PORTOFOLIO Bakterial Vaginosis (Iship Jambi) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PORTOFOLIO BAKTERIAL VAGINOSIS



 Oleh : dr. Felisitas



Pembimbing: dr. Rita Yuliana



Jambi, Oktober 2015 INTERNSHIP PROPINSI JAMBI KABUPATEN BATANGHARI RSUD HAJI ABDOEL MAJID BATOE



PORTOFOLIO Nama Peserta : Felisitas Nama Wahana : Puskesmas Muara Bulian Topik: Hipertiroid Tanggal (kasus): 1 Agustus 2015 Nama Pasien: Ny. N No. RM : Tanggal Presentasi: Oktober 2015 Nama Pendamping: dr. Rita Yuliana Tempat Presentasi : Puskesmas Muara Bulian Obyektif Presentasi: □√ Keilmuan



□ Keterampilan



□ Penyegaran



□ Tinjauan Pustaka



□√ Diagnostik □ Manajemen □ Neonatus □ Bayi □ Anak



□ Masalah □ Istimewa □ Remaja □√ Dewasa □ Lansia □ Bumil □ Deskripsi: Wanita, 36 tahun, dengan keluhan keputihan dan berbau tidak enak sejak dua minggu yang lalu disertai gatal dan kemerahan pada sekitar kemaluan.



□ Tujuan: Mendiagnosis dan menatalaksana pasien dengan gejala keputihan Bahan bahasan: □ Tinjauan □ Riset □ √Kasus Cara membahas:



Pustaka □ Diskusi



Data pasien: Nama klinik: Poli kebidanan Data utama untuk bahan diskusi: 1. Diagnosis/Gambaran Klinis:



□ Audit



□ √Presentasi dan



□ Email



□ Pos



diskusi Nama: Ny.N Telp: -



Nomor Registrasi: Terdaftar sejak: 15/05/15



Pasien datang ke Puskesmas Muara Bulian dengan keluhan mengalami keputihan dan bertambah banyak sejak dua minggu yang lalu. Pasien mengeluh cairan keputihan berwarna kekuningan bercampur abu-abu, pasien baru pertama kali ini merasakan keluhan ini. Sebelumnya cairan keputihan berwarna putih kekuningan saja. Keputihan dirasakan sama banyaknya sebelum maupun sesudah menstruasi. Pasien juga mengeluh keputihan berbau amis dan membuat pasien tidak nyaman dalam beraktivitas. Bau tidak enak ini makin bertambah setelah pasien bersenggama dengan suami pasien. Selain itu, pasien mengeluhkan gatal disekitar kemaluan dan dirasakan sepanjang hari. Keluhan ini disertai dengan kemerahan pada sekitar kemaluan dan dirasakan seperti terbakar pada kulit sekitar kemaluan.



Keluhan nyeri saat BAK, nyeri perut, nyeri saat berhubungan disangkal oleh pasien. Keluhan demam, mual, muntah juga disangkal oleh pasien. 2. Riwayat Pengobatan: Pasien belum mengkonsumsi obat apapun untuk mengobati keluhan. 3. Riwayat kesehatan/Penyakit: 



Pasien sering mengalami keputihan sejak 1 tahun yang lalu, namun dibiarkan karena







akan hilang sendiri. Riwayat kencing manis disangkal



4. Riwayat keluarga: Adanya anggota keluarga yang mengalami keluhan sama disangkal oleh pasien. 5. Riwayat pekerjaan: Pasien merupakan ibu rumah tangga. 6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik: Pasien tinggal di Muara Bulian bersama suami dan anak. Keluarga pasien berstatus sosial ekonomi menengah ke bawah. Biaya kesehatan pasien ditanggung dengan menggunakan BPJS. 7. Riwayat imunisasi: Pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi sejak kecil sampai sekarang. 1. Lain-lain: Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan genitalia didapatkan: 



Genitalia eksterna : tampak eritem di kedua labia mayor, sekret (-), bau amis (-)



Genitalia interna : inspekulo tidak dilakukan. Daftar Pustaka: 1 Adler, Michael, et al. ABC of Sexually Transmitted Infections. 5 th ed. BMJ Books, 2004. P. 2



25 Sterry. W. Et al. Dermatology. New York: Thieme., 2006. P. 154



3 4



Roshdy, Osama, et al. Understanding Dermatology. 1st ed. Tanta University, 2000. P. 58 Mark H. Yudin, et al. Screening and Management of BakterialVaginosis in Pregnancy. Sogc



5



Clinical Practice Guideline, 2008. Ditas Cristina D. Decena, et al. Metronidazole with Lactacyd vaginal gel inBakterial



6



vaginosis. J. Obstet. Gynaecol. Res. Vol. 32, No. 2: 243–251, April 2006 Nikhil Kumar, et al. Bakterial vaginosis: Etiology and modalities oftreatment. Journal of



7



Pharmacy and Bioallied Sciences October-December 2011 Vol 3 Issue 4. D. S. Castellano, Filho, et al. Bakterial vaginosis: clinical, epidemiologic and



microbiological features. HU Revista, Juiz de Fora, v. 36, n. 3, p. 223-230, july 2010 Hasil Pembelajaran: 1. Definisi vaginosis bakterial 2. Etiologi vaginosis bakterial 3. Faktor risiko vaginosis bakterial 4. Manifestasi klinis vaginosis bakterial 5. Penegakan diagnosis vaginosis bakterial 6. Penatalaksanaan vaginosis bakterial 7. Edukasi mengenai keadaan kesehatan pasien 8. Motivasi pasien dan keluarga pasien untuk teratur membawa pasien kontrol dan melakukan pemeriksaan untuk menunjang diagnosis Subjektif: Pasien wanita, 36 tahun, mengeluh Seorang wanita berusia 36 tahun, datang ke Puskesmas



Muara Bulian dengan keluhan mengalami keputihan dan bertambah banyak sejak dua minggu yang lalu. Duh cairan vagina berwarna kekuningan bercampur abu-abu, sama banyaknya sebelum maupun sesudah menstruasi, berbau amis terutama setelah berhubungan. Gatal disekitar kemaluan (+), kemerahan pada sekitar kemaluan (+), rasa terbakar pada kulit sekitar kemaluan. Keluhan disuria, nyeri abdomen, dispareunia disangkal oleh pasien. Keluhan demam, mual, muntah juga disangkal oleh pasien. Objektif: Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis dalam batas normal. Pada pemeriksaan genitalia didapatkan:  Genitalia eksterna : tampak eritem di kedua labia mayor, sekret (-), bau amis (-)  Genitalia interna : inspekulo tidak dilakukan. Assessment (Penalaran Klinis):



Keluhan utama pada pasien adalah keputihan disertai berbau tidak enak. Diagnosis klinis pada Bakterial vaginosis berdasarkan pada tiga dari empat criteria Amsel yaitu : (1) abnormal gray discharge, (2) pH > 4.5, (3) positif amine test, dan (4) terdapat clue cells > 20% pada sediaan basah. Pada pasien memenuhi kriteria gambaran cairan vagina yang keputihan. A. Anamnesis Gejala yang khas adalah cairan vagina yang abnormal (terutama setelah berhubungan seksual) dengan adanya bau vagina yang khas yaitu bau amis (fishy odor). Pasien sering mengeluh rasa gatal, iritasi, dan rasa terbakar. Biasanya kemerahan dan edema pada vulva. B. Pemeriksaan Fisik Pada pemeriksaan biasanya menunjukkan sekret vagina yang tipis dan sering berwarna putih atau abu – abu, viskositas rendah atau normal, homogen, dan jarang berbusa. Secret tersebut melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kelainan yang difus. Gejala peradangan umum tidak ada. Sebaliknya secret vagina normal, lebih tebal dan terdiri atas kumpulan sel epitel vagina yang memberikan gambaran bergerombol.



Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas disimpulkan pasien menderita vaginosis bakterial. Tetapi harus dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk membedakannya dengan trikomoniasis dan kandidiasis. Plan: Diagnosis: Pasien menderita gejala vaginosis bakterial, namun untuk lebih memastikan diagnosis penyebab masih memerlukan pemeriksaan penunjang antara lain: 1. Pemeriksaan pH vagina Pada pemeriksaan pH, kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas dibandingkan dengan warna standar. pH normal vagina 3,8 – 4,2 pada 80 – 90 % Bakterial vaginosis ditemukan pH > 4,5. 2. Whiff test Whiff test dikatakan positif bila muncul bau amine ketika cairan vaginal dicampur dengan satu tetes 10 – 20 % potassium hydroxide (KOH). Bau muncul sebagai pelepasan amine dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob. 3. Pemeriksaan Preparat basah



Dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes cairan NaCl 0,9 % pada secret vagina diatas objek glass kemudian ditutup dengan coverslip. Dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik menggunakan kekuatan tinggi (400 kali) untuk melihat clue cell, yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri (terutama Gardnerella vaginalis). Pemeriksaan preparat basah memiliki sensitivitas 60 % dan spesifisitas 98% untuk mendeteksi Bakterial vaginosis. 4. Nugent Gram Stain test Beberapa studi penelitian menggunakan quantitative Nugent Gram Stain test untuk mendiagnosa Bakterial vaginosis, dimana nilai uji 0-3 normal (non-BV), 4-6 intermediate, dan 7-10 positif BV. Meskipun Nugent Gram Stain test cenderung subjektif, tetapi lebih sulit dipraktekkan pada penggunaan klinis rutin. 5. Kultur Vagina Kultur dari sampel vagina tidak terbukti berguna untuk mendiagnosa BV karena BV berhubungan dengan beberapa organisme seperti Gardnerella vaginalis, mycoplasma hominis, Bacteriodes species, normal flora vagina lain, dan juga ada beberapa organisme yang tidak dapat dikultur. 6. Deteksi Hasil Metabolik Tes proline aminopeptidase : G. vaginalis dan Mobilincus Spp menghasilkan proline aminopeptidase, dimana laktobasilus tidak menghasilkan enzim tersebut. Suksinat / laktat : batang gram negative anaerob menghasilkan suksinat sebagai hasil metabolic. Perbandingan suksinat terhadap laktat dalam secret vagina ditunjukkan dengan analisa kromotografik cairan - gas meningkat pada Bakterial vaginosis dan digunakan sebagai test screening untuk Bakterial vaginosis dalam penelitian epidemiologi klinik. 7. Variety DNA Based Testing Methods Penggunaan Variety DNA Based Testing Methods seperti Broad Range dan Quantitative PCR telah mengidentifikasi novel bacteria yang berhubungan dengan Bakterial vaginosis, dan juga lebih objektif, dalam mengukur kuantitatif bakteri. itu juga memungkinkan pemahaman yang lebih kompleks terhadap perubahan mikroflora yang mendasari Bakterial vaginosis dan untuk mengembangkan tes diagnostik.



Pengobatan: 1) Metronidazol 2 x 500 mg tab oral selama 7 hari 2) CTM 3x 2 mg tab oral 3) Vitamin C 3 x 1 tab 4) Edukasi pasien untuk menjaga higiene daerah kewanitaan dan tidak menggunakan sabun pencuci kewanitaan Pilihan untuk pengobatan oral dan topical metronidazole dan clindamycin. Oral metronidazole harus diberikan dalam dosis 500 mg dua kali sehari selama tujuh hari. Dosis tunggal 2 gram digunakan untuk trikomoniasis. Metronidazole dapat digunakan pada kehamilan trimester pertama. Clindamycin oral merupakan pilihan tambahan dengan dosis 300 mg dua kali sehari selama tujuh hari. Pengobatan intravaginal berkhasiat untuk mengobati bakterial vaginosis dan tidak menghasilkan efek sistemik, meskipun efek samping seperti infeksi jamur pada vagina bisa terjadi. Pilihan obat untul intravaginal adalah metronidazole gel digunakan pada malam hari sebelum tidur selama lima hari. Cream clindamycin digunakan pada malam hari sebelum tidur selama tujuh hari, clindamycin ovula selama tiga hari, dan sustained release clindamycin sebagai dosis tunggal. Ada pertimbangan bahwa agen topical mungkin merupakan terapi yang tidak adekuat untuk pasien yang hamil, karena kemungkinan terjadi upper tract colonization yang berhubungan dengan Bakterial vaginosis.3,4 Pemulihan flora vagina dengan laktobacillus eksogen telah disarankan sebagai tambahan untuk terapi antibiotic, meskipun ini membutuhkan penggunaan strain berasal manusia untuk kolonisasi efektif dan tidak tersedia secara komersial. Terapi dengan yogurt, lactobacilli suppocitories, atau acidifying agent tidak begitu memberikan manfaat. Pengobatan pada Bakterial vaginosis yang asimptomatik masih merupakan kontroversi dan biasanya tidak direkomendasikan. Kejadian Bakterial vaginosis yang berulang sering terjadi dan biasanya terjadi pada 50% kasus yang terjadi pada 6 bulan. Beberapa data tersedia untuk penggunaan profilaksis intravaginal metronidazole gel dua kali seminggu malam hari sebelum tidur untuk mencegah berulangnya Bakterial vaginosis. Penggunaan kondom yang konsisten juga bermanfaat untuk mencegah berulangnya Bakterial vaginosis.



Pendidikan: Diberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga pasien. Bila pasien memang menderita bakterial vaginosis dan pentingnya menjaga higien daerah kemaluan. Konsultasi: Pasien dikonsultasikan kepada Spesialis Obstetri dan Ginekologi. Kegiatan Follow up keluhan



Periode Setiap



Pemeriksaan amin test dan



pengobatan kekambuhan Awal penegakan Dapat dibedakan dengan trikomoniasis



preparat basah Edukasi



Hasil yang diharapkan Keluhan berkurang dan



mencegah



diagnosis dan kandidiasis Setiap kunjungan Kepatuhan meminum obat dan menjaga higiene daerah kemaluan