Referat - Gangguan Panik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

REFERAT GANGGUAN PANIK



Disusun oleh : Aminatuz Zahrah 1102014019



Pembimbing: dr. Esther Margarita Livida Sinsuw, Sp.KJ



Kepaniteraan Klinik Psikiatri Rumah Sakit Bhayangkara Tk.I R.S.Sukanto Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi Periode 29 Juli – 31 Agustus 2019



BAB I PENDAHULUAN Di antara beberapa gangguan cemas yang dikenal, gangguan panik merupakan gangguan yang lebih sering dijumpai akhir-akhir ini. Dari penelitian diketahui bahwa di negara-negara barat, gangguan panic dialami oleh lebih kurang 1,7% dari populasi orang dewasa. Angka kejadian sepanjang hidup gangguan panic dilaporkan 1,5%-5%, sedangkan serangan panic sebanyak 3%-5,6%. Di Indonesia belum dilakukan studi epidemiologi yang dapat menggambarkan jumlah individu yang mengalami gangguan panik, namun para professional merasakan adanya peningkatan jumlah kasus yang datang minta pertolongan. 1 Definisi dari serangan panic sendiri merupakan serangan rasa takut yang ekstrem cepat disertai gejala stres yang parah (mis. Tersedak, jantung berdebar, sesak napas). Sedangkan, gangguan panic merupakan gangguan kecemasan yang ditandai dengan serangan berulang yang cepat pada rasa takut yang ekstrem dan gejala stres yang parah (tersedak, jantung berdebar, dan sesak napas). 2 Sembilan puluh satu persen pasien dengan gangguan panic dan 84% yang dengan agoraphobia mengalami setidaknya satu gangguan psikiatri lainnya. Sepuluh hingga 15% pasien dengan gangguan panic juga mengalami gangguan depresi berat. Sepertiga diantaranya mengalami gangguan depresi sebelum awitan gangguan panic, serta sisanya mengalami serangan panic selama atau sesudah awitan gangguan depresi berat.1 Sebagaimana gangguan jiwa lainnya, etiologi gangguan panik belum pasti dan terdiri atas faktor organobiologik, psikoedukatif termasuk psikodinamika dan sosiokultural.1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Gangguan panik adalah serangan cemas akut yang bersifat intens disertai dengan perasaan akan datangnya hal-hal yang buruk. Gejalanya bervariasi dari beberapa serangan selama satu hari hingga hanya beberapa serangan selama setahun. Orang dengan gangguan panik biasanya disertai dengan sejumlah kondisi komorbiditas dan yang paling sering adalah agoraphobia.3



2.2 Epidemiologi Suatu penilitian di Texas terhadap lebih dari 1600 sampel yang diseleksi secara acak, didapatkan angka prevalensi hidup 3.8% untuk gangguan panic, 5.6% untuk serangan panic, serta 2.2% mengalami serangan panic dengan gejala terbatas dan tidak memiliki kriteria diagnostic. Gangguan panic pada perempuan 2/3 dari. Laki-laki. Pada umumnya terjadi pada usia dewasa muda, sekitar 25 tahun, tetapi bias terjadi pada usia berapapun, termasuk anak-anak dan remaja. 1



2.3 Etiologi Sebagaimana gangguan jiwa lainnya, etiologi gangguan panik belum pasti dan terdiri atas faktor organobiologik, psikoedukatif termasuk psikodinamika dan sosiokultural.1 Faktor Biologi Gangguan panik dapat disebabkan oleh faktor biologi, genetik dan psikososial. Faktor biologi ditandai dengan adanya kelainan pada struktur dan fungsi otak. Abnormalitas sistem noradrenergik otak juga dikatakan sebagai penyebab munculnya gejala gangguan panik. Sistem neurotransmitter utama yang terlibat berupa norepinefrin, serotonin dan GABA. Disfungsi serotonergik cukup jelas, hal tersebut karena adanya hipersensitivitas serotonin pada postsinaps,



2



penghambatan lokal transmisi GABAergik di amigdala, otak tengah dan hipotalamus juga dapat menimbulkan respon fisiologis seperti rasa cemas. 3 Faktor Genetik Pada keturunan pertama pasien dengan gangguan panic dengan agoraphobia mempunyai risiko 4-8 kali mengalami serangan yang sama. 1 Namun pada sebuah studi dikatakan bahwa tidak ada studi yang mengatakan bahwa hal tersebut terkait dengan translokasi atau transmisi kromosom. 3 Faktor Psikososial Analisis penelitian mendapatkan bahwa terdapat pola ansietas akan sosialisasi saat mas akanak-kanak, hubungan dengan orangtua yang tidak mendukung serta perasaan terjebak atau terperangkap. 1 Menurut teori kelekatan (attachment), pasien-pasien dengan gangguan panic memiliki gaya kelekatan yang bermasalah. Mereka sering beranggapan bahwa perpisahan dan kelekatan sebagai sesuatu yang mutually exclusive; hal ini karena sensitivitas yang tinggi baik akan kehilangan kebebasan maupun kehilangan akan rasa aman dan perlindungan. Kesulitan ini tampak dalam keseharian pasien yang cenderung menghindari perpisahan, tampak dalam keseharian pasien dalam berinteraksi yang terlalu mengontrol orang lain. 1 2.6 Diagnosis Psikodinamika gangguan panik yaitu kesulitan dalam mentoleransi rasa marah, terdapat perbedaan fisik dan emosional yang signifikan pada diri seseorang antara kehidupan masa kanak dan dewasa, biasanya muncul karena tanggung jawab pekerjaan yang meningkat, persepsi orangtua sebagai pengontrol, pengkritik dan penuntut, representasi dari suatu hubungan terkait kekerasan seksual atau fisik yang pernah dialami, perasaan seperti rasa terjebak yang bersifat kronik, rasa marah atas penolakan orangtua diikuti oleh ansietas bahwa impian dapat menghancurkan hubungan dengan orangtua, mekanisme pertahanan tipikal berupa bentuk memberikan reaksi, tidak memberikan reaksi, somatisasi dan eksternalisasi.3 Sebagaimana tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth



Edition (DSM-V),



jika



3



seseorang



mengalami panic



attacksetidaknya satu bulan atau lebih dan disertai dengan rasa cemas, takut serta khawatir terhadap datangnya panic attack selanjutnya, maka orang tersebut dapat dikatakan mengalami gangguan panik (panic disorder). 4 Ada dua kriteria gangguan panik: •



Gangguan panik tanpa agorafobia 








Gangguan panik dengan agorofobia 




Agorafobia (F40.0) 7 a) Kecemasan berada di dalam suatu tempat atau situasi yang kemungkinan akan sulit meloloskan diri (atau merasa malu) atau mungkin tidak terdapat pertolongan jika mengalami panik atau gejala mirip panik. Rasa takut pada agorafobia secara khas mencakup situasi berada di luar rumah sendirian, berada di kerumunan, berada di atas jembatan, menempuh perjalanan dengan bis, kereta api atau mobil. 
 b)



Situasi yang ditakuti dihindari, atau dihadapi dengan penderitaan atau kecemasan yang kuat akan mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik, atau perlu didampingi teman. 




c)



Kecemasan atau penghindaran fobik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan psikiatrik lain, seperti fobia sosial, fobia spesifik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pasca trauma, atau gangguan cemas perpisahan. 




Untuk pedoman diagnostic Agorafobia menurut PPDGJ III, sebagai berikut: 6 A. Semua kriteria dibawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti: a.



Gejala psikologi, perilaku atau otonomik yang timbul harus merupakan manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejalagejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;



b.



Anxietas yang timbul harus terbatas pada (terutama terjadi dalam hubungan dengan) setidaknya dua hari situasi berikut; banyak orang/keramaian, tempat umum, bepergian keluar rumah, dan bepergian sendiri; dan



c.



Menghindari situasi fobik harus atau sudah merupakan gejala yang menonjol (penderita menjadi “house bound”)



4



Diagnosis Agorafobia dengan Gangguan panik (F.40.01) 7 A. Memenuhi kriteria 1 dan 2 1) Serangan panik berulang yang tidak diharapkan Gejala 
 panik terjadi secara tiba-tiba dan mencapai puncaknya 
 dalam waktu 10 menit.
 2) Sekurangnya 1 serangan telah diikuti oleh salah satu 
 berikut ini selama 1 bulan/ lebih: a)



Kekhawatiran yang menetap akan mengalami serangan tambahan?



b)



Kekhawatiran terhadap suatu serangan atau akibatnya 




c)



Perubahan bermakna pada perilaku yang berhubungan dengan serangan



B. Terdapat agoraphobia C. Bukan karena efek fisiologis langsung dari zat atau suatu kondisi medik umum D. Serangan panik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan 
 mental lain, seperti fobia sosial, fobia spesifik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pasca trauma, cemas perpisahan. 
 DIAGNOSIS GANGGUAN PANIK (F41.0)6 Untuk pedoman diagnostik Gangguan Panik menurut PPDGJ III adalah sebagai berikut; A. Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya gangguan anxietas fobik (F40.-) B. Untuk diagnosis pasti, harus ditemukan adanya beberapa kali serangan anxietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira kira satu bulan; a.



Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak bahaya;



b.



Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situations);



5



c.



Dengan kedaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di antara serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga “anxietas antisipatorik”, yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkhawatirkan akan terjadi).



Diagnosis Gangguan panik tanpa agorafobia7 A. Memenuhi kriteria (1) dan (2): (1) Serangan panik berulang yang tidak diharapkan 
 Gejala panik terjadi secara tiba-tiba dan mencapai 
 puncaknya dalam waktu 10 menit (2) Sekurangnya 1 serangan telah diikuti oleh salah satu 
 berikut ini selama 1 bulan/ lebih: 
 (a) Kekhawatiran yang menetap akan mengalami serangan tambahan (b) Kekhawatiran terhadap suatu serangan atau akibatnya (c) Perubahan bermakna pada perilaku yang berhubungan dengan Serangan B. Tidak terdapat agoraphobia 
 C. Bukan karena efek fisiologis langsung dari zat atau suatu kondisi medik umum D. Serangan panik tidak lebih baik dijelaskan oleh gangguan mental lain, seperti fobia sosial, fobia spesifik, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pasca trauma, cemas perpisahan. Diagnosis Serangan panik7 A. Merasa takut yang kuat, diikuti oleh gejala-gejala berikut ini yang terjadi secara tiba tiba dan mencapai pundaknya dalam waktu 10 menit. 1) Palpitasi 
 2) Berkeringat 




6



3) Gemetar atau bergoncang 
 4) Rasa sesak nafas atau tertahan 
 5) Perasaan tercekik 
 6) Nyeri dada atau perasaan tidak nyaman 
 7) Mual atau gangguan perut 8) Perasaan pusing, bergoyang atau akan pingsan 9) Derealisasi atau depersonalisasi 10) Ketakutan hilang kendali atau menjadi gila 11) Rasa takut mati 12) Parestesia 13) Menggigil atau perasaan panas 
 DIAGNOSIS BANDING Diagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan panik adalah sejumlah gangguan medis dan juga gangguan mental.1,5,6 Diagnosis banding organik untuk gangguan panik dapat dilihat pada tabel dibawah: Etiologi



Contoh



Penyakit kardiovaskuler Anemia, angina, gagal jantung kongesif, keadaan adrenergik beta hiperaktif, hiertensi, prolapsus katup mitral,



infark



miokardium,



takikardi



atrium



paradoksal. Penyakit pulmonal



Asma, hiperventilasi, embolus paru-paru



Penakit neuroloigs



Penyakit



serebrovaskuler,



epilepsy,



penyakit



Huntington, infeksi, penyakit meniere, sklerosis multiple, serangan iskemik transien, tumor, penyakit Wilson. Penyakit endokrin



Penyakit Addison, sindrom karsinoid, sindrom chusing, diabetes, hipertiroidisme, hipoglikemia,



7



hipopaatiroidismer,



ganguan



menopause,



feokromasitoma, sindrom prementruasi Intoksikasi obat



Amfetamin, antikolinergik, kokain



Halusinogen



Marijuana, nikotin, theophyline.



Putus obat



Alcohol, antihipertensi, opiate dan opioid, sedativeipnotik,



Kondisi lain



Anafilaksis, defisiensi B12, gangguan elektrolit, keracunan logam berat, infeksi sistemik, Lupus, eritemtous sistemik, arteritis temporalis, uremia.



Tabel 1 : diagnosis banding organik untuk gangguan panik



2.7 Penatalaksanaan Tatalaksana gangguan panic terdiri atas pemberian farmakoterapi dan psikoterapi. Dari penelitian didapatkan bahwa bila hanya farmakoterapi saja atau psikoterapi saja, maka angka kekambuhan lebih tinggi dibandingkan dengan bila mendapat gabungan dari farmako terapi dan psikoterapi.1 2.7.1 Psikoterapi 1) Terapi relaksasi Prinsip terapi adalah melatih pernafasan (menarik nafas dalam dan lambat, lalu mengeluarkannya dengan lambat pula), mengendurkan seluruh otot tubuh dan melakukan sugesti pikiran kea rah konstruktif atau yang diinginkan akan dicapai. Dapat berlangsung selama 20-30 menit atau dapat lebih lama lagi. Terapi ini bermanfaat meredakan secara relative cepat serangan panic dan menenangkan indidvidu, namun ini dapat di capai bagi yang telah berlatih.1 2) Terapi kognitif perilaku Individu diajak untuk bersama-sama melakukan restrukturisasi kognitif, yaitu membentuk kembali pola perilaku dan pikiran yang irasional dan menggantinya dengan yang lebih rasional. Biasanya terapi dapat berlangsung selama 30-50 menit. Biasanya membutuhkan terapi ini sebanyak 10-15 kali pertemuan. 1 3) Psikoterapi dinamika



8



Indiviu diajak untuk lebih memahami diri dan kepribadiannya, bukan sekedar menghilangkan gejalanya semata. Pada jenis psikoterapi ini individu lebih banyak bicar daripada dokter, kecuali pada individu yang pendiam. Terapi ini membutuhkan waktu yang lama dapat berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. 1 2.7.2 Farmakoterapi Terdapat 3 golongan besar obat yang dianjurkan untuk mengatasi gangguan panik, yakni golongan SSRI, trisiklik, dan MAOI (Monoamine oxidase inhibitor). Sedangkan golongan benzodiazepin hingga saat ini masih dianggap kontoversial dalam terapi gangguan panic.9



1.



Golongan SSRI (Serotonin-selective reuptake inhibitors) Mekanisme Kerja SSRI SSRI dipercaya dapat



meningkatkan kadar



serotonin



di



ekstraselular dengan cara menghambat pengambilan kembali serotonin ke dalam sel presinaptik sehingga ada lebih banyak serotonin di celah sinaptik yang dapat berikatan dengan reseptor sel post-sinaptik. SSRI memiliki tingkat selektivitas yang cukup baik terhadap transporter monoamin yang lain, seperti pada transporter noradrenaline dan dopamine, SSRI memiliki afinitas yang lemah terhadap kedua reseptor tersebut sehingga efek sampingnya lebih sedikit. 9 SSRI dapat diberikan selama 2-4 minggu, dan dosisnya dapat ditingkatkan secara bertahap tergantung pada kebutuhan.Semua jenis SSRI yang dikenal saat ini memiliki efektifitas yang baik dalam menangani gangguan panik.Salah satunya, Fluoxetine dalam tablet salut memiliki masa paruh waktu yang panjang sehingga cocok digunakan untuk pasien yang kurang patuh minum obat. Selain itu waktu paruh yang panjang dapat meminimalisir efek withdrawl yang dapat terjadi ketika pasien lelah atau tiba-tiba menghentikan penggunaan SSRI.5 Contoh Obat Golongan SSRI 1,5 9







Fluoxetine Fluoxetine secara selektif menghambat reuptake seotonin presinaptik, dengan efek minimal atau tanpa efek sama sekali terhadap reuptake norepinephrine atau dopamine.







Paroxetine Ini merupakan SSRI alternatif yang bersifat sedasi karena cara kerjanya merupakan inhibitor selektif yang poten terhadap serotonin neuronal dan memiliki efek yang lemah terhadap reuptake norepinephrine dan dopamine.







Sertraline Cara kerjanya mirip fluoxetine namun memiliki efek inhibisi yang lemah pada reuptake norephinephrine dan dopamine neuronal.







Fluvoxamine Fluoxamine merupakan inhibitor selektif yang juga poten pada reuptake serotonin neuronal serta secara signifikan tidak berikatan pada alfaadrenergik, histamine atau reseptor kolinergik sehingga efek sampingnya lebih sedikit dibanding obat-obatan jeis trisiklik.







Citalopram Citalopram meningkatkan aktivitas serotonin melalui inhibisi selektif reuptake



serotonin



pada



membran



neuronal.Efek



samping



antikolinergik obat ini lebih sedikit. 



Escitalopram Escitalopram merupakan enantiomer citalopram. Mekanisme kerjanya mirip dengan citalopram.



Efek Samping SSRI Adapun beberapa efek samping SSRI antara lain: anhedonia, insomnia, nyeri kepala, tinitus, apati, retensi urin, perubahan pada perilaku seksual, penurunan berat badan, mual, muntah dan yang ditakutkan adalah efek sampinng keinginan bunuh diri dan meningkatkan perasaan depresi pada awal pengobatan.9



10



2.



Golongan Trisiklik Mekanisme Kerja Trisiklik Mekanisme kerja kebanyakan trisiklik menyerupai cara kerja SNRI (serotonin-norepinephrine reuptake inhibitor) dengan cara memblok transporter serotonin dan norepinephrine, sehingga terjadi peningkatan neurotransmiter



ekstraseluler



yang



dapat



bereaksi



dalam



proses



neurotransmisi. TCA sama sekali tidak bereaksi terhadap transporter dopamin sehingga efek samping akibat peningkatan dopamin seperti halusinasi dapat berkurang.5,6 Selain bereaksi pada reseptor norepinephrine dan serotonin, trisiklik juga bereaksi sebagai antagonis pada neurotransmiter 5-HT2 (5-HT2A and 5HT2C), 5-HT6, 5-HT7, α1-adrenergic, and NMDAreceptors, dan sebagai agonists pada sigma receptors (σ1 and σ2), yang memberikan kontribusi pada efek terapi dan efek sampingnya. Trisiklik juga dikenal sebagai antihistamin dan antikolinergik kuat karena dapat bereaksi dengan reseptor histamine dan asetilkolin muskarinik.6 Kebanyak trisiklik juga dapat menghambat kanal natrium dan kalsium, sehingga dapat bekerja seperti obat-obatan natrium channel blocker dan calcium channel blocker. Karena itu penggunanaan berlebih trisiklik dapat menyebabkan kardiotoksik.9 Contoh Obat Trisiklik1,5 



Imipramnine Imipramine menghambat reuptake norepinephrine dan srotonin pada neuron presinaptikin.







Desipramine Desipramine dapat meningkatkan konsentrasi norepinephrine pada celah sinaptik SSP dengan ara menghambat reuptakenya di membran presinaptik. Hal ini dapat menyebabkan efek desensitasi pada adenyl cyclase, menurunkan regulasi reseptor beta-adrenergik, dan regulasi reseptor serotonin.



11







Clomipramine Obat ini berefek langsung pada uptake serotonin sedangakan pada efeknya uptake norepinephrine terjadi ketika obat ini diubah menjadi metabolitnya, desmethylclomipramine.



Efek Samping Trisiklik9 Ada banyak efek samping yang dapat disebabkan oleh trisiklik yang berkaitan dengan antimuskarinik-nya. Beberapa di antaranya adalah mulut kering, hidung kering, pandangan kabur, konstipasi, retensi urin, gangguan memori dan peningkatan temperatur tubuh. Efek samping lainnya adalah pusing, cemas, anhedonia, bingung, sulit tidur, akathisia, hipersensitivitas, hipotensi, aritmia serta kadang-kadang rhabdomiolisis. 3.



Golongan MAOIs (Monoamine Oxidase Inhibitors) Mekanisme Kerja MAOI MAOI bekerja dengan cara menghambat aktivitas monoamine oxidase, sehingga ini dapat mencegah pemecahan monoamine neurotransmitters dan meningkatkan avaibilitasnya. Terdapat 2 jenis monoamine oxidase, MAO-A dan MAO-B. MAO-A berkaitan dengan deaminasi serotonin, melatonin, epinephrine



and



norepinephrine.Sedangkan



MAO-B



mendeaminasi



phenylethylamine and trace amines.Dopamine dideaminasi oleh keduanya.9 Contoh Obat MAOI 



1,5



Phenelzine Obat ini biasanya digunakan untuk pasien yang tidak respon terhadap obat golongan trisiklik atau obat antidepresi golongan kedua.







Tranylcypromine Obat ini juga efektif terhadap gangguan panik karena berikatan secara ireversibel pada MAO sehingga dapat mengurangi pemecahan monoamin dan meningkatkan avaibilitas sinaptik.



Efek Samping MAOI 9



12



Ketika dikonsumsi peroral, MAOI menghambat katabolisme amine. Sehingga ketika makanan yang mengandung tiramin dikonsumsi, seseorang dapat menderita krisis hipertensi. Jika makanan yang mengandung tiptofan dimakan juga, maka hal ini dapat menyebabkan hiperserotonemia. Jumlah makanan yang dibutuhkan hingga menimbulkan reaksi berbeda-beda pada tiap individu. Mekanisme pasti mengapa konsumsi tiramin dapat menyebabkan krisis hipertensi pada pengguna obat MAOI belum diketahui, tapi diperkirakan tiramin menggantikan norepinefrin pada penyimpanannya di vesikel, dalam hal ini norepinefrin terdepak oleh tiramin. Hal ini dapat memicu aliran pengeluaran norepinefrin sehingga dapat menyebabkan krisis hipertensi. Teori lain menyatakan bahwa proliferasi dan akumulasi katekolamin yang menyebabkan krisis hipertensi. Beberapa makanan yang mengandung tiramin antara lain hati, makanan yang difermentasi dan zat-zat lain yang mengandung levodopa seperti kacang-kacangan. Makanan-makanan itu harus dihindarkan dari pengguna MAOI. 4.



Golongan Benzodiazepin Mekanisme Kerja Benzodiazepin9 Benzodiazepin bekerja dengan cara meningkatkan efek neurotransmiter GABA (gamma-butyric acid), yang berakibat pada inhibisi fungsi eksitasi sehingga dapat menimbulkan kantuk, menekan kecemasan, anti-kejang, melemaskan otot dan dapat mengakibatkan amnesia. Ada 3 jenis benzodiazepin yakni yang short acting, intermediate acting dan long acting. Benzodiazepin short- dan intermediate acting digunakan untuk mengatasi insomnia sedangkan yang golongan long-acting digunakan untuk mengatasi gangguan panik. Contoh Obat Benzodiazepin1,5



13







Lorazepam Lorazepam merupakan suatu hipnotik-sedatif yang memiliki efek onset singkat dan paruh waktunya tergolong intermediate. Dengan meningkatkan aksi GABA, yang merupakan inhibitor utama di otak, lorazepam dapat menekan semua kerja SSP, termasuk sistem limbik dan formasi retikuler.







Clonazepam Clonazepam menfasilitasi inhibisi GABA dan transmiter inhibitorik lainnya. Selain itu, obat ini memiliki waktu paru yang relatif panjang sekitar 36 jam.







Alprazolam Alprazolam merupakan terapi pilihan untuk manajemen serangan panik.Obat ini dapat terikat pada reseptor-reseptor pada beberapa bagian otak, termauk sistem limbik dan RES. Meskipun begitu banyak ahli yang tidak menyarankan penggunaan alprazolam dalam waktu lama karena tingkat ketergantungannya sangat tinggi.







Diazepam Diazepam meruapakan salah satu jenis benzodiazepin yang potensinya rendah.Namun dapat digunakan untuk mengatasi serangan panik.



Efek Samping Benzodiazepin Efek samping yang paling sering ditemukan pada benzodiazepin biasanya berkaitan dengan efek sedasi dan relaksan ototnya.Beberapa di antaranya adalah mengantuk, pusing, dan penurunan konsentrasi dan kewaspadaan.Kurangnya



koordinasi



bisa



mengakibatkan



jatuh



dan



kecelakaan, terutama pada orang tua. Akibat lain dari benzodiazepin adalah penurunan kemampuan menyetir sehingga dapat berakibat pada tingginya angka kecelakaan. Efek samping lainnya adalah hipotensi dan penekanan pusat pernapasan terutama pada penggunaan intravena. Beberapa efek samping lain yang dapat timbul pada penggunaan benzodiazepin adalah mual, muntah, perubahan



14



selera makan, pandangan kabur, bingung, euforia, depersonalisasi dan mimpi buruk. Beberapa kasus juga menunjukkan bahwa benzodiazepin bersifat liver toksik 5.



Serotonin Reuptake Inhibitor/Agonist Contoh Obat1,5 



Trazodone Trazodone sangat berguna dalam terapi gangguan panik yang disertai agorafobia. Pada hewan, obat ini secara selektif mampu menghambat uptake serotonin melalui sinaptosom otak dan mepotensiasi perubahan perilaku melalui induksi prekursor serotonin, 5-hidroksitriptofan. Sediaan obat anti-panik dan dosis anjuran1



No



Nama Generik



Golongan



Sediaan (mg)



Dosis Anjuran



1.



Imipramine



Trisiklik



Tab. 25 mg



75-150 mg/hari



2.



Clomipramine



Tab. 25 mg



75-150 mg/hari



3.



Alprazolam



Tab. 0,25-0,5-1



3x 0,25-0,5



mg



mg/hari



Tab. 25 mg



Peroral 10-30



4.



Diazepam Benzodiazepin



mg/hari, 2-3x/hari, Parental IV/IM 210 mg/kali, tiap 3-4 jam



5.



Klordiazepoksoid



Tab. 5 mg



15-30 mg/hari



Caps. 5 mg



2-3 x/hari



6.



Lorazepam



Tab. 0,5-2 mg



2-3x 1 mg/hari



7.



Clobazam



Tab. 10 mg



2-3x 10 mg/hari



8.



Brumazepin



Tab. 1,5-3-6 mg



3x 1,5 mg/hari



9.



Oksazolom



Tab. 10 mg



2-3x 10 mg/hari



10.



Klorazepat



Caps. 5-10 mg



2-3x 5 mg/hari



11.



Prazepam



Tab. 5 mg



2-3x 5 mg/hari



12.



Moclobemide



Tab. 150 mg



300-600 mg/hari



RIMA (Reversible Inhibitor of



15



Monoamine OxydaseA) 13.



Sertraline



Tab. 50 mg



50-100 mg/hari



14.



Fluoxetine



SSRI (Selective



Caps. 10-20 mg



20-40 mg/hari



15.



Parocetine



Serotonine Reuptake



Tab. 20 mg



20-40 mg/hari



16.



Fluvoxamine



Inhibitor)



Tab. 50 mg



50-100 mg/hari



17.



Citalopram



Tab. 20 mg



20-40 mg/hari



18.



Buspiron



Tab. 10 mg



15-30 mg/hari



Obat lain



Tabel 2.7.1 Nama generik, golongan, sediaan, dan dosis anjuran anti panik1



2.8 Prognosis Gangguan panik biasanya memiliki onsetnya selama masa remaja akhir atau masa dewasa awal, walaupun onset selama masa anak-anak, remaja awal, dan usia pertengahan dapat terjadi. Biasanya kronik dan bervariasi tiap individu.Frekuensi dan keparahan serangan panik mungkin berfluktuasi.Serangan panik dapat terjadi beberapa kali dalam sehari atau tidak terjadi sama sekali dalam satu bulan. Namun demikian kira-kira 30-40% pasien tampaknya bebas dari gejala jangka panjang, kira-kira 50% memiliki gejala yang cukup ringan yang tidak mempengaruhi kehidupannya secara bermakna dan kira-kira 10-21 % terus memiliki gejala yang bermakna. 1,5 Depresi dapat mempersulit gambaran gejala pada kira-kira 40-80 % dari semua pasien. Pasien dengan fungsi premorbid yang baik dan lama gejala singkat cenderung memiliki prognosis yang baik.1,5



2.9 Pencegahan dan rehabilitasi Pencegahan primer (yaitu bagi yang belum pernah mengalami gangguan panic), maka harus waspada bila dalam keluarganya ada yang mengalami. Juga, menurut penilitian, bila seseorang pernah mengalami cemas perpisahan (separation



16



anxiety) ketika pertama kali masuk sekolah, maka bias jadi ketika dewasa akan mengalami gangguan panik.1 Pencegahan sekunder (bila individu pernah mengalami serangan panic satu kali) dan telah berobatke dokter, maka pencegahan yang dapat dilakukan agar tidak terjadi kekambuhan adalah dengan melakukan latihan relaksasi secara teratur dan terus menerus, datang konsultasi sampai dinyatakan sembuh oleh dokter. 1



DAFTAR PUSTAKA 1. Kusumadewi Irmia & Elvira SD. 2017. Buku Ajar Psikiatri. Edisi 3. Badan Penerbit FKUI: Jakarta. 2. Pinel, J. P. J. & S. J. Barnes. 2018. Biopsychology. Tenth Edition. Pearson Education Limited: England. 3. Sadock BJ, Sadock VA & Ruiz P. 2015. Kaplan & Sadock Synopsis Of Psychiatri. Edisi 11. Wolters Kluwer: Philadelphia. 4.



Noorvitri, I. 2018. Panic Attack: Sensasi Serangan Jantung secara Psikologis. Lumbung Wawasan. https://pijarpsikologi.org/panic-attack-sensasi-seranganjantung-secara-psikologis . 11 Agustus 2019 (15.00)



5.



Sadock J Bejamin, Sadock A Virginia. Buku Ajar Psikiatri Klinis. Edisi kedua. ECG Jakarta: 2010.



6. Maslim R. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM-5. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta. 7.



Lesmana, C. B. J. 2017. Buku Panduan Belajar Koas: Ilmu Kedokteran Jiwa. Udayana Univerity Press: Denpasar.



8.



Stein DJ, Hollander E et al. Textbook of Anxiety Disorders. American Psychiatric Publishing. 2009.



17



9. Stein MB et al. 2010. Practice Guideline For The Treatment of Patients With Panic Disorder. Second Edition. American Psychiatric Association guideline.



18