15 0 620 KB
SUPLEMENTASI DAN FORTIFIKASI BAHAN PANGAN DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR GAMBAR...................................................................................... DAFTAR TABEL........................................................................................... DAFTAR DIAGRAM..................................................................................... BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN........................................................................ A.
Latar Belakang.....................................................................
B.
Rumusan Masalah................................................................
C.
Tujuan Praktikum.................................................................
D.
Manfaat Praktikum...............................................................
TINJAUAN PUSTAKA............................................................... A.
Pengertian Suplementasi dan Fortifikasi Pangan.................
B.
Suplementasi........................................................................
C.
Jenis – Jenis Suplementasi...................................................
D.
Fortifikasi.............................................................................
E.
Jenis – Jenis Fortifikasi........................................................
METODE...................................................................................... A.
Alat dan Bahan.....................................................................
B.
Waktu dan Tempat...............................................................
C.
Prosedur Kerja......................................................................
D.
Gambar Pengolahan Suplementasi Dan Fortifikasi Bahan Pangan..................................................................................
E. BAB IV
BAB V
Diagram Alir Praktikum.......................................................
HASIL DAN PEMBAHASAN.................................................... A.
Hasil......................................................................................
B.
Pembahasan..........................................................................
PENUTUP..................................................................................... A.
Kesimpulan...........................................................................
B.
Saran.....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
DAFTAR TABEL Tabel a. Hasil Organoleptik Brownis Tempe................................................... Tabel b. Hasil Uji Organoleptik Bahan Sampel Brownis Tempe..................... Tabel c. Hasil Uji Ornagoleptik Sample Bahan Biskuit Besi........................... Tabel d. Hasil uji organoleptik biskuit besi...................................................... DAFTAR GAMBAR Gambar Pembuatan Brownis Tempe................................................................ Gambar Pembuatan Biskuit Besi...................................................................... DAFTAR DIAGRAM Diagram Alir Praktikum Brownis Tempe......................................................... Diagram Alir Pembuatan Biskuit Besi.............................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Selain busung lapar, ada lagi jenis kelaparan yang perlu kita cermati keberadaannya, yakni kekurangan zat gizi mikro, atau yang lebih sering disebut sebagai “kelaparan tersembunyi (hideen hunger). Zat gizi mikro (micronutrient) adalah zat gizi berupa vitamin dan mineral, yang walaupun kuantitas kebutuhannya relative sedikit namun memiliki peranan yang penting pada proses metabolisme dan beberapa peran lainnya pada organ tubuh. Kekurangan asupan dan absorbsi zat gizi mikro dapat mengakibatkan gangguan pada kesehatan, pertumbuhan, mental dan fungsi lain (kognitif, system imunitas, reproduksi dan lain-lain). kekurangan akan tiga jenis zat gizi mikro (micronutrient) –iodium, besi dan vitamin A secara luas menimpa lebih dari sepertiga penduduk dunia. Konsekuensi serius dari kekurangan tersebut terhadap individu dan keluarga termasuk ketidakmampuan belajar secara baik, penurunan produktifitas kerja, kesakitan, dan bahkan kematian. Beberapa Negara menetapkan target untuk menghilangkan kekurangan zat gizi mikro pada tahun 2000an. Tujuan dasar dari semua program-program zat gizi mikro nasional adalah untuk menjamin bahwa zat gizi mikro yang dibutuhkan tersedia dan dikonsumsi dalam jumlah yang cukup, oleh penduduk (terutama penduduk yang rentan terhadap kekurangan zat gizi mikro tersebut). Strategistrategi yang digunakan harus tepat untuk menjawab kebutuhan dan harus menggunakan system dan teknologi yang tersedia. Kombinasi beberapa intervensi mencakup promosi pemberian ASI, modifikasi makanan (misalnya meningkatkan ketersediaan pangan dan meningkatkan konsumsi pangan). Peningkatan kadar gizi pangan dilakukan terhadap baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro. Dengan teknik peningkatan kadar zat gizi yang diantaranya adalah suplementasi dan fortifikasi pangan. Suplementasi pangan ditujukan untuk menambah konsumsi pangan sehari-hari yang kurangyang
diakibatkan oleh berbagai hal seperti kurangnya pengertian, lemahnya ekonomi, dan sebagainya. Sedangkan fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrient) pada taraf yang lebih tinggi daripada yang ditemukan pada pangan asal/awal. Dimana tujuan utama fortifikasiyakni untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi. B. Rumusan Masalah Bagaimana memodifikasi pangan yang dapat di lakukan denan memanfaatkan bahan yang mudah di dapat di lingkungan sekitar? C. Tujuan Praktikum Memeberikan ide tentang fortifikasi pangan yang dapat di lakukan dengan memanfaatkan bahan yang mudah di dapat dari lingkunagn sekitar. D. Manfaat Praktikum Manfaat dari praktikum ini adalah mengetahui cara bagaimana fortifikasi pangan dengan memanfaatkan bahan pangan yang mudah di dapat dari lingkungan sekitar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Suplementasi dan Fortifikasi Pangan a. Suplementasi Pangan Suplementasi juga berarti menambah sejumlah zat gizi tertentu yang tidak dikonsumsi dalam jumlah cukup dalam makanan seseorang, biasanya dalam bentuk tablet atau kapsul dan dosis yang diberikan jauh lebih tinggi dibandingkan pada fortifikasi. Suplementasi pangan ditujukan untuk menambah konsumsi pangan sehari-hari yang kurang yang diakibatan oleh berbagai hal seperti kurangnya pengertian, lemahnya ekonomi, dan sebagainya. Penanganan defisiensi zat besi melalui suplementasi tablet besi merupakan cara yang paling efektif untuk meningkatkan kadar zat besi dalam jangka pendek. Suplementasi biasanya ditujukan pada golongan yang rawan mengalami defisiensi besi seperti ibu hamil dan ibu menyusui. Di Indonesia, pemerintah melakukan program suplementasi gratis pada ibu hamil melalui Puskesmas dan Posyandu, dengan menggunakan tablet besi folat (mengandung 60 mg elemental besi dan 0,25 mg asam folat). b. Fortifikasi pangan Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi (nutrient) kepangan. Tujuan utama adalah untuk meningkatkan tingkat konsumsi dari zat gizi yang ditambahkan untuk meningkatkan status gizi populasi. Harus diperhatikan bahwa peran pokok dari fortifikasi pangan adalah pencegahan defisiensi : dengan demikian menghindari terjadinya gangguan yang membawa kepada penderitaan manusia dan kerugian sosio ekonomis. Namun demikian, fortifikasi pangan juga digunakan untuk menghapus dan mengendalikan defisiensi zat gizi dan gangguan yang diakibatkannya. The Joint Food and Agricultural
Organization World Health Organization
(FAOIWO) Expert Committee on Nutrition (FAO/WHO, 1971) menganggap istilah fortification paling tepat menggambarkan proses dimana zat gizi makro dan zat gizi mikro
ditambahkan
kepada
pangan
yang
dikonsumsi
secara
umum.
Untuk
mempertahankan dan untuk memperbaiki kualitas gizi, masing-masing ditambahkan kepada pangan atau campuran pangan.
Istilah double fortijication dan multiple fortification digunakan apabila 2 atau lebih zat gizi, masing-masing ditambahkan kepada pangan atau yang ditambahkan disebut ‘vehicle’, sementara zat gizi yang ditambahkan disebut ‘fortificant’.
B. Suplementasi Suplementasi harus dilakukan dengan memenuhi persyaratan tertentu. Untuk tujuan meningkatkan nilai gizi suatu bahan makanan, persyaratan yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut : a. Zat gizi yang ditambahkan tidak mengubah warna dan citrasa bahan makanan; b. Zat gizi tersebut harus stabil selama penyimpanan c. Zat gizi tersebut tidak menyebabkan timbulnya suatu interaktif negative dengan zat gizi lain yang terkandung dalam bahan makanan. d. Jumlah yang ditambahkan harus memperhitungkan kebutuhan individu, sehingga kemungkinan terjadinya keracunan (akibat over –dosis) dapat dihindarkan. C. Jenis-Jenis Suplementasi a. Suplementasi Protein Efisiensi penggunaan protein atau mutu gizi suatu protein dapat ditingkatkan dengan cara menambahkan kepada protein yang kekurangan (defisiensi), sejumlah kecil protein lain yang kaya akan asam amino yang kadarnya rendah dalam protein yang defisien tersebut. Contoh pada jagung, kelemahan kandungan jagung adalah asam amino esensialnya rendah.terutama lisin dan triptofan, itulah sebabnya mengapa mengunakan jangung yag tinggi harus diimbangi dengan penggunaan bahan lain sebagai sumber protein yang kandungan asam aminonya tinggi , seperti tepung kedelai.
Metode yang biasanya digunakan adalah dengan cara menambahkan kepada
suatu protein defisien yang jumlahnya ditingkatkan secara bertahap. Kemudian masingmasing campuran dievaluasi nilai gizinya (nilai PER) menggunakan tikus percobaan. b. Suplementasi Serat Makanan Dewasa ini banyak diproduksi dan dipasarkan serat makanan dalam bentuk pil atau tablet, yang disebut supplement. Yang dimaksudkan dengan suplementasi serat makanan dalam buku ini adalah penambahan serat makanan dalam pengolahan suatu produk makanan, misalnya roti, biscuit, dan lain-lain, dengan tujuan untuk meningkatkan kadar seratnya.
Karena fungsinya yang baik untuk kesehatan, serat makanan tidak lagi dianggap
sebagai bahan non-esensial; the National Cancer Institute dan Federation of the American Societies for Experimental Biology di Amerika Serikat, menganjurkan konsumsi serat makanan ditingkatkan menjadi sekitar 20-30 g per hari (ncl, 1984;Pilch,1987)
Selain dari buah-buahan dan sayuran, serat makanan dapat juga diperoleh dari
limbah hasil pertanian misalnya dedak gandum, dedak padi (bekatul), dedak oats, ampas tahu, ampas kecap, dan lain-lain. Suplementasi serat makanan dapat dilakukan pada produk pangan seperti cookies, crackers, tortilla chips, fruit smack, exruded snack, pretzels, granola bars, dan produk pangan lainnya termasuk roti. D. Fortifikasi Program fortifikasi sebaiknya dilaksanakan dan diikuti program gizi lainnya. Pendekatan program yang dapat disertakan diantaranya pendidikan gizi, suplementasi, aktifitas kesehatan masyarakat, dan perubahan konsumsi pangan. Program fortifikasi memiliki peranan yang sangat penting, tentunya tidak sebatas pemenuhan gizi masyarakat tapi juga mempunyai arti peningkatan kualitas perekonomian suatu Negara. Begitu pentingnya program ini, ada wacana penelitian untuk memulai melakukan biofortifikasi pangan. Biofortifikasi pangan bisa diterjemahkan sebagai fortifikasi premature, yakni fortifikasi bukan diberikan pada produk tapi bahan-bahan hasil pertanian seperti padi sudah memiliki kandungan zat gizi yang sengaja “ditambahkan” mulai dari saat budidaya. a. Tujuan Fortifikasi Secara umum fortifikasi pangan dapat diterapkan untuk tujuan-tujuan berikut: 1.
Untuk memperbaiki kekurangan zat-zat dari pangan (untuk memperbaiki
defisiensi akan zat gizi yzng ditambahkan) 2.
Untuk mengembalikan zat-zat yang awalnya terdapat dalam jumlah yang
siquifikan dalam pangan akan tetapi mengalami kehilangan selama pengolahan. 3.
Untuk meningkatkan kualitas gizi dari produk pangan olahan (pabrik) yang
digunakan sebagai sumber pangan bergizi misal: susu formula bayi. 4.
Untuk menjamin equivalensi gizi dari produk pangan olahan yang menggantikan
pangan lain, misalnya margarin yang difortifikasi sebagai pengganti mentega. Menurut FAO pada Technical Consultation on Food Fortification Technology and Quality Control di Roma pada tahun 1995, makanan yang difortifikasi idealnya harus: a.
Umumnya dikonsumsi oleh populasi sasaran
b.
Memiliki pola konsumsi yang konstan oleh masyarakat dan beresiko rendah bila
dikonsumsi dalam jumlah berlebih c.
Memiliki stabilitas yang baik dalam penyimpanan
d.
Relative rendah dalam biaya
e.
Tidak terjadi interaksi antara fortifikan dengan vehicle
f.
Ketersediaannya tidak berhubungan dengan status sosio-ekonomi
g.
Dikaitkan dengan asupan energy.
E. Jenis-jenis Fortifikasi Industry pangan/makanan memegang peranan kunci dalam setiap program fortifikasi di setiap Negara kekurangan zat gizi mikro adalah problem kesehatan masayarakat. Beberapa aspek program fortifikasi pangan bagaimanapun seperti penentuan prevalensi kekurangan, pemilihan intervensi yang tepat, perhitungan taraf asupan makanan (zat gizi), konsumsi pangan pembawa sehari-hari dan fortifikan yang akan ditambahkan, dan juga teknologinya (pengembangan teknologi), harus dievaluasi oleh otoritas ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat dan pertanian, dan yang lainnya. Adapun jenis-jenis fortifikasi pangan/makanan yaitu : 1.
Fortifikasi Yodium Defisiensi yodium dihasilkan dari kondisi geologis yang irreversible. Itu
sebabnya, penganekaragaman panganan yang tumbuh di daerah dengan tipe tanah yang menggunakan pangan yang sama tidak dapat meningkatkan asupan yodium oleh individu atau komunitas. Diantara strategi-strategi untuk penghapusan GAKI, pendekatan jangka panjang adalah fortifikasi pangan dengan yodium. Sampai tahun 60an, beberapa cara suplementasiyodium dalam dies yang telah diusulkan berbagai jenis pangan pembawa seperti garam, roti, susu, gula, dan air telah dicoba iodisasi garam menjadi metode yang paling umum diterima di kebanyakan Negara di dunia sebab garam digunakan secara luas oleh seluruh lapisan masyarakat. Prosesnya adalah sederhana dan tidak mahal. Fortifikasi yodium yang biasa digunakan adalah kalium yodida (KI) dan kalium iodat (KID3). Iodat lebih stabil dalam ‘impure salt’ pada penyerapan dan kondisi lingkungan yang buruk. Penambahan tidak menambahkan warna dan rasa pada garam. Negara-negara dengan program iodisasi garam yang efektif memperlihatkan pengurangan yang berkesinambungan akan prevalensi GAKY. 2.
Fortifikasi Besi
Dibandingkan dengan strategi lain yang digunakan untuk perbaikan anemia gizi besi, fortifikasi zat gizi besi dipandang oleh beberapa peneliti merupakan strategi termurah untuk memulai, mempertahankan, mencapai/mencakup jumlah populasi terbesar, dan menjamin pendekatan pada jangka panjang (Cook dan Reuser,1983). Fortifikasi zat besi tidak menyebabkan efek samping pada saluran pencernaan. Inilah keuntungan pokok dalam hal keterterimaannya oleh konsumen dan pemasaran produk-produk yang diperkaya dengan besi. Penetapan target penerima fortifikasi zat besi yaitu mereka yang rentan defisiensi zat besi, merupakan strategi yang aman dan efektif untuk mengatasi masalah anemia besi (Ballot, 1989). Pilihan pendekatan ditentukan oleh prevalensi dan beratnya kekurangan zat besi (INAAG,1977). Tahapan kritis dalam perencanaan program fortifikasi besi adalah pemilihan senyawa besi yang dapat diterima dan dapat diserap (Cook dan Reuser, 1983). Harus diperhatikan bahwa wanita hamil membutuhkan zat besi sangat besar selama akhir trimester kedua kehamilan. Terdapat beberapa fortifikan yang umum dugunakan untuk fortifikasi besi seperti besi sulfat, besi glukaonat, besi laktat, besi ammonium sulfat, dan lain-lain (Siagian,2003).
BAB III METODE A. Alat dan Bahan Alat pembuatan brownis tempe -mixer
-timbangan
-bakom
-pisau
-sendok
-loyang
-panci pengukus
-spatula karet
Bahan pembuatan brownis tempe -tepung terigu
(100 gr)
-margarine
(75 gr)
-tempe
(75 gr)
-baking powder
(20 gr)
-telur
(2 butir)
-dark coklat (lelehkan) (75 gr)
-susu bubuk
(75 gr)
-coklat batang(lelehkan) (75 gr)
-Vanili
(1 saset)
-minyak sayur
(75 gr)
Alat pembuatan biskuit besi Alat -mixer
-oven/panggangan
-sendok
-baskom
-pisau Bahan pembuatan biskuit besi -tepung pisang
(20 gr)
-susu skim
-tepung ubi jalar
(10 gr)
-kuning telur (7 gr)
-tepung tempe
(12 gr)
-garam
(1 gr)
-Tepung wortel
(6 gr)
-soda kue
(1 gr)
-Tepung gula
(42 gr)
-tepung buah bit(15 gr)
-margarin
(24 gr)
B. Waktu dan Tempat
Waktu Senin 9 februari 2021
(6 gr)
Pukul 13.00 -15.00
Tempat Laboratoriun Teknologi Pangan Institut Kesehatan Helvetia Medan.
C. Prosedur Prosedur pembuatan brownis tempe Siapkan alat dan bahan Pototng tempe terlebih dahulu dengan ukuran kecil,kemudian kukus dalam panci pengukus sampai tempe bertekstur tempe Haluskan tempe yang telah di kukus dengan menggunkan sendok Lelehkan margarin dan coklaat secara terpisah Campurkan putih telur dan gula,kemudian mixer sampai mengembang Tambahkan baking powder dan vanili aduk dengan waktu 15-20 menit Mauskkan margarine perlahan,kemudian tambahkan tepung terigu, lelehkan cokelat dan minyak sayur,mixer hingga merata Pleskan loyang dengan sedikit minak dan tuang ke dalam loyang Kukus brownis hingga matang Prosedur pembuatan biskuit besi
Siapkan seluruh bahan
Mixer margarin, tepung,gula, dan kuning telur selama 5-10 menit
Campurkan (tepung pisang,tepung ubi jalar, tepung tempe, tepung wortel,tepung buah bit, soda kue, susu skim,dan garam)
Masukkan hasil campuran bahan tersebut kedalam hasil adonan
Aduk hingga kalis dan merata
Cetak pipih dengan bentuk bualat
Pangang adonan dengan suhu 140 0c selama 25 menit
Biskuit selesai di sajikan
D. Gambar Pembuatan Suplementasi Dan Fortifikasi Bahan Pangan Gambar Pembuatan Brownis Tempe
Gambar Pembuatan Biskuit Besi
E. Diagram Alir Diagram alir pembuatan brownis tempe Bahan brownis
pengukusan
penghalusan
tempe
Diagram alir pembuatan biskuit besi Margarin,gula dan
Tepung pisang,ubi jalar,tepung
kuning telur
wortel,tepung tempe,garam,susu skim,soda kue,tepung buah bit
Dicampurkan 510 menit
Dicampur kering Dicampurkan keseluruhan
dicetak
Dipanggan dengan suhu 140 0C selama 25 menit
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil a.
Tabel Hasil Organoleptik Suplementasi Dan Fortifikasi Bahan Pangan
Tabel a. Hasil Organoleptik Brownis Tempe NO
HASIL
RASA
WARNA
TEKSTUR
AROMA
OLAHAN 1
Brownis tempe
manis
Cokelat tua
Lembut,dan
Harum
terasa kasar pada tempe
Tabel b. Hasil Uji Organoleptik Bahan Sampel Brownis Tempe NO BAHAN SAMPLE
TEKSTUR
WARNA
AROMA
1
Lembut
putih
Khas
Tepung terigu
tepung 2
tempe
Kasar
Putih cream
Khas tempe
3
Telur
Cair
Kuning bening
khas telur
4
Susu bubuk
Lembut
putih
Khas susu
5
vanili
Lembut
putih
Khsa vanili
6
margarine
Lembut
kuning
Khas margarine
7
Baking powder
Lembut
putih
Khas baking powdwer
8
Dark cokelat
Keras,lembut
cokelat
Khas cokelat
9
Dark cokelat
Keras,lembut
cokelat
Khas cokelat
10
Minyak sayur
Cair
kuning
Khas minyak
Tabel c. Hasil Uji Ornagoleptik Sample Bahan Biskuit Besi NO BAHAN SAMPLE
TEKSTUR
WARNA
AROMA
1
Tepung pisang
Lembut
cream
Khas pisang
2
Tepung ubi jalar
Lembut
Agak oranye
Khas
tepung ubi 3
Tempe
Kasar
Putih cream
Khas tempe
4
Kuning Telur
Cair
Kuning
khas telur
5
Susu skim
Lembut
Putih
Khas susu
6
Tepung wortel
Lembut
oranye
Khas tepung wortel
7
Tepung gula
Lembut
Putih
Khas gula
8
Margaarine
Lembek,
Kuning
Khas
lembut
margarine
9
Garam
Kasar
putih
-
10
Soda kue
Lembut
putih
-
11
Tepung buah bit
Halus
ungu
Khas buah bit
Tabel d. Hasil uji organoleptik biskuit besi NO
HASIL
RASA
WARNA
TEKSTUR
AROMA
manis
Cokelat tua
Lembut,
Harum
OLAHAN 1
Biskuit besi
renyah
B. Pembahasan Pada praktikum suplementasi dan fortifikasi kelompok yang saya bahas adalah pembuatan biskuit besi, di mana untuk adonannya menggunakan berbagai macam sumber tepung yaitu tepung wortel, tepung buah bit, tepung pisang tepung ubi jalar, dan tepung tempe yang kemudia tepung yang berbagai macam zat gizi yang terkandung di dalamnya di campurkan dan di tambahkan dengan berbagai macam bahan lainnya, kemudian di aduk menjadi adonan yang dan di petak dengan sekreatif mungkin.setelah siap langsung di masukkan ke dalam oven. Pada
proses pemanggangan loyang yang berisikan kue setiap 5 menit harus di putar agar biskuit besi matang secara
merata. Hasil yang di dapatkan dari
pemanggangan biskuit beri yaitu tekstur biskuit yang lembut dan rentah,rasa manis, warka cokelat tua,dana roma yang khas.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari praktikum suplementasi dan fortifikasi bahan pangan.kita dapat melakukan
penambahan zat gizi mikro pada beberapa bahan pangan untuk
meningkan nilai gizi pangan dan meningkatkan kesehatan. Salah satu contoh nya adalah pembuatan brownis tempe yang biasa nya
brownis tempe hanya
menjadikan brownis yang berasa coklat kini dengan di tambahkannya bahann pangan lain seperti tempe maka. Brownis yang di hasilkan pun brownis cokelat dengan tambahan rasa tempe, dan menjadi brownis yang unik dan pertama kali saya rasakan. Dan pada biskuit besi pada umumnya biskuit di buat dengan tepung terigu namun pada praktikum ini biskuit di buat dengan penambahan berbagai macam tepung dan tempe, sehingga menghasilkan biskuit yang bercita rasa unik dari biskuit biasanya. B. Saran Jika ingin membuat
makanan dengan
dengan menambahkan bahan
pangan yang mengandung zat gizi mikro. Mak buatlah suatu makanan yang unik dan sekreatif mungkin agar orang lain dapat merasakan dan mendapat manfaat dari makanan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA http://archive.unu.edu/unupress/food/8F154e/8F154E03.htm http://www.foodinsight.org/Newsletter/Detail.aspx%3Ftopic %3DFood_Fortification_in_Today_s_World http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1753-4887.1995.tb01539.x/pdf https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3319130/ http://archive.unu.edu/unupress/food/8F154e/8F154E04.htm scholar.unand.ac.id/17898/2/VIONA.20EDIASARI.20BAB.201.pdf https://yprawira.wordpress.com/program-fortifikasi-pangan/ http://indraachmadi.blogspot.co.id/2013/04/potensi-vehicle-dari-minyak-danmsg.html http://sehatceriaavail.blogspot.co.id/2012/01/program-penanggulangan-giziburuk-dari.html https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK208880/ https://www.translate.com/english/masalah-gizi-utama-di-negara-maju-sekarangtampaknya-menjadi-konsumsi-berlebihan-lemak-terutama-asa/44148027