Referat Kel.12 Urethritis Gonorrhea [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Dzaki
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN REFERAT “URETHRITIS GONORRHEA” BLOK NEFRO – URINARY SYSTEM



KELOMPOK 12 Tutor : dr. Yulia Fitriani, Sp. M Anggota Kelompok : Mulia Sari



G1A011112



Tri Ujiana Sejati



G1A011113



Kania Kanistia



G1A011114



Nadhilah Idzni



G1A011115



Niswati Syarifah A.



G1A011116



Katharina L. Prastiwi



G1A011117



Fitriani Nurnadziah



G1A011118



Ria Pusparini



G1A011119



Wahyu Eko P.



G1A011120



Witri Septia N.



G1A011121



Primadevi Laksita



G1A011124



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN JURUSAN KEDOKTERAN 2013



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan referat ini tepat pada waktunya. Terimakasih kami sampaikan juga kepada tutor kami dr. Yulia Fitriani, Sp. M yang dengan tulus membimbing kami selama penulisan laporan referat ini sehingga isi tiap bagian menjadi semakin baik. Kepada PIC blok NU kami haturkan terimakasih pula, dr, Hidayat Sulistyo, Sp. PA, dr. Wiwiek Fatchurohmah, serta dr. Trisna Sendy atas kesempatan yang diberikan baik waktu dan materi referat yang dipilihkan untuk kelompok kami. Laporan ini berisi mengenai penyakit urethritis gonorrhea, yaitu salah satu penyakit menular seksual karena adanya peradangan pada daerah urethra. Diharapkan dengan adanya laporan ini, pembaca menjadi semakin waspada dan semakin menjaga fungsi alat tubuhnya sehingga angka kejadian urethritis gonorrhea tidak meningkat dan dapat berkurang. Penulis memohon maaf apabila terdapat kekurangan di sana-sini terhadap penulisan laporan referat urethritis gonorrhea ini. Apabila ada kritik atau saran yang dapat membantu dalam pembuatan laporan ini akan kami terima dengan terbuka. Sekian dari kami, semoga laporan ini dapat menjadi manfaat untuk setiap orang yang membacanya, terimakasih. Purwokerto,



September 2013,



Kelompok 12



2



DAFTAR ISI Kata Pengantar ……………………………………………………………..2 Daftar Isi …………………………………………………………………...3 BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………..6 A. B. C. D. E. F. G.



Tanda dan Gejala Berdasarkan Anamnesis ………………………...6 Patofisiologi ………………………………………………………..6 Pemeriksaan Penunjang ……………………………………………7 Penegakan Diagnosis ………………………………………………10 Rencana Terapi …………………………………………………….13 Prognosis …………………………………………………………..14 Komplikasi ………………………………………………………...15



BAB III PEMBAHASAN………………………………………………….16 A. Penjelasan Teori Baru ……………………………………………...16 B. Perbandingan Teori Lama dan Baru ……………………………….16 C. Harapan Penatalaksanaan Ureteritis Gonorrhea …………………...18 BAB IV KESIMPULAN …………………………………………………..19 BAB V DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………..20



I.



PENDAHULUAN



3



Urethritis didefinisikan sebagai peradangan atau infeksi uretra. Urethritis merupakan kondisi peradangan yang dapat menular. Infeksi penyebab urethritis ditransmisikan secara seksual dan biasanya dikategorikan sebagai urethritis gonococcal karena infeksi Neisseria gonorrhoeae dan urethritis nongonococcal karena infeksi dengan Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, Mycoplasma hominis, Mycoplasma genitalium, atau Trichomonas vaginalis (Terris, 2013). Urethritis dapat terjadi pada setiap orang yang aktif secara seksual, tapi insiden tertinggi adalah antara usia 20-24 tahun Urethritis terjadi pada 4 juta orang Amerika setiap tahun. Insiden urethritis gonorrhea diperkirakan lebih dari 700.000 kasus baru setiap tahun yang secara signifikan dilaporkan. Insiden uretritis gonorrhea terus menurun sejak tahun 2000. Di seluruh dunia, ada sekitar 62 juta kasus baru urethritis gonorrhea (Terris, 2013). Urethritis tidak memiliki predileksi rasial, namun orang-orang dari kelas sosial ekonomi rendah lebih sering terkena daripada orang dari kelas sosial ekonomi yang lebih tinggi. Urethritis juga tidak memiliki predileksi seksual, namun data bisa saja meleset pada wanita karena asimptomatik atau muncul dengan cystitis, vaginitis, atau cervitis. Homoseksual berisiko lebih besar untuk terkena urethritis daripada laki-laki heteroseksual atau perempuan pada umumnya (Terris, 2013). Urethritis dapat didiagnosis berdasarkan salah satu tanda-tanda berikut atau tes laboratorium: debris mukopurulen atau purulen. Pada pemeriksaan sekret urethra didapatkan ≥ 5 leukosit per lapang pandang. Pewarnaan gram adalah tes diagnostik cepat yang lebih disukai untuk mengevaluasi urethritis. Hal ini sangat sensitif dan spesifik untuk mendiagnosis uretritis dan ada tidaknya infeksi gonococcal. Infeksi gonococcal diketahui dengan WBC mengandung GNID, atau tes esterase leukosit positif pada urin pertama atau pemeriksaan mikroskopis sedimen urin menunjukkan ≥ 10 WBC per lapang pandang (Anonymous, 2007). Sekitar 10%-40 % dari wanita dengan uretritis pada akhirnya berkembang penyakit radang panggul, yang kemudian dapat menyebabkan infertilitas dan kehamilan ektopik sekunder pembentukan parut post inflamasi di saluran tuba. Infeksi gonococcal diseminata dan arthritis reaktif berkembang kurang dari 1 % pada pasien wanita dengan urethritis. Morbiditas akibat uretritis pada laki-laki kurang umum terjadi (1 % -2 %), biasanya berupa striktur uretra atau stenosis 4



karena pembentukan parut post inflamasi. Potensi komplikasi lain uretritis pada laki-laki termasuk prostatitis, epididimitis akut, pembentukan abses, proktitis, infertilitas, sperma abnormal, dan arthritis reaktif. Komplikasi yang jarang terjadi namun serius yaitu arthritis, meningitis, dan endokarditis. Tingkat mortalitas minimal pada pasien dengan urethritis gonorrhea. Dengan terapi adekuat fungsi dapat kembali normal (Terris, 2013). Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat telah mengeluarkan rekomendasi pengobatan baru untuk urethritis gonorrhea, yang diterbitkan dalam edisi 13 April dari Morbidity and Mortality Weekly Report. Pedoman baru merekomendasikan pengobatan sefalosporin dalam menangani resistensi gonorrhea terhadap fluoroquinolones, yang sekarang tersebar luas di Amerika Serikat di kalangan heteroseksual dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (Barclay, 2007). Data dari CDC's Gonococcal Isolate Surveillance Project (GISP) di 26 kota di Amerika Serikat menunjukkan bahwa pada paruh pertama tahun 2006, 6,7% kasus gonorrhea pada laki-laki heteroseksual yang resisten fluorokuinolon Neisseria gonorrhoeae (QRNG), meningkat 11 kali lipat dari 0,6% pada 2001, dan jauh di atas 5 %, ambang batas yang diakui untuk mengubah rekomendasi pengobatan (Barcklay, 2007).



II.



TINJAUAN PUSTAKA



A. Tanda dan Gejala Berdasarkan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Dari anamnesis di dapatkan nyeri saat BAK dan alat kelamin keluar nanah dalam jumlah banyak. Pada pria gejala nyeri saat BAK dan keluar nanah dari alat kelamin mulai muncul biasanya setelah 2- 5 hari (masa



5



inkubasi), namun pada beberapa individu justru terjadi lebih lama yakni setelah 7-10 hari (masa inkubasi). Hal ini mungkin disebabkan karena daya tahan tubuh yang tinggi atau sebelumnya telah mengkonsumsi antibiotik dengan dosis yang tidak adekuat, maka besar kemungkinan gejala penyakitnya baru muncul setelah 7- 10 hari, di saat kuman telah cukup kuat untuk kembali menimbulkan gejala. Selain nyeri saat BAK bias juga karena melakukan hubungan seksual (Jawas, 2008). Dari pemeriksaan fisik di dapatkan sekret (kekuningan) pada osteum urethra eksterna dalam jumlah banyak (celana dalam sering basah), dan kulit OUE tampak udem dan eritem. Sedangkan pemeriksaan penunjang pada pewarnaan gram di dapatkan diplokokus gram negative intra dan ekstra selular pada pemeriksaan kultur di dapatkan biakan N. Gonorrhoeae dan pada pemeriksaan ELISA di dapatkan antigen N. Gonorrhoeae (Hooks, 2007). B. Patofisiologis Gonorrhea adalah infeksi menular seksual yang paling umum di daerah tropis. Organisme penyebabnya yaitu Neisseria gonorrhoeae, Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri gram-negatif berbentuk oval seperti ginjal yang berjajar dua, hanya ditemukan pada manusia, terutama pada permukaan epitel saluran urogenital pria dan wanita, konjungtiva, faring, rectum dan sinovium. Virulensi bakteri ini difasilitasi oleh vili yang menahan kekuatan hidrodinamika dalam uretra, membantu penempelan bakteri pada area (adherensi) dan menghambat invasi fagosit. N. gonorrhoeae sangat adaptif dalam menghindari respon imun host. Antigen pilus dan lipo-oligosacharida yang dimilikinya memungkinkan pembuatan variasi antigen yang dapat membuat reinfeksi dalam waktu singkat. Antibodi lainnya dapat memblok aktivitas bakteri di dalam urethra. Bakteri ini juga memproduksi IgA1 protease yang mengganggu respon imun mukosa. Respon imun mukosa akibat infeksi adalah produksi IgA, IgM danIgE (Krieger, 2008). Salah satu cirri penyakit gonokokal gejala pada pria adalah adanya discharge purulen, yang terkait dengan masuknya polimorfonuklear dan sel epitel urethra yang telah mati. Sebuah studi menunjukkan bahwa ada masa inkubasi dari waktu infeksi dengan timbulnya gejala klinis penyakit. Selama waktu ini gonokokus yang diam dan tidak dapat dibiakkan dari uretra sampai



6



40 jam setelah inisiasi infeksi, setelah itu proses eksudatif purulen dimulai. Data ini menunjukkan bahwa gonokokus memasuki dan mempengaruhi respon imun di awal penyakit di mana mereka bertahan hidup dan bereplikasi. Bukti terbaru menunjukkan bahwa awal infeksi, TNF - α , IL - 1β , IL - 6 , dan IL - 8 disekresi dari sel epitel urethra primer. Pelepasan sitokin dan kemokin dari epitel urethra mungkin, dapat berpotensi memicu respon inflamasi yang terkait dengan urethritis gonokokal dengan memicu masuknya PMN. PMN masuknya dalam hubungannya dengan pelepasan sitokin dari epitel urethra selanjutnya mungkin mempotensiasi gejala klinis yang terkait dengan penyakit. Transudat yang ada dapat menyebabkan kesulitan miksi sehingga dapat mengakibatkan dysuria. Selain itu rasa gatal diinduksi oleh pelepasan mediator inflamasi histamine dari PMN khususnya eosinophil (Edwards., et al, 2004). C. Pemeriksaan Penunjang Bila fasilitas pengobatan, tenaga medis dan laboratorium tersedia, maka untuk diagnosa uretritis tidak cukup hanya dengan pemeriksaan klinis, tetapi harus diikuti pemeriksaan bakteriologis. Diagnosis ditegakkan melalui identifikasi Neisseira Gonorrhoea dari membran mukosa yang terinfeksi, dengan



sediaan



langsung,



kultur,



atau



deteksi



molekuler



biologis



mikroorganisme tersebut pada genital, rektal, faring atau sekresi okuler (Adam, 2012). Pada wanita,untuk sediaan langsung dan kultur, sampel dapat diambil dari kanal endoserviks setelah dibersihkan sekresi eksudat vagina atau uretra. selain itu, spesimen dapat juga diambil dari urin, vulvovaginal dan intracoital. Pada pria, pengambilan spesimen dari uretra diambil dengan swab kecil atau sengkelit (Adam, 2012). 1. Sediaan Langsung dengan Pewarnaan Gram Diagnosis dapat langsung ditentukan dengan pewarnaan gram atau methylene blue. Bakteri gonore tersebut terdapat dalam bentuk diplokokus polimononuklear (PMN). Pemeriksaan ini berguna terutama pada individu dengan gonore yang bersifat simptomatis. Hasil disebut positif jika tampak kuman diplokokus berada diantara



7



leukosit polimorfonuklear. Sensitivitas pewarnaan gram tergantung pada gejala-gejala orang yang terinfeksi dimana eksudat uretra pada pria simptomatis mendeteksi hampir 95 hingga 98%. Sedangkan pada wanita pewarnaan gram spesimen serviks mempunyai sensitivitas sebanyak 50%. Pada individu yang asimptomatis, pewarnaan mempunyai hasil yang rendah dan tidak efektif. Maka, digunakan metode kultur atau teknik amplifikasi (Adam, 2012).



Gambar 2.1 Neisseira Gonorrhoea:tampak bakteri gram negatif diplokokus di antara leukosit polimorfonuklear 2. Kultur Terdapat dua jenis kultur yaitu media transpor dan media pertumbuhan. Contoh media transpor adalah media Stuart yang digunakan untuk transpor saja sehingga perlu ditanam kembali pada media pertumbuhan. Media transgrow merupakan media selektif dan nutritif bagi N.gonnorhoeae dan N.meningitidis yang dapat bertahan sampai 96 jam dan merupakan gabungan media transpor serta pertumbuhan shingga tidak perlu ditanam pada media pertumbuhan. Media ini merupakan modifikasi dari media Thayer Martin dengan menambahkan trimetoprim untuk mematikan Proteus spp. Media pertumbuhan yang digunakan adalah McLeod chocolate agar, media Thayer Martin (sensitivitas 80-95%), dan Modified Tayer Martin Agar. Pembiakan dengan media kultur ini sangat perlu terutama pada kasuskasus yang bersifat asimptomatis (Adam, 2012). 3. Tes Definitif a. Tes oksidasi Reaksi positif oksidasi dengan tetramil-p-fenilendiamin hidroklorida 1% dapat menghasilkan warna unguselama 5-10



8



menit dan setelah 5-10 detik koloni gonokokus dapat diidentifikasi. Semua neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna (Adam, 2012). b. Tes fermentasi Tes oksidasi positif juga dilanjutkan dengan tes fermentasi menggunakan glukosa, maltosa dan sukrosa. Kuman gonokokus hanya memfermentasikan glukosa (Adam, 2012). 4. Tes amplifikasi nucleid acid Nucleid acid amplification (NAA) dikembangkan untuk diagnosis infeksi chlamidia seperti reaksi rantai lipase, polymerase chain reaction (PCR), transcription mediated amplification (TMA), dan strand displacement amplification assay yang dapat mendeteksi DNA atau RNA pada gonokokus selain DNA pada chlamidia. Tes-tes ini mempunai keuntungan dimana pengambilan sampel tidak invasif seperti first void urine (FVU) pada pria dan wanita, swab vulvovaginal atau intracoital dapat digunakan untuk diagnosis gonokokus dan diagnosis chlamidia tanpa mengurangi sensitivitas. Tes ini bermanfaat apabila kultur tidak dapat dilakukan. Media pertumbuhan disimpan dalam inkubator karbon diaksida atau kaleng lilin pada suhu 95-98,6oF. Setelah inkubasi selama 24-48 jam, karakteristik koloni dapat terlihat (Adam, 2012). D. Penegakkan Diagnosis Anamnesis (Shrestha RK and Englund K, 2010): 1. 2. 3. 4.



Rasa terbakar saat buang air kecil Sering buang air kecil Sakit tenggorokan Demam



Pemeriksaan fisik (Shrestha RK and Englund K, 2010) 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Terdapat discharge dari penis atau vagina (kuning, putih, atau hijau) Penis berwarna merah atau edema Rasa sakit di daerah perut bagian bawah Nyeri opada bagian testis atau daerah genital Terdapat discharge atau perdarahan pada anus Rasa gatal pada daerah anus



9



7. Discharge atau pus pada mata (anak-anak) 8. Mata berwarna merah dan bengkak (anak-anak) 9. Keluar nanah saat BAK (Jawas, 2008) Pemeriksaan penunjang (Adam, 2012): Bila fasilitas pengobatan, tenaga medis dan laboratorium tersedia, maka untuk diagnosa uretritis tidak cukup hanya dengan pemeriksaan klinis, tetapi harus diikuti pemeriksaan bakteriologis. Diagnosis ditegakkan melalui identifikasi Neisseira Gonorrhoea dari membran mukosa yang terinfeksi, dengan



sediaan



langsung,



kultur,



atau



deteksi



molekuler



biologis



mikroorganisme tersebut pada genital, rektal, faring atau sekresi okuler (Adam, 2012).



1. Pewarnaan Gram Pemeriksaan ini berguna terutama pada individu dengan gonore yang bersifat simptomatis. Hasil disebut positif jika tampak kuman diplokokus berada diantara leukosit polimorfonuklear. Sensitivitas pewarnaan gram tergantung pada gejala-gejala orang yang terinfeksi dimana eksudat uretra pada pria simptomatis mendeteksi hampir 95 hingga 98%. Sedangkan pada wanita pewarnaan gram spesimen serviks mempunyai



sensitivitas



sebanyak



50%.



Pada



individu



yang



asimptomatis, pewarnaan mempunyai hasil yang rendah dan tidak efektif. Maka, digunakan metode kultur atau teknik amplifikasi (Adam, 2012).



10



Gambar 2.2 Neisseira Gonorrhoea: tampak bakteri gram negatif diplokokus di antara leukosit polimorfonuklear 2. Kultur dengan Metode Thayer Martin Media Thayer Martin mengandung vankomisin untuk menekan pertumbuhan



kuman



gram



positif,



kolimestat



untuk



menekan



pertumbuhan bakteri gram negatif, dan nistatin untuk menekan pertumbuhan jamur. Metode ini menggunakan sungkup lilin untuk mendapatkan kadar CO2 yang tinggi karena N. Gonorrhoeae merupakan kuman anaerob. Pemeriksaan kultur ini merupakan pemeriksaan dengan sensitivitas dan spesifitas yang tinggi, sehingga sangat dianjurkan dilakukan terutama pada pasien wanita (Adam, 2012). 3. Tes dengan sampel urin Tes sampel urin dapat dilakukaan dengan cara dua buah gelas 10 mL diisi dan diperiksa. Kekeruhan pada gelas pertama menunjukkan adanya uretritis. Setelah disentrifugasi sedimen dari kedua gelas bisa diperiksa untuk melihat sel-selnya (Davey, 2005). 4.



Tes Definitif a. Tes oksidasi Reaksi



positif



oksidasi



dengan



tetramil-p-fenilendiamin



hidroklorida 1% dapat menghasilkan warna ungu selama 5-10 menit dan setelah 5-10 detik koloni gonokokus dapat diidentifikasi. Semua neisseria memberi reaksi positif dengan perubahan warna (Adam, 2012).



11



b. Tes fermentasi Tes oksidasi positif juga dilanjutkan dengan tes fermentasi menggunakan glukosa, maltosa dan sukrosa. Kuman gonokokus hanya memfermentasikan glukosa (Adam, 2012). 5.



Tes amplifikasi nucleid acid Nucleid acid amplification (NAA) dikembangkan untuk diagnosis infeksi chlamidia seperti reaksi rantai lipase, polymerase chain reaction (PCR), transcription mediated amplification (TMA), dan



strand



displacement amplification assay yang dapat mendeteksi DNA atau RNA pada gonokokus selain DNA pada chlamidia. Tes-tes ini mempunai keuntungan dimana pengambilan sampel tidak invasif dan bermanfaat apabila kultur tidak dapat dilakukan. Media pertumbuhan disimpan dalam inkubator karbon diaksida atau kaleng lilin pada suhu 95-98,6oF. Setelah inkubasi selama 24-48 jam, karakteristik koloni dapat terlihat (Adam, 2012).



E. Rencana Terapi 1. Medikamentosa Pada dasarnya pengobatan uretritis baru diberikan setelah diagnosa ditegakkan. Fasilitas untuk menegakkan diagnosis penyebab uretritis secara pasti pada suatu daerah kadang-kadang belum tersedia, sehingga diagnosis dengan mengandalkan tanda-tanda klinis atau dengan pendekatan sindrom masih dipandang sangat efektif (Ernawati, 2009). Obat-obat yang digunakan sebagai terapi uretritis tergantung beberapa faktor (Ernawati, 2009): a. b. c. d.



Pola resistensi menurut area geografi maupun sub populasi Obat-obatan yang tersedia Efektivitas yang dikaitkan dengan harga obat Bila kemungkinan ada concomitant Terapi uretritis gonore tanpa komplikasi (Ernawati, 2009): a. Golongan Cephalosporin : 12



Cefixime 400 mg per oral Ceftriaxone 250 mg im b. Golongan Quinolone : Ofloxacin 400 mg per oral Ciprofloxacin 500 mg per oral c. Spectinomycin : 2 gram im d. Kanamycin : 2 gram im Semua diberikan dalam dosis tunggal. Pada umumnya terapi dengan preparat single dose lebih dipilih dalam penatalaksanaan kasus GO dengan tujuan mengatasi masalah kepatuhan penderita dalam menjalani pengobatan. Selama satu dekade, ceftriaxone yang merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga menjadi pilihan terapi GO tanpa komplikasi. Diberikan secara intramuskular dengan dosis 250 mg. Untuk Ciprofloxacin CDC menganjurkan untuk tidak diberikan pada area geografi tertentu karena sudah resisten seperti Inggris, Wales, Kanada sedangkan Asia, Kepulauan Pasifik, California dilaporkan masih peka dan sensitif (Hook, 1999; Jawas, 2008; Ernawati, 2009). Terapi uretritis gonore dengan komplikasi (Ernawati, 2009) : a. b. c. d. e.



Ciprofloxacin Ofloxacin Ceftriaxone Spectinomycin Kanamycin



: 500 mg po per hari selama 5 hari : 400 mg po per hari selama 5 hari : 250 mg im per hari selama 3 hari : 2 gram im per hari selama 3 hari : 2 gram im per hari selama 3 hari



2. Nonmedikamentosa Penjelasan pada pasien dengan baik dan benar sangat berpengaruh pada keberhasilan pengobatan dan pencegahan karena gonore dapat menular kembali dan dapat terjadi komplikasi apabila tidak diobati secara tuntas. Tidak ada cara pencegahan terbaik kecuali menghindari kontak seksual dengan pasangan yang beresiko. Penggunaan kondom masih dianggap yang terbaik. Pendidikan moral, agama dan seks juga perlu diperhatikan (Ernawati, 2009). F. Prognosis Sebagian besar infeksi gonore memberikan respons yang cepat terhadap pengobatan dengan antibiotik. Prognosis baik jika diobati dengan



13



cepat dan lengkap. Prognosis untuk pasien dengan gonore bervariasi berdasarkan bagaimana awal penyakit ini terdeteksi dan diobati. Jika diobati secara dini dan benar, pasien bisa sepenuhnya disembuhkan dari penyakit. Hingga 40% dari pasien wanita yang tidak diobati dini dapat mengembangkan penyakit radang panggul (PID) dan kemungkinan mengakibatkan kemandulan. Meskipun risiko infertilitas lebih tinggi pada wanita dibandingkan pada pria, pria juga bisa mengalami infeksi uretra dan meluas menjadi radang (uretritis) sebagai akibat dari infeksi gonore tidak diobati. Penyakit radang panggul seorang wanita 6 sampai 10 kali lebih mungkin. Berpotrnsi untuk memiliki kehamilan berkembang di luar rahim (kehamilan ektopik), yang dapat mengakibatkan kematian. Infeksi hati juga bisa terjadi pada wanita yang tidak diobati. Pada sekitar 2% pasien dengan gonore tidak diobati, infeksi gonokokal dapat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat menyebabkan demam, arthritis-seperti nyeri sendi, dan lesi kulit (Corwin, 2009). G. Komplikasi Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh urethritis gonorrhea (Corwin, 2009) : 1.



Bartolinitis, yaitu membengkaknya kelenjar Bartholin sehingga penderita sukar jalan karena merasa sangat nyeri. Komplikasi dapat ke bagian



superior



mengakibatkan



kemandulan,



bila



komplikasi



menyebar ke rongga abdomen menyebabkan radang di perut dan colon. 2.



Infeksi sistemik (seluruh tubuh) menyebar ke sendi, jantung, selaput otak dan lain-lain.



3.



Pada ibu hamil, bila tidak diobati saat melahirkan mata bayi dapat terinfeksi, bila tidak cepat ditangani dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi kadang menyebar melalui aliran darah ke 1 atau beberapa sendi, dimana sendi menjadi bengkak dan sangat nyeri, sehingga pergerakannya menjadi terbatas.



4.



Infeksi melalui aliran darah juga bisa menyebabkan timbulnya bintikbintik merah berisi nanah pada kulit,timbul demam, rasa tidak enak 14



badan atau nyeri di beberapa sendi yang berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya (sindroma artritis-dermatitis). 5.



Bisa terjadi infeksi jantung (endokarditis). Infeksi pembungkus hati (perihepatitis) bisa menyebabkan nyeri yang menyerupai kelainan kandung empedu. Komplikasi yang terjadi bisa diatasi dan jarang berakibat fatal, tetapi masa penyembuhan untuk artritis atau endokarditis berlangsung lambat.



III. A.



PEMBAHASAN



Penjelasan Teori Baru Teori baru hasil penelitian Widodo (2011) menunjukkan bahwa obat antibiotik golongan kuinolon yaitu ciprofloxacin lebih baik jika digunakan dalam dosis terbagi dibandingkan dengan dosis tunggal, di mana dalam pengobatan sebelumnya lazim digunakan ciprofloxacin dalam dosis tunggal. Sebenarnya dalam dosis tunggal ciprofloxacin juga sudah dapat menunjukan hasil yang signifikan, namun dalam penelitiannya Widodo (2011) menemukan bahwa respon pasien dengan ureteris gonorrhea di RS. Kariadi yang mengguanakn ciprofloxacin dosis terbagi lebih baik dari yang menggunakan dosis tunggal (Widodo, 2011). Ciprofloxacin adalah antibiotika yang termasuk dalam golongan Kuinolon, yang merupakan suatu preparat sintetik. Obat ini memiliki spectrum antimikrobial yang luas sekali, serta memiliki aktifitas yang tinggi pada pemberian per oral untuk mengobati berbagai macam penyakit infeksi. Disamping itu, Ciproflocaxin memiliki efek samping yang relatif sangat ringan, serta sedikit sekali menjadi resisten terhadap kuman (Widodo, 2011). Ciprofloxacin merupakan salah satu obat terpilih untuk pengobatan uretritis yang disebabkan oleh kuman gonorrhoea. Hal tersebut karena Ciprofloxacin merupakan suatu antibiotika yang sangat poten, dan memiliki efek samping yang relative minimal, serta cara pemakaian yang relatif mudah (Widodo, 2011).



15



B.



Perbandingan Teori Lama dan Teori Baru Terapi uretritis gonore menurut Ernawati (2009), tanpa komplikasi : 1. 2.



Golongan Cephalosporin : a. Cefixime 400 mg per oral b. Ceftriaxone 250 mg im Golongan Quinolone : a. Ofloxacin 400 mg per oral b. Ciprofloxacin 500 mg per oral c. Spectinomycin : 2 gram im d. Kanamycin : 2 gram im Semua diberikan dalam dosis tunggal. Untuk Ciprofloxacin CDC



menganjurkan untuk tidak diberikan pada area geografi tertentu karena sudah resisten seperti Inggris, Wales, Kanada sedangkan Asia, Kepulauan Pasifik, California dilaporkan masih peka dan sensitive. Sedangkan terapi uretritis gonore dengan komplikasi (Ernawati, 2009) : 1. 2. 3. 4. 5.



Ciprofloxacin : 500 mg po per hari selama 5 hari Ofloxacin : 400 mg po per hari selama 5 hari Ceftriaxone : 250 mg im per hari selama 3 hari Spectinomycin : 2 gram im per hari selama 3 hari Kanamycin : 2 gram im per hari selama 3 hari Ciprofloxacin diabsorbsi sangat baik setelah pemberian per oral, dan



secara luas didistribusikan ke seluruh tubuh, kemudian diekskresikan melalui urine dalam jumlah tertentu. Obat ini mengalami metabolisme di dalam hepar (Widodo, 2011). Efek samping penggunaan obat ini sangat jarang, namun bisa bertinteraksi dengan Theofilin, yaitu dengan menghambat metabolisme Theofilin, serta dapat meningkatkan konsentrasi Methilxanthine (Widodo, 2011). Telah diketahui bahwa ciprofloxacin dosis tunggal 250 – 500 mg. dapat dipakai sebagai terapi yang efektif untuk menyembuhkan penyakit gonorrhoea. Selain itu juga diketahui bahwa ciprofloxacin memiliki efek samping yang sangat minimal. Namun, sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, timbul permasalahan sebagai berikut: 1. Akhir akhir ini dijumpai adanya resistensi



pada



penggunaan



ciprofloxacin dosis tunggal sebagai terapi gonorrhoea, sehingga perlu dipikirkan penggunaan obat yang lain sebagai alternatif (Widodo, 2011).



16



2. Penggunaan ciprofloxacin ternyata masih tetap disukai oleh para klinisi, karena obat tersebut telah terbukti memiliki efek samping yang rendah apabila dibandingkan dengan obat-obat antibiotika yang lain. Oleh karena itu, perlu dicoba suatu cara yang lain, yaitu dengan mempergunakan dosis terbagi selama beberapa hari untuk mengatasi permasalahan timbulnya resistensi penyakit gonorrhoea tersebut (Widodo, 2011). Dari hasil penelitian ini ternyata didapatkan adanya perbedaan efektifitas obat, pada pemakaian secara dosis tunggal (500 mg sekali minum) dengan cara pemakaian dosis terbagi (2 X 500 mg sehari selama 5 hari), dimana pemakaian dosis tunggal menunjukkan kegagalan yang secara signifikan lebih besar daripada pemakaian dosis terbagi (Widodo, 2011). Cara pemberian obat Ciprofloxacin yang dianjurkan adalah 2 (dua) kali dalam sehari, dan diminum selama 5 (lima) hari. Hal ini berhubungan dengan metabolisme obat, dimana dengan cara minum obat demikian ini, akan menjamin obat akan tetap beredar dalam tubuh penderita dan bekerja untuk membunuh kuman selama kurang-lebih 24 jam. Pada pemberian dosis tunggal, obat hanya berada dalam tubuh selama kurang-lebih 12 jam sampai dengan 18 jam. Disamping itu, obat juga akan mengalami metabolisme di dalam tubuh, misalnya sebagian akan berikatan dengan protein yang berasal dari makanan, sehingga sebagian obat yang berikatan dengan protein tersebut tidak akan berfungsi danakan dibuang bersama kotoran (Widodo, 2011). C.



Harapan Penatalaksanaan Ureteritis Gonorrhea Penatalaksanaan untuk ureteritis gonorrhea untuk kedepannya diharapkan bisa dilakukan dengan lebih baik. Penatalaksanaan tentu dengan berdasarkan penilitian klinis yang terbukti sehingga dapat mengefektifkan penyembuhan dari penyakit dan juga meminimalisir efek samping dari penggunaan obat. Penelitian terbaru menunjukkan adanya alternatif cara pengguanaan obat yang lenih efektif, maka diharapkan untuk kedepannya terobosan baru seperti alternatif tersebut bisa digunakan dengan maksimal. Tidak menutup



17



kemungkinan juga untuk kedepannya lebih banyak lagi penelitian tentang penatalsanaan ureteritis gonorrhea sehingga dapat semakin mengefektifkan terapi, biaya, waktu, dan meninimalkan efek samping. IV. KESIMPULAN A. Penyakit urethritis gonorrhea merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri gram negatif. B. Penyakit urethritis gonorrhea banyak terjadi di daerah tropis C. Beberapa komplikasi dapat terjad apabila penyakit ini tidak ditangani dengan baik D. Prognosis penyakit ini baik apabila ditangani secara tepat



18



V.



DAFTAR PUSTAKA



Adam, A.M.. 2012. Bahan Ajar Infeksi Menular Seksual (IMS) Pada Sistem Urogenitalia. Makassar: Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UNHAS. Anonymous. 2007. Diseases Characterized by Urethritis and Cervicitis. Available at:



http://www.cdc.gov/std/treatment/2006/urethritis-and-



cervicitis.htm#. Accessed September 5th 2013 8:35PM. Barclay, Laurie. 2007. CDC Issues New Treatment Recommendations for Gonorrhea.



Available



at:



http://www.medscape.org/viewarticle/555228. Accessed September 5th 2013 8:42PM. Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC Davey, Patrick. 2005. At A Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. Edwards,



J.,



M



Apicela.



2004.



The



Molecullar



Mechanism



of



NeissheriaGonorrheae to Initiates Infection. Journal of Clinical Microbiology.Vol.17(4):965- 975. Ernawati. 2009. Ureteritis Gonore. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Hook EW, HansfieldHH. Gonococcal Infection in TheAdult. In: Holmes KK, editors. Sexually Transmitted Disease. 3rd ed. New York: McGraw-Hill; 2007. Jawas, Fitri., Dwi Murtiastutik. Gonorrhoeae Patients in Sexually Transmitted Diseases Division, DermatoVenereology Department of Dr. Soetomo General Hospital. Vol. 2 No 30 Desember 2008. Krieger, J. 2008. Sexually Transmitted Disease dalam Smith’s General Urology. New York : McGraw-Hill. Shrestha RK, Englund K. Infectious disease. Pada Carey WD, ed. Cleveland Clinic: Current Clinical Medicine 2010. 2nd ed. Philadelphia, Pa: Saunders Elsevier; 2010:section 8.



19



Terris,



Martha



K.



2013.



Urethritis.



Available



at:



http://emedicine.medscape.com/article/438091overview#aw2aab6b2b5aa. Accessed September 5th 2013 7:19PM. Widodo, Y. F. 2011. Studi Perbandingan antara Pemberian Ciprofloxacin Dosis Tunggal dengan Ciprofloxacin Dosis Terbagi Terhadap Timbulnya Resistensi pada Pengobatan Gonorrhea. Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.



20