Tugas Makalah HSG [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS MAKALAH PEMERIKSAAN DAN PROSEDUR DIAGNOSTIK FUNGSI RAHIM



DI SUSUN OLEH : Ira Marliana



: 52021103



Devi Anggraini



: 52021104



Sri Purwanti



: 52021105



Satia Latawan



: 52021106



Hanik Nurhayati



: 52021107



Istiqomah



: 52021108



Tri Suraningsih



: 52021109



Asmiana



: 52021111



Elpin Fitriani



: 52021113



Kelas : Boyolali 2 PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATANESTU UTOMO BOYOLALI TAHUN 2021/2022



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah hasil dengan judul “Pemeriksaan dan prosedur diagnostic fungsi rahim”. Di mana dalam penyusunan makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahami isi dari makalah ini sehingga dapat bermanfaat bagi mahasiswa. Tidak lupa juga saya mengucapakan terima kasih kepada para dosen yang menjadi pembimbing kami selama melaksanakan diskusi ini dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini sehingga kami dapat menyelesaikannya dengan hasil yang memuaskan. Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangannya sehingga kami menginginkan saran dan kritik yang membangun dalam menyempurnakan makalah ini.



Boyolali, 10 Oktober 2021 Penyusun



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.............................................................................................i KATA PENGANTAR...........................................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1 A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................2 C. Tujuan Masalah.........................................................................................2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................3 A. Definisi Rahim (Uterus)............................................................................3 B. Fungsi Rahim (Uterus)..............................................................................3 C. Definisi Histerosalpingografi.....................................................................3 D. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita...................................4 E. Patologi Infertilisasi...................................................................................5 F. Indikasi HSG.............................................................................................7 G. Kontraindikasi HSG..................................................................................8 H. Komplikasi HSG........................................................................................8 I. Prosedur HSG............................................................................................9 J. Hasil HSG Normal.....................................................................................12 K. Hasil HSG Abnormal.................................................................................12 BAB III KESIMPULAN.......................................................................................19 A. Kesimpulan................................................................................................19 B. Saran..........................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21



iii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang



Latar belakang dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana teknik pemeriksaan histerosalphingografi (HSG).  Selain itu akan dijelaskan tentang kriteria-kriteria gambar yang terlihat pada pemeriksaan ini. Apabila banyaknya pasangan infertil di Indonesia dapat diperhitungkan dari banyaknya wanita yang pernah kawin dan tidak mempunyai anak yang masih hidup, maka menurut sensus penduduk terdapat 12% baik di desa maupun di kota, kira-kira 3 juta pasangan infertil di seluruh Indonesia. infertilitas biasanya didefinisikan sebagai ketidakmampuan untuk menjadi hamil dalam satu tahun setelah secara teratur menjalani hubungan intim tanpa kontrasepsi. Dengan meningkatnya penggunaan teknik-teknik modern reimplatasi tuba, terapi farmakologis yang dapat menginduksi perkembangan folikel dan ovulasi serta fertilisasi in vitro, peran pencitraan diagnostik dalam diagnosis dan manajemen pasien dengan infertilitas telah menjadi semakin penting. Histerosalpingografi adalah modalitas pencitraan sebagai pilihan untuk menyingkirkan kelainan anatomi yang menyebabkan ketidaksuburan. Sejak rubin dan carey melakukan histerosalpingografi untuk pertama kalinya, banyak pembahuruan telah terjadi dalam hal peralatan dan media kontras yang dipakai. Prinsip pemeriksaannya dengan penyuntikan media kontras yang akan melimpah ke dalam cavum peritonium kalau tubanya paten, dan penilaiannya dilakukan



secara radiografik. Kebolehan



histerosalpingografi memang tidak dapat disangkal, tetapi hanya dapat dilakukan di rumah sakit. Meskipun pada awalnya dilakukan sebagai prosedur diagnostik, HSG juga mungkin memiliki khasiat terapeutik. Tidak jarang, wanita yang baru menjalani histerosalpingografi (HSG) menjadi hamil. Khasiat terapeutik ini, kalau memang ada dapat diterangkan karena pemeriksaannya dapat membilas sumbatan-sumbatan



intratuba yang ringan, melepaskan adhesih atau 1



2



perlengketan peritubal, simulasi dari mukosa silia atau media kontras (yodium)



yang berkhasiat bakteriostatik sehingga memperbaiki kualitas



lender serviks. Efek terapeutik ini dapat terjadi pada pemakaian kedua jenis kontras baik larut minyak maupun media larut dalm air. Namun pemakaian kontras larut dalam minyak seperti lipiodol ultrafluid dapat menyebabkan kehamilan lebih banyak dibandingan dengan pemakaian kontras yang cair. Waktu yang optimum untuk melakukan HSG adalah hari ke 9-10 sesudah haid mulai pada saat itu biasanya haid sudah berhenti dan selaput lender uterus biasanya bersifat tenang.



Apabila masih ada perdarahan, dengan



sendirinya HSG tak boleh dilakukan karena ada kemungkinan masuknya kontras ke



dalam pembuluh darah baik. Selama histerosalpingografim,



kontras diletakan melalui pipa tipis yang dimasukan melalui vagina ke dalam rahim. karena rahim dan saluran tuba terpacing bersama - sama, pewarna akan mengalir ke dalam saluran tuba. Berdasarkan Latar Belakang di Atas, penulis tertarik untuk mengangkat suatu kasus tentang: ”Pemeriksaan dan Prosedur Diagnostik Fungsi Rahim”. B. Rumusan Masalah



Berdasarkan Latar belakang di atas, rumusan masalah ini adalah bagaimana cara melakukan pemeriksaan dan prosedur diagnostik fungsi rahim? C. Tujuan Masalah



Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui cara melakukan pemeriksaan dan prosedur diagnostic fungsi rahim.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Rahim (Uterus) Uterus (juga disebut rahim) adalah organ otot berbentuk buah pir terbalik dari sistem reproduksi wanita yang terletak di antara kandung kemih dan rektum. Uterus berfungsi untuk memberi makan dan menampung sel telur yang telah dibuahi sampai menjadi janin atau sampai siap untuk dilahirkan. B. Fungsi Rahim (Uterus) Setiap



bulan,



perempuan



dari



kelompok



usia



produktif



akan



mengeluarkan hormon yang menyebabkan ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan menstruasi. Lapisan uterus disebut endometrium terbuat dari beberapa lapisan yang meliputi epitel permukaan, pembuluh darah, kelenjar, dan jaringan lain. Setiap bulan endometrium tumbuh lebih tebal untuk mempersiapkan kehamilan. Ini disinkronkan dengan ovulasi. Jika seorang perempuan tidak hamil, lapisan atas endometrium akan dilepaskan dan mengalir keluar melalui vagina dalam periode bulanan.  Ketika seorang wanita mengalami menopause, tubuh menghentikan produksi hormon yang menyebabkan ovulasi dan menstruasi. Uterus juga memiliki peran memberikan integritas struktural dan dukungan ke kandung kemih, usus, tulang panggul, dan juga organ lainnya. Jaringan pembuluh darah dan saraf uterus mengarahkan aliran darah ke panggul dan ke genitalia luar, termasuk ovarium, vagina, labia, dan klitoris sebagai respons seksual.  C. Definisi Histerosalpingografi “Hystero” berarti uterus, “salpingo” berarti tuba, jadi histerosalpingografi merupakan evaluasi radiografi dari uterus dan tuba fallopi setelah injeksi media radioopak melalui kanalis servikalis. HSG atau histerosalpingografi adalah sebuah pemeriksaan untuk melihat rahim dan saluran tuba dengan menggunakan bentuk khusus sinar-x yaitu fluoroskopi dan pewarna kontras. 3



4



Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan struktur rongga rahim sehingga bisa mendeteksi beberapa kelainan. Misalnya, tumor jinak yang tumbuh ke arah rongga rahim, polip rahim, perlengketan dinding rahim, fibroid rahim, atau kelainan bawaan rongga rahim seperti adanya sekat pada rahim.



Pemeriksaan ini biasanya dilakukan tanpa pembiusan, karena diperlukan keadaan sadar agar pasien dapat secara efektif ikut mengubah beberapa posisi sewaktu difoto. Perjalanan cairan kontras tersebut akan difoto dengan sinar-X sehingga bila ada kelainan anatomik akan terlihat dari hasil pencitraan foto Roentgen. Bila subyek terlalu gugup atau tidak kuat menahan nyeri maka dapat menjadi kandidat anastesi. D. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita 1. Uterus : a. Terdapat dalam rongga panggul, bentuknya seperti buah peer, panjang 6,5 cm – 6 cm dan tebal 2,5 cm – 4 cm. Uterus terletak di belakang kandung kencing dan di depan rectum. Uterus terdiri dari fundus uteri yang



merupakan



bagian



terbesar,



dan



ismus



uteri



yang



menghubungkan korpus dan serviks. Kanalis servikalis berbentuk spindle, panjangnya 2 cm – 3 cm. Biasanya pada nullipara ostium uteri eksterna terbuka hanya 0,5 cm. Beberapa posisi uterus, antara lain: Antefleksi, rofleksi, teversi, dan retroversi . b. Rahim retrofleksi merupakan salah satu bentuk anatomi yang normal, dimana rahim melengkung ke belakang ke arah punggung, sementara rahim biasanya (antefleksi) tegak ke atas atau melengkung ke depan. Kondisi ini terdapat pada 20% wanita.



5



Gambar 2.1 Anatomi Sistem Reproduksi Wanita 2. Saluran telur (tuba uterina): Merupakan saluran membranosa yang mempunyai panjang kira-kira 10 – 12 cm. Terdiri dari 4 bagian yaitu: a) Pars interstisialis, yaitu bagian yang menempel pada dinding uterus. b) Pars ismika, merupakan bagian medial yang menyempit seluruhnya. c) Pars ampularis, bagian yang berbentuk saluran agak lebar. d) Infundibulum, bagian ujung tuba yang terbuka kearah abdomen dan mempunyai fimbria. 3. Ovarium Terletak dalam fosa ovarika, terdapat dua buah di kanan dan kiri dengan mesovarium menggantung di bagian belakang ligamentum latum. Ukuran normal ovarium, panjang 2,5 – 5 cm, lebar 1,5 – 3 cm dan tebal 0,6 – 1,5 cm. E. Patologi Infertilitas Infertilitas adalah suatu kondisi atau bisa juga penyakit pada sistem reproduksi yang menyebabkan pasangan yang berhubungan intim dengan teratur, tanpa alat kontrasepsi, tidak dapat menghasilkan keturunan dalam waktu satu tahun. Atau bisa pula keadaan pada wanita yang mengalami keguguran berulang kali. Infertilitas bisa terjadi pada pihak laki-laki, wanita atau keduanya. Kirakira 46.7% dari kasus infertilitas terjadi pada wanita. Pada laki-laki 19.0%,



6



pada keduanya 18.2%, tidak diketahui sebabnya 11.2%, karena sebab lain 5.2%. Faktor yang berpengaruh terhadap infertilitas wanita adalah : 1. Berat badan Pada wanita dengan berat badan berlebih 10 - 15% dari berat



badan normal dapat mengakibatkan produksi estrogen yang berlebih, sehingga mengganggu siklus reproduksi. Sedangkan pada wanita dengan berat badan kurang dari 10 – 15% berat badan normal dapat mengakibatkan gangguan pada sistem reproduksi. Wanita dengan gangguan makan seperti anorexia nervosa dan buli mia serta wanita dengan diet ketat dan sangat kekurangan kalori berisiko terkena infertilitas. Vegetarian yang terlalu ketat juga berisiko terkena karena kekurangan nutrisi seperti vitamin B-12, mineral, zat besi dan asam folat. 2. Usia Pada wanita usia 40 tahun, kemungkinan ia hamil berkurang dari



90% menjadi 67%. Pada usia 45 tahun peluangnya berkurang 15%. Infertilitas pada usia tersebut disebabkan sudah rusaknya kromosom pada sel telur. Risiko keguguran juga meningkat pada wanita yang semakin tua. 3. Pekerjaan dan lingkungan Stress, suhu yang terlalu panas, terkena bahan



kimia berbahaya, radiasi, emisi gelombang elektromagnet atau gelombang micro yang tinggi dapat menyebabkan infertilitas. 4. Penyakit seks menular Salah satunya adalah Pelvic Inflammatory Disease



(PID). PID dapat disebabkan karena infeksi Neisseria gonorrhoeae maupun Chlamydia trachomatis. Kedua bakteri ini mudah berpindah pada saat hubungan seksual. Komplikasinya dapat menyebabkan borok pada organ interna, perlengketan, keguguran, tersumbatnya tuba falopi dan kehamilan ektopik. Cara menghindarinya : berhubungan seks hanya dengan pasangannya saja, memakai kondom saat berhubungan, deteksi sendiri sejak awal dan menjaga agar tidak terinfeksi. 5. Penyakit atau kelainan pada tuba fallopi Sekitar 20% penyebab infertilitas



adalah penyakit/kelainan pada tuba fallopi. Macamnya antara lain : Pelvic Inflammatory Disease (PID), perlengketan tuba, tuberculosis tuba, kehamilan ektopik, tumor tuba, polip tuba dan fistula pada tuba. (Yoder,1988)



7



6. Endometriosis Endometriosis adalah penyakit dimana terdapat jaringan



abnormal di luar uterus, di ovarium, di tuba fallopi, dan terkadang di kandung kencing dan usus. Endometriosis dapat terjadi pada wanita yang mengalami menstruasi di semua usia, termasuk remaja. Deteksi dini dapat mencegah terjadinya infertilitas karena faktor ini, yakni dengan cara menghubungi dokter jika mengalami hal-hal berikut ini : rasa sakit yang berlebih pada saat menstruasi yang disebabkan karena kejang perut selama menstruasi, aliran darah haid yang berlebihan, diare atau mulas selama menstruasi atau rasa sakit saat berhubungan seksual. Endometriosis bisa jadi penyakit keturunan. 7. Penggunaan DES pada uterus Diethylstilbestrol (DES) diberikan pada



wanita hamil antara tahun 1940 - 1975 untuk alasan abortus atau kehamilan prematur. Adenosis pada vagina sering diderita bayi perempuan yang ibunya terpapar zat ini. Karsinoma vagina atau cervix dan inkompetensi cervix kadang ditemukan pada keturunannya. (Swartz,1995) 8. Merokok dan minum alkohol



Merokok menaikkan risiko terkena



infertilitas pada wanita. Tembakau dapat meningkatkan mucus pada cervix dan mengganggu transpor gamet. Minum alkohol, meski dosis sedang – 5 gelas selama seminggu – dapat menurunkan kemungkinan pembuahan ovum oleh sperma dan gangguan ovulasi yang mengakibatkan infertilitas. F. Indikasi HSG Ada beberapa indikasi dilakukannya HSG, antara lain: 1. Kajian masalah sterilitas 2. Investigasi perdarahan uterus, misalnya yang disebabkan oleh mioma uteri, polip endometrium, adenomatorus, dan lain-lain 3. Melihat patensi tuba Pada tuba yang paten akan terjadi pelimpahan kontras dari tuba ke dalam rongga peritoneum. Kelainan tuba dan defek seperti hidrosalping, abses tuba-ovarium, kinking dan adhesi/perlengketan, salpingitis isthmica nodosa, endometriosis, oklusi tuba karena infeksi



8



4. Sinekia intrauterine 5. Abortus berulang 6. Anomali sistem Mullerian 7. Memonitor pasca operasi tuba/ligasi tuba, seperti pada prosedur sterilisasi. 8. Tumor maligna kavum uteri kadang-kadang juga perlu diperiksa dengan HSG untuk melihat lokasi, ekstensi, dan bentuk tumor. G. Kontraindikasi HSG 1. Hamil muda, karena HSG bersifat invasif dan dikhawatirkan bahaya terjadinya abortus 2. Inflamasi akut Pada inflamasi akut terjadi erosi yang besar sehingga ditakutkan bisa terjadi infeksi ascenden. 3. Perdarahan per vaginam berat Pada perdarahan berat, vasa terbuka dan kontras bisa masuk ke vasa akibatnya terjadi emboli. 4. Post curettage atau dilatasi kanalis servisis 5. Kontraindikasi relatif bila dilakukan segera sebelum menstruasi, karena saat itu endometrium tebal sehingga bisa salah interpretasi (tumor atau massa abnormal). H. Komplikasi HSG Ada beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada pemeriksaan HSG, antara lain: 1. Nyeri pada saat pemeriksaan (meningkat terutama pada pemakaian bahan kontras larut dalam air). 2. Perdarahan post pemeriksaan. 3. Eksaserbasi penyakit radang panggul. 4. Media kontras larut dalam minyak dapat menyebabkan terjadinya granuloma pada uterus termasuk jaringan tuba. 5. Pre-syok akibat alergi kontras



9



6. Infeksi bila alat yang dipakai tidak steril 7. Intravasasi media kontras ke pembuluh darah atau kelenjar limfe 8. Emboli, bila menggunakan media kontras dengan dasar minyak (oilbased) 9. Kejang tuba, sebagai reaksi terhadap nyeri atau ketakutan yang akan memberikan gambaran palsu sebagai sumbatan. I. Prosedur HSG 1. Persiapan -



Waktu optimum adalah hari ke 9-10 setelah haid karena diperkirakan pada waktu tersebut uterus sudah tenang. Setelah hari ke 10 juga dapat dilakukan apabila tidak ada pembuahan atau tidak ada hubungan seksual, namun bila mendekati pada hari haid yang dikhawatirkan adalah terjadinya intravasasi kontras ke dalam endometrium.



-



HSG tidak boleh dilakukan bila ada tanda-tanda inflamasi. Diperhatikan apakah ada infeksi pelvis kronis dan penyakit menular seksual pada saat pemeriksaan.



-



Malam



sebelum



pemeriksaan,



pasien



diberi



laksatif



untuk



mengosongkan saluran cerna, sehingga uterus dan struktur disekitarnya terlihat dengan jelas. -



Beberapa saat sebelum pemeriksaan dapat diberikan sedatif ringan untuk mengurangi ketidaknyamanan, antibiotik juga dapat diberikan sebelum dan sesudah pemeriksaan.



-



Berikan inform consent.



-



Harus dilakukan tes alergi terhadap zat kontras, juga dijelaskan akan rasa sakit yang akan dialami pasien.



-



Semua pakaian dibuka, termasuk perhiasan, kaca mata dan bendabenda logam yang dapat merancukan bayangan sinar-X. Pasien memakai gaun khusus saat pemeriksaan.



-



Sebelum dilakukan pemeriksaan HSG atau pemeriksaan lain, ada baiknya dibuat foto polos abdomen terlebih dahulu. Pemeriksaan ini sering kali dilakukan dengan film ukuran 18 x 24 cm atau 24 x 30 cm



10



untuk meliputi daerah vesika dan uterus dalam pelvis. Jika ada indikasi, maka ada kalanya perlu dibuat foto seluruh abdomen termasuk lengkung diafragma kanan dan kiri, biasanya cukup dengan film ukuran 30 x 40 cm. Pada infertilitas kadang-kadang diperlukan juga membuat radiogram paru, karena infertilitas mungkin merupakan akibat penyakit tuberculosis paru yang masih aktif. -



Proteksi Radiasi; Perhatian khusus perlu diberikan untuk menjaga radiasi seminimum mungkin karena penggunaan kilovolt yang tinggi. Intensifikasi bayangan harus dijaga kualitasnya sebaik mungkin. Begitu juga dengan tangan yang memberikan injeksi contrast pada saat fluoroskopi harus dilindungi. Perlindungan dibuat dari lembaran timah karet yang tebal diletakkan dibawah kaki pasien dengan batas bagian atas tepat dibawah simfisis pubis. Sorotan sinar-X harus disejajarkan agar tangan ginekologis tidak teradiasi.



2. Teknik -



Setelah kandung kemih dikosongkan dan pembersihan perineum, pasien ditempatkan di meja pemeriksaan.



-



Setelah posisi meja diatur, posisikan pasien dan film untuk difokuskan pada titik 5 cm dari simfisis pubis; film ukuran 24x30 merupakan ukuran yang sering digunakan dengan posisi memanjang.



-



Posisi monitor berada ditempat yang mudah dilihat. Peralatan diletakkan pada posisi yang mudah dijangkau dan penerangan harus cukup.



-



Sebelum dilakukan pemeriksaan, pasien diberikan penjelasan secara singkat mengenai tindakan yang akan dilakukan. Kemudian pasien dibaringkan dalam posisi litotomi, dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik. Dipasang spekulum, portio dijepit. Kemudian kateter dimasukkan ke dalam kavum uteri dengan bantuan klem dan balon dikembangkan sehingga kateter terfiksir pada tempatnya dengan menyuntikkan 2 ml air. Setelah spekulum vagina dilepaskan, media kontras disuntikkan ke dalam kavum uteri sedikit demi sedikit ( 3- 20



11



cc) melalui kanula, dengan atau tanpa pengawasan fluoroskopi. Umumnya untuk prosedur HSG ini diperlukan 4-6 cc kontras. Pada uterus yang abnormal jumlah kontras yang dipakai bisa lebih banyak, misalnya pada hidrosalping, bisa memakai kontras 10 cc atau lebih. Sedangkan uterus nullipara jumlah kontras hanya 3-4 cc. Yang paling baik adalah bahwa kanula terisi semua dengan bahan kontras, sehingga tidak ada gelembung udara. Ketidaktauan akan gambaran gelembung udara pada pemeriksaan ini dapat menyebabkan kebingungan dalam penafsiran. -



Untuk mendapat gambaran segmen bawah uterus dan kanalis servikalis, balon dikempeskan sebentar sambil menyuntikkan media kontras.



-



Perhatikan apakah kontras masuk ke peritoneum atau tidak (peritoneum spill), atau terjadi obstruksi seperti misalnya fibrosis post infeksi sehingga kontras tampak menggembung (hidrosalping).



-



Dilakukan pembuatan foto polos posisi litotomi dengan posisi AP dan oblik. Jika menggunakan fluoroskopi, setiap penyuntikan cairan kontras ke dalam kavum uteri dapat diikuti dengan seksama lewat layar televisi, sehingga pemotretannya tidak membuta. Dengan teknik ini biasanya tidak lebih dari 3 potret yang dibuat, yaitu (1) potret pendahuluan; (2) potret yang menggambarkan pelimpahan kontras ke dalam rongga perut; dan (3) potret 24 jam kemudian, jika tubanya paten dan memakai kontras larut minyak, untuk memeriksa penyebaran di dalam kavum peritonei.



-



Biasanya, dalam 3 jam media kontras telah diserap kembali dan dapat ditemukan dalam kandung kemih. Hal ini penting, untuk menyatakan apakah ada atau tidaknya kontras yang tersisa di dalam rongga pelvis, yang mungkin terjadi disertai dengan hidrosalping.



12



J. Hasil HSG Normal



Figure 1, Hasil HSG Normal 1.



Ukuran kanalis serviks 2,5 cm atau kira-kira sepertiga panjang uterus.



2.



Bentuknya lonjong, Ismus antara kavum uteri dan kanalis servisis lebih sempit.



3.



Kavum uteri tampak berbentuk segitiga dengan titik puncak ke bawah (antefleksi) mengikuti arah kanula, panjangnya ± 7-7,5 cm, dan fundus uteri tampak lurus atau konkaf.



4.



Jarak kornu kanan dan kiri ± 3,5cm



5.



Apeks kornu langsung berlanjut pada ismus tuba falloppii. Ismus tuba ini panjangnya variable, Nampak seperti garis potlot pada radiogram dan jalannya bergelombang. Ismus tuba kemudian melebar menjadi ampula tuba.



6.



Tuba tipis seperti benang berakhir di fimbria, terjadi pelimpahan kontras ke rongga peritoneum, disebut “peritoneal spill” dan memperlihatkan gambar yang tidak berbentuk.



K. Hasil HSG Abnormal 1. Kelainan kongenital uterus Berbagai tingkat kegagalan fusi duktus mullerian yang mengarah pada kelainan bawaan dari uterus. Uterus, tuba fallopi dan proksimal vagina



13



berkembang dari sepasang duktus mulleri, ketidaksempurnaan dalam perkembangkan menyebabkan kelainan bentuk-bentuk uterus, kelainan dapat berupa: • Uterus infantile terlihat kecil seperti uterus pada anak-anak, sehingga sulit untuk hasil konsepsi dapat berkembang



Figure 2, Contoh HSG uterus infantil • Uterus unikornu, single horn, merupakan kegagalan perkembangan satu duktus mulleri. Ini terjadi dalam 20% kasus kelainan kongenital uterus. Dalam hal ini vagina dan serviks bentuknya normal. Bila duktus Mulleri kontralateral yang sehat berkembang dengan sempurna, diperkirakan tidak akan mengganggu proses kehamilan. Namun beberapa komplikasi kehamilan dapat terjadi, seperti malposisi janin, retardasi pertumbuhan intrauterin, abortus spontaneous, dan bayi lahir prematur. Pada HSG, setelah pemasukan materi kontras, kavum endometrium memperlihatkan bentuk fusiform (kumparan), lonjong pada apexnya dan saluran menuju



14



Figure 3, Contoh HSG uterus unikornu • Uterus Bikornu akibat kegagalan penyatuan duktus mulleri secara parsial-pada bagian fundus. Merupakan kegagalan penyatuan pada segmen superior kanalis ureterovagina. Dibedakan atas 2 jenis: (1) uterus bikornis unikollis; (2) uterus bikornis bikollis (uterus didelphys). Pada pencitraan HSG, kedua tanduk pada kavum endometrium biasanya terpisah jauh dengan jarak interkornu lebih dari 4 cm dan sudut intercornual lebih dari 105°. Setiap tanduk memberikan gambaran fusiform, dengan apex berbentuk lonjong dan masing-masing berakhir dengan saluran tuba fallopi tunggal.



15



Figure 4, Contoh HSG uterus bikornu • Uterus didelphys disebut juga uterus bikornu bikollis. Kelainan ini terjadi bila kedua duktus mulleri terbentuk sempurna dengan ukuran yang normal tapi sepenuhnya tidak menyatu. Ditemukan pada 5% kasus kelainan kongenital uterus. Dua bagian terpisah sama sekali (no communication) dengan dua serviks dan sering ditemukan bersamaan dua vagina atau satu vagina dengan sekat (uterus dupleks dan vagina dupleks). Pada pencitraan dengan HSG, terlihat gambaran dua saluran endoservikal yang terpisah menuju kavum uteri berbentuk fusiform yang juga terpisah, tanpa adanya hubungan antara kedua bagian pada uterus tersebut. Tiap kavumnya berakhir pada saluran tuba fallopi yang tunggal.



16



Figure 5, Contoh HSG uterus didelphys • Uterus septus merupakan kelainan perkembangan uterus nonobstruksi yang sering terjadi. Terdapat satu uterus, tetapi di dalamnya terdapat dua ruangan yang dipisahkan oleh suatu sekat karena kegagalan dari resorbsi septum-baik secara komplit maupun parsial, setelah penyatuan kedua duktus paramesonefrik. Pencitraan HSG dapat digunakan untuk mengevaluasi



ukuran



dan



luas



septum,



meskipun



keakuratan



diagnostiknya hanya 55% untuk membedakan uterus septus dan uterus bikornu.



Figure 6, Contoh HSG uterus septat • Uterus arkuatus memiliki satu rongga uterus dengan ditandai adanya sedikit cekungan endometrium pada fundus (± 1,5 cm) yang merupakan hasil resorbsi septum yang hampir sempurna. Pada pencitraan dengan HSG, didapatkan gambaran kavum uteri tunggal dengan lekukan berbentuk “Saddle” pada fundus uterinya.



17



2. Kelainan uterus non-kongenital a. Fibroid uterine



Figure 7, Contoh HSG uterus arkuatus



Myoma (fibrid) juga dapat menyebabkan infertilitas, karena menyebabkan obstruksi dari tuba falloppii, juga dapat terjadi abortus spontan. Lokasi berkembangnya fibroid pada dinding uterus dapat terjadi di lapisan subserosa, intramural dan submukosa, yang dapat juga terlihat sebagai pedunculated (bertangkai)



b. Kelainan Tuba Fallopi



Figure 8. Contoh hasil HSG fibroid



Hampir 30% dari semua kasus infertilitas disebabkan oleh kerusakan atau penyumbatan pada saluran tuba. Oleh karena itulah, penilaian patensi tuba dianggap sebagai salah satu pemeriksaan



18



terpenting dalam pengelolaan infertilitas. Kelainan yang paling umum ditemukan pada salpingografi dalam kasus-kasus ketidaksuburan adalah penyumbatan tuba, dengan tidak adanya pelimpahan kontras (spill) ke rongga peritoneum. Penyumbatan tuba mungkin karena beberapa penyebab, yaitu: 1. Buruknya teknik operatif 2. Adhesi fimbrial 2) Prosedur sterilisasi 3) Kehamilan 4) Tumor 5) Hidrosalping Hidrosalping merupakan salah satu bentuk peradangan kronik pada salping. Hidrosalping sering merupakan hasil akhir dari pyosalping dengan resorbsi eksudat purulen diganti dengan cairan jernih. Pada pencitraan HSG posisi AP tampak kontras mengisi kanalis servikalis, uterus, ostium tuba kanan dan kiri tampak menggelembung sampai ampula yang tampak bulat tanpa limpahan kontras (spill).



Figure 9, Contoh HSG hidrosalping



BAB III KESIMPULAN A. Kesimpulan Setiap bulan, perempuan dari kelompok usia produktif akan mengeluarkan hormon yang menyebabkan ovulasi (pelepasan sel telur dari ovarium) dan menstruasi.



Setiap



bulan



endometrium



tumbuh



lebih



tebal



untuk



mempersiapkan kehamilan yang disebut dengan ovulasi. Apabila pasangan yang berhubungan intim dengan teratur dan tanpa alat kontrasepsi, tapi tidak dapat menghasilkan keturunan dalam waktu satu tahun atau bisa pula keadaan pada wanita yang mengalami keguguran berulang kali, maka keadaan itu disebut infertilisasi yaitu suatu kondisi atau bisa juga penyakit pada sistem reproduksi. Dilakukannya pemeriksaan HSG atau histerosalpingografi yang berguna untuk melihat rahim dan saluran tuba dengan menggunakan bentuk khusus sinar-x yaitu fluoroskopi dan pewarna kontras yang berfungsi untuk mengetahui bentuk, ukuran, dan struktur rongga rahim sehingga bisa mendeteksi beberapa kelainan. Misalnya, tumor jinak yang tumbuh ke arah rongga rahim, polip rahim, atau kelainan bawaan rongga rahim yang bisa menjadi salah satu factor terjadinya infertilisasi. Waktu optimum adalah hari ke 9-10 setelah haid



karena diperkirakan pada waktu tersebut uterus sudah tenang dan cara pemeriksaannya, pasien dalam posisi litotomi lalu dilakukan tindakan aseptik dan antiseptik. Dipasang spekulum, portio dijepit. Kemudian kateter dimasukkan ke dalam kavum uteri dengan bantuan klem dan balon dikembangkan



sehingga



kateter



terfiksir



pada



tempatnya



dengan



menyuntikkan 2 ml air. Setelah spekulum vagina dilepaskan, media kontras disuntikkan ke dalam kavum uteri sedikit demi sedikit ( 3- 20 cc) melalui kanula, dengan atau tanpa pengawasan fluoroskopi.



19



20



B. Saran Dengan terbentuknya makalah ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun bagi pembaca agar bisa memahami dan mempelajari tentang pemeriksaan dan prosedur diagnostic fungsi Rahim.



DAFTAR PUSTAKA Sumapraja, Sudraji. 2007. Ilmu Kandungan: Infertilitas. Edisi ke 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. hlm. 496; 510-513 Juhl’s and Paul. 1987. Essentials of Radiologic Imaging: Obstetric and Gynecologic Imaging. Fifth Edition. USA: J.B. Lippincott Company. hlm. 673 Ilyas G, Purwohudoyo S. 2005. Radiologi Diagnostik: Sistem Reproduksi Wanita. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. hlm. 311. Baramki T. (2005). “Hysterosalphingography”. Fertil Steril. 83 (6): 1595 Naperville Fertility Center. 2014. Hysterosalphingogram: Hysterosalphingogram under



anesthesia



diakses



pada



tanggal



2



Juni



2018



dari



http://npvfertilitycenter.com/hysterosalphingogram/hsg-anesthesia/ Meschan, Isadore. 1984. Roentgen Signs in Diagnostic Imaging: Study of The NonPregnant Female-Gynecologic Radiology. 2nd ed. Vol 1. Philadelphia: W.B Saunders Company. hlm. 349 Ghazali,



Rusdy.



2008.



Radiologi



Diagnostik:



Histerosalphyngography.



Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press. hlm. 79-80 Rasad S. 2008. Radiologi Diagnostik: Hysterosalphingography, Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Hlm. 321-324 Syed, Ibrahim. 2016. Medscape: Radiology - Imaging in Mullerian Duct Abnormalities



diakses



pada



tanggal



2



Juni



2018



di



https://emedicine.medscape.com/article/405335-overview Sutton, David. 1993. A Textbook of Radiology and Imaging. Fifth Edition. United Kingdom: Churchill Livingstone. hlm. 1206



21