. Miopia ringan, dimana miopia kecil daripada 1-3 dioptri. 2. Miopia sedang, dimana miopia lebih antara 3-6 dioptri. 3. Miopia berat atau tinggi, dimana miopia lebih besar dari 6 dioptri. 2.2.3. Perjalanan Miopia Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk



:



1. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa. 2. Miopia



progresif,



miopia



yang bertambah



terus



pada



usia dewasa akibat bertambah panjangnya bola mata. 3. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan Miopiapernisiosa = miopia maligna = miopia degenerative. (Ilyas S, 2005 hal 76-77)



8



9



2.3. Gejala Klinis 2.3.1. Gejala Subyektif : 1. Kabur bila melihat jauh. 2. Membaca atau melihat benda kecil harus dari jarak dekat. 3. Lekas lelah bila membaca ( karena konvergensi yang tak sesuai dengan akomodasi ), astenovergens. 2.3.2. Gejala Obyektif : 1. Miopia simpleks : a. Pada segmen anterior ditemukan bilik mata yang dalam dan pupil yang relatif lebar. Kadang-kadang ditemukan bola mata yang agak menonjol. b. Pada segmen posterior biasanya terdapat gambaran yang ringan disekitar papil saraf optik. 2. Miopia patalogik : a. Gambaran pada segmen antierior serupa dengan miopia simpleks. b. Gambaran yang ditemukan pada segmen posterior berupa kelainan-kelainan pada : 1) Badan kaca Dapat



ditemukan



kekeruhan



berupa



perdarahan atau degenerasi yang terlihat sebagai floaters, atau benda-benda yang mengapung dalam badan kaca. Kadang-kadang ditemukan ablasi badan



9



10



kaca yang dianggap belum jelas hubungannya dengan keadaan miopia. 2) Papil saraf optik Terlihat pigmentasi peripapil, presen miopia, papil terlihat lebih pucat yang meluas terutama ke bagian temporal. Kresen miopia dapat ke seluruh lingkaran papil, sehingga seluruh papil dikelilingi oleh daerah koroid yang atrofi dan pigmentasi yang tak teratur. 3) Makula : berupa pigmentasi yang tak teratur. 4) Retina bagian perifer : berupa degenerasi kista retina bagian perifer. 5) Seluruh lapisan fundus yang tersebar luas berupa penipisan koroid dan retina. Akibat penipisan retina ini maka bayangan koroid tampak lebih jelas dan disebut sebagai fundus tigroid. (Ilyas S, 2003 hal 6 ) 2.4. Penanganan Miopia 2.4.1. Kacamata Terapi yang dapat diberikan adalah koreksi kacamata dengan menggunakan lensa sferis konkaf ( negatif ) terkecil yang memberikan ketajaman penglihatan maksimal ( Ilyas S, 2010 ). Lensa sferis negatif ini dapat mengoreksi bayangan pada miopia



10



11



dengan cara memindahkan bayangan mundur tepat ke retina (Vaughan DG, 2000), sehingga penderita dapat melihat dengan baik tanpa akomodasi ( Perdami, 2010 ). 2.4.2. Kontak Lensa (Lensa Konkaf) Lensa kontak adalah lensa yang diletakkan diatas kornea dan memiliki daya kohesi sehingga tetap menempel pada kornea, tujuannya adalah untuk memperbesar bayangan yang jatuh di retina. Terdapat keuntungan memakai lensa kontak, diantaranya : 1. Praktis dalam penggunaanya ( sama dengan seperti penglihatan mata normal, sedangkan kaca mata penglihatan akan menjadi lebih besar / kecil ). 2. Luas lapang pandang tidak berubah ( penggunaan kaca mata lapang pandang menjadi menciut ). 3. Tujuan kosmetik. Sedangkan kerugian dari pemakaian lensa kontak adalah : 1. Lebih mudah terkena infeksi, apabila pemakainya kurang memperhatikan kebersihan / lingkungan sekitar kurang bersih. 2. Lebih mudah terjadi erosi kornea, terutama apabila dipakai terlalu lama / dipakai tidak teratur. ( Perdami, 2010 )



11



12



2.4.3. Operasi Refraksi LASIK (Laser in Situ Keratectomy) Operasi



dengan



menggunakan



tenaga



laser



untuk



mengurangi kecembungannya dan dilengketkan kembali. Bedah refraktif adalah bentuk koreksi permanen untuk rabun jauh. Juga disebut sebagai operasi laser mata, yaitu sebuah prosedur untuk membentuk ulang kornea agar cahaya terfokus ke retina. Operasi untuk membakar sebagian kecil kornea agar lengkungannya kembali normal. ( Medicastore.com , 2012 ) 2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Miopia 2.5.1. Faktor Genetik Faktor genetik dan faktor lingkungan merupakan faktor risiko yang memegang peranan penting pada terjadinya kelainan refraksi. Faktor genetik dapat menurunkan sifat kelainan refraksi ke keturunannya, baik secara autosomal dominan maupun autosomal resesif. Anak dengan orang tua yang mengalami kelainan refraksi cenderung mengalami kelainan refraksi. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orangtua yang mengalami miopia



adalah



32,9% dan berkurang sampai 18,2% pada anak dengan hanya salah satu orangtuanya yang mengalami miopia, dan kurang dari 8,3% pada anak dengan orangtua tanpa miopia (Kelley MP, 2011 cit Komariah C, 2014).



12



13



2.5.2. Jenis Kelamin Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 40,49% pada penderita laki-laki, dan pada perempuan 59,51%. Kelompok umur 10-14 tahun merupakan kelompok umur tersering ditemukan yaitu sebanyak 64,41% dan paling sedikit pada golongan umur 1-4 tahun sebanyak 0,62%. Kelainan refraksi yang paling sering ditemukan adalah miopia 71,78 % ( Ratanna RS, 2014 ). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Agus, 2017 didapatkan hasil dengan jenis kelamin perempuan 56,2% dan jenis kelamin laki-laki 43,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang saling berkaitan seperti aktivitas luar ruangan (outdoor activity), bahwa perempuan lebih sedikit menghabiskan waktu diluar ruangan atau outdoor activity seperti berolahraga maupun aktivitas di waktu luang, dimana kegiatan ini sangat mendukung untuk menstimulasi pelepasan



dopamin



dari



retina



yang



akan



menginhibisi



pertumbuhan bola mata, sehingga dapat meminimalisir angka terjadinya miopia pada siswa dengan jenis kelamin perempuan. Aktivitas di luar ruangan yang tidak memadai dan paparan cahaya matahari yang sedikit, berpotensi akan faktor resiko untuk terjadinya miopia. Dimana paparan matahari diketahui dapat memberikan asupan vitamin D secara tidak langsung sehingga sangat baik untuk kesehatan mata (Wang, 2015). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang (2015) 13



tentang Miopia



14



Among Schoolchilren in East Asia and Singapora menyatakan menghabiskan lebih sedikit waktu diluar rumah setelah sekolah dikaitkan dengan peningkatan prevalensi kesalahan refraksi dan miopia,selain itu dengan tambahan 40 menit dari aktivitas di luar ruangan di sekolah dari pada berdiam diri di kelas dapat mengurangi peningkatan terjadinya miopia Penderita kelainan refraksi lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan laki-laki dan pada jenis kelaianan refraksi miopia, dikarenakan bola mata pada laki-laki lebih besar daripada perempuan. Hal ini akan mempengaruhi jaringan bola mata lainnya sehingga dapat menyebabkan refraksi ( Launardo AV, 2011 cit Ihsanti D, 2014 ). 2.5.3. Usia Awal Miopia Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 40,49% pada penderita laki-laki, dan pada perempuan 59,51%. Kelompok umur 10-14 tahun merupakan kelompok umur tersering ditemukan yaitu sebanyak 64,41% dan paling sedikit pada golongan umur 1-4 tahun sebanyak 0,62%. Kelainan refraksi yang paling sering ditemukan adalah miopia 71,78 % ( Ratanna RS, 2014 ). Penglihatan merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu keterlambatan melakukan koreksi terutama pada anak usia sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi



14



15



pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kesehatan mata kurang terperhatikan, sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan penglihatan ( kelianan refraksi ) sampai kebutaan ( Wibisono M, 2012 cit Ratanna RS, 2014 ). 2.5.4. Durasi Bermain Video Game Video game adalah salah satu contoh permainan modern yang sering dimainkan oleh remaja saat ini. Survei Entertaiment Software Association (ESA) menemukan bahwa setiap orang mempunyai minimal satu smartphone yang dapat difungsikan untuk bermain game, sementara 32% dari pemain game adalah anak berusia dibawah 18 tahun dan sekitar 10% dari remaja berusia 10-18 tahun bermain video game dengan durasi 1 jam atau lebih per harinya (Entertainment Software Association, 2013 cit Putri D, 2014). Pengelompokkan gamer menjadi lebih spesifik yaitu low frequency gamer, high frequency gamer, dan heavy frequency gamer. low frequency gamer adalah gamer yang bermain kurang dari satu jam perhari, high frequency gamer adalah gamer yang bermain lebih dari 7 jam perminggu, dan heavy frequency gamer



15



16



adalah gamer yang bermain lebih dari 2 jam sehari atau lebih dari 14 jam seminggu (Griffiths MD, 2010 cit Rudhiati F, 2015). Pada anak usia sekolah yang gemar bermain video game dengan durasi yang cukup lama, maka otot siliaris akan selalu mempengaruhi lensa menjadi cembung karena selalu melihat benda dekat sehingga kurang peka terhadap benda jauh, hal tersebut yang menyebabkan terjadinya gangguan ketajaman penglihatan sehingga alat ukur yang tepat menggunakan snellen chart ( James, 2006 cit Rudhiati F, 2015 ). Hasil penelitian Rudhiati F, 2015 menyatakan sebagian besar responden memiliki durasi tidak normal saat bermain video game ( > 2 jam/hari atau lebih dari 14jam/minggu) sebanyak 44 orang (65,7%) dan durasi normal saat bermain video game (< 2 jam/ hari) sebanyak 23 orang (34,3%).



2.5.5. Perilaku Membaca Faktor lingkungan yang paling banyak berperan pada miopia adalah kerja jarak dekat seperti membaca. Lama membaca dapat dapat mempengaruhi pertumbuhan aksial bola mata akibat infusiensi akomodasi pada mata ( Gwiazda J, 2008 cit Fauziyah MM, 2014 ). Selain memperhatikan jarak mata saat membaca, ada beberapa hal atau perilaku yang harus diperhatikan untuk menjaga



16



17



tajam penglihatan agar tetap baik antara lain yaitu dengan menyediakan waktu untuk membuat mata istirahat setelah membaca lama dengan melihat jauh. Menggunakan penerangan yang baik saat belajar, menghindari membaca dibawah penerangan langsung yang kuat, dll (Ilyas S, 2004 cit Lenawati H, 2012). Aktivitas jarak dekat seperti membaca yang dilakukan secara terus- menerus setiap hari dalam jangka waktu lama, lebih dari 2 jam, dapat memicu terjadinya miopia ( Goh PP, 2008 cit Khomariah C, 2014 ). Hubungan antara jarak baca dengan perkembangan terjadinya miopia telah dilaporkan oleh The Correction Of Myopia Evaluation Trial. Kenyataan bahwa seseorang yang mengalami miopia cenderung untuk membaca pada jarak yang lebih dekat pada saat mereka tidak menggunakan kacamata koreksi (Gopalakrishnan S, 2011 cit Khomariah C, 2014). Penderita miopia seharusnya tidak membaca dalam jarak yang kurang dari 30 cm dan tidak membaca terlalu lama dalam satu waktu, sedangkan penerangan yang digunakan saat membaca harus cukup terang ( Saw SM, 2002 cit Nurwinda, 2013 ). Posisi membaca yang paling baik adalah dengan posisi duduk, jika membaca dengan posisi yang terlentang atau menelungkup, berat badan akan menyebabkan mata yang semakin lama makin dekat



17



18



dengan buku dan akibatnya panjang anterior-posterior mata makin melebar ( Fachrian D, 2009 cit Nurwinda, 2013 ). Angka kejadian miopia pada beberapa macam populasi dengan berbagai jenis pekerjaan, didapati pada populasi pelajar dan pekerja kantor menempati urutan tertinggi untuk penderita miopia (Goldschmidt,2003 cit Fauziyah MM, 2014). Hasil penelitian oleh Komariah, 2014 menunjukkan bahwa siswa yang membaca dengan durasi > 2 jam sebanyak 47 siswa (88,6%) dan durasi < 2 jam sebanyak 6 siswa (11,4%). Siswa yang membaca dengan jarak < 30 cm sebanyak 34 siswa (64,2%), dan jarak > 30 cm sebanyak 19 siswa (35,8%). Hasil penelitian oleh Kistianti, 2008 menunjukkan posisi tubuh saat membaca dengan duduk sebanyak 21 orang (14,19%) dan posisi tubuh saat membaca tidak duduk sebanyak 53 orang ( 53,81%). 2.5.6. Jarak Dan Durasi Menonton Tv, Komputer Dan Gadget Penelitian dipimpin oleh Brien Holden dari Brien Holden Vision Institute di Sydney. Data diperoleh dari 145 penelitian yang melibatkan 2,1 juta peserta. Penelitian ini memperkirakan bahwa, pada tahun 2015, sekitar 4,8 miliar orang akan menderita miopia, meningkat dari tahun 2000, yakni sekitar 1,4 miliar. Menurut peneliti, peningkatan ini didorong oleh faktor lingkungan, terutama perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh menurunnya waktu yang dihabiskan untuk aktivitas luar ruangan 18



19



dan meningkatnya aktivitas penggunaan peralatan elektronik yang menuntut pandangan jarak dekat, juga beberapa faktor lain, seperti faktor keturunan. Near-work merupakan kumpulan dari beberapa kegiatan diantaranya membaca pada jarak < 30 cm dan > 2 jam/hari, menonton televisi pada jarak < 2 m dan > 2 jam/hari, menggunakan komputer



pada jarak > 60 cm dan > 8 jam/hari, bermain



videogame pada jarak < 2 m dan > 2 jam/hari ( Fachrian D, 2009 cit Tobing I, 2017 ). Smartphone dan tablet banyak sekali di gunakan untuk membaca email ,sms,browsing internet sampai untuk menonton video. Dari studi yang telah dilakukan menunjukan bahwa kelelahan mata dapat terjadi apabila kita melihat melalui screen yang kecil dalam durasi yang lama.Umumnya orang menggunakan smart phone dan komputer tablet dengan jarak yang lebih dekat dari pada membaca buku atau koran sehingga mata menjadi lebih cepat lelah. Memperbesar ukuran font pada gadget dan mengatur jarak kira-kira 30 – 40 cm dari mata dapat membantu mengurangi gejala mata lelah (Optik Melawai, 2016). Naidoo menuturkan, di antara faktor-faktor lingkungan, sistem pendidikan dengan tekanan tinggi pada usia dini di beberapa negara seperti Singapura, Korea, Taiwan dan Cina dapat



19



20



menyebabkan



perubahan



gaya



hidup,



karena



penggunaan



berlebihan perangkat elektronik seperti komputer atau smartphone ( National Geographic, 2016 ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak yang mengalami miopia rutin melakukan aktivitas didepan komputer dengan waktu setiap kalinya adalah lebih dari 4 jam. Anak-anak yang menderita miopia lebih banyak menggunakan waktunya untuk belajar, main komputer, dan bermain video game. Penggunaan waktu dengan aktifitas visual seperti ini akan meningkatkan risiko untuk terjadinya kelainan refraksi berupa miopia (Gopalakrishnan S, 2011 cit Khomariah C, 2014). Sinar biru adalah sinar dengan panjang gelombang 400-500 nm (nanometer). Sumber terdekatnya adalah lampu neon, layar televisi serta komputer. Efek sampingnya pada mata tergantung dari panjang cahaya, intensitas serta durasi paparan. Individu tanpa faktor predisposisi miopia dapat mengalami miopia ringan jika terpajan oleh faktor miopigenik secara terus-menerus ( Mallen EA, 2005 cit Khomariah C, 2014 ). 2.5.7. Ketaatan pemakaian kacamata Penanganan pada penderita miopia adalah dengan memakai kacamata sferis negatif terkecil yang akan memberikan ketajaman penglihatan secara maksimal. Lensa pada kacamata sferis negatif



20



21



digunakan untuk mengoreksi bayangan pada miopia, karena lensa ini dapat memindahkan bayangan mundur ke retina (Ilyas S, 2010). Penelitian saerang dan mangindaan, menunjukkan bahwa jumlah murid sekolah dengan kelainan refraksi, antara yang belum memakai kacamata dan sudah memakai kacamata, ternyata lebih besar yang belum memakai kacamata dibanding yang sudah. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari muridmurid sekolah itu sendiri, rasa malu untuk memakai kacamata atau juga karena belum semua sekolah terdapat pemeriksaan atau pelayanan kesehatan mata, khususnya untuk kasus-kasus kelainan refraksi. Oleh karena itu, perlu kiranya mengetahui ketaatan berkacamata dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mempercepat progesivitas derajat miopia (Saerang JSM 1984 cit Nurwinda S, 2013). 2.5.8. Faktor Makanan Vitamin A yang banyak ditemukan dalam wortel memiliki peran penting dalam kesehatan mata, tapi konsumsi dalam jumlah banyak tidak mengurangi kelainan refraksi yang ada. Nutrien lain yang baik untuk kesehatan mata dan berperan mencegah kerusakan retina adalah lutein. Lutein banyak ditemukan di sayuran hijau seperti bayam, brokoli, dan juga kuning telur.Ingatlah untuk selalu mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang untuk menjaga



21



22



kesehatan tubuh kita secara keseluruhan ( Jakarta Eye Center, 2016 ). Unsur seperti karotenoid banyak ditemukan pada sayuran berwarna kuning-jingga seperti wortel, sayuran berwarna hijau seperti brokoli , serta buah-buahan berwarna merah dan kuningjingga seperti tomat, arbei, semangka, dan mangga. Dewasa ini vitamin untuk kesehatan mata juga tersedia dalam produk-produk berbentuk suplemen ( Sugani S, 2010 Hal 58 ). Penelitian yang dilakukan oleh Febriany, 2015 yang menunjukkan sering mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A sebanyak 31 orang (38,75%), dan jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A sebanyak 49 orang (61,25%). 2.6. Pencegahan Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan mata yang dapat mengurangi risiko timbul dan memburuknya gangguan, yaitu : 2.6.1. Cuci Tangan Selalu cuci tangan, apalagi sesudah bepergian, memasak, atau melakukan kegiatan. Tanpa disadari, orang sering mengusap mata dengan tangan yang kotor sehingga membuat mata gatal atau mudah terinfeksi.



22



23



2.6.2. Jenis Lampu Tidak semua lampu bersahabat dengan mata, terutama ketika anda sering melakukan kegiatan yang sangat butuh penerangan cukup. Jika anda membaca atau melakuakn pekerjaan tangan yang butuh ketelitian seperti menjahit atau memasak, disarankan menggunakan penerangan dengan bola lampu susu 40 watt. Pusatkan sinar pada objek bacaan atau pekerjaan yang dilakukan. Lampu duduk dengan bohlam 60 watt dianggap terlalu terang dan sebaliknya dibawah 40 watt pun terlalu redup. Kurangnya penerangan menyebabkan kerja otot mata terlalu berat sehingga mata mudah lelah dan pedih. Kurang cahaya juga mempercepat timbulnya kelainan miopia ( rabun jauh ). 2.6.3. Mengatur Jarak Sebagaimana organ tubuh lain, mata juga memiliki keterbatasan adaptasi dan sangat peka terhadap pengaruh lingkungan sekitar. Tubuh biasanya akan menyesuaikan berapa pun jarak yang dibutuhkan agar mata dapat melihat secara nyaman. Misalnya saat membaca, pastikan jarak antara mata dengan buku yang dibaca sekitar 50 cm. Sedangkan, posisi yang dianjurkan untuk meletakkan buku adalah agak lebih rendah dari ketinggian mata. Adapun jarak menonton televisi tidak kurang dari lima kali ukuran diagonal televisi.



23



24



2.6.4. Istirahatkan Mata Hampir semua orang merasakan mata mereka menjadi tidak nyaman setelah duduk seharian didepan layar komputer. Hal ini disebabkan mata berkedip 25% lebih sedikit dari biasanya, yang menyebabkan mata jadi kering. Satu hal yang bisa dilakukan adalah menutup mata dan menghitung sampai lima sebelum membukanya kembali. Hal lainnya adalah berpaling dari layar monitor dan fokus pada sebuah objek yang jauh sesering mungkin. Gunakan filter pada layar dan kurangi tingkat terang (Brightness) monitor agar mata tidak menjadi cepat lelah. Selain itu, tidur juga merupakan cara yang paling baik untuk memulihkan kesehatan mata. 2.6.5. Periksa Mata Setiap 12 Bulan Sekali Periksakan mata anda dan keluarga minimal setahun sekali, meskipun baik anda maupun anggota keluarga merasa tidak mengalami gangguan. 2.6.6. Kacamata Penolong Jika anda memang harus memakai kacamata untuk membantu penglihatan, pilih yang berkualitas baik. Kacamata dengan



harga



murah



tapi



kualitas



tidak



terjamin



akan



mengakibatkan gangguan pandangan mata anda semakin buruk.



24



25



2.6.7. Kacamata Pelindung Sinar UV ( ultraviolet ) dapat membuat kerusakan serius pada mata. Kacamata hitam diperlukan untuk melindungi mata dari kerusakan ini. Pilih kacamata yang dapat memantulkan setidaknya 98% radisai UVA. 2.6.8. Nutrisi Yang Baik Vitamin dan antioksidan dalam makanan dapat mencegah atau paling tidak memperlambat pertumbuhan penyakit-penyakit mata. Selain senyawa antioksidan (vitamin A, C, dan E ) yang sebelumnya telah diketahui dapat meningkatkan kesehatan mata, senyawa lain seperti lutein, zeaxanthin, dan astaxanthin, baru-baru ini ditemukan sebagai senyawa yang dapat meningkatkan kesehatan mata. Unsur seperti karotenoid banyak ditemukan pada sayuran berwarna kuning-jingga seperti wortel, sayuran berwarna hijau seperti brokoli, serta buah-buahan berwarna merah dan kuningjingga seperti tomat, arbei, semangka, dan mangga. Dewasa ini vitamin untuk kesehatan mata juga tersedia dalam produk-produk berbentuk suplemen. 2.6.9. Minum Cukup Air Mata yang kering rawan terinfeksi karena tidak terlindung dengan baik dari debu. Mata kering merupakan akibat kurangnya jumlah cairan yang keluar dari pembuluh mata. Cara terbaik untuk 25



26



menjaga agar mata tetap basah adalah dengan minum cukup air sepanjang hari. 2.6.10. Lensa Kontak Tidak semua lensa kontak bereaksi sama pada mata anda. Ada yang aman, ada juga yang berisiko merusak mata. Ada lensa kontak terbukti nyaman bagi teman anda, tetapi belum tentu aman untuk mata anda. Tanyakan dengan detail apa saja risiko yang mungkin timbul dan cara mencegahnya sebelum anda membeli atau menggunakan sebuah lensa kontak. Pakailah lensa kontak sesuai jadwal yang disarankan. Semakin lama memakai lensa kontak tanpa diistirahatkan, semakin tinggi risiko mata terkena infeksi. Apalagi jika anda sering berada ditempat terbuka. Radikal bebas yang berasal dari sinar UV atau cemaran udara yang masuk ke mata dapat mengakibatkan terjadinya reaksi oksidasi molekul-molekul rentan pada lensa mata. Molekul tersebut adalah protein dan lemak yang menyusun lensa mata. Efek dari oksidasi ini menyebabkan rusaknya protein atau lemak pada lensa mata. Sering dengan bertambahnya usia dan semakin terakumulasinya tekanan radikal bebas, protein dan lemak yang rusak tersebut akan semakin besar jumlahnya. Itulah yang membuat penglihatan lama- kelamaan semakin kabur.



26



27



2.6.11. Hati-Hati Kosmetik Teliti kosmetik sebelum menggunakannya, terutama yang digunakan pada mata seperti eye liner, eye shadow, dan bulu mata palsu. Pemakaian kosmetik yang mengandung bahan berbahaya dapat menimbulkan efek negatif berupa alergi dengan gejala kemerahan, bengkak, dan rasa nyeri pada mata. Reaksi ini mungkin tidak akan langsung terjadi saat pemakaian pertama. Bisa jadi baru timbul berbulan-bulan kemudian setelah pemakaian berulang dalam jangka panjang. ( Sugani S, 2010 Hal 55- 60 )



27



28



BAB III KERANGKA KONSEPTUAL 3.1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan identifikasi masalahnya ( Alimul Aziz H, 2009 hal 18 ).



1. Faktor Genetik (Keturunan) 2. Jenis Kelamin 3. Umur 4. Durasi Bermain Video Game 5. Perilaku Membaca 6. Jarak Dan Durasi Melihat Televisi, Komputer Atau Gadget



Derajat miopia



7. Ketaatan Memakai Kacamata 8. Makanan



Bagan 3.1. Kerangka Konseptual Faktor Determinan Derajat Miopia pada siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo. Keterangan : : variabel yang diteliti : variabel yang tidak diteliti



28



29



Berdasarkan Kerangka konsep di atas dapat dijelaskan bahwa faktor determinan derajat miopia yaitu faktor genetik, jenis kelamin, umur, durasi bermain video game, perilaku membaca, jarak dan durasi melihat televisi, komputer atau gadget, ketaatan memakai kacamata, dan makanan. Faktor yang akan diteliti oleh penulis pada siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo adalah faktor genetik, jenis kelamin, umur, durasi bermain video game, perilaku membaca, jarak dan durasi melihat televisi, komputer atau gadget, ketaatan memakai kacamata, dan makanan dan dibandingkan dengan derajat miopia.



29



30



BAB IV METODOLOGI PENELITIAN



Pada bab ini akan dibahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian diantaranya tentang desain penelitian, populasi, sampel, dan besar sampel, kerangka operasional, identifikasi variabel, definisi operasional, tempat dan waktu penelitian, pengumpulan data, analisa data, etika penelitian dan keterbatasan. 4.1



Desain Penelitian Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan peneliti dan mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian ( Nursalam, 2008 ). Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian diskriptif. Penelitian diskriptif merupakan penelitian yang didalamnya tidak ada analisis hubungan antarvariabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban dimana, kapan, berapa banyak, siapa, dimana, dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif ( Alimul A, 2009 ). Jenis penelitian ini menggunakan metode survey melalui pendekatan cross sectional. Desain tersebut dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu membuktikan faktor determinan derajat miopia.



30



31



4.2



Kerangka Kerja Kerangka kerja merupakan bagian kerja terdapat rancangan kegiatan yang dilakukan, meliputi siapa yang akan diteliti ( subyek penelitian ), variabel yang akan diteliti dan variabel yang mempengaruhi dalam penelitian ( Alimul, 2008 ). Survey awal untuk menentukan jumlah siswa dengan miopia



Menentukan populasi yaitu seluruh siswa-siswi yang miopia di MAN Sidoarjo yaitu sebanyak 138 siswa



Besar sampling yang digunakan adalah yaitu 103 siswa



Metode pengumpulan data dilakukan dengan pemberian kuesioner pertanyaan terbuka



Pengolahan data dengan editing, koding, dan tabulasi data



Analisis data menggunakan univariat dan tabulasi silang



Penyajian hasil dan pembahasan mengenai faktor determinan dengan derajat miopia



Kesimpulan Bagan 4.1. Kerangka Kerja penelitian faktor determinan derajat miopia pada siswa-siswi XI IPA dan IPS yang berkaca mata di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo



31



32



4.3



Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Sampling 4.3.1. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek atau objek penelitian atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti ( A. Aziz Alimul, 2007 ). Dalam penelitian ini populasinya adalah siwa-siswi kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo yang memakai kacamata pada tahun 2016-2017 berjumlah 138 siswa. 4.3.2. Sampel Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi ( Notoatmodjo, 2010 ). Kriteria dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah : 1. Siswa kelas XI IPA dan IPS 2. Siswa yang berkaca mata minus 3. Siswa yang bersedia diteliti



32



33



4.3.3. Besar Sampel Besar sampel adalah banyaknya anggota yang akan dijadikan sampel. Besar sampel dari penelitian ini dihitung menggunakan rumus sebagai berikut : n



=



N 1+ N (d 2)



n



=



138 1+ 138 (0.0025)



n



=



102.602



n



=



103 siswa



Keterangan



:



n



: jumlah sampel



N



: jumlah populasi



d2



: presisi yang ditetapkan Penelitian ini menggunakan sampel yaitu siswa- siswi kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo yang memakai kacamata minus pada tahun 2016-2017 sebanyak 103 siswa.



33



34



4.3.4. Teknik Sampling Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada, secara umum ada dua jenis pengambilan sampel, yakni probability sampling dan nonprobability sampling (Alimul A, 2009). Dalam penelitian purposive sampling yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya



(Notoatmodjo,



2010).



Peneliti



disini



sudah



menentukan sampel yaitu siswa XI IPA dan IPS yang memakai kacamata. 4.4



Variabel Penelitian Variabel merupakan suatu sifat atau fenomena yang menunjukkan suatu yang dapat diamati dan nilainya berbeda-beda (H. Zaidin Ali, 2010). 4.4.1. Variabel Independent Variabel yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya bebas dalam memengaruhi variabel lain, variabel ini punya nama lain seperti variabel prediktor, risiko, atau kausa (Alimul A, 2009). Variabel independent pada penelitian ini ialah faktor genetik, jenis kelamin, umur, durasi bermain video



34



35



game, perilaku membaca, jarak dan durasi melihat televisi, komputer atau gadget, ketaatan memakai kacamata, dan makanan. 4.4.2. Variabel Dependen Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini tergantung dari variabel bebas terhadap perubahan. Variabel ini juga disebut sebagai variabel efek, hasil, outcome, atau event (Alimul A, 2009). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah derajat miopia. 4.5



Definisi Operasional Definisi operasional adalah alat untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel yang diteliti, juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabelvariabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen atau alat ukur ( Notoatmodjo, 2010 ). Berikut akan disajikan Definisi Operasional tentang faktor determinan derajat miopia pada siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo.



35



36



Tabel 4.1 Definisi Operasional Faktor Determinan Derajat Miopia Pada siswa kelas XI IPA dan IPS di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo No.



Variabel



1.



Faktor Genetik



2.



Jenis Kelamin



3.



Umur



4.



Durasi Bermain Video Game



5.



Perilaku Membaca



Definisi Operasional Keluarga inti yang diketahui memakai kacamata untuk melihat jauh Tanda fisik yang teridentifikasi yang mengalami myopia Lama hidup responden mulai dari responden memakai kacamata dan minus pertama klien Rata-rata lama bermain video game pada siswa yang mengalami myopia Perilaku membaca penderita miopia yang kurang baik dalam posisi, jarak dan durasi.



Indikator



Alat Ukur



1. tidak ada riwayat 2. ayah atau ibu 3. ayah dan ibu 1. Laki-laki 2. Perempuan



Panduan Wawancara



Panduan Wawancara



1.



Skala



Skor atau Koding



Ordinal 1. tidak ada riwayat skor 1 2. ayah atau ibu skor 2 3. ayah dan ibu skor 3 Ordinal 1. laki-laki 2. perempuan



> 14 Panduan tahun Wawancara 2. 4–10 tahun 3. < 4 tahun



Interval 1. 2. 3.



1. < 1 jam 2. 1-2 jam 3. > 2 jam



Ordinal 1. < 1 jam skor 1 2. 1-2 jam skor 2 3. > 2 jam skor 3



Panduan Wawancara



Posisi : Panduan 1. Duduk Wawancara 2. Terlentang / menelungk up



Ordinal



>14 tahun 4–10 tahun < 4 tahun



Posisi : 1. Duduk skor 1 2. Terlentang / menelungkup skor 2



Jarak : 1. < 30 cm 2. >30 cm



Jarak : 1. < 30 cm skor 2 2. > 30 cm skor 1



Durasi : 1. < 2 jam 2. > 2 jam



Durasi : 1. < 2 jam skor 1 2. > 2 jam skor 2



36



37



No. 6.



Variabel



Definisi Indikator Operasional Jarak Dan Rata-rata jarak Jarak : Durasi dan durasi 1. televisi Melihat penggunaan a. < 2 m Televisi, Televisi, b. >2m Komputer Komputer 2. komputer Atau Atau Gadget a. < 60 cm Gadget b. >60 cm 3. gadget a. < 30 cm b. >30 cm



Alat Ukur



Skala



Skor atau Koding



Panduan Wawancara



Ordinal



Jarak : 1. televisi a. < 2 m skor 2 b. > 2m skor 1 2. komputer a. < 60 cm skor 2 b. > 60 cm skor 1 3. gadget a. < 30 cm skor 2 b. > 30 cm skor 1



Durasi : 1. televisi a. > 2 jam/hari b. < 2 jam/hari 2. komputer a. > 8 jam/hari b. < 8 jam/hari 3. gadget a. > 2 jam/hari. b. < 2 jam/hari.



7.



Ketaatan Memakai Kacamata



Perilaku 1. Jarang seseorang yang pakai terkena miopia kacamata memakai 2. Sering kacamata Pakai dalam kacamata kesehariannya



37



Durasi : 1. televisi a. > 2 jam/hari skor 2 b. < 2 jam/hari skor 1 2. komputer a. >8 jam/hari skor 2 b. 2 jam/hari skor 2 b. 14 Tahun 49 70 % 2. 4-14 Tahun 19 27,1 % 3. < 4 Tahun 2 2,9% Jumlah 70 100 % Sumber : Data Primer, Juli 2018 Berdasarkan tabel diatas, dari 70 siswa didapatkan siswa mengalami miopia pada umur diatas 14 tahun sebanyak 49 siswa (70%), umur 4-14 tahun sebanyak 19 siswa (27,1%), dan umur kurang dari 4 tahun sebanyak 2 siswa (2,9%).



No. 1. 2. 3.



Tabel 5.7 Tabulasi silang antara usia awal miopia dengan derajat miopia Derajat Miopia Total Derajat Derajat Derajat Umur Ringan Sedang Tinggi N % N % N % N % > 14 Tahun 37 52,9% 12 17,1% 0 0% 49 70,0% 4- 14 Tahun 2 2,9% 17 24,3% 0 0% 19 27,1% < 4 Tahun 0 0% 0 0% 2 2,9% 2 2,9% Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100% Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018 Dari tabel diatas menunjukkan mengenai umur pertama kali siswa mengalami miopia dimana paling banyak pada usia lebih dari 14 tahun pada derajat ringan sebanyak 37 siswa (52,9) , pada usia 414 tahun pada derajat sedang sebanyak 17 siswa (24,3%), dan pada usia kurang dari 4 tahun pada derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). 48



49



4. Identifikasi durasi bermain video game pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo Tabel 5.8 Distribusi frekuensi berdasarkan durasi bermain video game pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo Durasi Bermain No. Jumlah Presentase % Video Game 1. < 1 Jam 2 2,9 % 2. 1-2 Jam 14 20,0 % 3. > 2 Jam 54 77,1 % Total 70 100 % Sumber : Data Primer, Juli 2018 Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 70 siswa didapatkan siswa bermain video game dengan durasi kurang dari 1 jam sebanyak 2 siswa (2,9%), pada durasi 1-2 jam sebanyak 14 siswa (20%), dan durasi lebih dari 2 jam sebanyak 54 siswa (77,1%). Tabel 5.9 Tabulasi silang antara durasi bermain video game dengan derajat miopia Derajat Miopia Durasi Total Derajat Derajat Derajat No. Video Ringan Sedang Tinggi Game N % N % N % N % 1. < 2 Jam 2 2,9% 0 0% 0 0% 2 2,9% 2. 1-2 Jam 12 17,1% 2 2,9% 0 0% 14 20% 3. > 2 Jam 25 35,7% 27 38,6% 2 2,9% 54 77,1% Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100% Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018 Tabel diatas menunjukkan pengaruh durasi bermain video game dengan derajat miopia dimana paling banyak pada durasi lebih dari 2 jam yang mendominasi derajat ringan sebanyak 25 siswa (55,7%), derajat sedang sebanyak 27 siswa (38,6%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%)



49



50



5. Identifikasi faktor perilaku membaca pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo Tabel 5.10 Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku membaca pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo No.



1.



Perilaku Membaca Posisi 1. Duduk 2. Terlentang/ Telungkup



Jumlah



Presentase %



14 56



20 % 80 %



Total Durasi 1. < 2 Jam 2. > 2 Jam



70



100 %



34 36



48,6 % 51,4 %



Total Jarak 1. > 30 Cm 2. < 30 Cm Total



70



100 %



33 37 70



47,1 % 52,9 % 100 %



1.



2.



3.



Sumber : Data Primer, Juli 2018 Berdasarkan tabel diatas, bahwa perilaku membaca yang paling banyak dengan posisi terlentang atau telungkup sebanyak 56 siswa 80%, pada durasi paling banyak dengan durasi > 2 jam sebanyak 36 siswa (51,4%), pada jarak paling banyak dengan jarak < 30 cm sebanyak 37 siswa (52,9%). Tabel 5.11 Tabulasi silang antara perilaku membaca dengan derajat miopia Derajat Miopia Total Perilaku Derajat Derajat Derajat No Membaca Ringan Sedang Tinggi N % N % N % N % 1. Posisi 1. Duduk 14 20% 0 0% 0 0% 14 20% 2. Terlentang/ 25 35,7% 29 41,4% 2 2,9% 56 80% Telungkup



50



51



No



2.



3.



Perilaku Membaca



Derajat Miopia Derajat Derajat Derajat Ringan Sedang Tinggi N % N % N % 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9%



Total Durasi 1. < 2 Jam 33 47,1% 1 1,4% 2. > 2 Jam 6 8,6% 28 40% Total 39 55,7% 29 41,4% Jarak 1. > 30 Cm 33 47,1% 0 0% 2. < 30 Cm 6 8,6% 29 41,4% Total 39 55,7% 29 41,4% Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018



Total N 70



% 100%



0 2 2



0% 2,9% 2,9%



34 36 70



48,6% 51,4% 100%



0 2 2



0% 2,9% 2,9%



33 37 70



47,1% 52,9% 100%



Tabel diatas menunjukkan pengaruh perilaku membaca dengan derajat miopia paling banyak pada posisi terlentang atau telungkup yang mempengaruhi ketiga derajat yaitu derajat ringan sebanyak 25 siswa (35,7%), derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Pada durasi membaca < 2 jam paling banyak mengalami derajat ringan sebanyak 33 siswa (47,1%), dan > 2 jam paling banyak mengalami derajat sedang sebanyak 28 siswa (40%). Pada jarak membaca > 30 cm paling banyak mengalami derajat ringan sebanyak 33 siswa (47,1%), dan < 30 cm paling banyak mengalami derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%).



51



52



6. Identifikasi faktor jarak dan durasi televisi, komputer, dan gadget pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo Tabel 5.12 Distribusi frekuensi berdasarkan jarak dan durasi televisi, komputer dan gadget pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo Jarak Dan No. Faktor Jumlah Presentase % Durasi Jarak 1. > 2 Meter 27 38,6% 2. < 2 Meter 43 61,4% Total 70 100 % 1. Televisi Durasi 1. < 2 Jam 36 51,4% 2. > 2 Jam 34 48,6% Total 70 100 % Jarak 1. > 60 Cm 7 10% 2. < 60 Cm 63 90% Total 70 100 % 2. Komputer Durasi 1. < 8 Jam 36 51,4% 2. >8 Jam 34 48,6% Total 70 100 % Jarak 1. > 30 Cm 25 35,7% 3. Gadget 2. < 30 Cm 45 64,3% Total 70 100 % Durasi 1. < 2 Jam 6 8,6% 2. >2 Jam 64 91,4% Total 70 100 % Sumber : Data Primer, Juli 2018 Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan 70 siswa didapatkan pada penggunaan televisi dengan jarak paling banyak < 2 meter sebanyak 43 siswa (61,4%) dan durasi paling banyak < 2 jam sebanyak 36 siswa (51,4%). Pada penggunaan komputer jarak paling banyak < 60 cm sebanyak 63 siswa ( 90%), dan durasi 52



53



paling banyak < 8 jam sebanyak 36 siswa (51,4%). Pada jarak gadget paling banyak jarak < 30 cm sebanyak 45 siswa ( 64,3%), dan durasi paling banyak > 2 jam sebanyak 64 siswa (91,4%). Tabel 5.13 Tabulasi silang antara jarak dan durasi televisi, komputer, dan gadget dengan derajat miopia No



1.



2.



3.



Faktor



Jarak Dan Durasi



Derajat Miopia Derajat Derajat Derajat Ringan Sedang Tinggi N % N % N %



Jarak 1. > 2 Meter 27 38,6% 0 0% 2. < 2 Meter 12 17,1% 29 41,4% Total 39 55,7% 29 41,4% Televisi Durasi 1. < 2 Jam 31 44,3% 5 7,1% 2. > 2 Jam 8 11,4% 24 34,3% Total 39 55,7% 29 41,4% Jarak 1. > 60 Cm 4 5,7% 3 4,3% 2. < 60 Cm 35 50% 26 37,1% Komputer Total 39 55,7% 29 41,4% Durasi 1. < 8 Jam 31 44,3% 5 7,1% 2. > 8 Jam 8 11,4% 24 34,3% Total 39 55,7% 29 41,4% Jarak 1. > 30 Cm 18 25,7% 7 10% 2. < 30 Cm 21 30% 22 31,4% Total 39 55,7% 29 41,4% Gadget Durasi 1. < 2 Jam 5 7,1% 1 1,4% 2. > 2 Jam 34 48,6% 28 40% Total 39 55,7% 29 41,4% Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018



Total N



%



0 2 2



0% 2,9% 2,9%



27 43 70



38,6% 61,4% 100%



0 2 2



0% 2,9% 2,9%



36 34 70



51,4% 48,6% 100%



0 2 2



0% 2,9% 2,9%



7 63 70



10% 90% 100%



0 2 2



0% 2,9% 2,9%



36 34 70



51,4% 48,6% 100%



0 2 2



0% 2,9% 2,9%



25 45 70



35,7% 64,3% 100%



0 2 2



0% 2,9% 2,9%



6 64 70



8,6% 91,4% 100%



Tabel diatas menunjukkan bahwa jarak televisi paling banyak terdapat pada jarak > 2 meter dengan derajat ringan sebanyak 27 orang (38,6%) dan jarak < 2 meter paling banyak pada derajat



53



54



sedang sebanyak 29 siswa ( 41,4%), dan durasi paling banyak terdapat pada durasi < 2 jam pada derajat ringan sebanyak 31 orang (44,3%) dan durasi > 2 jam pada derajat sedang sebanyak 24 siswa (34,3%). Jarak komputer paling banyak pada jarak < 60 cm san mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 35 siswa (50%), derajat sedang sebanyak 26 siswa (37,1%), derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Durasi paling banyak pada durasi < 8 jam dengan derajat rendah sebanyak 31 siswa (44,3%) dan pada durasi > 8 jam dengan derajat sedang sebanyak 24 siswa (34,3%). Jarak gadget paling banyak pada jarak < 30 cm dan mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 21 siswa(30%), derajat sedang sebanyak 22 siswa (31,4%), derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Durasi gadget paling banyak pada durasi > 2 jam dan mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 34 siswa (48,6%), derajat sedang sebanyak 28 siswa (40%), derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%).



54



55



7. Identifikasi faktor ketaatan berkacamata pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo Tabel 5.14 Distribusi frekuensi berdasarkan ketaatan kacamata pada pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo No. Ketaatan Berkacamata Jumlah Presentase % 1. Sering Memakai Kacamata 21 30 % 2. Jarang memakai Kacamata 49 70 % Total 70 100 % Sumber : Data Primer, Juli 2018 Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 70 siswa didapatkan siswa yang jarang memakai kacamata sebanyak 49 siswa (70%) dan siswa yang sering memakai kacamata sebanyak 21 siswa (30%).



No



1. 2.



Tabel 5.15 Tabulasi silang antara ketaatan berkacamata dengan derajat miopia Derajat Miopia Total Ketaatan Derajat Derajat Derajat Berkacamata Ringan Sedang Tinggi N % N % N % N % Sering Memakai 21 30% 0 0% 0 0% 21 21% Kacamata Jarang Memakai 18 25,7% 29 41,4% 2 2,9% 49 70% Kacamata Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100% Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018 Dari tabel diatas menunjukkan paling banyak siswa yang jarang memakai kacamata dan mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 18 siswa (25,7%), derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Mereka menganggap kacamata hanya memudahkan mereka dalam proses belajar dan melihat saat berkendara.



55



56



8. Identifikasi faktor makanan pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo Tabel 5.16 Distribusi frekuensi berdasarkan makanan pada pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo No. Makanan Jumlah Presentase % 1. Sering Makan 8 11,4% 2. Jarang Makan 30 42,9% 3. Tidak Makan 32 45,7% Total 70 100 % Sumber : Data Primer, Juli 2018 Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 70 siswa didapatkan siswa yang sering makan yang mengandung vitamin A sebanyak 8 siswa (11,4%), siswa yang jarang makan sebanyak 30 siswa (42,9%), dan siswa yang tidak makan sebanyak 32 siswa (45,7%). Hal tersebut dikarenakan tergantung dari masakan yang dibuat ibu untuk mereka dan sesekali jika ada waktu mereka membuat minuman jus wortel serta terkadang ada yang tidak suka. Tabel 5.17 Tabulasi silang antara makanan dengan derajat miopia Derajat Miopia Total Derajat Derajat Derajat No. Makanan Ringan Sedang Tinggi N % N % N % N % 1. Sering Makan 8 11,4% 0 0% 0 0% 8 11,4% 2. Jarang Makan 22 31,4% 8 11,4% 0 0% 30 42,9% 3. Tidak Makan 9 12,9% 21 30% 2 2,9% 32 45,7% Total 39 55,7% 29 41,4% 2 2,9% 70 100% Sumber : Data Primer MAN Sidoarjo, Juli 2018 Dari tabel diatas tampak bahwa siswa yang jarang makan makanan yang mengandung vitamin A paling banyak dengan



56



57



derajat ringan sebanyak 22 siswa (31,4%), siswa yang tidak makan makan makanan yang mengandung vitamin A dengan derajat sedang sebanyak 21 siswa (30%), dan siswa yang sering makan makanan yang mengandung vitamin A



pada derajat ringan



sebanyak 8 siswa (11,4%). 9. Analisa derajat miopia pada siswa kelas XI IPA dan IPS yang mengalami miopia di MAN Sidoarjo Tabel 5.18 Distribusi frekuensi berdasarkan derajat miopia pada siswa-siswi di MAN Sidoarjo No. Derajat Miopia Jumlah Presentase % 1. Derajat Rendah 39 55,7 % 2. Derajat Sedang 29 41,4 % 3. Derajat Tinggi 2 2,9 % Total 70 100 % Sumber : Data Primer, Juli 2018 Berdasarkan tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 70 siswa didapatkan siswa yang mengalami derajat ringan sebanyak 39 siswa (55,7%), derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%) dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Hal tersebut dikarenakan sebagian besar siswa mengalami miopia dan baru mengetahui pada saat usia 15 tahun. 8.2



Pembahasan Dalam sub bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang hubungan faktor determinan derajat miopia yang meliputi faktor genetik, jenis kelamin, umur, durasi bermain game, perilaku membaca, jarak dan durasi menonton tv, komputer, dan gadget, ketaatan memakai kacamata, makanan)



57



58



pada siswa kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo. Dari sampel yang ditentukan bahwa seluruh responden sebanyak 70 responden (100%). 8.2.1



Mengidentifikasi faktor genetik dengan derajat miopia Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada siswa MAN Sidoarjo bahwa faktor genetik paling bayak didapatkan pada siswa dengan riwayat ayah dan ibu dimana hampir seluruhnya mendominasi derajat miopia sebanyak derajat ringan 29 siswa (41,4%), derajat sedang sebanyak 22 siswa (31,4%), maupun derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Didapatkan siswa-siswi dengan riwayat ayah dan ibu yang mengalami miopia sebanyak 53 siswa (75,7%), riwayat ayah atau ibu sebanyak 12 siswa (17,1%), dan tidak ada riwayat sebanyak 5 siswa (7,1%). Faktor genetik dan faktor lingkungan merupakan faktor risiko yang memegang peranan penting pada terjadinya kelainan refraksi. Faktor genetik dapat menurunkan sifat kelainan refraksi ke keturunannya, baik secara autosomal dominan maupun autosomal resesif (Kelley MP, 2011 cit Komariah C, 2014). Anak dengan orang tua yang mengalami kelainan refraksi cenderung mengalami kelainan refraksi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dinyatakan oleh Komariah C, 2014 yang menyatakan prevalensi miopia pada anak dengan kedua orangtua yang mengalami miopia adalah 32,9 % dan berkurang sampai 18,2% pada anak dengan



58



59



hanya salah satu orangtuanya yang mengalami miopia, dan kurang dari 8,3% pada anak dengan orangtua tanpa miopia. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada faktor genetik paling banyak responden dengan riwayat kedua orang tua karena sebagian besar responden mengatakan bahwa kedua orangtuanya memakai kacamata, selain faktor genetik yang mempengaruhinya derajat miopia, ada faktor lingkungan yang mempengaruhi seperti intensitas belajar yang tinggi, kurang makanan yang mengandung vitamin A dan perilaku buruk seperti penggunaan televisi, komputer dan gadget serta bermain game. Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu orangtua dapat menerapkan perilaku yang yang baik dengan menerapkan pengurangan waktu dalam penggunaan televisi, komputer dan gadget serta dapat memberikan makanan atau minuman yang kaya akan vitamin A serta selalu mengontrol kesehatan mata setiap 6 bulan sekali di pelayanan kesehatan. 8.2.2



Mengidentifikasi jenis kelamin dengan derajat miopia Dari penelitian mengenai jenis kelamin dengan miopia ditemukan paling banyak pada siswa perempuan sebanyak 43 siswa (61,4%) dan laki-laki hanya sebanyak 27 siswa (38,6%). Jenis kelamin perempuan paling banyak mengalami miopia dan mendominasi ketiga derajat yaitu derajat ringan sebanyak 26 siswa



59



60



( 37,1%), derajat sedang sebanyak 15 siswa (21,4%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9 %). Jenis kelamin perempuan 56,2% dan jenis kelamin laki-laki 43,8% dipengaruhi oleh faktor lain yang saling berkaitan seperti aktivitas luar ruangan (outdoor activity), bahwa perempuan lebih sedikit menghabiskan waktu diluar ruangan atau outdoor activity seperti berolahraga maupun aktivitas di waktu luang, dimana kegiatan ini sangat mendukung



untuk menstimulasi pelepasan



dopamin dari retina yang akan menginhibisi pertumbuhan bola mata, sehingga dapat meminimalisir angka terjadinya miopia pada siswa dengan jenis kelamin perempuan. (Agus, 2017) Miopia Among Schoolchilren in East Asia and Singapora menyatakan menghabiskan lebih sedikit waktu diluar rumah setelah sekolah dikaitkan dengan peningkatan prevalensi kesalahan refraksi dan miopia,selain itu dengan tambahan 40 menit dari aktivitas di luar ruangan di sekolah dari pada berdiam diri di kelas dapat mengurangi peningkatan terjadinya miopia. Aktivitas di luar ruangan yang tidak memadai dan paparan cahaya matahari yang sedikit, berpotensi akan faktor resiko untuk terjadinya miopia. Dimana paparan matahari diketahui dapat memberikan asupan vitamin D



secara tidak langsung sehingga sangat baik untuk



kesehatan mata (Wang, 2015).



60



61



Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratanna RS (2014) didapatkan hasil penelitian menunjukkan sebanyak 40,49% pada penderita laki-laki, dan pada perempuan 59,51%. Kelompok umur 10-14 tahun merupakan kelompok umur tersering ditemukan yaitu sebanyak 64,41% dan paling sedikit pada golongan umur 1-4 tahun sebanyak 0,62%. Kelainan refraksi yang paling sering ditemukan adalah miopia 71,78 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa responden perempuan lebih banyak yang mengalami miopia disebabkan karena aktivitas perempuan yang cenderung lebih banyak menghabiskan waktu didalam rumah dan ditemani dengan gadget atau komputer dibandingkan dengan anak laki-laki yang sering menghabiskan waktu di luar rumah. Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu mengatur waktu penggunaan barang elektronik dan mungkin dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat diluar rumah dengan temanteman. Melakukan latihan untuk merilekskan mata saat mata lelah, menghindari perilaku yang salah dalam belajar yang harus cukup penerangan,



mengkonsumsi



makanan



atau



minuman



yang



mengandung vitamin A disertai dengan selalu mengontrol kesehatan khususnya mata setiap 6 bulan sekali.



61



62



8.2.3



Mengidentifikasi faktor usia awal miopia dengan derajat miopia Dari hasil penelitian mengenai umur dengan derajat miopia didapatkan siswa mengalami miopia pada umur diatas 14 tahun sebanyak 49 siswa (70%), umur 4-14 tahun sebanyak 19 siswa (27,1%), dan umur kurang dari 4 tahun sebanyak 2 siswa (2,9%). Usia pertama kali siswa mengalami miopia dimana paling banyak pada usia lebih dari 14 tahun pada derajat ringan sebanyak 37 siswa (52,9) , pada usia 4-14 tahun pada derajat sedang sebanyak 17 siswa (24,3%), dan pada usia kurang dari 4 tahun pada derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Penglihatan merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu keterlambatan melakukan koreksi terutama pada anak usia sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan. Meskipun fungsinya bagi kehidupan manusia sangat penting, namun sering kali kesehatan mata kurang terperhatikan, sehingga banyak penyakit yang menyerang mata tidak diobati dengan baik dan menyebabkan gangguan penglihatan ( kelianan refraksi ) sampai kebutaan (Wibisono M, 2012 cit Ratanna RS, 2014). Peneltian ini sesuai dengan penelitian yang dinyatakan oleh Ratanna RS (2014) mengenai kelompok umur 10-14 tahun



62



63



merupakan kelompok umur tersering ditemukan yaitu sebanyak 64,41% dan paling sedikit pada golongan umur 1-4 tahun sebanyak 0,62%. Kelainan refraksi yang paling sering ditemukan adalah miopia 71,78 %. Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak mengalami miopia pada awal terkena miopia di usia 14 tahun keatas. Hal ini disebabkan karena intensitas belajar pada umur 14 tahun keatas lebih sering dengan perilaku belajar yang salah dibanding umur 14 tahun kebawah



dan penggunaan barang



elektronik yang yang sering dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas dari sekolah. Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu menjaga agar tidak bertambah derajat miopianya dengan menghindari faktor perilaku buruk penggunaan elektronik, mengistirahatkan mata, mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin A dan mengontrol kesehatan mata setiap 6 bulan sekali. 8.2.4



Mengidentifikasi faktor durasi bermain video game dengan derajat miopia Dari hasil penelitian mengenai durasi bermain video game dengan derajat miopia didapatkan siswa bermain video game dengan durasi kurang dari 1 jam sebanyak 2 siswa (2,9%), pada durasi 1-2 jam sebanyak 14 siswa (20%), dan durasi lebih dari 2 jam sebanyak 54 siswa (77,1%). Pengaruh durasi bermain video



63



64



game dengan derajat miopia dimana paling banyak pada durasi lebih dari 2 jam yang mendominasi derajat ringan sebanyak 25 siswa (55,7%), derajat sedang sebanyak 27 siswa (38,6%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%) Pada anak usia sekolah yang gemar bermain video game dengan durasi yang cukup lama, maka otot siliaris akan selalu mempengaruhi lensa menjadi cembung karena selalu melihat benda dekat sehingga kurang peka terhadap benda jauh, hal tersebut yang menyebabkan terjadinya gangguan ketajaman penglihatan sehingga alat ukur yang tepat menggunakan snellen chart. (Rudhiati F, 2015) Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rudhiati F, 2015 yaitu sebagian besar responden memiliki durasi tidak normal saat bermain video game ( > 2 jam/hari atau lebih dari 14jam/minggu) sebanyak 44 orang (65,7%) dan durasi normal saat bermain video game (< 2 jam/ hari) sebanyak 23 orang (34,3%). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak bermain video game dengan durasi > 2 jam/hari. Hal ini disebabkan karena kejenuhan akan belajar hingga sore dan harus dilanjutkan dengan tugas setelah pulang sekolah. Dapat dikatakan siswa-siswi mengalihkan stressnya pada permainan di gadget hingga terkadang lupa akan waktu.



64



65



Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu melakukan pembatasan waktu untuk dirinya sendiri saat bermain game seperti menyalakan alarm atau timer sebagai tanda berhenti dalam permainan. 8.2.5



Mengidentifikasi faktor perilaku membaca dengan derajat miopia Dari



hasil



penelitian



menunjukkan



bahwa



perilaku



membaca yang paling banyak dengan posisi terlentang atau telungkup sebanyak 56 siswa 80%, pada durasi paling banyak dengan durasi > 2 jam sebanyak 36 siswa (51,4%), pada jarak paling banyak dengan jarak < 30 cm sebanyak 37 siswa (52,9%). Pengaruh perilaku membaca dengan derajat miopia paling banyak pada posisi terlentang atau telungkup yang mempengaruhi ketiga derajat yaitu derajat ringan sebanyak 25 siswa (35,7%), derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Pada durasi



membaca < 2 jam paling banyak



mengalami derajat ringan sebanyak 33 siswa (47,1%), dan > 2 jam paling banyak mengalami derajat sedang sebanyak 28 siswa (40%). Pada jarak membaca > 30 cm paling banyak mengalami derajat ringan sebanyak 33 siswa (47,1%), dan < 30 cm paling banyak mengalami derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%). Posisi membaca yang paling baik adalah dengan posisi duduk, jika membaca dengan posisi yang terlentang atau 65



66



menelungkup, berat badan akan menyebabkan mata yang semakin lama makin dekat dengan buku dan akibatnya panjang anteriorposterior mata makin melebar (Nurwinda, 2013) Aktivitas jarak dekat seperti membaca yang dilakukan secara terus- menerus setiap hari dalam jangka waktu lama, lebih dari 2 jam, dapat memicu terjadinya miopia ( Goh PP, 2008 cit Khomariah C, 2014 ). Hubungan antara jarak baca dengan perkembangan terjadinya miopia telah dilaporkan oleh The Correction Of Myopia Evaluation Trial. Kenyataan bahwa seseorang yang mengalami miopia cenderung untuk membaca pada jarak yang lebih dekat pada saat mereka tidak menggunakan kacamata koreksi (Gopalakrishnan S, 2011 cit Khomariah C, 2014). Penderita miopia seharusnya tidak membaca dalam jarak yang kurang dari 30 cm dan tidak membaca terlalu lama dalam satu waktu, sedangkan penerangan yang digunakan saat membaca harus cukup terang ( Saw SM, 2002 cit Nurwinda, 2013 ). Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Komariah (2014) menunjukkan bahwa siswa yang membaca dengan durasi > 2 jam sebanyak 47 siswa (88,6%) dan durasi < 2 jam sebanyak 6 siswa (11,4%). Siswa yang membaca dengan jarak



< 30 cm



sebanyak 34 siswa (64,2%), dan jarak > 30 cm sebanyak 19 siswa (35,8%). Hasil penelitian oleh Kistianti, 2008 menunjukkan posisi



66



67



tubuh saat membaca dengan duduk sebanyak 21 orang (14,19%) dan posisi tubuh saat membaca tidak duduk sebanyak 53 orang (53,81%). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak melakukan perilaku membaca dengan posisi membaca yang buruk, jarak yang terlalu dekat, dan durasi lamanya membaca dapat mempengaruhi bertambahnya derajat miopia tanpa disadari apalagi jika penerangan yang kurang terang juga dapat berpengaruh. Para siswa membaca seperti itu disebabkan karena kelelahan saat pulang sekolah dan menuntut mereka untuk belajar di tempat tidur walaupun ada sebagian kecil yang belajar sambil duduk. Dan terkadang bagi siswa yang memiliki hobi membaca pasti tidak menyadari jika jarak dan durasi yang salah mereka lakukan. Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu sebaiknya jika terlalu lelah untuk belajar lebih baik tidur awal dan bangun sebelum shubuh untuk belajar karena otak lebih cepat menyerap materi setelah bangun tidur. 8.2.6



Mengidentifikasi jarak dan durasi menonton televisi, komputer, dan gadget dengan derajat miopia Dari hasil penelitian yang menunjukkan penggunaan televisi dengan jarak paling banyak < 2 meter sebanyak 43 siswa (61,4%) dan durasi paling banyak < 2 jam sebanyak 36 siswa (51,4%). Pada penggunaan komputer jarak paling banyak < 60 cm



67



68



sebanyak 63 siswa ( 90%), dan durasi paling banyak < 8 jam sebanyak 36 siswa (51,4%). Pada jarak gadget paling banyak jarak < 30 cm sebanyak 45 siswa ( 64,3%), dan durasi paling banyak > 2 jam sebanyak 64 siswa (91,4%). Bahwa jarak televisi paling banyak terdapat pada jarak > 2 meter dengan derajat ringan sebanyak 27 orang (38,6%) dan jarak < 2 meter paling banyak pada derajat sedang sebanyak 29 siswa ( 41,4%), dan durasi paling banyak terdapat pada durasi < 2 jam pada derajat ringan sebanyak 31 orang (44,3%) dan durasi > 2 jam pada derajat sedang sebanyak 24 siswa (34,3%). Jarak komputer paling banyak pada jarak < 60 cm san mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 35 siswa (50%), derajat sedang sebanyak 26 siswa (37,1%), derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Durasi paling banyak pada durasi < 8 jam dengan derajat ringan sebanyak 31 siswa (44,3%) dan pada durasi > 8 jam dengan derajat sedang sebanyak 24 siswa (34,3%). Jarak gadget paling banyak pada jarak < 30 cm dan mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 21 siswa(30%), derajat sedang sebanyak 22 siswa (31,4%), derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Durasi gadget paling banyak pada durasi > 2 jam dan mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 34 siswa (48,6%), derajat sedang sebanyak 28 siswa (40%), derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). 68



69



Sinar biru adalah sinar dengan panjang gelombang 400-500 nm (nanometer). Sumber terdekatnya adalah lampu neon, layar televisi serta komputer. Efek sampingnya pada mata tergantung dari panjang cahaya, intensitas serta durasi paparan. Individu tanpa faktor predisposisi miopia dapat mengalami miopia ringan jika terpajan oleh faktor miopigenik secara terus-menerus ( Khomariah C, 2014 ). Near-work merupakan kumpulan dari beberapa kegiatan diantaranya membaca pada jarak < 30 cm dan > 2 jam/hari, menonton televisi pada jarak < 2 m dan > 2 jam/hari, menggunakan komputer pada jarak > 60 cm dan > 8 jam/hari, bermain videogame pada jarak < 2 m dan > 2 jam/hari. (Tobing I, 2017). Sebagian besar anak yang mengalami miopia rutin melakukan aktivitas didepan komputer dengan waktu setiap kalinya adalah lebih dari 4 jam. Anak-anak yang menderita miopia lebih banyak menggunakan waktunya untuk belajar, main komputer, dan bermain video game. Penggunaan waktu dengan aktifitas visual seperti ini akan meningkatkan risiko untuk terjadinya kelainan refraksi berupa myopia. (Khomariah C, 2014) Penelitian pada jarak dan durasi televisi ini tidak sesuai dengan



penelitian



yang



dilakukan



oleh



Arsa,



2018



yang



menunjukkan jarak televisi < 2 meter sebanyak 38 orang (35,2%), dan jarak > 2 meter sebanyak 70 orang (64,8%). Durasi televisi < 2 jam sebanyak 64 orang (59,3%), dan durasi > 2 jam sebanyak 44



69



70



orang (40,7%). Dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Arsa pada anak SMP yang intensitas belajarnya tidak terlalu tinggi serta pada penelitian yang saya lakukan pada anak SMA, sebagian besar siswa mengatakan jika melihat televisi tidak memakai kacamata yang mengharuskan mereka melihat dengan jarak dekat dan dengan durasi yang tidak lama karena sebagian waktunya digunakan untuk belajar dan istirahat. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Munir (2005) yang menemukan adanya hubungan yang signifikan (p 0,01) pada kelompok miopia dengan intensitas penggunaan layar monitor seperti komputer selama kurang dari 2 jam, 2 - 6 jam, dan lebih dari 6 jam. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa intensitas penggunaan layar monitor selama lebih dari 6 jam besar pengaruhnya terhadap miopia. Pada penelitian di Singapura menyatakan bahwa anak yang menghabiskan waktunya dengan aktivitas melihat dekat lebih banyak yang mengalami miopia dengan prevalensi sebesar 64,8%. Penelitian jarak dan durasi gadget sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Navarona, 2016 menunjukkan jarak gadget > 30 cm sebanyak 28 orang (43,8%), dan jarak gadget < 30 cm sebanyak gadget > 30 cm sebanyak 36 orang (56,2%). Durasi gadget < 2 jam sebanyak 20 orang (31,2%), dan durasi > 2 jam sebanyak 44 orang (68,8%).



70



71



Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak melihat televisi dengan jarak < 2 meter dan durasi < 2 jam. Melihat komputer paling banyak dengan jarak < 60 cm dan durasi < 8 jam. melihat gadget paling banyak dengan jarak < 30 cm dan durasi > 2 jam. Perilaku yang buruk seperti jarak yang terlalu dekat dan durasi yang terlalu



lama



menyebabkan



derajat



miopia



bertambah



disebabkan karena zaman sekarang merupakan era teknologi dimana semua aktivitas dimudahkan dengan teknologi seperti pencarian tugas sebagian besar menggunakan internet, berkomunikasi dengan teman satu kelas atau bahkan satu angkatan dengan social media dan memesan makanan dengan jasa antar menggunakan aplikasi pada gadget. Sehingga siswa hampir seluruhnya menggunakan gadget untuk mencari dan mendapat informasi. Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu sebaiknya untuk meminimalkan kecanduan terhadap gadget perlunya para siswa untuk mengikuti kegiatan yang bermanfaat diluar rumah maupun sekolah seperti mengikuti les, olahraga, kajian, atau sekedar kumpul dengan teman-teman. 8.2.7



Mengidentifikasi ketaatan pemakaian kacamata dengan derajat miopia Dari hasil penelitian didapatkan siswa yang jarang memakai kacamata sebanyak 49 siswa (70%) dan siswa yang sering memakai kacamata sebanyak 21 siswa (30%). Didapatkan paling



71



72



banyak siswa yang jarang memakai kacamata dan mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 18 siswa (25,7%), derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%). Mereka menganggap kacamata hanya memudahkan mereka dalam proses belajar dan melihat saat berkendara. Penelitian yang dilakukan oleh Saerang dan Mangindaan, menunjukkan bahwa jumlah murid sekolah dengan kelainan refraksi, antara yang belum memakai kacamata dan sudah memakai kacamata, ternyata lebih besar yang belum memakai kacamata dibanding yang sudah. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari murid-murid sekolah itu sendiri, rasa malu untuk memakai kacamata atau juga karena belum semua sekolah terdapat pemeriksaan atau pelayanan kesehatan mata, khususnya untuk kasus-kasus kelainan refraksi. Oleh karena itu, perlu kiranya mengetahui ketaatan berkacamata dapat menjadi salah satu faktor yang dapat mempercepat progesivitas derajat miopia (Saerang JSM 1984 cit Nurwinda S, 2013). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Nurwinda S, 2013 yang menunjukkan ketaatan responden menggunakan kacamata sebanyak 40 orang (43%), dan tidak taatnya pemakaian kacamata sebanyak 53 orang (57%). Dimana banyak responden yang tidak taat dalam pemakaian kacamata meski mereka tau terkena miopia. 72



73



Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak yang jarang memakai kacamata karena banyak siswa yang merasa risih, malu, pusing, dan hanya menggunakan kacamata saat belajar serta berkendara. Hal tersebut dapat mempengaruhi derajat miopia yang naik tanpa disadari. Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu dengan taat berkacamata untuk memperlambat progesivitas derajat miopia dengan pemakaian kacamata yang sering baik itu disekolah maupun di luar sekolah. Dan sebaiknya diimbangi dengan perilaku yang tidak membuat mata cepat lelah, kontrol kesehatan mata, dan makan atau minum yang mengandung banyak vitamin A. 8.2.8



Mengidentifikasi faktor makanan dengan derajat miopia Hasil penelitian yang didapatkan siswa yang sering makan yang mengandung vitamin A sebanyak 8 siswa (11,4%), siswa yang jarang makan sebanyak 30 siswa (42,9%), dan siswa yang tidak makan sebanyak 32 siswa (45,7%). Bahwa siswa yang jarang makan makanan yang mengandung vitamin A paling banyak dengan derajat ringan sebanyak 22 siswa (31,4%), siswa yang tidak makan makan makanan yang mengandung vitamin A dengan derajat sedang sebanyak 21 siswa (30%), dan siswa yang sering makan makanan yang mengandung vitamin A pada derajat ringan sebanyak 8 siswa (11,4%).



73



74



Berdasarkan artikel yang dikutip dari Jakarta Eye Center (2016) yang menyatakan vitamin a yang banyak ditemukan dalam wortel memiliki peran penting dalam kesehatan mata, tapi konsumsi dalam jumlah banyak tidak mengurangi kelainan refraksi yang ada. Nutrien lain yang baik untuk kesehatan mata dan berperan mencegah kerusakan retina adalah lutein. Lutein banyak ditemukan di sayuran hijau seperti bayam, brokoli, dan juga kuning telur.ingatlah untuk selalu mengonsumsi makanan dengan gizi yang seimbang untuk menjaga kesehatan tubuh kita secara keseluruhan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Febriany, 2015 yang menunjukkan sering mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A sebanyak 31 orang (38,75%), dan jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A sebanyak 49 orang (61,25%). Jadi dapat disimpulkan bahwa responden paling banyak yang jarang mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin A. Meski mendominasi derajat miopia akan tetapi lebih baik mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin A daripada tidak sama sekali agar tidak mengalami kerusakan yang yang lebih parah pada mata.



74



75



Dari uraian diatas dapat dihasilkan saran yaitu tetap mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung vitamin A, menjaga kesehatan mata dengan melatih fokus pada mata dan jika mata lelah maka istirahatkan mata sejenak agar tidak merusak retina



mata.



Serta



meminimalkan



memperburuk kesehatan mata.



75



perilaku



yang



dapat



76



BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1



Kesimpulan 1.



Faktor genetik paling bayak didapatkan pada siswa dengan riwayat ayah dan ibu dimana hampir seluruhnya mendominasi derajat miopia sebanyak derajat ringan 29 siswa (41,4%), derajat sedang sebanyak 22 siswa (31,4%), maupun derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%).



2.



Jenis kelamin perempuan paling banyak mengalami miopia dan mendominasi ketiga derajat yaitu derajat ringan sebanyak 26 siswa ( 37,1%), derajat sedang sebanyak 15 siswa (21,4%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9 %).



3.



Usia lebih dari 14 tahun paling banyak pada derajat ringan sebanyak 37 siswa (52,9) , pada usia 4-14 tahun pada derajat sedang sebanyak 17 siswa (24,3%), dan pada usia kurang dari 4 tahun pada derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%).



4.



Pengaruh durasi bermain video game dengan derajat miopia dimana paling banyak pada durasi lebih dari 2 jam yang mendominasi derajat ringan sebanyak 25 siswa (55,7%), derajat sedang sebanyak 27 siswa (38,6%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%)



5.



Pengaruh perilaku membaca dengan derajat miopia paling banyak pada posisi terlentang atau telungkup yang mempengaruhi derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%). Pada durasi membaca < 2 jam paling



76



77



banyak mengalami derajat ringan sebanyak 33 siswa (47,1%). Pada jarak membaca > 30 cm paling banyak mengalami derajat ringan sebanyak 33 siswa (47,1%), 6.



Jarak televisi paling banyak terdapat pada jarak < 2 meter paling banyak pada derajat sedang sebanyak 29 siswa ( 41,4%), dan durasi paling banyak terdapat pada durasi < 2 jam pada derajat ringan sebanyak 31 orang (44,3%). Jarak komputer paling banyak pada jarak < 60 cm yang mendominasi ketiga derajat miopia. Durasi paling banyak pada durasi < 8 jam dengan derajat ringan sebanyak 31 siswa (44,3%). Jarak gadget paling banyak pada jarak < 30 cm dan mendominasi ketiga derajat miopia. Durasi gadget paling banyak pada durasi > 2 jam dan mendominasi ketiga derajat miopia



7.



Siswa yang jarang memakai kacamata paling banyak dan mendominasi ketiga derajat miopia yaitu derajat ringan sebanyak 18 siswa (25,7%), derajat sedang sebanyak 29 siswa (41,4%), dan derajat tinggi sebanyak 2 siswa (2,9%).



8.



Siswa yang jarang makan makanan yang mengandung vitamin A paling banyak dengan derajat ringan sebanyak 22 siswa (31,4%).



6.2



Saran 1.



Orangtua dapat menerapkan perilaku yang yang baik dengan menerapkan pengurangan waktu dalam penggunaan televisi, komputer dan gadget serta dapat memberikan makanan atau minuman yang kaya



77



78



akan vitamin A serta selalu mengontrol kesehatan mata setiap 6 bulan sekali di pelayanan kesehatan. 2.



Dapat diminimalisir dengan mengatur waktu penggunaan barang elektronik dan mungkin dapat melakukan kegiatan yang bermanfaat diluar rumah dengan teman-teman.



3.



Menerapkan latihan istirahatkan mata sejenak dengan melihat jauh setiap hari saat sedang belajar atau melakukan aktivitas dengan barang elektronik.



4.



Melakukan pembatasan waktu untuk dirinya sendiri saat bermain game seperti menyalakan alarm atau timer sebagai tanda berhenti dalam permainan.



5.



Terlalu lelah untuk belajar lebih baik tidur awal dan bangun sebelum shubuh untuk belajar karena otak lebih cepat menyerap materi setelah bangun tidur.



78



79



DAFTAR PUSTAKA Adile , A. (2016). Kelainan Refraksi Pada Pelajar SMA Negeri 7 Manado. 458461. Arianti, A. (2016). Kelainan Refraksi. Jakarta Eye Center. Fauziah, M. (2014). Hubungan Aktivitas Membaca dengan Derajat Miopia Pada Mahasiswa Pendidikan Dokter FK Unand Angkatan 2010. Kesehatan Andalas, 429-434. Ilyas, S. (2010). Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: CV Sagung Seto. Kistianti, F. (2008). Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Cacar Mata Miopia Pada Mahasiswa. 78-84. Lenawati, H. (2012). Hubungan Perilaku Belajar Dengan Kejadian Miopia (Rabun Jauh). 56-62. Notoatmodjo, P. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta. Putri , D. (2014). Hubungan Durasi Dan Frekuensi Bermain Video Game Dengan Masalah Mental Emosional Pada Remaja. Media Medika Muda. Ratanna, R. (2014). Kelainan Refraksi Pada Anak Di BLU RSU PROF.Dr. R.D. Kandou. e-Clinic. Rudhiati, F. (2015). Hubungan Durasi Bermain Video Game Dengan Ketajaman Penglihatan Anak Usia Sekolah. 12-17. S, Nurwinda. (2013). Hubungan Antara Ketaatan Berkacamata Dengan Progresivitas Derajat Miopia Pada Mahasiswa FK Universitas Islam Indonesia. 79-85. Sugani , S. (2010). Cara Cerdas Untuk Sehat : Rahasia Hidup Sehat Tanpa Dokter. Jakarta: TransMedia. Usman, S. (2014). Hubungan Antara Faktor Keturunan, Aktivitas Melihat Dekat Dan Sikap Pencegahan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Terhadap Kejadian Miopia. 1-13. Y, Mumpuni. (2016). 45 Penyakit Mata : Berbagai Jenis Penyakit & Kelainan Pada Mata. Yogyakarta: Rapha Publishing. 79



80



Fauziyah, L. (2016). Tahun 2050, Setengah Populasi Dunia Diprediksi Menderita Rabun Jauh. Http://Nationalgeographic.Co.Id/Berita/2016/02/Tahun-2050Setengah-Populasi-Dunia-Diprediksi-Menderita-Rabun-Jauh. Tanggal 7 Pebruari 2018 Jam 06:26. Medicastore. (2016). Rabun Jauh atau Miopia. http://medicastore.com/penyakit/3589/Rabun_jauh_atau_miopia.html. Tanggal 07.02.2018 Jam 02:14. Arianti, A. (2016). Kelainan Refraksi. http://jec.co.id/en/blog/128/kelainanrefraksi. Tanggal 7 Pebruari 2018 Jam 07:04. Optik



Melawai. (2016). Efek Penggunaan Gadget Pada Mata. http://www.optikmelawai.com/kesehatan-mata/efek-penggunaan-gadgetpada-mata.html. Tanggal 23 Pebruari 2018 Jam 20:18.



80



81



Lampiran 1



LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN



Kepada Yth. Kepala Sekolah MAN Sidoarjo JL. Stadion No.2 Sidoarjo Dengan Hormat, Saya yang bertanda tangan dibawah ini, mahasiswa Poltekkes Kemenkes Surabaya Program Studi DIII Keperawatan Kampus Sidoarjo: Nama



: Lina Mirnawati



NIM



: P27820415061



Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Faktor Determinan Derajat Miopia di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo”. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor deteminan derajat miopia pada siswa kelas XI IPA dan IPS di MAN Sidoarjo. Penelitian ini tidak akan menimbulkan dampak yang merugikan bagi responden. Data yang diperoleh dari saudara dijamin kerahasiaannya, dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian saja. Hasil penelitian ini akan bermanfaat untuk mengembangkan ilmu keperawatan serta peran perawat di masyarakat. Untuk itu saya mohon partisipasi saudara untuk mengisi kuisioner yang telah dipersiapkan dengan sejujur-jujurnya. Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya mohon kesediaan saudara menandatangani lembar persetujuan yang telah saya sediakan. Atas perhatian dan partisipasi yang saudara berikan saya ucapkan terima kasih.



Sidoarjo, Pebruari 2018 Peneliti



Lina Mirnawati NIM. P27820415061



81



82



Lampiran 2



LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN



Kepada Responden Di Tempat Dengan Hormat, Saya mahasiswa Poltekkes Kemenkes Surabaya Program Studi DIII Keperawatan Kampus Sidoarjo Nama



: Lina Mirnawati



NIM



: P27820415061



Bermaksud akan melaksanakan penelitian tentang “Faktor Determinan Derajat Miopia” . Adapun segala informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiannya dan saya akan bertanggung jawab apabila informasi yang diberikan merugikan anda. Sehubungan dengan tersebut, apabila anda setuju untuk ikut serta dalam penelitian ini dimohon untuk menandatangani kolom yang telah disediakan. Atas kesediaan dan kerjasamanya saya ucapkan terimakasih



Responden



(



Peneliti



)



( Lina Mirnawati )



82



83



Lampiran 3 PANDUAN WAWANCARA FAKTOR DETERMINAN DERAJAT MIOPIA DI MADRASAH ALIYAH NEGERI SIDOARJO Nama : (L / P) Kelas : Umur : 1. Apakah kedua orangtuamu menggunakan kacamata ? 2. Sejak kelas berapa kamu menggunakan kacamata ? 3. Berapa lama kamu bermain game dalam sehari ? 4. Bagaimana posisi nyaman kamu saat sedang membaca / belajar kamu suka dengan duduk/ tidur/tengkurap ? 5. Berapa jarak kamu membaca buku (diminta memperagakan saat sedang membaca) ? 6. Berapa lama waktu yang kamu gunakan untuk belajar? 7. Biasanya ketika menggunakan gadget / laptop / komputer apa yang kamu lakukan ( menggunakan sosial media / bermain game/ browsing internet / membuat tugas ) ? 8. Berapa jarak kamu menonton televisi (diminta memperagakan bahwa ada televisi didepannya) 9. Berapa jarak kamu menggunakan laptop(diminta memperagakan bahwa ada komputer didepannya) ? (hitung dengan penggaris) 10. Berapa jarak kamu memegang gadget (diminta memperagakan memegang hp) ? 11. Berapa durasi kamu menonton televisi selama 1 hari ? 12. Berapa lama kamu menggunakan laptop atau komputer dalam sehari ? 13. Berapa lama kamu menggunakan gadget dalam sehari ? 14. Apakah kamu lepas pasang kacamata atau selalu pakai kacamata atau hanya saat belajar saja ? 15. Apakah kamu sering mengkonsumsi makanan yang mengandung vit A seperti jus wortel, pepaya dll ? 16. Berapa minus kamu saat ini ?



83



84



Lampiran 4



84



85



Lampiran 5



85



86



Lampiran 6



86



87



Lampiran 7



87



88



Lampiran 8



88



89



Lampiran 9



89



90



Lampiran 10



90



91



Lampiran 11



91



92



Lampiran 12 Data excel



92



93



93



94



94



95



95



96



96



97



Lampiran 13 Data spss



97



98



98



99



99



100



100



101



101



102



102



103



103



104



Lampiran 14 Jadwal kti



104



105



Lampiran 15



105



106



106



107



107



108



108



109



Lampiran 16



109



110



110



111



LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH



Nama Mahasiswa



: Lina Mirnawati



NIM



: P27820415061



Nama Pembimbing Pendamping



: Dr. Hotmaida Siagian, SKM, M.Kes



Judul



: Faktor Determinan Derajat Miopia Di Madrasah Aliyah Negeri Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo Tanda tangan



No.



Hari/ Tanggal



Keterangan Mahasiswa



111



Pembimbing