LAPORAN DESIMINASI AKHIR FIX [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN DESIMINASI AKHIR PRAKTIK PROFESI NERS KEPERAWATAN GERONTIK DI UNIT PELAYANAN TEKNIS UPTD GRIYA WREDA JAMBANGAN SURABAYA PERIODE 03 – 16 APRIL 2023



Disusun Oleh: 1. Binti Nur Kholifah 2. Choirul Anam 3. Chusnul Chotimah 4. desyana Nur Rachmawati 5. Dewi Linda Puspita Sari 6. Dewi Nadia Kustari 7. Dewi Puspa Giri 8. Dewi Puspita Anggraeni 9. Dias Rohmatul Ummah



10. Diaz Octavia Anggraini 11. Dinda Rimyatul Ababiel 12. Diyah Lailys Rahmawati 13.Dwi Puri Lailatul Hasny 14.Erika Ayu Nur Halisha 15.Evi Ariesta Kartika Sari 16.Faiqotul Ilmi 17. Faisal Rizki Kishbuallah 18. Eka Citra Permata Sari



19. Nur Wahyuni 20.Dwi Ajeng Setyoningrum 21.Foury Sandy Sagita 22.Maura Mirza Putri Sugiharto 23.Adik Susilo Pambudi 24.Nanik Putri Setyowati 25.Erna Sudarti 26.Imtichanatul Azizah 27.Santi Karlina 28.Ratna Nurul Aulia 29.Yuni Wiranti Etitama 30.Muhammad Ichsan 31.Nasihin 32.Nanang Nurrachmat Setiadi 33.Dared Gesang Sukmana 34.Vanti Perdana Nilasari 35.Jihan Safira Rafika Dewi 36.Novi Milawati Dosen Pembimbing:



Chilyatiz Zahro S. Kep., Ns., M. Kep Riska Rohmawati, S. Kep., Ns., M. Tr. Kep



PRODI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SURABAYA 2023



LEMBAR PENGESAHAN Laporan akhir ini dibuat dan disusun sebagai bukti bahwa praktikum klinik Keperawatan Gerontik Pendidikan Profesi Ners Angkatan 2023 Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya di UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya yang dilaksanakan pada tanggal 3-16 April 2023 telah dilaksanakan sebagai laporan praktik profesi.



Surabaya, 14 April 2023 Menyetujui, Pembimbing Akademik



Pembimbing Akademik



Riska Rohmawati, S. Kep., Ns., M. Tr. Kep NPP:



Chilyatiz Zahro S. Kep., Ns., M. Kep NPP:



Mengetahui, Kepala UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya



Didik Dwi Winarno, S.Kep., Ns., M.KKK NIP: 198707122010011008



i



KATA PENGANTAR



1. 2. 3.



4.



5.



6.



Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang tiada kira, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan desiminasi akhir praktik profesi ners keperawatan gerontik di UPTD GriyaWreda Jambangan Surabaya. Selama pembuatan laporan ini kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai sumber. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Khamida, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Dekan fakultas keperawatan dan kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Ibu Siti Nurjannah, S. Kep., Ns., M. Kep selaku Kepala program studi profesi ners Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Ibu Chilyatiz Zahro S. Kep., Ns., M. Kep selaku dosen pembimbing praktik keperawatan gerontik profesi ners yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu, koreksi, saran, dan motivasi. Ibu Riska Rohmawati, S. Kep., Ns., M. Tr. Kep selaku dosen pembimbing praktik keperawatan gerontik profesi ners yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu, koreksi, saran, dan motivasi. Bapak Didik Dwi Winarno, S. Kep., Ns., M. KKK selaku kepala UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya yang telah memfasilitasi kami untuk memperdalam ilmu keperawatan gerontik. Segenap perawat dan staff UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya yang telah membantu kami dalam menyelesaikan proposal desiminasi awal ini. Semoga Allah SWT. Membalas kebaikan dari semua pihak yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan bantuan dalam menyelesaikan Laporan Desiminasi Akhir Praktik Profesi Ners Keperawatan Gerontik di UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya. Kami menyadari bahwa laporan yang kami buat ini banyak kekurangan, untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik yang bersifat memotivasi dalam rangka perbaikan tugas selanjutnya. Kami berharap semoga laporan desiminasi akhir ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan pembaca umumnya.



Surabaya, 14 April 2023



Penyusun



ii



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii DAFTAR ISI ...................................................................................................... iii BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................................ 1 B. Tujuan Masalah ....................................................................................... 2 C. Manfaat.................................................................................................... 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 4 A. Profil UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya.................................... 4 B. Konsep Dasar Lanjut Usia ...................................................................... 5 C. Konsep Dasar Hipertensi........................................................................ 15 D. Konsep Dasar Dermatitis ....................................................................... 21 BAB 3 TINJAUAN KASUS............................................................................. 27 A. Pengkajian Manajemen Keperawatan .................................................... 27 BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................... 36 A. Analisis Data .......................................................................................... 36 B. Planning Of Action ................................................................................ 38 C. Ganchart ................................................................................................. 39 D. Pembahasan Kegiatan ............................................................................ 40 BAB 5 PELAKSANAAN DAN EVALUASI .................................................. 46 BAB 6 PENUTUP ............................................................................................. 77 A. Kesimpulan.................................................................................................... 77 B. Saran .............................................................................................................. 77 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 78 LAMPIRAN ...................................................................................................... 79



iii



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses penuaan adalah proses yang berhubungan dengan umur seseorang. Manusia akan mengalami perubahan sesuai dengan bertambahnya umur (Sunaryo et al., 2015). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK), seseorang dikatakan lansia jika sudah mencapai umur 60 tahun keatas (PMK, 2016). Lansia akan mengalami banyak perubahan fisik dan menal, kemunduran yang dialami lansia biasanya tampak jelas pada fungsi dan kemampuan yang pernah mereka kuasai. Selain perubahan fisik, seseorang yang telah menginjakusia lanjut akan kehilangan peran diri serta kedudukan sosial yang telah dicapai sebelumnya. Masalah yang berhubungan dengan lansia adalah masalah Kesehatan, baik Kesehatan fisik maupun mental, masalah sosial, ekonomi, dan psikologis dan spiritual (Wreksoatmodjo, 2014). Masalah yang berhubungan dengan lansia dapat merubah kualitas hidup individu, maka diperlukan beberapa dukungan dari kerabat atau keluarga, masyarakat, fasilitas Kesehatan,dan pemerintahan (Miller, 2012). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil), penduduk Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas atau lanjut usia (lansia) berjumlah 30,16 juta jiwa pada 2021. Kementrian Dalam Negeri (Kemendagri) 2021 menjelaskan, ada tiga provinsi dengan presentase lansia terbesar yaitu Jawa Timur (6 juta), Jawa Tengan (5,1 juta), dan Jawa Barat (4,9juta). Jawa Timur menjadi provinsi dengan penduduk lansia terbanyak nasional, yakni mencapai 6 juta jiwa. Jumlah ini setara dengan 14,56% dari total penduduk Jawa Timur yang berjumlah 41,06 juta jiwa pada akhir tahun lalu. Pada tahun 2020 didapatkan jumlah penduduk lansia di kota Surabaya didapatkan sebanyak (9,16%) jiwa (Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2020). Masalah yang umumnya terjadi pada lansia antara lain gangguan penyesuaian, kehilangan, depresi, gangguan kepribadian dan lain-lain. Untuk membina kesehatan lanjut usia tersebut, maka diperlukan kerjasama lintas



1



program dan lintas sektoral yang salah satunya dengan pelayanan di Unit Pelayanan Teknis Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPTD-PSLU). Pemerintah telah mengupayakan kesejahteraan lansia melalui pelayanan dalam Panti Sosial Lanjut Usia, pelayanan di luar panti, pendampingan dan perawatan sosial lanjut usia di rumah (home care), pemberian bantuan sosial langsung bagi lansia melalui Asistensi Sosial Lanjut UsiaTerlantar (ASLUT) serta dukungan kepada keluarga dengan lansia. Pemerintah berkomitmen tinggi terhadap pelayanan sosial agar lansia dapat hidup layak dihari tua, sehingga dibutuhkan panti lansia yang representatif untuk mampu merawat lansia terutama bagi lansia terlantar. Panti Wredha merupakan salah satu penyediaan jasa yang dapat memberikan pelayanan berkualitas bagi lansia. Lansia harus beradaptasi dengan perbedaan sosio-kultural di dalam panti wredha, dimana hal tersebut akan mempengaruhi kelangsungan hidupnya sehari-hari (Hutapea, 2015). Keberadaan ilmu keperawatan gerontik bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan meningkatkan usaha preventif promotif dalam meningkatkan kesejahteraan lansia. Dalam rangka menerapkan asuhan keperawatan tersebut, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Angkatan 2021 melaksanakan praktikkeperawatan gerontik di UPTDGriya Wreda Jambangan Kota Surabaya pada tanggal 03-16 April 2023. B. Tujuan 1.



Tujuan Umum Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan terhadap klien usia lanjut secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan di UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya.



2.



Tujuan Khusus a. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian situasi di UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya. b. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul pada klien lanjut usia yang tinggal dalam lingkungan UPTD, baik yang bersifat aktual, potensial dan resiko.



2



c. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada klien lanjut usia yang tinggal di UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya. d. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuairencana yang dibuat. e. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. C. Manfaat Manfaat kegiatan praktik keperawatan gerontik antara lain : 1.



Bagi Mahasiswa Mahasiswa dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan gerontik padalansia dan mekanisme pengelolaan UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya.



2.



3.



Bagi lanjut usia di UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya a.



Lansia mendapat pelayanan keperawatan sesuai kebutuhannya.



b.



Lansia mendapatkan penjelasan tentang kesehatannya.



c.



Lansia mengetahui masalah kesehatan yang dideritanya



d.



Lansia merasa aman, nyaman dan bahagia di usianya.



Bagi Institusi UPTD Griya Wreda a.



Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia yang tinggal di UPTD Griya Wreda.



b.



Mendapatkan masukan masalah kesehatan tentang lansia, situasi UPTD Griya Wreda, dan alternatif pelayanan.



4.



Bagi institusi penyelenggara pendidikan a.



Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia yang tinggal pada lingkungan panti, sekaligus sebagai sarana evaluasi terhadap proses pembelajaran mahasiswa berkaitan dengan praktik profesi keperawatan.



b.



Dapat memberikan kontribusi yang positif bagi UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya.



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Profil UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya Unit Pelaksana Teknis Griya Wreda Jambangan terletak di jalan Jambangan Baru Tol 15A, Jambangan, Surabaya. Panti werdha ini merupakan pantiyang dikelola oleh Dinas Sosial Pemerintah Kota Surabaya yang ditujukanuntuk warga Surabaya lanjut usia (umur 60 tahun ke atas) yang tidak mampu secara ekonomi/miskin, terlantar, tidak mempunyai keluarga.Persyaratan untuk masuk kepanti ini yaitu lansia miskin terlantar berusia 60 (Enam puluh) tahun ke atas yang telah terjaring dalam kegiatan razia/penertiban terpadu dan telah ditampung di Liponsos Keputih atau yang lansia miskin terlantar yang ditemukan oleh pihak masyarakat atau pemangku wilayah, pria/ wanita minimal usia 60 tahun, sehat jasmani dan rohani, dan dapat mengisi berkas administrasi dengan lengkap. Panti ini memiliki kapasitas lansia yaitu 160 lebih orang. Bangunan Panti merupakan bangunan permanen dengan dinding tembok, lantai keramik, atap genteng, ventilasi dan pencahayaan cukup yangterdapat kantor sekretariat, ruang pertemuan, ruang perawatan dan medis, musholla, gudang, wisma mandiri care perempuan, wisma partial care perempuan,wisma total care perempuan, wisma mandiri care laki-laki, wisma partial care laki-laki, wisma total care laki-laki, kamar mandi pegawai, kamar mandi lansia, dapur, ruang cuci baju. Kamar lansia perempuan dan laki-laki dibedakan, kamar untuk lansia laki-laki antara lain ruang melati; wijaya kusuma; tulip; kenanga; matahari; asoka dan kamboja, sedangkan untuk lansia perempuan berada di ruang teratai; mawar; anggrek; Teratai; Bougenvile; dahlia; sedap malam; seruni; dan lavender. 1.



Visi dan Misi UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya a. Visi Melayani dengan hati menuju lansia sejahtera dan bermartabat. Terwujudnya peningkatan kesejahteraan sosial lansia yang aman.



4



b. Misi 1) Meningkatkan kualitas pelayanan mental sosial dalam suasanakenyamanan, ketentraman dan kebahagiaan. 2) Mengembalikn fungsi sosial lajut usia miskin, terlantar, menjadimanusia seutuhnya yang bermartabat. 3) Meningkatkan kesadaran, kepedulian dan peran masyarakat terhadap usia lanjut miskin dan terlantar di lingkungannya. 2. Tujuan UPTD Griya Wreda Jambangan Surabaya a. Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya denga naman, tentram,dan sejahterah. b.



Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun rohani.



c.



Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.



d.



Terwujudnya kualitas pelayanan.



B. Konsep Dasar Lanjut Usia 1.



Pengertian Lansia Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (PMK), seseorang dikatakan lansia jika sudah mencapai umur 60 tahun keatas (PMK, 2016). Tahap usia lanjut adalah tahap dimana terjadi penurunan fungsi tubuh. Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh, jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia, penuaan dihubungkan dengan perubahan degenerative pada kulit, tulang, jantung, pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainnya. Kemampuan degenerative pada lansia terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit (Kholifah, 2016).



2. Klasifikasi Lansia Ada beberapa teori yang menunjukan batasan usia pada lansia, antara lain sebagai berikut: a.



Menurut WHO dalam Yusuf et al. 2015, klasifikasi pada lansia adalah sebagai berikut:



1) Usia pertengahan (Middle age)



: 45-59 tahun



2) Lanjut usia (Elderly)



: 60-74 tahun



3) Lanjut usia tua (Old)



: 75-90 tahun



4) Usia sangat tua (Very old)



: diatas 90 tahun



5



b.



Menurut peraturan menteri kesehatan (PMK) 2016, batasan lansia adalahsebagai berikut:



1) Pra lanjut usia



: 45-59 tahun



2) Lanjut usia



: 60-69 tahun



3) Kelompok lansia dan resiko tinggi : 70 tahun keatas atau ±60 tahun dengan masalah kesehatan c.



Menurut Undang-undang Republik Indonesia 1998 Nomor 13 tentang kesejahteraan lansia dalam bab 1 pasal 1 ayat 2: “lansia adalah seseorang yang usianya telah mencapai 60 tahun keatas”.



3.



Tipologi Lansia Ada beberapa macam tipologi menurut Sunaryo et al. 2015 pada lansia antara lain: a.



Tipe mandiri: pada tipe ini lansia tersebut akan mencoba kegiatankegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan.



b.



Tipe tidak puas: pada tipe ini lansia cenderung memiliki adanya konflik lahirbatim, lansia tipe ini biasanya akan menentang proses penuaan dan tidak menerima jika adanya perubahan dalam hal kecantikan, daya tarik jasmani, kekuasaan, status, teman yang disayangi. Pada lansia tipe ini akan mudah memiliki sifat yang pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani, dan pengkritik.



c.



Tipe pasrah: lansia dengan tipe pasrah cenderung menerima dan menungguakan nasib yang baik. Lansia tipe ini biasanya lebih aktif dalam kegiatan beribadah dan suka beraktivitas.



d.



Tipe bingung: pada tipe ini lansia cenderung memiliki sifat yang mudah kaget, menarik diri, minder, merasakan penyesalan, pasif, dan acuh.



4.



Batasan Lansia Menurut World Health Organization (WHO), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Usia pertengahan (middle age) (45-59 tahun) 2. Lanjut usia (elderly) (60-74 tahun) 3. Lanjut usia tua (old) (75-90 tahun) 4. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun)



6



5. Tipe Lansia Tipe lansia bergantung pada karakter pengalaman hidup. lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial dan ekonominya (Ratnawati, 2017). Tipe tersebut diantaranya : a. Tipe Arif Bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan panutan. b. Tipe Mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang hanu, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan. c. Tipe Tidak Puas Konflik lahir batin menentang proses penuan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut. d. Tipe Pasrah Menerima dan menunggu baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja. e. Tipe Bingung Kaget, kehilangan keperibadian, mengasingkan diri, minder menyesal, pasif dan acuh tak acuh. Tipe lain lansia adalah tuipe optimis, konstruktif, dependen (tergantung), defensife (bertahan), militant dan serius, tipe pemarah/frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe pulus asa (benci pada din sendiri). 6. Masalah pada Lansia Adanya proses penuaan dapat menyebabkan kehilangan banyak seltubuh dan penurunan metabolisme pada sel. Sehingga proses ini menyebabkan adanya penurunan fungsi tubuh dan komposisi tubuh. Selain itu akan terjadi perubahan pada mental, dan psikologis. a. Perubahan fisik Perubahan fisik pada lansia biasanya terjadi pada beberapa sistem



7



Tubuh seperti nutrisi, kulit, rambut, mata dan penglihatan, telinga dan pendengaran. Selain itu, perubahan pada sistem pernapasan, kardiovaskular, gastrointestinal, ginjal, reproduksi, saraf, imun, muskuloskeletal, dan sistem endokrin (Stockslager & Schaeffer, 2007). b. Perubahan mental Perubahan mental pada lansia meliputi adanya sikap yang mudah curiga,pelit, egois. Selain itu akan muncul keinginan untuk memiliki umur yangpancang, ingin tetap berwibawa, dan dihormati oleh orang lain (Bandiyah, 2009). c. Perubahan psikososial Masalah psikososial yang sering muncul pada lansia yaitu, stress, kecemasan dan ketakutan, mudah tersinggung, kesepian, kehilangan rasa kepercayaan diri, dan egois (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional 2012). d. Perubahan spiritual Lansia merupakan tahapan akhir dari kehidupan manusia dengankonsekuensi akhir adalah kematian. Lansia biasanya akan meningkatkan keimanan spiritual atau religius sebagai suatu tanda kesiapan untuk menghadapisuatu kematian (sense of awareness of mortality) (Azizah, 2011). e. Perubahan kognitif Perubahan kognitif pada lansia meliputi adanya penurunan memory atau daya ingat, IQ (intellegent quocient), penurunan kemampuan belajar, sulit untukmemahami, sulit dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan, danbiasanya lansia mengalami low motivasi(Azizah, 2011). 7. Kebutuhan Lansia Kebutuhan lanjut usia adalah kebutuhan manusia pada umumnya, yaitu kebutuhan makan, perlindungan perawatan , kesehatan dan kebutuhan sosial. Berikut penjelasan kebutuhan lansia : 1. Kebutuhan Utama a. Kebutuhan biologis/fisiologis : seperti makanan yang bergizi, kebutuhan pakaian, perumahan/tempat berteduh dan kebutuhanseksual b. Kebutuhan ekonomi : berupa penghasilan yang memadai atau suatukreatifitas yang bisa menghasilkan c. Kebutuhan kesehatan fisik, mental, perawatan dan pengobatan



8



d. Kebutuhan psikologis : berupa kasih sayang, adanya tanggapan dari orang lain, ketentraman, merasa berguna, memiliki jati diri, serta statusyang jelas e. Kebutuhan social : berupa peranan dalam hubungan dengan orang lain,hubungan pribadi dalam keluarga, teman-teman sebaya, dan hubungn dengan organisasi sosial. 2. Kebutuhan Sekunder a. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas b. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi c. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan pengetahuan d. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum,



partisipasi



dan



keterlibatan



dalam



kegiatan- kegiatan



kemasyarakatan e. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami akan makna keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian. 8.



Perawatan dan Pelayanan untuk Lansia Merujuk pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi lansia, lansia memerlukan pelayanan yang terkait dengan masalah dan kebutuhan mereka, meliputi: pelayanandasar, pelayanan kesehatan, pelayanan yang terkait dengan kondisi sosial, emosional, psikologis, dan finansial. Jika merujuk pada Peraturan Menteri Sosial No. 19 tahun 2012 tentangPedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia, pada pasal 7 tercantum bahwa pelayanan dalam panti dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia. Adapun jenis pelayanan yang diberikan dalam panti, meliputi: 1) pemberian tempat tinggal yang layak 2) jaminan hidup berupa makan, pakaian, pemeliharaan kesehatan 3) pengisian waktu luang termasuk rekreasi 4) bimbingan mental, sosial, keterampilan, agama



9



5) pengurusan pemakaman atau sebutan lain. 3. Kebutuhan Sekunder a. Kebutuhan dalam melakukan aktivitas b. Kebutuhan dalam mengisi waktu luang/rekreasi c. Kebutuhan yang bersifat kebudayaan, seperti informasi dan pengetahuan d. Kebutuhan yang bersifat politis, yaitu meliputi status, perlindungan hukum,



partisipasi



dan



keterlibatan



dalam



kegiatan- kegiatan



kemasyarakatan e. Kebutuhan yang bersifat keagamaan/spiritual, seperti memahami akan makna keberadaan diri sendiri di dunia dan memahami hal-hal yang tidak diketahui/ diluar kehidupan termasuk kematian. 9.



Perawatan dan Pelayanan untuk Lansia Merujuk pada masalah dan kebutuhan yang dihadapi lansia, lansia memerlukan pelayanan yang terkait dengan masalah dan kebutuhan mereka, meliputi: pelayanandasar, pelayanan kesehatan, pelayanan yang terkait dengan kondisi sosial, emosional, psikologis, dan finansial. Jika merujuk pada Peraturan Menteri Sosial No. 19 tahun 2012 tentangPedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia, pada pasal 7 tercantum bahwa pelayanan dalam panti dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup, kesejahteraan, dan terpenuhinya kebutuhan dasar lanjut usia. Adapun jenis pelayanan yang diberikan dalam panti, meliputi: 1) pemberian tempat tinggal yang layak 2) jaminan hidup berupa makan, pakaian, pemeliharaan kesehatan 3) pengisian waktu luang termasuk rekreasi 4) bimbingan mental, sosial, keterampilan, agama 5) pengurusan pemakaman atau sebutan lain. Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang bersih, sehat, aman, nyaman, dan memiliki akses yang mudah pada fasilitas yang dibutuhkan lansia, sehingga dengan kondisi kemampuan fisiknya yang makin menurun masih memungkinkan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan mudah,aman, dan tidak sangat tergantungpada orang lain. Umumnya lanjut usia dihadapkan pada masalah hunian sebagai berikut:



10



lokasi kamar yang berjauhandengan lokasi kamar mandi, keadaan kamar mandi yang kurang mendukung, penggunaan tangga, permukaan lantai yang tidak rata, dan alur sirkulasi hunian terhadap fasilitas lingkungan kurang menunjang. Tempat tinggal yang layak bagi lansia adalah yang lapang atau barrierfree. Hal ini sangat bermanfaat bagi lansia, terutama dalam pergerakanatau aksesibilitas dalam rumah, bahkan ketika mereka harus menggunakan kursi roda. Kurniadi (2012) merinci karakterik rumah yang ramah lansia, secara garis besar, terbebas dari tangga dan lantai yang tidak rata atau licin, pencahayaan yang baik, kamar mandi dekat dengan kamar dan memungkinkan kursi roda dapat masuk, dan aman karena mereka kurang mampu melindungi dirinya terhadap bahaya. Di negara-negar amaju, pelayanan kelompok lanjut usia dilakukan dalam ruangan khusus, bahkan rumah sakit khusus dan perkampungan khusus. Adanya fasilitas tersebut ditujukan untuk memberi lingkungan kehidupan yang nyaman dan sesuai bagi kelompok lanjut usia (Wijayanti, 2008). Kondisi hunian di dalam panti pun seyogyanya memperhatikan kebutuhan lansia tersebut. Para lansia seyogyanya mendapatkan makanan yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Oleh karena itu, makanan untuk lansia sebaiknya dikontrol atas rekomendasi ahli gizi. Ahli gizi perlu berkerjasama dengan dokter untuk mengetahui kondisi kesehatan lansia atau jenis penyakit yang diderita, untuk menentukan apa yang boleh atau tidak boleh dimakan. Dengan demikian, makanan untuk masing-masing lansia kemungkinan berbeda dengan cara mengolah yang berbeda pula. Pakaian yang digunakan sebaiknya bersih, layak dan nyaman dipakai. Untuk pemeliharaan kesehatan seyogyanya terdapat fasilitas kesehatan berupa poliklinik yang buka 24 jam dan memberikan pelayanan kegawat daruratan yang mudah diakses. Apabila perlu dirujuk, tersedia fasilitas ambulans yang siap setiap saat. Biasanya diperlukan pula fasilitas fisioterapi. Pemanfaatan waktu luang merupakan suatu upaya untuk memberikan peluangdan kesempatan bagi lansia untuk mengisi waktu luangnya dengan



11



berbagai kegiatan atau aktivitas yang positif, bermakna, dan produktif bagi dirinya maupun orang lain. Kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan harus sesuaidengan minat, bakat, dan potensi yang mereka miliki (Annubawati, 2014). Tidak hanya sekedar mengisi waktu luang tetapi sesuatu yang menyenangkan,akan lebih baik jika produktif; sehingga dapat berfungsi sebagai terapi masalahpsikososial dan emosional yang mungkin dialami oleh lansia. Demikian juga



dengan kegiatan rekreasi, seyogyanya tidak hanya



menyenangkan tetapi merupakan kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan di luar panti sehingga mereka merasa tidak terisolasi tetapi masih terhubung dengan lingkungan di sekitarnya. Bimbingan mental dan agama lebih ditujukan untuk mengatasi masalah emosional dan psikologis. Berdasarkan informasi dari Tim Kajian Bentuk Pelayanan Lanjut Usia di Daerah Istimewa Yogyakarta, banyak lansia yang tinggal di panti werdha yang kesepian, sedih, menarik diri dari pergaulan dan kegiatan, pasif, murung, mengalami emosi negatif, bermusuhan dengan sesama penghuni panti, dan sebagainya. Untuk membantu mengatasi masalah tersebutkegiatan bimbingan mental dan keagamaan melalui kegiatan konseling dapat membantu mereka. sementara itu, bimbingan sosial lebih ditujukan untuk mengatasi masalah relasi sosial dengan keluarga atau lingkungan sosialnya. Terkait dengan pelaksanaan bimbingan sosial di panti wedha, Tim Kajian Bentuk Pelayanan Lansia di DIY (2014) menemukan bahwa di panti werdha ada kecenderungan pelayanan bimbingan sosial ini relatif sama dengan bimbingan psikologis; belum diarahkan untuk memfasilitasi interaksi atau komunikasi antar penghuni panti sosial maupun dengan warga masyarakat lainnya. Masalah relasi sosial seringkali menjadi penyebab atau saling pengaruh mempengaruhi dengan masalah emosional dan psikologis, sehinggamemperbaiki relasi sosial dengan keluarga atau lingkungan sosial lainnya akanmembantu memecahkanmasalah emosional dan psikologis juga. Pelayanan bagi lansia dalam panti diberikan sampai dengan lansia meninggal. Pelayanan yang diberikan merupakan perawatan jangka panjang



12



(Long-Term Care). Oleh karena itu, pelayanan pengurusan pemakaman pun turut menjadi tanggung jawab panti, sesuai dengan agama yang dianutnya masing-masing. 10. Peran dan Tanggung Jawab Perawat Gerontik Peran perawat gerontik secara garis besar dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu peran secara umum dan peran spesialis. Peran secara umum yaitu pada berbagai setting, seperti rumah sakit, rumah, nursing home, komunitas, dengan menyediakan perawatan kepada individu dan keluarganya (Hess, Touhy, & Jett, 2005). Perawat bekerja di berbagai macam bentuk pelayanan dan bekerja sama dengan para ahli dalam perawatan klien mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Peran secara spesialis terbagi menjadi dua macam yaitu perawat gerontik spesialis. Klinis/gerontological clinical nurse specialist (CNS) dan perawat gerontik pelaksana/geriatric nurse practitioner(GNP). Peran CNS yaitu perawat klinis secara langsung, pendidik, manajer perawat, advokat, manajemen kasus, dan peneliti dalam perencanaan perawatan atau meningkatkan kualitas perawatan bagi klien lansia dan keluarganya padasetting rumah sakit, fasilitas perawatan jangka panjang, outreach programs, dan independent consultant. Sedangkan peran GNP yaitu memenuhi kebutuhan klien pada daerah pedalaman; melakukan intervensi untuk promosi kesehatan, mempertahankan, dan mengembalikan status kesehatan klien; manajemen kasus, dan advokat pada setting klinik ambulatori, fasilitas jangka panjang, dan independentpractice. Hal ini sedikit berbeda dengan peran perawat gerontik spesialisklinis. Perawat gerontik spesialis klinis memiliki peran, diantaranya: a. Provider of care Perawat klinis melakukan perawatan langsung kepada klien, baik di rumah sakit dengan kondisi akut, rumah perawatan, dan fasilitasperawatan jangka panjang. Lansia biasanya memiliki gejala yang tidak lazim yang membuat rumit



diagnose



dan



perawatannya.



Maka



perawat



klinis



perlu



memahamitentang proses penyakit dan sindrom yang biasanya muncul di usia lanjut termasuk faktor resiko, tanda dan gejala, terapi medikasi, rehabilitasi, dan perawatan di akhir hidup.



13



b. Peneliti Level yang sesuai untuk melakukan penelitian adalah level S2 atau baccalaureate level. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas perawatan kliendengan metode evidence based practice. Penelitian dilakukan dengan mengikuti



literature



terbaru,



membacanya,



dan



mempraktekkan



penelitianyang dapat dipercaya dan valid. Sedangkanperawat yang berada pada level undergraduate degrees dapat ikut serta dalam penelitian seperti membantu melakukan pengumpulan data. c. Manajer Perawat Manajer perawat harus memiliki keahlian dalam kepemimpinan, manajemen waktu, membangun hubungan, komunikasi, dan mengatasi perubahan. Sebagaikonsultan dan sebagai role model bagi staf perawat dan memiliki jiwa kepemimpinan dalam mengembangkan dan melaksanakan program perawatankhusus dan protokol untuk orang tua di rumah sakit. Perawat gerontik berfokus pada peningkatan kualitas perawatan dan kualitas hidup yang mendorong perawat menerapkan perubahan inovatif dalam pemberianasuhan keperawatan di panti jompo dan setting perawatan jangka panjang lainnya. d. Advokat Perawat membantu lansia dalam mengatasi adanya ageism yang sering terjadi di masyarakat. Ageism adalah diskriminasi atau perlakuan tidak adil berdasarkan umur seseorang. Seringkali para lansia mendapat perlakuan yang tidak adil atau tidak adanya kesetaraan terhadap berbagai layanan masyarakat termasuk pada layanan kesehatan. Namun, perawat gerontology harus ingat bahwa menjadi advokat tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi member kekuatan mereka untuk tetap mandiri dan menjaga martabat,meskipun di dalam situasi yang sulit. e. Edukator Perawat harus mengambil peran pengajaran kepada lansia, terutama sehubungan dengan modifikasi dalam gaya hidup untuk mengatasi konsekuensi dari gejala atipikal yang menyertai usia tua. Perawat harus mengajari para lansia tentang pentingnya pemeliharaan berat badan, keterlibatan beberapa jenis kegiatan fisik seperti latihan dan manajemen 14



stres untuk menghadapi usia tua dengan kegembiraan dankebahagiaan. Perawat juga harus mendidik lansia tentang cara dan sarana untuk mengurangi risiko penyakit seperti serangan jantung, stroke, diabetes, alzheimer, dementia, bahkan kanker.



f. Motivator Perawat memberikan dukungan kepada lansia untuk memperolehkesehatan optimal, memelihara kesehatan, menerima kondisinya. Perawat juga berperan sebagai inovator yakni dengan mengembangkan strategi untuk mempromosikan keperawatan gerontik serta melakukan riset/ penelitian untuk mengembangkan praktik keperawatan gerontik. g. Manajer kasus Manajemen kasus adalah metode intervensi lain yang dapat mengurangi penurunan fungsional klien lansia berisiko tinggi dirawat di rumah sakit.Umumnya, manajemen kasus disediakan bagi klien yang mendapatkan berbagai perawatan yang berbeda. C. Konsep Dasar Hipertensi 1.



Definisi Hipertensi Hipertensi adalah keadaan seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas maupun mortalitas, tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukkan fase darah yang sedang dipompa oleh jantung dan fase diastolik 90 mmHg menunjukkan fase darah yang kembali ke jantung (Triyanto,2014). Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Sylvia A. Price, 2015). Tekanan darah tinggi atau yang juga dikenal dengan sebutan hipertensi ini merupakan suatu meningkatnya tekanan darah di dalam arteri atau tekanan systole > 140 mmhg dan tekanan diastole sedikitnya 90mmHg. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, di mana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.



15



2.



Etiologi Hipertensi Pada umumnya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang spesifik. Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan curah jantung ataupeningkatan tekanan perifer. Akan tetapi, ada beberapa factor yang memengaruhi terjadinya hipertensi: a.



Genetik, respon neurologi terhadap stress atau kelainan ekskresi atau transport Na.



b.



Obesitas, terkait dengan tingkat insulin yang tinggi



mengakibatkan



tekanan darah meningkat. c.



Stress karena lingkungan



d.



Hilangnya elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang tuaserta pelebaran pembuluh darah (Aspiani, 2016)



3.



Klasifikasi Hipertensi Klasifikasi hipertensi berdasarkan hasil ukur tekanan darah menurut Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Bloods Preassure (JNC) ke-VIII dalam Smeltzer & Bare (2010) yaitu