Kelompok 7 Hasil Diskusi + Resume [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RESUME EVALUASI PEMBELAJARAN DI SD Tentang ANALISIS BUTIR SOAL



Disusun Oleh : Kelompok 7 1. Akmal Hydayat 2. Delfia Syafputri 3. Kesy Lania Imanda 4. Nilam Nurlaila Fitri 5. Zahra Salsabila Nur’Iza 6. Zakiyatul Fikrah



Seksi : 18 AT 14 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020



Zahra Salsabila nur izza LANJUTAN SYARAT TES YANG BAIK (OBJEKTIVITAS DAN PRAKTIBILITAS)



A. Objektivitas Objektif  berarti  tidak adanya unsur pribadi  yang mempengaruhinya bukan subjectif.  Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila  dalam melaksanakan tes tidak  ada faktor subjektif yang mempengaruhi terutama dalam sistem skornya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan ketetapan (consistency) pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada 2 faktor  yang mempengaruhi subjektivitas  dari sesuatu tes yaitu  bentuk tes  dan penilai : a. Bentuk  Tes Tes  yang berbentuk uraian akan memberi banyak kemungkinan kepada sipenilai untuk memberikan penilaian menurut caranya sendiri. Untuk menghindari masuknya unsur subjektivitas dari penilai maka sistem skoringnya dapat dilakukan dengan cara sebaik-baiknya antara  lain lain dengan  membuat  pedoman skoring terlebih  dahulu. b. Penilai Subjektivitas  dari penilai akan dapat masuk secara agak leluasa terutama dalam tes bentuk uraian. Faktor-faktor  yang mempengaruhi subjektivitas  antara lain kesan penilai terhadap siswa, tulisan bahasa, kelelahan untuk menghindari subjektivitas maka harus mengacu pedoman terutama menyangkut masalah pengadministrasian yaitu kontinuitas dan komprehensivitas. Suatu tes belajar dapat disebut tes belajar yang obyektif apabila tes tersebut disusun dan dilaksanakan  menurut  apa adanya. Ditinjau  dari  segi  isi  atau  materinya artinya bahwa materi tes diambilkanatau  bersumber  dari  materi  atau  bahan  pelajaran  yang  telah  diberikan  sesuai  dengan instruksional  khusus  yang  telah  ditentukan atau bahan pelajaran yang telah dipelajari oleh peserta didik yang dijadikan acuan dalam penyusunan  hasil belajar  tersebut. (Putro : 2009)



B. Praktibilitas (practibility) Sebuah  tes  disebut memiliki  praktibilitas  yang  tinggi apabila  tes tersebut bersifat praktis, Tes yang praktis adalah tes yang : a. Mudah dilaksanakan, tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan kepada siswa  mengerjakan terlebih  dahulu bagian yang dianggap mudah. Karena bersifat  sederhana dalam arti  tidak  memerlukan peralatan  yang  sulit pengadaannya. b. Mudah pemeriksaannya artinya bahwa tes itu dilengkapi kunci jawaban maupun pedoman skoringnya. Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan atau diawali orang lain. c. Dilengkapi  dengan petunjuk-petunjuk  yang  jelas  sehingga  dapat  diberikan atau  diawasi  oleh  orang  lain. (Sudijono, 2005)



Zakiyatul Fikrah ( 18129338) ANALISIS BUTIR SOAL A. Tingkat Kesukaran Menganalisis tingkat kesukaran soal artinya mengkaji soal- soal tes dari segi kesulitanya sehingga dapat di peroleh soal-soal mana yang termasuk mudah ,sedang dan sukar. Sedangkan menganalisis daya pembeda artinya mengkaji soal-soal tes dari segi kesanggupan tes tersebut dalam kategori lemah atau rendah dan kategori kuat atau tinngi prestasinya. Asumsi yang digunakan untuk memperoleh kualitas yang baik, disamping memenuhi validitas dan reliabilitas adalah daya keseimbangan dari tingkat kesulitan soal tersebut. Keseimbangan yang dimaksutkan adalah adanya soal-soal yang termasuk mudah sedang dan sukar secara porposional. Tingkat kesukaran soal dipandang dari kesanggupan atau kemampuan siswa dalam menjawabnya, bukan dilihat dari segi guru dalam melakukan analisis pembuat soal. Ada beberapa dasar pertimbangan dalam menentukan proporsi jumlah soal kategori mudah sedang dan sukar yaitu : 1. Pertama adalah adanya keseimbangan, yakni jumlah soal sama untuk ke tiga kategori tersebut. dan ke dua proposi jumlah soal untuk ke tiga kategori tersebut artinya sebagian besar soal berada dalam kategori sedang sebagian lagi termasuk kategori mudah dan sukar dengan proporsi yang seimbang. 2. Kedua adalah Perbandingan antara soal mudah sedang sukar bisa di buat 3-4-3. Artinya, 30% soal kategori mudah 40% soal kategori sedang dan 30% lagi soal kategori sukar. Di samping itu oleh karena suatu tes dimaksutkan untuk memisahkan antara murid-murid yang betul-betul mempelajari suatu pelajaran dengan murid-murid yang tidak mempelajari pelajaran itu, maka tes atau item yang baik adalah tes atau item yang betul-betul dapat memisahkan ke dua golongan murid tadi.



Jadi setiap item disamping harus mempunyai derajat  kesukaran tertentu, juga harus mampu membedakan antara murid yang pandai dengan murid yang kurang pandai.Setelah judgment dilakukan oleh guru kemudian soal tersebut di uji cobakan dan dianalisis apakah judgment tersebut sesuai atau tidak. Setelah judgment dilakukan oleh guru kemudian soal tersebut di uji cobakan dan dianalisis apakah judgment tersebut sesuai atau tidak. Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut. P=



B JS



Keterangan: 



P   =Indeks kesulitan untuk setiap butir soal







B =Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal







JS =Banyaknya yang memberikan jawaban pada soal yang di maksudkan. Kriteria yang digunakan makin kecil indeks yang di peroleh makin sulit soal tersebut.



Sebaliknya makin besar indeks yang diperoleh makin mudah soal tersebut. Menurut kriteria yang sering di ikuti indeks kesukaran sering di klasifikasikan sebagai berikut : 



· Soal dengan  P  0 – 0,30 adalah soal kategori sukar.







· Soal dengan P  0,31 – 0,70  adalah soal kategori sedang.







· Soal dengan  P  0,71 – 1,00  adakah soal kategori mudah.



Contoh: Guru Matematika memberikan 10 pertanyaan piihan berganda denga komposisi 3 soal mudah , 4 soal sedang , dan 3 soal sukar. Jika di lukiskan susunan soalnya adalah sebagai berikut : No soal



Abilitas yang Diukur



Tingkat kesukaran soal



1



Pengetahuan



Mudah



2



Aplikasi



Sedang



3



Pemahaman



Mudah



4



Analisis



Sedang



5



Evaluasi



Sukar



6



Sitesis



Sukar



7



Pemahaman



Mudah



8



Aplikasi



Sedang



9



Analisis



Sedang



10



Sitesis



Sukar



Kemudian soal tersebut di berikan kepada 10 orang siswa dan tidak seorang pun yang tidak mengisi seluruh pertanyaan tersebut. Setelah di periksa hasilnya adalah sebagai berikut.



No



Banyakya siswa Banyaknya siswa yang Indeks Kategori



soal



yang menjawab



menjawab (B)



soal B



(JS) 1



20



18



N 0,9



Mudah



2



20



12



0,6



Sedang



3



20



10



0,5



Mudah



4



20



20



1,0



Seang



5



20



6



0,3



Sukar



6



20



4



0,2



Sukar



7



20



16



0,8



Mudah



8



20



11



0,55



Sedang



9



20



17



0,85



Sedang



10



20



5



0,25



Sukar



Dari sebaran di atas ternyata ada tiga soal yang meleset, yakni soal nomor 3 yang semula di proyeksikan kedalam kategori mudah, setelah di coba ternyata termasuk kedalam kadegori sedang.demikian,juga soal nomor 4 yang semula di proyeksikan sededang ternyata termasuk kedalam kategori mudah . nomor 9 semula di kategorikan sedang ternyata termasuk kedalam kategori mudah. Sedangkan tujuh soal yang lainya sesuai dengan proyeksi semula atas dasar tersebut ketiga soal diatas harus diperbaiki kembali. a. Soal no : 3 dinaikan dalam kategori sedang. b. Soal no : 4 diturunkan dalam kategori mudah. c. Soal no : 9 di turunkan kedalam kategori mudah.



Delfia Syafputri B. Analisis Daya Pembeda.



Salah satu tujuan analisis kuantitatif soal adalah untuk menentukan dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang di ukur sesuai dengan perbedaan yang ada dlam kelompok itu. Indeks yang di gunakan dalam membedakan peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah adalah indeks daya pembeda.       Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara keseluruhan. Dengan demikian validitas soal ini sama dengan daya pembeda soal yaitu daya yang membedakan antara peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah. Menurut Arikunto (2009:208) klasifikasi daya pembeda yaitu: D



: 0.00 - 0.20



: Jelek (poor)



D



: 0.20 – 0.40 : Cukup (satisfactory)



D



: 0.40 – 0.70 : Baik (good)



D



: 0.70 – 1.00 : Baik sekali (excellent)



1. Hubungan antara tingkat kesukaran dan daya pembeda. Tingkat kesukaran berpengaruh langsung pada daya pembeda soal. Jila setiap orang memilih benar jawaban ( P = 1 ), atau jika setiap orang memiliki benar jawaban (P = 0) maka soal tidak dapat digunakan untuk membedakan kemampuan peserta tes. oleh kaena itu soal yang baik adalah soal yang memiliki daya pembeda antara peserta tes kelompok atas dan kelompok rendah. Kelompok rendah memiliki tingkat kemampuam 0.50 dan akan diperoleh daya pembeda kelompok atas maksimal 1.00. 2. Daya pembeda soal pilihan ganda                   



Bagaimana menentukan daya pembeda soal pilihan ganda?Yang menunjukkan tingkat kesukaran soal pilihan ganda. Daya pembeda di tentukan dengan melihat kelompok atas dan kelompok bawah berdasarkam sekor total. perhatikan tabel berikut.



Skor Nomor soal



No Peserta



Total 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1



2 1 0 1 1 0 1 0 1 0



3 1 0 1 1 1 1 0 1 0



4 1 0 1 1 0 1 0 1 1



5 1 1 0 1 1 1 1 0 1



6 1 0 1 1 0 1 0 1 0



7 1 0 1 1 0 1 0 1 0



8 1 0 1 1 0 1 0 0 0



9 0 1 0 0 1 0 1 0 1



10 0 0 0 0 0 0 0 0 0



1



Aan



2



Adi



3



Ana



4



Andi



5



Candra



4



6



dian



8



7



Risma



8



sasa



6



9



titik



4



10



uun



4



1



0



0



0



0



0



1



1



1



0



8 3 7 8



3



Untuk memudahkan perhitungan sekor yang terdapat pada tabel di urutkan dari peserta tes yang memperoleh skor yang tinggi menuju peserta yang memperoleh sekor yang rendah. Perhatikan tabel berikut:



Akmal Hydayat No Peserta 1 Aan 2 Dian 3 Andi 4 Ana



1 1 1 1 1 1 1 1 1 1



2 1 1 1 1 1 0 0 0 0



3 1 1 1 1 1 1 0 0 0



4 1 1 1 1 1 0 1 0 0



Nomor soal 5 6 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0



7 1 1 1 1 1 0 0 0 0



8 1 1 1 1 0 0 0 1 0



9 0 0 0 0 0 1 1 1 1



10 0 0 0 0 0 0 0 0 0



Skor 8 8 8 7



5 Sasa



6



6 Candra



4



7 Titik



1



0



0



0



1



0



0



0



1



0



4



8 Uun



4



9 Adi



3



10 Risma Jumlah



3



jawaban benar Jumlah peserta Kesukaran



10



5



6



6



8



5



5



5



5



0



10



10



10



10



10



10



10



10



10



10



0.00 0.50 0.60 0.60 0.80 0.50 0.50 0.50 0.5



Keterangan : Skor Siswa kelompok atas 6 – 10 Skor Siswakelompok bawah 5 – 1 Berikut ini cara menghitung daya beda:



1.00



a. Nilai DB akan merentang antara nilai -1,00 hingga +1.00. dengan mengambil soal comtoh di atas beberapa kondisi  soal dapat di jelaskan sebagai berikut: b. contoh : soal nomor 2 semua siswa kelompok atas dapat menjawab benar dan semua siswa kelompok bawah menjawab salah, maka DB akan + 1,00.  DB  dapat di tentukan besarnya dengan rumus sebagi berikut : PT – PR Nilam Nurlaila Fitri TB RB – T T a. PT   



Proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang



=



mwmpunyai  kemampuan tinggi b. PR   



Proporsi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang



=



mwmpunyai  kemampuan rendah c. TB    =Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi d. T    =Jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi. e. RB   =Jumlah siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah f. R   =Jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah. Berikut adalah tabel kategori tingkat kesukaran dalam daya beda. No soal 1



Kelompok atas 1.00



Kelompok bawah 1.00



Daya Beda 0.00



2



1.00



0.00



1.00



3



1.00



0.10



0.90



4



1.00



0.10



0.90



5



0.30



0.60



-0.30



6



1.00



0.00



1.00



7



1.00



0.10



0.90



8



0.80



0.10



0.70



9



0.00



1.00



-1.00



10



0.00



0.00



0.00



Kembali pada tingkat kesukaran yang di tunjukkan pada tabel dapat kita lihat soal no 9 merupakan soal yang sukar bagi kelompok atas tetapi sangat mudah bagi kelompok bawah soal no 10 merupakan soal yang sangat sukar baik bagi kelompok atas maupun kelompok bawah.  soal nomor 2 dan nomor 6 merupakan soal yang sangat sukar dagi kelompok bawah tetapi relatif mudah untuk kelompok atas. Perhitungan daya beda sangatlah sederhana dan menyajikan informasi yang dapat membedakan masing – masing kelompok berdasarkan kemampuan mereka. (engelhart, 1965) . soal nomor 1 dan nomor 10  tidak menujukkan perbedaan antar kelompok. Tidak adanya perbedaan tingkat kesukaran pada soal nomor 1 dan nomor 10 yang juga menujukkan bahwa soal tidak dapat menujukkan perbedaan antar kelompok. Soal no 5 dan no 9 mempunyai indeks dayabeda yang baik, tetapi terbalik. Tanda negatif  no 5 dan no 9 menujukkan bahwa peserta tes yang kemampuanya tinggi tidak dapat menjawab soal dengan benar  , tetapi peserta tes yang kemampuanya rendah menjawab dengan benar , data setatistik diatas menunjukkan bahwa soal nomor 5 dan 9 merupakan soal yang tidak baik, data setatistik menujukkan bahwa soal nomer 2,3,4,6,7 dan 8 merupakan soal yang baik ditinjau dari daya pembeda.



3. Daya pembeda soal uraian 



Bagaimana cara menentukan daya pembeda soal uraian? Lankah yang di lakukan untuk menghitung daya pembeda sama seperti yang dilakukan pada soal pilihan ganda. Urutkan seluruh peserta tes berdasarkan perolehan sekor total dari yang tinggi keperolehan sekor yang rendah.Dari contoh diatasdapat disimpulkan bahwa cara menghitung daya pembeda adalah dengan menempuh langkah sebagai berikut : a. Memeriksa  jawaban soal semua siswa peserta tes. b. Membuat daftar peringkat atau urutan hasil tes berdasarkan sekor yang di capainya. c. Menentukan jumlah siswa kelompok atas dan kelompok bawah. d. Menghitung selisi tingkat kesukaran menjawab soal antara kelompok atas dan kelompok bawah. e. Membandingkan nilai selisih yang di peroleh. f. Menentukan ada tidaknya daya pembeda pada setiap nomor soal dengan kriteria “memiliki daya pembeda”. Kesy Lania Imanda C. Tingkat Penerkaan Setiap jawaban butir soal tipe objektif mengandung kemungkinan sebagai hasil terkaan atau tebakan. Tingkat penerkaan adalah indeks yang menunjukkan probabilitas jawaban merupakan.hasil terkaan atau tebakan. Tingkat penerkaan itu adalah satu per jumlah option dalam butir soal itu. Bila butir soal itu mempunyai dua option (B –  S), maka tingkat  penerkaannya adalah 0.50. Bila butir soal itu mempunyai tiga option, maka tingkat penerkaannya adalah 0.33, Untuk butir soal dengan empat option tingkat penerkaannya adalah 0.25. Dan butir soal yang mempunyai 5 option, tingkat penerkaannya adalah 0.20. Prinsipnya ialah makin kecil tingkat  penebakan, makin baik butir soal tersebut. Tetapi butir soal yang terlalu  banyak optionnya juga bukan merupakan butir soal yang baik konstruksinya. Karena itu ada semacam kesepakatan di antara para penulis buku tes dan  pengukuran bahwa jumlah option yang baik adalah berkisar antara empat atau lima saja.



DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. Muri, Yusuf. 2014. Metode Penelitian. Jakarta: Prenamedia Group Ruseffendi. 2006. Pengantaar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: PT Tarsito Sudiyono, A. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Putro,  Widoyoko  Eko. 2009. Evaluasi  Program  Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudijono,  Anas. 2005. Pengantar  Evaluasi  Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo  Persada.



LAPORAN HASIL DISKUSI MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN MATERI TENTANG ANALISIS BUTIR SOAL TANGGAL DISKUSI 06 APRIL 2020 SESI PGSD 18 AT 14 Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.Maaf sebelumnya buk.ini laporan hasil diskusi keompok 7 yang mengontrak mata kuliah evaluasi pembelajaran pada sesi senin jan 08.50 – 10.30 WIB Anggota Kelompok 7 1. 2. 3. 4. 5.



Akmal Hydayat Zakiyatul Fikrah Delfia Syafputri Zahra Salsabila Nur iza Kesy Lania Imanda



Judul Materi : Analisis Butir Soal Nama Mahasiswa yang terlambat: 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Kesy Lania Imanda Dian Diniyyah Ridho Otosi Amalya Nur Firmansyah Satria Mardiko Zuriat Al Arif



Moderator :Nilam Nurlaila Fitri



Nama pemberi Pertanyaan: 1. Ishma Zulfani Apa manfaat dari menganalisis indikator soal? Dijawab oleh Zakiyatul Fikrah Adapun manfaat dari menganalisis indikator soal adalah seperti yang telah tertera dalam buku Suharsimi arikunto yaitu : a. Menentukan soal soal yang cacat atau tidak berfungsi dengan baik b. Meningkatkan butir soal melalui tiga komponen analisis yaitu tingkat kesukaran,daya pembeda dan pengecoh soal c. Meningkatkan validitas dan reabilitas d. Merevisi soal yang tidak relevan dengan materi yang diajarkan,ditandai dengan banyaknya anak tertentu 2. Lysa Putri Maharani Bagaimana cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui butir butir item hasil belajar tertentu yang dapat dikatakan memiliki derajat kesukaran yang memadai? Dijawab Oleh Delfia Syafputri



Cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui apakah item tes hasil belajar itu sudah memiliki tingkat kesukaran yang memadai ataukah belum, maka dapat diketahui dari besar kecilnya indeks kesukaran item(difficulty index). Indeks kesukaran item adalah bilangan atau angka yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu item soal. Besarnya indeks kesukaran adalah antara 0,00 sampai dengan 1,00. Artinya suatu soal yang indeks kesukarannya 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya suatu soal yang indeks kesukarannya 1,00 menunjukkan bahwa soal tersebut terlalu mudah. Dalam istilah evaluasi, indeks kesukaran diberi simbol "p" singkatan dari proporsi. Untuk mencari bilangan indeks kesukaran (p), digunakan rumus sebagai berikut: a) Soal yang memiliki p < 0.30 adalah soal yang sukar, b) Soal yang memiliki 0,30 p 0,70 adalah soal yang sedang, dan c) Soal yang memiliki p > 0,70 adalah soal yang mudah



3. Syarabia lee apsyah Didalam makalah kelompok terdapat soal yang memiliki kesukaran dengan nilai ditambahkan 0, dibelakang angka .apakah memang harus 0,tersebut pada tingkat kesukaran memang ada? Dijawab oleh :Zahra salsabila nur iza Menurut buku karya arikunto ( 2009:207-208) Bahwa besarnya taraf kesukaran antara 0,0 – 0,1.Soal dengan indeks 1,0 menunjukan soal terlalu mudah.Jadi dapat disimpulkan bahwa penggunaan nol tidak mempengaruhi indeks kesukaran tersebut walaupun indeksnya 0,70 atau 0,7 tetap sama menurut kelompok.



LAMPIRAN KEGIATAN DISKUSI 1. Mahasiswa mengambil absensi kehadiran



2. Kelompok mengirimkan resume dan ppt sekaligus membuka diskusi dan menyampaikna tata tertib diskusi.



3. Dalam diskusi tidak ada yang member saran maupun sanggahan dan penambahan materi.berhubungan dengan itu langsung pada sesi Tanya jawab. Pertanyaan pertama dijawab oleh zakiyatul fikrah



Pertanyaan Kedua dijawab oleh delfia syafputri



Pertanyaan ketiga dijawab oleh Zahra salsabila nur iza



4,Diskusi diakhiri dan diizinkan oleh dosen pembimbing untuk ditutup