9 0 6 MB
5.1. Profil Wilayah Kawasan Wisata Holtekamp – Tanjung Kasuari Kawasan wisata Holtekamp-tanjung kasuari terdiri dari 7 areal kawasan yang telah di bagi menurut kondisi perwilayahannya sesuai dengan karakteristik pemanfaatan ruang berdasarkan potensi laut, pantai dan hutan yang terdapat di Holtekamp.
Secara rinci kawasan wisata Holtekamp – tanjung kasuari,
mempunyai 7 areal kawasan, antara lain : 1. Kawasan Perairan Pesisir 2. Kawasan Pantai Depan 3. Kawasan Pantai Belakang 4. Kawasan Hutan Pantai 5. Kawasan Hutan Manggrove 6. Kawasan Perairan Teluk Youtefa 7. Kawasan Desa Wisata Secara keseluruhan, kawasan ini berbentuk lengkung (hol) yang masingmasing kaawasan mempunyai karakteristik potensi alam yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Ke-tujuh kawasan ini akan di bahas satu persatu untuk dapat di analisa secara lebih baik mulai dari luas areal kawasan, topografi kawasan, kondisi alam, dan areal perwilayahan. 5.1.1. Potensi Kawasan Perairan Pesisir Yang dimaksud dengan kawasan perairan pesisir adalah : Mintakat (air pasang) yang meliputi pantai dan perluasannya ke arah darat sampai batas pengaruh laut tidak ada. Mintakat pesisir ini, mengalami proses pengangkatan yang semula berada dibawah laut sebagai bekas paparan benua.
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
63
Pada bulan-bulan Januari – Agustus, gelombang air laut di Pantai Holtekamp cukup teduh, namun bulan September – Desember, gelombang / ombak air laut di pantai Holtekamp cukup besar. Besarnya ombak mencapai 2-3 Meter. Jarak pecahnya ombak mencapai sekitar 50 Meter. Sedangkan kecepatan arus dibagi menjadi dua bagian, yaitu arus permukaan dan arus bawah permukaan, arus permukaan mempunyai kecepatan rata-rata 1 menit 20 meter. Dalam 1 jam mencapai 0,0003 Km / jam atau 20 meter / menit. Artinya arus gelombang di Pantai Holtekamp dapat dikategorikan sebagai arus lambat. Sedangkan arus bawah permukaan mencapai kecepatan rata-rata 0,002 Km / jam (agak cepat). Arah arus dipantai Holtekamp berasal dari barat (Tanjung Kasuari) – menuju timur (Pantai Holtekamp). Asumsi tersebut di dukung oleh bukti rill, bahwa cukup banyak sampah-sampah yang berserakkan di sepanjang Pantai Holtekamp yang berasal dari pasar Youtefa , Hamadi dan arah bagian barat (Tanjung Kasuari). Pantai Holtekamp mempunyai jenis / karakteristik laut dangkal dengan luas dari tanjung Marinir – Tanjung Holtekamp / Tanjung Kasuari mencapai 800 Ha. Kawasan perairan pesisir Pantai Holtekamp juga mempunyai keanekaragaman alam laut yang sangat indah ( ± 500 meter) dari bibir pantai, terdapat kumpulan gugusan terumbu karang yang sangat indah untuk dinikmati dengan beragam jenis ikan hias yang hidup dan berkeliaran di pinggir karang. Tepat didepan kawasan perairan Holtekamp ada 3 buah pulau kosong, pulau-pulau tersebut dapat menjadi tawaran alternatif bagi wisatawan yang menggunakan banana ride boat. Di pulau tersebut banyak terdapat jenis-jenis burung, seperti : burung bangau putih, hitam, kelelawar, belibis dan jenis-jenis burung lainnya dan
kombinasi pepohonan yang rindang, sejuk dan belum
tersentuh oleh tangan-tangan manusia. (Lihat Gambar 5.1).
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
64
Gambar 5.1. Peta Kawasan Perairan Teluk Youtefa
5.1.2. Potensi Kawasan Pantai Depan (foreshore) Yang dimaksud dengan Kawasan Pantai Depan adalah : Mintakat (air pasang) yang terletak antara batas pasang tinggi dan pasang rendah. Air pasang surut (jarak antara sempadan pantai dengan tepi air laut di Pantai Holtekamp mencapai ± 30 meter), dengan bentuk pantai bersifat lengkung dan topografi pantai landai hingga agak miring. Sedangkan jarak bibir pantai dengan jalan mencapai ± 100 meter.
Dengan panjang jalan mencapai 9 Km atau 80 Ha.
Keadaan pasir pantai di bagian tengah bersih, kemudian kearah timur agak kotor (karena mendapat buangan dari gelombang arus dari pasar abe dan teluk Youtefa). Suasana keadaan alam sejuk di siang hari, terutama di bawah pepohonan tepi pantai, dan agak panas apabila berada di kawasan pantai depan. Cukup luas daerah kawasan pantai depan, ± 30 meter. (lihat Gambar 5.2).
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
65
Gambar 5.2. Peta Kawasan Pantai Depan
5.1.3. Potensi Kawasan Pantai Belakang (back shore) Yang dimaksud dengan kawasan pantai belakang adalah : Pantai yang terletak antara batas pasang tinggi dan cliff (luar pesisir/garis pesisir) biasanya berasosiasi dengan satu atau dua berm. Luas kawasan pantai belakang ± 20 meter antara jarak pasang tinggi sampai garis pesisir. Kondisi pantai belakang telah di tumbuhi beberapa pepohonan, seperti kelapa, ketapang, lantoro dan lain-lain. Keadaan alam sejuk karena terdapat bermacam-macam pohon yang rindang tumbuh di kawasan pantai belakang. Keadaan topografi bersifat landai, di tumbuhi rumput-rumput pantai yang pendek. Sedangkan jarak kawasan pantai belakang dari tanjung Marinir – Tanjung Holtekamp / Tanjung Kasuari mencapai 800 Ha (Lihat Gambar 5.3).
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
66
Gambar 5.3. Peta Kawasan Wisata Pantai Belakang
5.1.4. Potensi Kawasan Hutan Pantai Hutan pantai di pahami sebagai : Sebuah kawasan yang terletak di tepi pantai belakang yang terdiri dari tumubuh-tumbuhan maupun hewan yang hidup di dalamnya. Berbagai jenis pepohonan ada didalam hutan pantai. Luas kawasan hutan pantai di Holtekamp ± mencapai 10 juta meter persegi atau 1000 Ha, hutan Holtekamp berjenis hutan tropis dataran rendah dan beriklim sejuk. Dengan tumbuh-tumbuhan alami pohon sagu, pohon lantoro, ketapang, dan pohon bintangor dan hutan bakau. Sedangkan hasil tanaman berupa pohon jarak, pohon kelapa, pohon cemara dan bunga-bunga. Di beberapa wilayah hutan nampak terdapat tanaman hutan bakau, sebagian diantaranya telah kering. Potensi fauna / jenis satwa yang ada di hutan Holtekamp antara lain : burung camar, burung bangau, Soa-Soa, dan reptil-repil kecil lainnya seperti kadal dll. Hampir sebagian besar areal kawasan hutan pantai ini masih utuh dan belum rusak. Di tengahtengah hutan pantai sudah di bangun jalan, namun belum di aspal dan terputus
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
67
pada bagian areal tertentu (tidak sampai di Tanjung Kasuari). (Peta kawasan hutan pantai dapat dilihat di Gambar 5.4). Gambar 5.4. Peta Kawasan Hutan Pantai
5.1.5. Potensi Kawasan Hutan Manggrove Hutan manggrove di pahami sebagai : Tumbuhan manggrove pesisir yang berada pada lingkungan perairan dangkal berlumpur di daerah tropik. Hutan manggrove juga di sebut sebagai hutan rawa, sedangkan arti dari manggrove / bakau sendiri adalah : Tumbuhan daratan berbunga yang hidup di pinggiran pantai yang mampu entolerir salinitas tertentu. Tepat di belakang tanjung kasuari hotekam terdapat sekumpulan hutan bakau yang tumbuh dengan suburnya di dataran tanah rawa. Luas hutan bakau mencapai 4 Ha lebih dengan karakteristik jenis bakau yang beragam serta jenis-jenis biota laut lainnya seperti ; udang, kepiting, dan kerang yang dikumpulkan. Nor (kerang kodok), letah (udang hijau), hundui (yang hidung panjang), hei, (kepiting kecil), hruk (kepiting besar), has-
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
68
has (udang berkepala kepiting). Saat ini orang Tobati dan Injros masih melakukan aktivitas penangkapan ikan dan mencari udang, kerang dan kepiting di rawa-rawa bakau. Satu dua orang melakukan aktivitas berkebun, Sebagian orang Tobati-Injros menggantungkan hidup dengan bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan anggota TNI Polri. Sementara sebagian anggota masyarakat lainnya melakukan aktivitasnya sendiri-sendiri. (Peta terlampir pada Gambar 5.5). Gambar 5.5. Peta Kawasan Hutan Manggrove
5.1.6. Potensi Kawasan Perairan Teluk Youtefa Tepat dibelakang hutan Holtekamp, terdapat kawasan perairan teluk Youtefa yang penuh dengan berbagai potensi, baik perairan maupun budaya. Luas kawasan Teluk Youtefa mencapai ± 1500 Ha, Teluk Youtefa merupakan sebuah teluk dengan panorama indah yang berada di wilayah Kota Jayapura Teluk ini secara alami memang sangat indah dan mempunyai arti khusus dalam Perang
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
69
Dunia II, baik bagi tentara Jepang maupun Tentara Sekutu dan Amerika Serikat, karena letak teluk ini sangat strategis. Pada tanggal 19 April 1942 bala tentara Jepang masuk di teluk Youtefa dan mendarat di VIM dan Abe Pantai dengan keyakinan bahwa letak Hollandia sangat strategis, maka Jepang melabuhkan dua buah kapal perang beserta marinirnya di teluk Youtefa pada 6 Mei 1942. Di teluk youtefa terdapat sebuah pulau yang namanya Metu Debi, luas pulau ini mencapai 40 × 30 meter. Pulau metu debi merupakan tempat dari masuknya injil pertama kali di Kota Jayapura dan sekaligus dijadikan sebagai pusat pemerintahan pertama di Jayapura. Kini di sekeliling pulau, di tumbuhi tanaman pohon cemara sehingga suasana pulau sangat sejuk dan rindang. Di beberapa bagian Teluk Youtefa, juga terdapat sebuah bongkahan pasir yang pada bulan-bulan tertentu (Agustus), air laut akan surut dan dapat dipakai untuk menjadi lapangan sepak bola. Di teluk ini juga masih terdapat peninggalan sejarah Perang Dunia II berupa bangkaibangkai kapal Jepang maupun Sekutu yang tenggelam, sedang di Abe Pantai dibangun sebuah Tugu peringatan pendaratan tentara Jepang. Ternyata teluk yang terlindung ini menjadikan Hollandia sebagai tumpuan pertahanan Jepang, begitu pula perbekalan yang dimiliki Jepang di Hollandia diakui Sekutu sebagai satu-satunya pusat perbekalan yang terbesar dan terkuat oleh bala tentara Jepang di seluruh wilayah Pasifik. Air laut cukup teduh, pada bulan-bulan September – Desember baru bergelombang. (lihat peta pada gambar 5.6).
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
70
Gambar 5.6. Peta Kawasan Perairan Teluk Youtefa
5.1.7. Potensi Kawasan Desa Wisata di Perairan Teluk Youtefa Didalam teluk ini juga terdapat dua kampung yang hidup sejak masa penjajahan Jepang dan sekutu di Jayapura, yaitu Kampung Enggros dan Kampung Tobati. Kampung Enggros dan Tobati memiliki struktur budaya dan social yang yang sangat potensial untuk dikembangkan di kemudian hari. Seni ukiran, anyaman, tarian adat menjadi keunggulan desa ini. Di kampung Enggros dan Tobati
juga
telah
dikembangkan
kerambah
milik
masyarakat
untuk
membudidayakan aneka jenis ikan laut, seperti bobara, goropa, dan lain-lain. Di dalam kampung ini juga terdapat masyarakat yang memiliki sejarah peradaban, baik dari struktur budaya maupun sejarah desa. Mata pencarian orang Tobati – Injros bervariasi, yaitu meramu sagu, berkebun, mencari ikan, berdagang dan PNS. Aktivitas mata pencarian dilakukan mengikuti kondisi alam di sekitarnya. Pada saat laut sedang bergelombang usahausaha mencari ikan untuk kehidupan biasanya dihentikan dan penduduk beralih mengerjakan kebun-kebun dan meramu sagu (nas) di wilayah masing-masing. Pada saat seperti itu para ibu-ibu melakukan aktivitas mencari berbagai jenis
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
71
kerang rawa, kepiting dan udang di rawa bakau di Holtekamp dan rawa bakau di bagian utara kampung Tobati (lihat peta pada Gambar 5.7). Gambar 5.7. Peta Kawasan Desa Wisata
5.2.
Profil Potensi Produk Kawasan Wisata Holtekamp
5.2.1 Potensi Wisata Laut Pada bulan-bulan Januari – Agustus, gelombang air laut di Pantai Holtekamp cukup teduh, namun bulan September – Desember, gelombang / ombak air laut di pantai Holtekamp cukup besar. Besarnya ombak mencapai 2 -3 Meter. Jarak pecahnya ombak mencapai sekitar 50 Meter. Sedangkan kecepatan arus dibagi menjadi dua bagian, yaitu arus permukaan dan arus bawah permukaan, arus permukaan mempunyai kecepatan rata-rata 1 menit 20 meter. Dalam 1 jam mencapai 0,0003 Km / jam atau 20 meter / menit. Artinya arus gelombang di Pantai Holtekamp dapat dikategorikan sebagai arus lambat.
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
72
Sedangkan arus bawah permukaan mencapai kecepatan rata-rata 0,002 Km / jam (agak cepat). Arah arus dipantai Holtekamp berasal dari barat (Tanjung Kasuari) – menuju timur (Pantai Holtekamp). Asumsi tersebut di dukung oleh bukti rill, bahwa cukup banyak sampah-sampah yang berserakkan di sepanjang pantai Holtekamp dimana berasal dari pasar Youtefa , Hamadi dan arah bagian barat (Tanjung Kasuari). Pantai Holtekamp mempunyai jenis / karakteristik laut dangkal dengan luas dari tanjung Marinir – Tanjung Holtekamp / tanjung kasuari mencapai 800 Ha. Dengan penjelasan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa potensi wisata laut yang layak dikembangkan dari aspek pariwisata, antara lain : Wisata surfing, canoing, banana ride boat, fishing tour, parasailing dan wisata renang. (akan dibahas pada analisis pengembangan). 5.2.2. Potensi Wisata Pantai Air pasang surut (jarak antara sempadan pantai dengan tepi air laut mencapai ± 30 meter), dengan bentuk pantai bersifat lengkung dan topografi pantai landai hinga agak miring. Sedangkan jarak bibir pantai dengan jalan mencapai ± 100 meter. Dengan panjang jalan mencapai 9 Km atau 80 Ha. Pantai Holtekamp yang bersifat landai tersebut mempunyai potensi wisata yang layak dikembangkan di kemudian hari. Dengan luas tersebut maka ada beberapa potensi wisata pantai yang layak dikembangkan di pantai Holtekamp, yaitu : Sun Bathing, olah raga pantai ( volley pantai, shelter/pondok wisata), Taman pantai, trotoar pantai untuk wisata cycling tourism play group children Holtekamp arena, dan taman wisata. 5.2.3 Potensi Hutan Wisata (Ecotourism) Luas hutan di Holtekamp ± mencapai 10 juta meter persegi atau 1000 Ha, hutan Holtekamp berjenis hutan tropis dataran rendah dan beriklim sejuk. Dengan tumbuh-tumbuhan alami pohon sagu, pohon lantoro, ketapang, dan pohon bintangor dan hutan bakau. Sedangkan hasil tanaman berupa pohon jarak, pohon kelapa, pohon cemara dan bunga-bunga. Di beberapa wilayah hutan nampak terdapat tanaman hutan bakau yang telah kering. Potensi fauna / jenis satwa yang ada di hutan Holtekamp antara lain : burung camar, burung bangau, Soa-Soa, dan reptil-repil kecil lainnya seperti kadal dll. Melihat kondisi tersebut maka prospek
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
73
ekowisata di hutan Holtekamp sangat menjanjikan apabila di kembangkan, selain itu produk youth camping juga merupakan alternatif produk pilihan untuk hutan wisata di Holtekamp. 5.2.4. Potensi Wisata Teluk Tepat dibelakang hutan Holtekamp, (di ujung Tanjung Kasuari) terdapat kawasan wisata teluk Youtefa yang penuh dengan berbagai potensi, baik perairan maupun budaya. Luas kawasan Teluk Youtefa mencapai ± 1500 Ha, Teluk Youtefa merupakan sebuah teluk dengan panorama indah yang berada di wilayah Kota Jayapura Teluk ini secara alami memang sangat indah dan mempunyai arti khusus dalam Perang Dunia II, baik bagi tentara Jepang maupun Tentara Sekutu dan Amerika Serikat, karena letak teluk ini sangat strategis. Pada tanggal 19 April 1942 bala tentara Jepang masuk di teluk Youtefa dan mendarat di VIM dan Abe Pantai dengan keyakinan bahwa letak Hollandia sangat strategis, maka Jepang melabuhkan dua buah kapal perang beserta marinirnya di teluk Youtefa pada 6 Mei 1942. Di teluk youtefa terdapat sebuah pulau yang namanya Metu Debi. Di beberapa bagian Teluk Youtefa, terdapat sebuah bongkahan pasir yang pada bulan-bulan tertentu (Agustus), air laut akan surut dan dapat dipakai untuk menjadi lapangan sepak bola. Di teluk ini juga masih terdapat peninggalan sejarah Perang Dunia II berupa bangkaibangkai kapal Jepang maupun Sekutu yang tenggelam, sedang di Abe Pantai dibangun sebuah Tugu peringatan pendaratan tentara Jepang. Ternyata teluk yang terlindung ini menjadikan Hollandia sebagai tumpuan pertahanan Jepang, begitu pula perbekalan yang dimiliki Jepang di Hollandia diakui Sekutu sebagai satu-satunya pusat perbekalan yang terbesar dan terkuat oleh bala tentara Jepang di seluruh wilayah Pasifik. Air laut cukup teduh, pada bulan-bulan September – Desember baru bergelombang. Didalam teluk ini juga terdapat dua kampung yang hidup sejak masa penjajahan Jepang dan sekutu di Jayapura, yaitu Kampung Enggros dan Kampung Tobati. Kampung Enggros dan Tobati memiliki struktur budaya dan social yang yang sangat potensial untuk dijadikan asset desa wisata.
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
74
1. Potensi Sosial Budaya Masyarakat Tobati - Injros Mata pencarian orang Tobati – Injros bervariasi, yaitu meramu sagu, berkebun, mencari ikan, berdagang dan PNS. Aktivitas mata pencarian dilakukan mengikuti kondisi alam di sekitarnya. Pada saat laut sedang bergelombang usahausaha mencari ikan untuk kehidupan biasanya dihentikan dan penduduk beraJih mengerjakan kebun-kebun dan meramu sagu (nas) di wilayah masing-masing. Pada saat seperti itu para ibu-ibu melakukan aktivitas mencari berbagai jenis kerang rawa, kepiting dan udang di rawa bakau di Holtekamp dan rawa bakau di bagian utara kampung T'bati. Beberapa jenis udang, kepiting, dan kerang yang dikumpulkan adalah Nor (kerang kodok), letah (udang hijau), hundui (yang nidung panjang), hei, kepiting kecil, hruk (kepiting besar), has-has (udang berkepala kepiting). Saat ini orang T'bati dan Injros masih melakukan aktivitas penangkapan ikan dan mencari udang, kerang dan kepiting di rawa-rawa bakau. Satu dua orang melakukan aktivitas berkebun, Sebagian orang T'bati-Injros menggantungkan hidup dengan bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan anggota TNI Polri. Sementara sebagian anggota masyarakat lainnya melakukan aktivitasnya sendiri-sendiri. 2. Potensi Wisata Sejarah Injil Pulau Metu Debi Pada tanggal 12 Agustus 1827, orang perancis bernama ”Dumondt de Urville” berlayar dengan kapal ”Astrolabe” mengunjungi Hol Tabi dan Teluk Yotefa untuk pertama kali dan memberi nama :
Teluk Humbolt dahulu Hol Tabi
Tanjung Buonpland dahulu tanjung Juar
Tanjung Caille dulu Tanjung Suaja Mereka membawa misi injil pada masyarakat Tobati – Injros. Kemudian
pada tanggal 3 April 1892, datang orang Belanda Pdt. G.L Bink mengunjungi Teluk Youtefa dan Kampung Tobati – Injros untuk menyampaikan misi Injil. G.L Bink mengunjungi ke Karwari (Mau) Rumah Adat Hamadi dan melihat situasi di Mau. Kemudian pada tahun 1893, dua anak tobati, Waro Itaar dan seorang dari Keret Hamadi di bawa Bink untuk menjadi juru bahasa dan tukang kayu di Pulau Roon, Manokwari. Selanjutnya Pdt. F.J.F. Van Hasselt mengambil Waro Itaar sebagai Penterjemah dalam rangka penginjilan di Kampung Inros dan Tobati.
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
75
Kedua kampung ini merupakan pusat pemerintahan pertama di Kota Jayapura dan sangat prospek untuk dikembangkan menjadi wisata sejarah injil masuk di Kota Jayapura. 3. Kondisi Pendidikan Masyarakat Tobati-Injros
Sebagian besar penduduk kampong T'bati dan Inggros menempuh pendidikan dasar dan menengahnya di luar kampung. Hingga saat ini di kampong T'bati maupun Injros tidak terdapat bangunan sekolah tingkat dasar. Untuk dapat mengenyam pendidikan dasar anak-anak di kampong di T'bati bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Skyland. Untuk mengenyam pendidikan lanjutan anak-anak bersekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Hamadi dan SMP Entrop. Pendidikan pada sekolah Menengah Umum (SMU) anak-anak bersekolah di sejumlah SMU dan SMK di kota Jayapura. Sementara untuk mengenyam pendidikan yang lebih tinggi di perguruan tinggai anak-anak bersekolah di salah satu universitas negeri Cenderawasih. Ada juga bersekolah di Sekolah Tinggi IImu Ekonomi Ottow Geissler. Perlu dipikirkan utuk mengembangkan SDM masyarakat setempat dengan model pemberdayaan masyarakat lokal melalui kegiatan-kegiatan wisata yang sifatnya meningkatkan SDM masyarakat. 5.3. Posisi Pantai Holtekamp Berdasarkan Destination Tourism Life Cycle (Alur Hidup Destinasi) Tourism Area Life Cycle merupakan suatu konsep yang diterapkan atau digunakan dalam pengembangan suatu daerah wisata. Destination Tourism Area Life Cycle memberikan dampak besar bagi kehidupan suatu destinasi, termasuk perkembangan industri pariwisata sangat dipengaruhi oleh Tourism Area Life Cycle. Adapun tujuan memahami alur hidup destinasi adalah ; 1. Konsep siklus hidup produk dapat digunakan dalam memasarkan produk destinasi wisata. 2. Siklus hidup produk sebagai petunjuk strategi pengembangan produk destinasi pariwisata. 3. Siklus hidup suatu produk sebagai petunjuk hidup suatu produk destinasi pariwisata.
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
76
4. Siklus hidup suatu destinasi wisata dapat dijadikan sebagai acuan dalam penyusunan master plan pariwisata di suatu kawasan wisata. Berdasarkan teori dari alur hidup destinasi, maka pantai Holtekamp berada pada posisi FASE DEVELOPMENT (PEMBANGUNAN), ciri cirinya fase development adalah Kunjungan wisatawan mulai meningkat, wajah DTW dipercantik, peranan BPW mulai mengatur perjalanan wisatawan, kontrol SOP terjadi, popularatis daerah tujuan wisata (DTW) meningkat, pembangunan mulai dilakukan dimana-mana dan destinasi mulai ramai dikunjungi wisatawan. Di fase ini harus hati-hati dalam perencanaan dan pembangunan destinasi Kalau tidak terkontrol maka akan menyebabkan terjadinya semerawutan dalam pembangunannya, bahkan cenderung akan melanggar batasbatas yang telah di tetapkan oleh pemerintah, misalnya dalam hal rencana tata ruang wilayah di kawasan pantai Holtekamp. 5.4. Fasilitas Wisata di Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp Semua fasilitas dari Tanjung Cibery sampai ke ujung Pantai Holtekamp pada umumnya semua tidak lengkap. Terutama dari pantai di bawah jembatan merah sampai pada Pantai bagian ujung sebelum kali buaya. Rata-rata fasilitasnya ada beberapa yang sudah rusak dan ada juga yang masih bagus. Selain itu, kebanyakan failitasnya mencakup gazebo/ pondok wisata, toilet, home stay, tempat duduk/ bangku, dan menara pemantauan tidak semuanya ada di setiap lokasi. Fasilitas wisata di Tanjung Cibery tahun 2018 ramai digunakan para pengunjung. Namun dikarenakan terjadi abrasi saat ini, maka di daerah kawasan tersebut menyebabkan semua pondok-pondok yang dibangun telah mengalami kerusakan. Sehingga hal tersebut memberikan pengaruh kepada jumlah kedatangan pengunjung ke Tanjung Cibery. Hal ini bisa dilihat dari gambar 5.8.
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
77
Gambar 5.8. Kondisi Abrasi di Pantai Cibery
Perencanaan yang akan diusulkan di dalam master plan ini untuk membuat tanggul atau pemecah ombak di Tanjung Cibery. Hal ini dilakukan bertujuan untuk meminimalisir terjadi abrasi di kawasan tersebut. Selain itu, beberapa fasilitas wisata di Holtekamp setelah Café Tropical, pada umumnya keadaan pantai masih kotor karena terkena dampak dari pergerakan ombak yang membawa sampah hingga ke arah tersebut. Keadaan tersebut dapat dilihat pada gambar 5.9.
Gambar 5.9. Kondisi Sampah di Pantai Holtekamp
Selain itu, terdapat beberapa fasilitas wisata yang ada di Tanjung Cibery Ujung Pantai Holtekamp, antara lain :
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
78
1. Café dan Restoran Café dan restoran yang ada di Holtekamp berjumlah 13 café dan restoran sebagaimana di dalam table 5.1 berikut. Tabel 5.1. Data Café dan Restaurant di Pantai Holtekamp No
Nama Usaha
Jayapura
Holtekamp
Silabun
Selatan
Jl.
Posman
Jayapura
Holtekamp
Silabun
Selatan
Mutiara
Jl.
Solfianus
Jayapura
Yasyoni
Holtekamp
Betaubun
Selatan
Tropical
Jl.
Albert
Jayapura
Beach
Holtekamp
Pratiquinno
Selatan
De
Jl.
Legend
Holtekamp
Selatan
Jl.
Jayapura
Labaliza
7.
Blue Ice
8.
Woffle
9.
Wilayah
Posman
3.
6.
Pemilik
Selatan
Haria
5.
Usaha
Siagian
2.
Holtekamp Jl.
10. Humbold
Café
Pantai Café Pantai Café Pantai Café Pantai
Restoran
Pantai
Jayapura
Pantai
Holtekamp Jl.
Pantai
Holtekamp
Soetidjah Jl. Rode
Pantai
Nama
Jayapura
Exotic
Jl.
Jenis
Harifin
1.
4.
Alamat
Selatan Jayapura
Cafe
Selatan
Pantai
Deddi
Holtekamp
Sajira
Jl.
Pantai
Holtekamp
Daniel Fredicle Vriese
Selatan Jayapura Selatan Jayapura
11. Kakao 12. Warunk
As Jayapura
Selatan Jl.
Estee
Kotaraja
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
Keterangan Baru 2021 Baru 2021 Baru 2021 Baru 2021 Baru 2021 Baru 2021 Baru 2021 Baru 2021 Baru 2021
Baru 2021
Baru 2021 Baru 2021
79
Combrof
Angkatan
Maintidom
Laut/ Pantai Hamadi 13.
V’
Jl.
Pantai
Tekya
Holtekamp
Stewart Love Rompas
Jayapura Selatan
Baru 2021
Sumber : Dinas Pariwisata Kota Jayapura-2021 Beberapa café tersebut seperti nampak di bawah ini: 1) Exotic Gambar 5.10. Bagian Depan dan Belakang Café Exotic
2) Haria Cafe Gambar 5.11. Bagian Depan dan Belakang Café Haria
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
80
3) Labaliza Cafe Gambar 5.12. Bagian Depan dan Belakang Café Labaliza
4) Mutiara Yasyoni Cafe Gambar 5.13. Bagian Depan dan Belakang Café Mutiara Yasyoni
5) Tropical Beach Cafe Gambar 5.14. Bagian Depan dan Belakang Café Tropical Beach
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
81
6) De Legend Cafe Gambar 5.15. Bagian Depan dan Belakang Café De Legend
7) Woffle Cafe Gambar 5.16. Bagian Depan dan Belakang Café Woffle
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
82
8. Anggrek Café Gambar 5.17. Bagian Depan dan Dalam Café Anggrek
9. Blue Ice Café Gambar 5.18. Bagian Depan dan Dalam Café Blue Ice
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
83
10. Soetidjah Rode Café Beach Gambar 5.19. Bagian Depan Soetidjah Rode Café Beach
2. Gazebo / Pondok Wisata Gazebo/ pondok wisata yang dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp ada beberapa yang masih bisa digunkan. Adapun gambaran keadaan gazebo/ pondok wisata dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 5.20. Keadaan Gazebo di Pantai Holtekamp
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
84
Gambar 5.21. Keadaan Gazebo di Pesisir Pantai Holtekamp
Jumlah gazebo/ pondok wisata dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp sebagai berikut : Tabel 5.2. Data Jumlah Fasilitas Gazebo/ Pondok Wisata dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp
No
Nama Tempat Destinasi
Jumlah Fasilitas Gazebo/ Pondok Wisata
1.
Tanjung Cibery
18
2.
Pantai Holtekamp
270
3.
Kali Buaya Jumlah
8 296
Sumber: Observasi Tim, 2021 Maka, jumlah gazebo/ pondok wisata dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp secara keseluruhan yaitu 296 buah. Akan tetapi gazebo/ pondok wisata yang terdapat di tempat tersebut tidak semuanya dapat digunakan dengan nyaman oleh pengunjung disebabkan sebagian mengalami kerusakan.
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
85
Gambar 5.22. Keadaan Gazebo di Kali Buaya
3. Toilet Beberapa toilet / kamar mandi yang ada di Pantai Holtekamp yang masih bisa digunkan dan tidak semua fasilitas toilet / kamar mandi bisa digunakan dengan semestinya. Karena ada beberapa kendala yang mengakibatkan merasa kurang nyaman menggunakan fasilitas toilet tersebut. Kendala tersebut diantaranya kurangnya pencahayaan pada saat di dalam toilet / kamar mandi, kurangnya persediaan air yang selalu lancer dan bersih, dan kurangnya persediaan sabun pencuci tangan. Gambaran toilet dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp salah satunya seperti dalam gambar berikut. Gambar 5.23. Keadaan Toilet di Holtekamp
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
86
Adapun jumlah tolilet/ kamar mandi dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp sebagai berikut: Tabel 5.3. Data Jumlah Fasilitas Toilet/ Kamar Mandi dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp No
Nama Tempat Destinasi
Jumlah Fasilitas Toilet/ Kamar Mandi
1.
Tanjung Cibery
8
2.
Pantai Holtekamp
88
3.
Kali Buaya
8
Jumlah
104
Sumber: Observasi Tim, 2021 Dari data di atas, jumlah buah toilet/ kamar mandi dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp secara keseluruhan yaitu 104 buah buah toilet/ kamar mandi. 4. Home Stay Home stay yang ada di Pantai Hiltekamp belum banyak dibangun di Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
87
Gambar 5.24. Keadaan Home Stay di Holtekamp
Adapun jumlah home stay di daerah tersebut yaitu sebagai berikut: Tabel 5.4. Data Jumlah Fasilitas Home Stay Dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp No
Nama Tempat Destinasi
Jumlah Fasilitas Home Stay
1.
Tanjung Cibery
-
2.
Pantai Holtekamp
3
3.
Kali Buaya
-
Jumlah
3
Sumber: Observasi Tim, 2021 Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa di Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp belum memiliki kepadatan home stay.
5. Tempat Duduk / Bangku Adapun tempat duduk/ bangku yang ada di Pantai Hiltekamp yang masih bisa digunkan dan tidak semua fasilitas tempat duduk/ ada beberapa kendala yang mengakibatkan merasa kurang nyaman menggunakan fasilitas toilet tersebut. Kendala tersebut diantaranya kurangnya kenyamanan pengunjung dalam
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
88
menggunakan tempat duduk. Gambaran yang dapat dilihat terkait keadaan tempat duduk / bangku dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp sebagai berikut. Gambar 5.25. Keadaan Bangku di Holtekamp
Adapun jumlah tempat duduk/ bangku dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp sebagai berikut: Tabel 5.5. Data Jumlah Fasilitas Tempat Duduk/ Bangku dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp No
Nama Tempat Destinasi
Jumlah Fasilitas Tempat Duduk/ Bangku
1.
Tanjung Cibery
17
2.
Pantai Holtekamp
87
3.
Kali Buaya
26
Jumlah
140
Sumber: Observasi Tim, 2021 Dari data tersebut, maka jumlah tempat duduk/ bangku dari Tanjung Cibery Ujung Pantai Holtekamp yaitu 140 buah tempat duduk/ bangku di tempat tersebut. 6. Menara Pemantauan Menara pandang memiliki beragam fungsi yang dapat digunakan di daerah pantai. Akan tetapi dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp hanya terdapat satu fasilitas menara pandang yang terdapat di Pantai Holtekamp.
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
89
Gambar 5.26. Menara Pemantau di Holtekamp
7. Water Sport Fasilitas water sport yang ada di Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp masih jarang ditemukan. Gambar 5.27. Jet Ski di Holtekamp
Adapun fasilitas yang tersedia saat ini di daerah tersebut diantaranya:
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
90
Tabel 5.6 Data Jumlah Fasilitas Water Sport dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp No
Nama Tempat Destinasi
Jumlah Fasilitas Water Sport 1 Buah Tempat Billyard
1.
Tanjung Cibery
2.
Pantai Holtekamp
3.
Kali Buaya / Pantai Paaloong
1 Buah Lapangan Voli 1 Buah Lapangan Voli 2 Buah Jet Ski (Café Tropical)
Jumlah
5
Sumber: Observasi Tim, 2021 Dari data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp belum tersedia fasilitas lengkap dalam menunjang pariwisata pantai Holtekamp yang lebih nyaman untuk menikmati daerah tersebut. 8. Panggung Panggung dapat digunakan di daerah pantai untuk melengkapi kegiatan wisata di pantai. Akan tetapi dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp hanya terdapat satu fasilitas panggung yang terdapat di Pantai Holtekamp. Panggung tersebu berada di Tanjung Cibery. Panggung juga terdapat di beberapa café dan restoran yang dikelola oleh pihak luar. Gambar 5.28. Panggung di Tanjung Cibery
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
91
9. Dermaga Dermaga memiliki manfaat yang sangat membantu dalam menunjang kegiatan untuk menikmatai wisata pantai. Akan tetapi dari Tanjung Cibery - Ujung Pantai Holtekamp hanya terdapat satu fasilitas dermaga yang tersedia. Satu buah dermaga tersebut berada di Tanjung Cibery. 5.5. Profil Kali Buaya (Pantai Paaloong) Holtekamp 1. Sejarah Kali Buaya / Pantai Paaloong Bapak Geysler Ramela merupakan pemilik ulayat kali pantai buaya Holltekamp, Berdasarkan bahasa Skouw, nama lokal Kali Buaya adalah Paaloong. Pa memiliki arti air dan long artinya mata atau sumber. Jadi arti dari kata Paaloong adalah sumber mata air yang mengalir keluar. Adapun asal muasal kepemilikan ulayat dari batas Kali buaya sebelah Timur adalah marga Ramela yang terdiri dari dua belas mata rumah. Dari dua belas mata rumah tersebut dibagi oleh nenek moyang keturunan bapak Salmon Ramela. Gambar 5.29. Kali Buaya
Pada zaman dahulu hingga turun temurun sampai saat ini marga Ramela tetap menduduki wilayah Pantai Holtekamp. Nenek moyang Ramela memiliki hubungan dagang yang baik dengan masyarakat di Kampung Kayu Batu, Kampung Kayu Pulo, dan kampong Tobati. Di Kayu Batu memiliki hubungan yang erat dengan marga Makanuay, Kayu Pulo dengan marga Sibi dan Youwe dan di Kampung Tobati dengan keluarga besar Hamadi. Untuk membangun hubungan yang baik dengan keluarga Ramela, beberapa masyarakat dari ketiga kampung tersebut di atas selalu mendayung perahu mereka dan mendatangi keluarga Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
92
Ramela di Pantai Holtekamp. Dan sebaliknya jika keluarga Ramela membutuhkan kehadiran keluarga Makanuay, Sibi, Youwe dan Hamadi, maka Ia akan membakar kayu hingga asap mengepul tinggi sebagai tanda bahwa keluarga Ramela sedang membutuhkan kehadiran dari mereka. Gambar 5.30. Areal Pepohonan di Pantai Paaloong Holtekamp
Sistem barter seperti pertukaran tempayan tanah liat dengan sagu, ikan, daging dan berbagai hasil buruan antara kampung-kampung tersebut berjalan dengan baik. Pada suatu masa ketika terjadi perang suku, mengungsilah sebagian besar keluarga Ramela ke Kampung Skouw dan tinggal menetap di Skouw. Sedangkan yang lainnya tetap menduduki Pantai Holltekamp. Pemilik ulayat bagian barat Kali Buaya adalah keluarga Pae dan Hanuwebi yang sebelumnya berasal dari marga Ramela. Antara Pae, Hanuwebi dan Ramela adalah satu keluarga. Keluarga Viktor Patipeme sebenarnya berasal dari dari suku Kemo. Pada saat suku Kemo dikejar musuh dari PNG, Keluarga Ramela melindungi mereka dengan menggantikan marga Kemo menjadi Patipeme, Ramela dan Awe. Sehingga marga Patipeme memiliki tiga nenek moyang. Sekitar tahun 1960-an perusahaan
kayu Fantui memasuki kampung Holtekamp dan
menetap hingga tahun 1979 yang kemudian diganti oleh perusahaan Hanurata. Pada saat itu keluarga Yohanes Patipeme tinggal di Sentani tetapi datang ke Holtekamp dan meminta ijin kepada bapak Salmon Ramela untuk menerima mereka tinggal menetap di Holtekamp.
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
93
Gambar 5.31. Keadaan di Muara Kali Buaya
Setelah menetap di wilayah tersebut, bapak yohanes Patipeme melakukan kesepakatan dengan pengusaha yang ingin membeli lahan mereka tanpa sepengetahuan keluarga Ramela. Sebagian besar (±500 ha) tanah milik keluarga Ramela dijual oleh Yohanes Patipeme. Ada satu ondoafi yang selalu menekan keluarga Ramela sehingga mempersulit keluarga Ramela untuk mengurus surat pelepasan tanah. Jika ada kegiatan dari dinas pariwisata, biasanya ondoafi tersebut menginterfensi dengan cara telepon dan mengancam kepala dinas agar kegiatan kedinasan ditiadakan dari Pantai Holtekamp. Ada beberapa kali pengacara yang siap melayani keluarga Ramela untuk menyelesaikan persioalan pelepasan tanah. Namun diancam oleh ondoafi dan mengagagalkan urusan tersebut. Kali buaya sering disebut sebagai kandungan, karena kali tersebut merupakan tempat berbagai jenis ikan bertelur dan berkembangbiak. Setelah bertelur, induk ikan akan keluar dan mencari penghidupan. Sangat penting untuk dibuat peraturan pemerintah kampung tentang larangan penangkapan ikan secara liar di kali tersebut, agar kelestariannya tetap terjaga. Selain itu di sebrang kali buaya terdapat pemandangan beberapa pulau yang berdekatan. Sebelumnya, masyarakat sekitar menyebutnya sebgai 7 pulau. Salah satu dari tujuh pulau tersebut terdapat pulau yang memberikan pemandangan banyak kelelawar berterbangan di waktu-waktu tertentu.
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
94
Gambar 5.32. Keadaan di Pulau Kelelawar
Pulau kelelawar dalam bahasa Skouw disebut Vemetu artinya pulau satu. Bapak Ramela menyampaikan bahwa jika nanti Pantai Holtekamp dibangun, konsep alamiah harus tetap dijaga, pohon-pohon dan rumput-rumput hijau jangan dihabiskan, biarkan tetap hidup agar bisa menahan abrasi yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Rencana yang diharapkan di sekitar Kali Buaya tersebut terdapat kolam yang dibuat gedung serba guna yang tidak permanen akan tetapi kokoh dalam pondasi bangunan. Selain itu, di kampung Holtekamp juga ada sanggar seni tari, tim penari hanya muncul ketika ada event. Hal ini menyebabkan budaya kampung Holtekamp sudah hampir hilang ditelan arus perubahan zaman. Bapak Ramela berencana untuk membuat penangkaran penyu, dan mengambil anakan penyu di Skouw dan dibesarkan di Holtekamp kemudian dilepaskan kembali ke laut. Jika penyu sudah besar agar bisa berkembangbiak di habitat aslinya. Sekali bertelur, Penyu bisa bertelur tiga sampai empat kali dalam satu musim dengan perkiraan 80-150 butir sekali bertelur. Dengan adanya penangkaran Penyu maka dapat melakukan konservasi terhadap Penyu. Selain itu, penangkaran Penyu dibuat juga dermaga berupa penimbunan karang untuk dijadikan tempat ikan-ikan bertelur dan berkembangbiak. 2. Fasilitas Wisata Kali Buaya / Pantai Paaloong Fasilitas dalam pariwisata, terutama pariwisata pantai, merupakan hal yang sangat penting. Selain itu, fasilitas dapat memberikan kenyaman para pengunjung suatu tempat pariwisata. Persediaan fasilitas yang nyaman akan memberikan
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
95
banyak hal dalam kemajuan suatu tempat wisata dan memberikan dampak yang cukup baik agar pengunjung dapat menikmati suatu keindahan dalam periwisata dengan mendapatkan fasilitas yang menunjang kenyamanan dalam berwisata. Gambar 5.33. Fasilitas Gazebo di Pantai Paaloong Holtekamp
Maka, fasilitas merupkan hal yang pokok dalam menyediakan kenyamana dalam menikmati keindahan dalam pariwisata. Adapun data fasilitas pariwisata Kali Buaya / Pantai Paaloong sebagai berikut. Tabel 5.7. Data Jumlah Fasilitas di Kali Buaya/ Pantai Paaloong Holtekamp No
Nama Fasilitas Wisata
Jumlah Fasilitas Wisata
1.
Gazebo/ pondok wisata
8
2.
Toilet
8
3.
Home Stay
-
4.
Tempat Duduk / Bangku
5.
Water Sport
-
6.
Panggung
-
7.
Dermaga
-
8
Tempat Jualan
4
Jumlah
26
36
Sumber: Observasi Tim, 2021
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
96
Dari data di atas menjelaskan bahwa minimnya fasiliatas yang ada di Kali Buaya / Pantai Paaloong. Adapun fasilitas-fasilitas yang belum tersedia di Kali Buaya/ Pantai Paaloong diantaranya home stay, water sport, panggung, dan dermaga, café dan menara pemantau. Sedangkan fasilitas lainnya belum terpenuhi sesuai dengan kebutuhan pengunjung wisata dan perlu banyak kegiatan perbaikan dalam pembangunan untuk kemjuan fasilitas di Kali Buaya / Pantai Paaloong. Gambar 5.34. Fasilitas Toilet & Tempat Jualan di Pantai Paaloong Holtekamp
5.6. Gambaran Penguasaan Hak Ulayat Tanah Pantai Holtekamp Secara umum team peneliti telah melakukan pemetaan ulayat tanah di Pantai Holtekamp dan berhasil mewawancarai beberapa pemilik ulayat tanah di Pantai Holtekamp, yang telah menyewakan tanahnya kepada investor untuk pembangunan café atau restoran. Adapun pemetaan ulayat tanah telah digambarkan dalam tabel dibawah ini : Tabel 5.8 Pemilik Ulayat Tanah / Marga Berdasarkan Hak Sewa Jual Beli Kepada Investor Atau Sistem Pengelolaan Sendiri NO
NAMA TEMPAT / CAFÉ
NAMA PEMILIK TANAH
MARGA
1.
Pantai Cibery
Sony
Meraudje
2.
Pantai Cibery ( Jembatan Merah)
Marten
Meraudje
3.
Pondok Wisata (1)
Yosias
Hamadi
4.
Pondok Wisata (2)
Pieter
Hababuk
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
97
3.
Tropical Cafe
Yonatan
Meraudje
4.
Mutiara Yasyoni
Yonas
Meraudje
5.
Gezegend Cafe
Daniel
Hamadi
6.
Exotic Cafe
Lukas
Hamadi
7.
Pondok Wisata (3)
Adolof
Hamadi
8.
Haria Café
Adolof
Hamadi
9.
Hecnuck Beach ( Pondok Wisata 4)
Pdt. Yusak
Hamadi / Ireuw
10
Woffle Cafe
Yonias
Hababuk
11.
Hecnuck Beach ( Pondok Wisata (5) & Home Stay)
Organes
Meraudje
12.
Labaliza Café
Septer
Hababuk
13.
Pondok Wisata (6)
Vison
Meraudje
14.
Anggrek Cafe
Yosefina
Hamadi
15.
Blue Ice café
Magadalena
Hamadi
16.
Soetidjah Rode Café Beach
Voni
Hamadi / Meraudje
Sumber : Observasi Team, 2021.
Perencanaan Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Holtekamp
98