Yudha - Pendekatan Deduktif Dan Induktif Disertai Contoh Dalam Geologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH



Pendekatan Deduktif Dan Induktif Disertai Contoh Dalam Geologi Mata Kuliah Filsafat Ilmu



Disusun Oleh : Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang 270110130102



GEOLOGI B PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS TEKNIK GEOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2013/2014



Kata Pengantar



Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Pendekatan Deduktif Dan Induktif Disertai Contoh Dalam Geologi dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh Bapak Dr. Nana Sulaksana. Makalah ini menjelaskan tentang apa itu dan bagaimana melakukan pendekatan deduktif dan induktif serta bagaimana menerapkannya dalam bidang imu geologi. Melalui Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan pembaca serta dapat mengaplikasikannya. Dalam penulisan makalah ini, tidak luput dari berbagai macam kesalahan dan kekurangan. Kritik dan Saran yang membangun penulis terima dengan lapang dada. Demi menambah pengetahuan Penulis dan demi kesempurnaan makalah ini.



Jatinangor, 7 Oktober 2014



Penulis Yudha Pratama Nugraha Irianto Situmorang



ii



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR……………………………………………………..……...……… ii DAFTAR ISI……………………………………………………………………….……..iii



BAB I



BAB II



BAB III



PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang …………………………………………………………..1



1.2



Maksud dan Tujuan Penulisan……………………………..…….………2



PEMBAHASAN 2.1



Definisi Belajar……………..…………..………………....……………..3



2.2



Proses belajar……………………...………………………………...…..4



2.3



Strategi Belajar……………………...….…………………………...…..5



2.4



Pendekatan Deduktif……………..………………………..………...…..8



2.5



Pendekatan Induktif……………………..……………………………..9



PENUTUP Kesimpulan…………..………………………………………..…………..…..11



DAFTAR PUSTAKA ……………………………...………………………..…….....….12



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Sebagai Mahasiswa belajar merupakan kegiatan utama yang menjadi inti ataupun tugas pokoknya. Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Perkembangan pengetahuan saat ini telah melaju dengan pesat dan erat hubungannya dengan perkembangan teknologi. Maka seharusnya seorang pengajar harus mampu menyesuaikan kondisi perkembangan yang telah ada saat ini dengan lebih mengembangkan sesuatu pembelajaran atau metode yang harus dilakukan ketika melakukan pembelajaran kepada siswanya. Seorang pengajar dituntut mempunyai pengetahuan, keterampilan dan sikap yang profesional dalam memberikan pembelajajaran terhadap



siswa-siswanyaat



digunakan dalam proses pembelajaran. Dapat dikatakan berhasil atau tidaknya kegiatan pembelajaran, tergantung pada efektif tidaknya metode pembelajaran yang dipergunakan oleh pengajar dalam proses pembelajaran. Pembelajaran yang dilakukan terkesan monoton dan tidak menggairahkan siswa untuk belajar lebih aktif lagi.



Hal itu mengakibatkan siswa kurang berminat untuk mengikuti dan



melaksanakan proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran yang diinginkan tidak dapat tercapai secara optimal. Dalam proses belajar sangat erat kaitanya dengan mengajar, kedua kegiatan ini saling mendukung satu dengan lainnya. Adannya kaitan antar kedua kegiatan ini menyatakan bahwa kegiatan satu berdampak dengan yang lain. Dalam proses kegiatan pembelajaran terdapat berbagai jenis strategi pembelajaran yang dapat digunakan oleh pengajar. Strategi pembelajaran tersebut dapat diklasifikasi dengan menggunakan berbagai dasar (titik tolak) klasifikasi. Bagi seorang pengajar pemahaman tentang berbagai dasar klasifikasi tersebut disamping bermanfaat sebagai kerangka acuan untuk memahami dengan lebih baik setiap strategi pembelajaran, juga pada gilirannya akan sangat bermanfaat didalam memilih serta menggunakan setiap jenis trategi pembelajarann tersebut secara lebih efektif didalam penciptaan sistem lingkungan belajar-mengajar.



1



Terdapat beberapa strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam memilih metode pembelajaran, pengajar tidak boleh memilih secara asal-asalan.Strategi yang digunakan haruslah strategi yang direncanakan berdasarkan pertimbangan perbedaan individu diantara siswa, yang dapat memberi feedback dan inisiatif murid untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah strategi Induktif dan Deduktif. Oleh karena itu, penulis ingin mengkaji strategi tersebut dalam makalah ini.



1.2 Maksud dan Tujuan Penulisan Adapun maksud dan tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :  Memenuhi tugas mata kuliah filsafat ilmu  Mengetahui berbagai teknik pembelajaran  Mengetahui bagaimana teknik pendekatan deduktif dan induktif  Mengetahui contoh pendekatan deduktif dan induktif dalam geologi



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1



Definisi Belajar Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku



sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pelajar, sedangkan respons berupa reaksi atau tanggapan pelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respons, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pelajar (respons) harus dapat diamati dan diukur. Menurut para ahli, belajar adalah: 



NASUTION Belajar adalah menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan







ERNEST H. HILGARD Belajar adalah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan sebelum ia belajar atau bila kelakuannya berubah sehingga lain caranya menghadapi sesuatu situasi daripada sebelum itu







NOTOATMODJO Belajar adalah usaha untuk menguasai segala sesuatu yang berguna untuk hidup







AHMADI A. Belajar adalah proses perubahan dalam diri manusia







OEMAR H. Belajar adalah bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara berperilaku yang baru berkat pengalaman dan latihan







CRONBACH Belajar sebaik-baiknya adalah dengan mengalami dan dalam mengalami itu menggunakan panca indranya



3







WINKEL Belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilakn perubahan - perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan sikap-sikap







NOEHI NASUTION Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil terbentuknya respon utama, dengan syarat bahwa perubahan atau munculnya perilaku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau adanya perubahan sementara karena suatu hal







SNELBECKER Belajar adalah harus mencakup tingkah laku dari tingkat yang paling sederhana sampai yang kompleks dimana proses perubahan tersebut harus bisa dikontrol sendiri atau dikontrol oleh faktor-faktor eksternal







WHITERINGTON Belajar



adalah



suatu



proses



perubahan



dalam



kepribadian



sebagaimana



dimanifestasikan dalam perubahan penguasaan pola-pola respontingkah laku yang baru nyata dalam perubahan ketrampilan, kebiasaan, kesanggupan, dan sikap



2.2



Proses Belajar Menurut Bruner (dalam S.Nasution 2005:9) dalam proses belajar dapat dibedakan tiga



fase atau episode, yakni : informasi, transformasi, dan evaluasi. 1. Informasi Setiap belajar kita peroleh sejumlah informasi, ada yang menambah pengetahuan yang telah kita miliki, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan apa yang telah kita ketahui sebelumnya. 2. Transformasi Informasi yang diperoleh harus dianalisis dan ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam hal ini peran dari guru sangat diperlukan agar tidak terjadi kesalahan secara konseptual. 3. Evaluasi Pengetahuan yang kita peroleh dan ditransformasikan itu kemudian dievaluasi sehingga dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain. Dalam proses belajar ketiga episiode



4



itu selalu ada, hanya saja berapa banyak informasi yang diperlukan agar dapat ditransformasikan, berapa lama waktu tiap episiode, untuk tiap orang mungkin tidak sama. Hal ini bargantung pada tujuan yang diharapkan, motivasi belajar, minat, keinginan untuk mengetahui dan dorongan untuk menemukan sendiri.



2.3



Strategi Pembelajaran



Secara umum strategi mempunyai pengertian yaitu suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan, atau perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Ada dua hal yang patut dicermati dari pengertian dia atas, Pertama : strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan atau rangkaian kegiatan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran. Ini berarti penyususnan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua : strategi disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Artinya, arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut : 1. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.



5



2. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat. 3. Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya. 4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan. Agar mampu memilih strategi belajar mengajar sebuah topik atau subtropik yang tepat antara lain harus diketahui macam-macam pendekatan (approach) dan metode mengajar.



2.4



Pendekatan Deduktif Pendekatan deduktif merupakan cara menarik kesimpulan dari hal yang umum



menjadi kasus yang khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunkan pola berfikir yang disebut silogisme. Ini terdiri dari dua macam pernyataan yang benar dan sebuah kesimpulan (konklusi). Kedua pernyataan pendukung silogisme disebut premis (hipotesis) yang dibedakan menjadi premis mayor dan premis minor. Kesimpulan diperoleh sebagai hasil penalaran deduktif berdasarkan macam premis itu. Dalam pelaksanaannya, mengajar dengan pendekatan induktif akan lebih banyak memerlukan waktu daripada mengajar denan menggunakan pendekatan deduktif. Tetapi baik kelas yng rendah atau kelas yang lemah akan lebih baik mengajar dengan menggunakan pendekatan induktif. Sebaliknya kelas yang kuat akan merasakan pengajaran dengan pendekatan induktif bertele-tele. Kelas ini lebih cocok diberi pengajaran dengan pendekatan deduktif. Penalaran deduktif dikembangkan oleh Aristoteles, Thales, Pythagoras, dan para filsuf Yunani lainnya dari Periode Klasik (600-300 SM.). Aristoteles, misalnya, menceritakan bagaimana Thales menggunakan kecakapannya untuk mendeduksikan bahwa musim panen zaitun pada musim berikutnya akan sangat berlimpah. Karena itu ia membeli semua alat penggiling zaitun dan memperoleh keuntungan besar ketika panen zaitun yang melimpah itu benar-benar terjadi.



6



Penalaran deduktif tergantung pada premisnya. Artinya, premis yang salah mungkin akan membawa kita kepada hasil yang salah, dan premis yang tidak tepat juga akan menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Alternatif dari penalaran deduktif adalah penalaran induktif. Perbedaan dasar di antara keduanya dapat disimpulkan dari dinamika deduktif tengan progresi secara logis dari buktibukti umum kepada kebenaran atau kesimpulan yang khusus; sementara dengan induksi, dinamika logisnya justru sebaliknya. Penalaran induktif dimulai dengan pengamatan khusus yang diyakini sebagai model yang menunjukkan suatu kebenaran atau prinsip yang dianggap dapat berlaku secara umum. Penalaran deduktif memberlakukan prinsip-prinsip umum untuk mencapai kesimpulankesimpulan yang spesifik, sementara penalaran induktif menguji informasi yang spesifik, yang mungkin berupa banyak potongan informasi yang spesifik, untuk menarik suatu kesimpulan umu. Dengan memikirakan fenomena bagaimana apel jatuh dan bagaimana planet-planet bergerak, Isaac Newtonmenyimpulkan teori daya tarik. Pada abad ke-19, Adams dan LeVerrier menerapkan teori Newton (prinsip umum) untuk mendeduksikan keberadaan, massa, posisi, dan orbit Neptunus (kesimpulan-kesimpulan khusus) tentang gangguan (perturbasi) dalam orbit Uranus yang diamati (data spesifik). Penalaran deduktif didukung oleh logika deduktif. Misalnya: Apel adalah buah. Semua buah tumbuh di pohon. Karena itu semua apel tumbuh di pohon. Atau Apel adalah buah. Sebagian apel berwarna merah. Karena itu sebagian buah berwarna merah. Premis yang pertama mungkin keliru, namun siapapun yang menerima premis ini dipaksa untuk menerima kesimpulannya. 2.4.1 Jenis Pendekatan Induktif Dalam Pendekatan Deduktif terdapat beberapa jenis diantaranya : 1. Untuk Penyelesaian Masalah Pendekatan deduktif banak digunakan untuk menyelesaikan masala. Contoh : setelah murid mempelajari imbuhan “ber” peserta didik disuruh membuat beberapa ayat dengan imbuhan “ber”.



7



2. Untuk Membuat Generalisasi Baru Boleh digunakan untuk membuat generalisasu baru. Contohnya, setelah murid mempelajari rumus luas segiempat tepat,mereka dibimbing menggunakan rumus itu untuk mendapat rumus luas segitiga bersudut tegak. 3. Untuk Membukti Hipotesis Boleh digunakan untuk membuat hipotesis melalui prinsip atau hokum yang telah dipelajari. Contohnya, setelah murid mempelajari teorema sudut-sudut bersebelahan atau garis lurus mereka dibimbing menggunakan teorema ini untuk membuktikan hasil tambah tiga sudut dalam sebuah segitiga



2.4.2 Strategi Penerapan 1. Pada peringkat permulaan, masalah atau hipotesis harus didedahkan terlebih dahulu. 2.Murid-murid harus dibimbing mengingat kembali rumus, generalisasi, prinsip, teorem atau teori agar membolehkan mereka menyelesaikan masalah atau hipotesis yang telah didedahkan. 3.Generalisasi, prinsip atau teori yang digunakan untuk menyelesaikan masalah atau membukti hipotesis haruslah diketahui serta telah difahamkan secara mendalam. 4.Pendekatan Deduktif haruslah dilaksankan mengikuti prosedur dengan tepat. 5.Proses menyelasaikan masalah atau untuk membuktikan hipotesis tidak terhadap kepada menggunakan satu generalisasi, prinsip, rumus, hokum atau teori yang dipelajari. 6.Guru sendiri tidak perlu menunjukkan cara menyelesaikan masalah atau menguraikan cara membukti hipotesis, tetapi membimbing murid melalui aktifitas soal-jawab sehingga mereka menjalankan aktifitas penyelesaian masalah sendiri.



2.5



Pendekatan Induktif Pendekatan Induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus



sebagai hasil pengamatan empiric dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Ciri utama model pendekatan induktif dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau untuk membangun pengertian. Dalam artian pendekatan induktif merupakan pendekatan pembelajaran dengan pemaparan konsep, definisi, dan istilah-istilah pada akhiran akhir pembelajaran. Data yang digunakan dalam pendekatan induktif mungkin merupakandata primer, atau dapat pula berupa kasus-kasus yang nyata yang terjadi di lingkungan.



8



Dalam strategi ini guru mempresentasikan data. Berdasarkan data tersebut guru mengajak siswa untuk membangun konsep atau pengertian. Dalam perencanaan strategi induktif, guru harus memikirkan data apa yang akan ditampilkan untuk memperoleh konsep tertentu. Selain itu guru juga harus memikirkan bagaimana aktivitas yang akan terjadi di kelas tersebut. Penalaran merupakan suatu proses berfikir yang dilakukan dengan cara menarik kesimpulan. kesimpulan yang bersifat umum dapat ditarik dari kasus-kasus yang bersifat individual. Penalaran induktif yang dilakukan melalui pengalaman dan pengamatan itu ada kelemahannya , tidak dapat menjamin kesimpulan berlaku secara umum. Oleh karena itu,dalam matematika formal hanya dipakai induksi lengkap atau induksi matematika.Dengan menggunakan induksi lengkap kesimpulan yang ditarik adalah bersifat umum.



2.5.1 Kelebihan metode Induktif Kelebihan dari metode induktif adalal sebagai berikut: 1.Metode induktif lebih dapat menemukan kenyataan yang kompleks yang terdapat dalam data. 2.Metode induktif lebih dapat membuat hubungan antara peneliti dengan responden menjadi eksplisit, dapat dikenal dan dipertimbangkan. 3.Metode induktif lebih dapat memberikan latar secara penuh dan dapat membuat keputusan-keputusan tentang dapat tidaknya pengalihan kepada latar lainnya. 4.Metode induktif lebih dapat menemukan pengaruh bersama yang mempertajam hubungan-hubungan. 5.Metode deduktif memperhitungkan nilai-nilai secara eksplisit sebagai bagian dari setuktur analitik.



2.6 Contoh Pendekatan Induktif dan Deduktif di Geologi Contoh penerapan pendekatan induktif dan deduktif dalam geologi adalah dalam statigrafi, Sejak stratigrafi mulai berkembang, pengembangannya dipengaruhi oleh pendekatan induktif yang menekankan pengamatan deskriptif dengan bukti-bukti empiris. Disisi lain terdapat pendekatan deduktif yang menekankan pada kekuatan pemikiran rasionalkonseptual-interpretatif Keduanya membentuk satu siklus berulang-ulang atau hermenautic cycle Walaupun terdapat pemisahan antara unit-unit stratigrafi yang bersifat deskriptif dan yang bersifat konseptual, namun dalam perkembangannya para ahli geologi selalu berupaya



9



memposisikan satu lapisan terhadap lapisan lainnya di tempat berbeda dengan mengikuti hukum superposisi. Berbagai pendekatan yang disertai konsep yang berbeda-beda diusulkan demi menempatkan lapisan pada posisi “waktu” yang lebih presisi. Sebelum teori uniformitarianisme dicetuskan, James Hutton mengamati proses destruksi dan pembaharuan adalah “the great geological cycle.” Artinya pola proses di bumi dan alam semesta adalah cyclicity atau periodicity atau rhytmicity, seperti adanya siang dan malam, pasang dan surut bahkan pembalikan kutub magnetik bumi.Terbiusnya para ahli geologi pada pemahaman proses alam yang cyclicity atau periodicity atau rhytmicity adalah karena kesederhanaannya, keuniversalannya dan sejarah bumi dapat dilihat dengan memahami bagaimana proses-proses geologi yang dapat dilihat sekarang. Prinsip ini semakin meyakinkan sejak tektonik lempeng menjadi paradigma dimana proses regional upliftsubsidence, sea- level change, sediment supply dan proses erosi dapat dijelaskan lebih baik. Hasil proses-proses ini dapat ditunjukkan dengan unconformities yang luas dalam “series” endapan-endapan yang saling berhubungan di seluruh dunia. Chamberlin (1909), Ulrich (1911), Grabau (1940), Umbgrove (1947), Lavorsen (1943), dan Sloss (1963) adalah peletak dasar konsep unconformities hingga melahirkan karya Vail sebagai manifestasi terakhir dari “cyclicity” dalam evolusi pemikiran geologi. Teori katastrofisme Cuvier versus teori evolusi Darwin hingga kini tetaplah menjadi kontroversi. Keduanya hanya berusaha menjelaskan mengapa kumpulan-kumpulan fosil berubah dari satu lapisan ke lapisan lainnya. Sementara para ahli geologi pada zamannya hanya memanfaatkan adanya perubahan tersebut dalam penentuan umur relatif. Bila mengacu pada teori cyclicity atau periodicity atau rhytmicity maka teori katastrofisme jauh lebih bisa menjawab mengapa kumpulan fosil berubah dari satu lapisan ke lapisan berikutnya. Hal ini bisa dianalogikan dengan terbuktinya “hilangnya” peradaban dan bangsa-bangsa besar dan munculnya peradaban dan bangsa yang baru silih berganti sepanjang sejarah kehidupan manusia diakibatkan oleh peristiwa katastrofisme masa lalu.



10



BAB III PENUTUP Kesimpulan Indonesia merupakan Negara yang kaya akan sumber daya mineralnya, dan merupakan Negara dengancadangan sumber daya mineral terbanyak ke empat, di bawah chili yang merupakan negara dengancadangan mineral terbanyak pertama, rusia kedua dan kongo ketiga. Oleh karena itu, sebenarnya kitamerupakan negara yang berpotensi besar, akan tetapi masih harus memiliki cara untuk mengoptimalkancadangan tersebut. Salah satu caranya dengan memaksimalkan produksi, dengan menggunakan proseseksplorasi yang lebih baik. Perlu road map mengenai kebutuhan dan potensi-ketersediaan material untuk industri hilir di Indonesia, tidak saja logam tetapi juga mineral industri. Diperlukan kerjasama yang erat antar Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral dan Departemen Perindustrian untuk menjembatani supply dan demand di industri hulu dan di industri hilir. Pemberian insentif bagi industri yang mendukung dan melakukan kajian dan riset peningkatan nilai tambah. Mengharuskan perusahaan tambang untuk mengolah hasil tambang hingga produk akhir belum tentu realistis. Peningkatan nilai tambah hasil tambang bijih minimal



adalah



konsentrasi.



Pemberian



memproduksi hingga produk akhir mengenai



peningkatan



nilai



insentif bagi perusahaan tambang yang



(smelting) dan yang melakukan kajian dan riset



tambah.



Faktor



yang



menghambat



adalah



adanya



ketidaksiapan bagi perusahaan-perusahaan tambang skala kecil karena kekurangan modal, kemudian sumber energi yang masih terbatas dan menjadi kendala untuk pendirian smelter. Pemerintah harus menyiapkan segala infrastruktur dan insentif pada setiap usaha peningkatan nilai tambah mineral, mengingat pendirian smelter membutuhkan biaya yang sangat besar, dan pengusaha tambang skala kecil dan menengah (investor domestik) tidak mempunyai kecukupan modal dalam kegiatan usaha tersebut



11



DAFTAR PUSTAKA https://www.academia.edu/7302806/Pendekatan_induktif_dan_deduktif_dalam_stratigrafi _sejarah_dan_penerapannya http://carapedia.com/pengertian_definisi_belajar_menurut_para_ahli_info499.html Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja. Amin Suyitno. 2006 Penelitian Tindakan Kelas untuk Penyusunan Skripsi (Petunjuk Praktis). Semarang : UNNES. Amin Suyitno. 2006 Pemilihan Model-model Pembelajaran dan Penerapannya di Sekolah ( Makalah Disusun sebagai Bahan Pelatihan bagi Guru-guru SD, SMP SMA atau yang Sederajat ), Semarang : UNNES. Ansyar, Muhammad, 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Jakarta: Depdikbud, P2LPTK Beane, J. 1990. Affect in the Curriculum: Toward Democracy, Dignity, and Diversity. NY : Teachers College Press. Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung. Hidayanto. D.N. 2006. Pemikiran kependidikan, dari filsafat ke ruang kelas, yogyakarta: Liberty. Nasution, 1982. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Bina Aksara, Jakarta. Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. U.U No. 2 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, Penerbit Armas Duta Jaya, Jakarta Surachmad, Winarno. 2004. Pendidikan untuk Masa Depan. Jakarta ; IPSI http://id.wikipedia.org/wiki/Belajar



12