Laporan KKL Fisik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN PANTAI DRINI DAN BENTANG ALAM BAYAT JAWA TENGAH



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 9 1. ANDREW DEVARA HARMAWAN 18040274003 2. AMELIA WAHYU ENGGARWATI NIM 18040274010 3. SESIRIA DWI MUSTIKASARI 18040274015 4. FATIMAH ZUHROTU JANNAH 18040274025 5. CAMELIA SATRIANI 18040274041 6. J. AL ASRORI 18040274058 7. ANGGIE ANJANI FEBBY 18040274089 8. HERLINA AFRIYANTI 18040274104 9. AULA INDRI LESTARI 18040274115 10. NANDA OLIVIA 18040274084



UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUKUM PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI 2019



i



KATA PENGANTAR             Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, rizqi, serta hidayahnya sehingga Kami dapat menyelesaikan Laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) Fisik tentang “Pantai Drini dan Bentang Alam Bayat Jawa Tengah”. Laporan ini Kami susun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah KKL (Kuliah Kerja Lapangan) S1 Pendidikan Geografi 2018 di Yogyakarta dan Bayat, Jawa Tengah.             Sebelumnya, Kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua Kami yang telah mendukung terlaksananya KKL Fisik ini baik dukungan secara moril maupun biaya, Jajaran Dosen Program Studi S1 Pendidikan Geografi selaku pembimbing, Seluruh Jajaran Panitia KKL Fisik yang telah bekerja keras dalam menyukseskan kegiatan ini, teman – teman Program Studi S1 Pendidikan Geografi, dan seluruh pihak yang terlibat lainnya yang belum Kami sebutkan di atas.             Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini jauh dari sempurna, baik dari segi sistematika penyusunan, pembahasan, maupun penulisannya. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen pembimbing guna menjadi acuan dalam bekal pengalaman penelitian bagi kami untuk lebih baik  di masa yang akan datang.                                   



Penyusun



ii



DAFTAR ISI Kata pengantar...................................................................................



i



Daftar isi.............................................................................................



ii



BAB I : PENDAHULUAN a. Latar belakang ....................................................................... b. Manfaat.................................................................................. c. Tujuan ...................................................................................



1 1 1



BAB II : PEMBAHASAN a. Rangkaian Pegunungan Karst di Pulau Jawa........................... b. Sebaran Batuan di Alam Bayat .............................................. c. Mengukur Kemiringan Pantai Drini........................................ d. Mengukur Pasang Surut Air Laut di Pantai Drini.................... e. Mengukur Kecepatan Angin di Pantai Drini........................... f. Klasifikasi Tanah .................................................................... BAB III : PENUTUP a. Kesimpulan...................................................................... b. Saran ................................................................................



2 5 8 9 10 11 12 12



BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Fenomena geosfer di bumi dibedakan bedasarka ntempat terjadinya menjadi dua yaitu di darat dan di laut. B. Rumusan masalah 1. Bagaimanakah rangkaian Pegunungan Karst di Pulau Jawa? 2. Bagaimanakah sebaran jenis batuan di Alam Bayat? 3. Berapa kemiringan Pantai Drini? 4. Berapa pasang surut air laut di Pantai Drini? 5. Berapa kecepatan angin di Pantai Drini? 6. Apakah yang dimaksud klasifikasi tanah Kabupaten Gunung Kidul? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui rangkaian Pegunugan Karst di Pulau Jawa 2. Untuk mengetahui sebaran jenis batuan di Alam Bayat 3. Untuk mengetahui besaran kemiringan Pantai Drini 4. Untuk mengetahui besaran pasang surut air laut di Pantai Drini 5. Untuk mengetahui besaran kecepatan angin di Pantai Drini 6. Untuk mengetahui klasifikasi tanah Kabupaten Gunung Kidul D. Manfaat 1. Memberikan informasi mengenai rangkaian Pegunugan Karst di Pulau Jawa 2. Memberikan informasi mengenai sebaran jenis batuan di Alam Bayat 3. Memberikan informasi mengenai besaran kemiringan Pantai Drini 4. Memberikan informasi mengenai besaran pasang surut air laut di Pantai Drini 5. Memberikan informasi mengenai besaran kecepatan angin di Pantai Drini 6. Memberikan informasi mengenai klasifikasi tanah Kabupaten Gunung Kidul



1



BAB II PEMBAHASAN A. RANGKAIAN PEGUNUNGAN KARST DI PULAU JAWA Zona Pegunungan Selatan adalah daerah pegunungan yang letaknya berada di selatan pulau jawa daerahnya meliputi tenggara provinsi Daeah Istimewa Yogyakarta kemudian memanjang ke timur sepanjang garis pantai selatan pulau jawa. Pegunungan selatan mempunyai 2 relief umum yakni relief kasar di sisi timur dan cenderung lebih halus di sisi barat. Pada sisi barat terdapat gawir gawir yang memanjang relief barat sampai timur, pembentukannya terjadi karena adanya evolusi tektonik yang terjadi di pulau jawa pada zaman kapur hingga sekarang. Fisiografi pegunungan selatan jawa menampakkan bentukan plato yang menghasilkan bentukan plato yang merupakan hasil proses pengangkatan (upfield peneplain) terhadap batuan berumur miosen (Pannekok, 1949 dalam Susetyo, 2015:9). Akibat terjadinya proses pengangkatan yang terjadi pada batuan dan didukung dengan aktifitas geomorfik lainya maka terbentuklah topografi karst yang memiliki sungai yang terapat di bawah tanah atau sungai bawah tanah sebagai system drainase di daerah karst. Kenampakan Pluto berubah menjadi bikit kecil yang berbentuk kerucut yang sekarang dikenal sebagai Gunungsewu dan lingkaran karst di jawa timur bagian selatan.



Pegunungan selatan dibangun oleh interkasi proses endogenik dan proses eksogenik yang sangat komplek. Pembagian zona fisiografi pegunungan selatan transversal mejadi 3 yakni ( utara, tengah, selatan) mencerminkan periodisasi pengangkatan dan eksposure terhadap erosi. Bagian uatar pegunungan selatan jawa terbentuk mada masa miosen tengah, setelah pengendapan wonosari keseluruhan pegunungan selatan terangkat secara periodic mulai plesitosen tengah. Episode pengangkatan plesitosen tengah ( final morphological arrangement ) dikelompokkan menajdi 2 yakni BL-Tg dan BBL-TTg (devina, 2009).Secara morfologis pegunungan



2



selatan memiliki pembagian menjadi 3 bagian yakni satuan perbukitan yang memilkiki relief sedang hingga kuat, yakni daerah yang berada di sekitar imogiri bagian barat kemudian memanjang ke utara hingga prambanan dan berbelok ke timur (pegunungan baturagung) dan terus ke timur melewati Panggung, Plopoh, Kambengan hingga di kawasan yang terpotong oleh jalan raya antara Pacitan-Slahung, daerah ini didominasi oleh keberadaan litologi batupasir, breksi vulkanik dan batuan beku dari Formasi Semilir, Nglanggran atau Wuni dan Besole. Satuan dataran tinggi terdapat di daerah Gading, Wonosari, Playen hingga Semanu. Memiliki ketinggian 400 m di atas muka laut, dengan topografi yang hampir rata dan pada umumnya ditempati oleh batu gamping. Daerah ini tersusun oleh bukit-bukit kecil maupun berbentuk kerucut, tersusun oleh batugamping klastik maupun jenis batugamping yang lain. Satuan dataran rendah, berada pada daerah mulai dari Wonogiri di utara hingga GiritrontroPracimantoro di selatan. Dataran rendah ini terdiri oleh batugamping Formasi Kepek yang tertutup oleh endapan Kuarter. Dataran rendah ini disebut sebagai Depresi Wonogiri-Baturetno, yang saat ini sebagian besar merupakan daerah genangan Waduk Gajahmungkur. Kemudian pada daerah Bayat, Kabupaten Klaten, yang  merupakan suatu daerah yang terletak pada kaki perbukitan rendah yakni Perbukitan Jiwo, perbukitan Jiwo terdiri dari Jiwo Barat dan Jiwo Timur yang dipisahkan oleh Sungai Dengkeng. Prebukitan ini tersusun oleh batuan Pra Tersier dan Tersier, dikelilingi oleh dataran yang tersusun oleh endapan Kuarter. Perbukitan Jiwo tersusun oleh batuan yang kompleks yakni batuan beku: khususnya diorit dan gabbro , batuan sedimen: batugamping , dan batuan metamorf: sekis, filit, dan marmer . Urutan stratigrafi penyusun Pegunungan Selatan bagian barat dari tua ke muda adalah sebagai berikut: 1. Formasi Wungkal-Gamping : Formasi ini terletak di Gunung Wungkal dan Gunung Gamping, di Perbukitan Jiwo. Satuan batuannya terdiri dari perselingan antara batu pasir dan batu lanau serta lensa batugamping. Pada bagian atas, satuan batuan ini berupa napal pasiran dan lensa batugamping. Formasi ini tersebar di Perbukitan Jiwo, antara lain di G. Wungkal, Desa Sekarbolo, Jiwo Barat, menpunyai ketebalan sekitar 120 meter (Bronto dan Hartono, 2001). 2. Formasi Kebo-Butak : Formasi ini disusun pada bagian bawah berupa batupasir berlapis baik, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat, dengan ketebalan lebih dari 650 meter.Bagian atasnya berupa perselingan batupasir dan batulempung dengan sisipan tipis tuf asam. Setempat di bagian tengahnya dijumpai retas lempeng andesit-basal dan di bagian atasnya dijumpai breksi andesit. 3. Formasi Semilir : Formasi ini berlokasi tipe di Gunung Semilir, sebelah selatan Klaten. Dengan ketebalan lebih dari 460 meter.Litologi penyusunnya terdiri dari tuf, tuf lapili, lapili batuapung, breksi batuapung dan serpih. Komposisi tuf dan batuapung tersebut bervariasi dari andesit hingga dasit. Di bagian bawah satuan batuan ini, yaitu di S. Opak, Dusun Watuadeg, Desa Jogotirto, Kec. Berbah,



3



Kab. Sleman, terdapat andesit basal sebagai aliran lava bantal (Bronto dan Hartono, 2001). 4. Formasi Nglanggran : Pada formasi ini batuan penyusunnya terdiri dari breksi gunungapi, aglomerat, tuf dan aliran lava andesit-basal dan lava andesit. Breksi gunungapi dan aglomerat yang mendominasi formasi ini umumnya tidak berlapis. Kepingannya terdiri dari andesit dan sedikit basal, berukuran 2 – 50 cm. Di bagian tengah formasi ini, yaitu pada breksi gunungapi, ditemukan batugamping terumbu yang membentuk lensa atau berupa kepingan. Secara setempat, formasi ini disisipi oleh batupasir 5. Formasi Sambipitu : Lokasi tipe formasi ini terletak di Desa Sambipitu pada jalan raya Yogyakarta-Patuk-Wonosari dengan ketebalan mencapai 230 meter. Batuan penyusun formasi ini di bagian bawah terdiri dari batupasir kasar, kemudian ke atas berangsur menjadi batupasir halus yang berselang-seling dengan serpih, batulanau dan batulempung. Pada bagian bawah kelompok batuan ini tidak mengandung bahan karbonat. Namun di bagian atasnya, terutama batupasir, mengandung bahan karbonat. 6. Formasi Oyo : Lokasi tipe formasi ini berada di Sungai Oyo. Batuan penyusunnya pada bagian bawah terdiri dari tuf dan napal tufan. Sedangkan ke atas secara berangsur dikuasai oleh batugamping berlapis dengan sisipan batulempung karbonatan. Batugamping berlapis tersebut umumnya kalkarenit, namun kadang-kadang dijumpai kalsirudit yang mengandung fragmen andesit membulat. Formasi Oyo tersebar luas di sepanjang K. Oyo. Ketebalan formasi ini lebih dari 140 meter. 7. Formasi Wonosari : Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, dengan ketebalan lebih dari 800 meter. Formasi ini didominasi oleh batuan karbonat yang terdiri dari batugamping berlapis dan batugamping terumbu. Sedangkan sebagai sisipan adalah napal. Sisipan tuf hanya terdapat di bagian timur. 8. Formasi Kepek : Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Desa Kepek, tersebar di hulu. Rambatan sebelah barat Wonosari yang membentuk sinklin. Batuan penyusunnya adalah napal dan batugamping berlapis. Tebal satuan ini lebih kurang 200 meter. 9. Endapan Permukaan : Endapan permukaan pada daerah Sungai Opak merupakan rombakan batuan yang lebih tua yang terbentuk pada Kala Plistosen hingga masa kini. Terdiri dari bahan lepas sampai padu lemah, berbutir lempung hingga kerakal. Surono dkk. (1992) membagi endapan ini menjadi Formasi Baturetno (Qb), Aluvium Tua (Qt) dan Aluvium (Qa). Sumber bahan rombakan berasal dari batuan Pra-Tersier Perbukitan Jiwo, batuan Tersier Pegunungan Selatan dan batuan G. Merapi.



4



5



B . SEBARAN BATUAN DI ALAM BAYAT A. Batuan Beku Batuan yang terbentuk karena pendinginan,pembekuan dan kristalisasi magma. Magma dapat bergerak karena memiliki gerakan tektonik serta terdapat jalan yang terbuka. Dapur magma dapat muncul dipermukaan karena terangkat dan tererosi. Batuan beku yang membeku di luar permukaan bumi dinamakan batuan extrusive atau vulkanis jika melalui mekanisme letusan gunung api, sedangkan batuan beku yang membeku di dalam bumi dinamakan batuan instrusive atau plutonik. Jenis magma asal batuan beku dibedakan menjadi dua,yaitu: 1. Magma Basa Menghasilkan batuan beku berwarna terang (cerah) karena memiliki kandungan kwarsa serta felspat yang dominan. Magma yang bersifat basa akan lebih cair dan akan menyebar di permukaan bumi dengan cakupan wilayah yang lebih luas. 2. Magma Asam Menghasilkan batuan berwarna gelap akibat mineral gelap yang mendominasi pembentukan batuan tersebut seperti piroksin dan olivin. Magma asam akan menghasilkan cairan yang lebih kental dan memiliki penyebaran yang lebih terbatas. Terjadinya bermacam-macam batuan beku terbagi menjadi tiga proses; 1. Differensiasi magma Suatu proses pemisahan magma yang homogen menjadi fraksi-fraksi dengan komposisi yang berbeda-beda. Proses pemisahan tersebut dapat dibedakan menjadi 3 macam meliputi; Akibat adanya perbedaan



temperatur, ion-ion atau molekul-molekul di dalam cairan magma mengadakan migrasi, akibat adanya perpindahan gas-gas yang membawa bahan-bahan mudah berpindah/mudah menguapdari magma untuk dibawa ke tempat lain sebagai hasil kristalisasi, dan pengambangan kristal ringan dari sodium (Na) dan potasium (K) yang akan memperkaya magma pada bagian atas dari waduk magma. 2. Asimilasi Proses meleburnya batuan samping(migling) akibat naiknya magma kearah permukaan dan proses ini dapat menyebabkan magma yang tadinya bersifat basa berubah menjadi asam karena komposisi batuan sampingnya lebih bersifat asam ataupun sebaliknya. 3. Proses pencampuran magma Dua batuan yang berbeda terutama batuan vulkanik dan batuan intrusi dangkal, dapat dihasilkan oleh campuran dari sebagian kristalisasi magma. Dalam batuan beku sering pula terjadi pelapukan membola atau pelapukan seperti bawang (sporoidal / union). Pelapukan tersebut terjadi secara berkesinambungan yaitu dengan bagian terluar dari satu susunan batuan tersebut melapuk terlebih dahulu hingga mencapai inti batuan. Jenis batuan beku yang dapat dijumpai di lingkungan alam Bayat meliputi; 1. Gabro (berbutir kasar) 2.



Basalt (butiran halus)



3.



Diorit (butiran kristal nampak)



4.



Andesit (butiran kristal tidak nampak)



5.



Granit (berwarna cerah dan ukuran kristal tidak terlihat)



B. Batuan Sedimen Sedimen terjadi sebagai akibat adanya kekuatan eksogen yaitu pelapukan, pengikisan, transportasi oleh angin atau air. Pada lingkungan pengendapan sedimen akan mengalami proses pemadatan batuan yang disebut litifikasi. Batuan sedimen akan terbentuk sebagai akibat menjadi padat dan kerasnya lapisanlapisan tersebut pada suhu dan tekanan yang relative rendah pada jangka waktu tertentu. Terdapat dua macam batuan sedimen berdasarkan komposisi mineral; 1. Batuan sedimen klastik



6



Merupakan batuan yang memiliki kandungan fragmen klastik (mineral allogenis) lebih besar daripada kandungan sedimen kimia (mineral autigenis).



Batuan



sedimen



klastik



telah



mengalami



pengangkutan/transportasi yang diendapkan pada tempat lain. 2. Batuan sedimen non klastik (kimia) Merupakan batuan yang memiliki kandungan fragmen klastik lebih kecil dibandingkan dengan kandungan sedimen kimia (mineral autigenis). Batuan sedimen non klastik tidak mengalami pengangkutan namun mengalami proses penguapan atau proses yang lain pada tempat pengendapannya. Macam batuan sedimen yang dapat dijumpai meliputi konglomerat breksi dan gamping. Selain itu juga terdapat fosil hewan purba bersel satu yang disebut dengan Nummulites. C. Batuan Metamorf Batuan yang terbentuk dari gabungan berbagai proses yang aktif bekerja pada suatu batuan dan mengakibatkan perubahan fisik. Faktor tekanan (metamorfosisme tekanan) menjadi pemicu adanya perubahan yang mana tekanan dapat ditambah,dikurangi ataupun dibiarkan. Terdapat dua tipe tekanan yakni; tekanan statis yaitu tekanan yang disebabkan oleh berat batuan yang ada di atasnya, makin dalam makin tinggi tekanan tersebut dan tekanan dinamis yaitu tekanan yang dihasilkan oleh gerak-gerak tektonik atau diastropisme.



7



8



C. MENGUKUR KEMIRINGAN LERENG PANTAI DRINI Kemiringan lereng merupakan ukuran kemiringan lahan relatif terhadap bidang datar yang secara umum dinyatakan dalam persen atau derajat, kecuraman lreng, panjang lereng, dan bentunk lereng semuanya akan memepengruhi bearnya erosi dan aliran permukaan. A. Alat dan bahan untuk pengukuran kemiringan lereng Alat dan bahan 1. Yalon



2. Roll meter



3. Alat navigasi (CST) / Hand Level



4. Pensil/bolpoin Data hasil pengukuran kemiringan lereng Titik Sudut (α)



Panjang (L)



A 6 ° 40 '



5,3 Meter



5 ° 10 '



4,6 Meter



10 ° 30 '



5 Meter



B C D 9



D. MENGUKUR PASANG SURUT AIR LAUT DI PANTAI DRINI Pasang surut air laut merupakan No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.



Pasang Tertinggi (Meter)



Waktu



+ 0,5 +5 +3 + 2,5 +4 + 2,5 +3 +5 +8 +6 + 4,5 +6 +2 +4 +4 +7 +6 +4 +2 +4



05.00 05.30 06.00 06.30 07.00 07.30 08.00 08.30 09.00 09.30 09.31 09.32 09.33 09.34 09.35 09.36 09.37 09.38 09.39 09.40 09.41 09.42 09.43



24.



+ 2,5



09.44



Surut Terendah (Meter) - 2,5 - 1,5 - 1,4



E.



MENGUKUR KECEPATAN ANGIN DI PANTAI DRINI Angin terjadi ketika terdapat perbedaan tekanan udara di suatu wilayah. Angin merupakan udara yang bergerak dari tempat yang bertekanan udara rendah ke tempat yang bertekanan udara tinggi. Kecepatan angin di masing – masing daerah berbeda-beda karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faltor yang memengaruhi kecepatan angin diantaranya adalah, 1. Gradien Barometis, yaitu perbedaan tekanan udara yang menyebabkan terjadinya angin. Semakin besar perbedaan tekanan udara di suatu wilayah makan semakin besar atau kuat pula angin yang bertiup. 2. Kondisi Relief Permukaan Wilayah, relief yang tidak merata dengan adanya perbukitan akan menghambat jalannya angin sehingga angin akan lebih mudah bertiup di daerah dataran. 3. Letak Lintang, berkaitan dengan posisi matahari terhadap posisi bumi. Bagian bumi yang terkena sinar matahari lebih banyak akan memiliki perbedaan panas yang signifikan. Di atmosfer juga berotasi dengan bumi karena molekul – molekul udara bergerak ke arah timur sesuai arah rotasi bumi. Oleh karena bentuk bumi yang pepat di kedua kutubnya menyebabkan kecepatan tertinggi ada di daerah ekuator / intang rendah dan semakin melemah ke arah lintang tinggi/ kutub. 4. Waktu, berkaitan dengan siang dan malam. Angin bertiup lebih kencang ketika siang hari karena pada saat siang hari terdapat perbedaan tekana udara yang signifikan antara daratan dan lautan . Selain itu, panjang siang dan malam di berbagai tempat di bumi tidak sama sehingga tekanan udara maksimum dan minimum berubah-ubah. Akibatnya arah aliran angin menjadi tidak seragam Pengukuran kecepatan angin yang dilakukan di Pantai Drini pada pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan Program Studi Pendidikan Geografi Angkatan 2018 adalah dengan menggunakan alat Anemometer.



Gambar di samping merupakan alat pengukur kecepatan angin yang bernama Anemometer Digital.



10



11



NO .



Ketinggian 2 meter 2 meter 2 meter 2 meter 2 meter 2 meter 2 meter 2 meter 2 meter 2 meter



Waktu Pengukuran 08.50 08.51 08.52 08.53 08.54. 08.55 08.56 08.57 08.58 08.59



Kecepatan Angin (meter/sekon) 1,6 m/s 1,5 m/s 2,0 m/s 1,3 m/s 1,5 m/s 0,8 m/s 0,9 m/s 0,3 m/s 1,5 m/s 1,3 m/s



F. KLASIFIKASI TANAH Tanah memiliki klasifikasi yang memberikan infornasi mengenai tekstur dan struktur tanah di suatu wilayah. Menurut hasil obsevasi Kami di Kabupaten Trenggalek didapati hasil bahwa Kabupaten Trenggalek memiliki tekstur lempung. Tekstur juga erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu (Hakim et al, 1986 dalam Buku Ajar Geografi Tanah oleh Nugroho Hari Purnomo). Klasifikasi ukuran tekstur tanah disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 13 merupakan segitiga tekstur.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Pulau Jawa memiliki dua rangkaian pegunungan karst atau kapur, yaitu di Jawa bagian utara dan Jawa Bagian Selatan. Pegunungan Kapur Jawa Selatan terbentuk mulai dari Rembang sampai ke Gresik di bagian Pantura. Kenampakan kapur tersebut memengaruhi banyak aspek keruangan di wilayah terkait termasuk kondisi hidrologi dan litologi wilayah tersebut. Bentang Alam Bayat di Kabupaten Klaten merupakan laboratorium geologi yang menarik dan menjadi tempat studi geologi yang terkenal di kalangan ahli geologi. Hal ini disebabkan karena di Alam Bayat terdapat banyak jenis batuan yang berbeda namun letak nya saling berdekatan sehingga para ahli geologi banyak melakukan penelitian di sana. Batuan tersebut adalah batuan beku, batuan piroklastik, batuan metamorf, dan juga batuan sedimen. Angin merupakan udara yang bergerak dari yang bertekanan udara tinggi ke yang bertekanan udara rendah. Selain itu, kecepatan angin juga dipengaruhi oleh letak lintang. Angin bertiup lebih kencang ketika siang hari karena pada saat siang hari terdapat perbedaan tekana udara yang signifikan antara daratan dan lautan . Selain itu, panjang siang dan malam di berbagai tempat di bumi tidak sama sehingga tekanan udara maksimum dan minimum berubah-ubah. Akibatnya arah aliran angin menjadi tidak seragam B. Saran 1. Saran Untuk Penulis Berikutnya : - Memperbanyak literasi –literasi mengenai topik yang akan ditulis seperti mengenai jenis – jenis batuan dan proses terbentunya, angin, gelombang, dan pasang surut air laut. - Melakukan observasi lapangan dengan ditemani oleh ahli, dalam hal ini adalah seorang geograf yang menguasai submateri – materi tertentu (litosfer, hidrosfer, maupun biosfer) 2. Saran Untuk Pemerintah : - Memberikan wadah untuk para geograf muda di Indonesia untuk meneliti fenomena – fenomena geosfer di Indonesia dengan dipandu oleh ahli - Menyediakan literasi – literasi yang lebih lengkap dalam bentuk buku pedoman, jurnal – jurnal internasional, artikel ilmiah, dan sebagainya untuk menunjang pemahaman materi seorang peneliti atau penulis.



12



DAFTAR PUSTAKA Hari Purnomo, Nugroho.2018.Geografi Tanah.Surabaya Trisnawati D. 2009. Analisis Indeks Geomorfik dalam Menentukan Pengaruh Tektonik terhadap Sub-Daerah Aliran Sungai Oyo Kec. Playen, Gunung Kidul dan Kec. Dlingo, Bantul DIY. Semarang, Indoesia. UNDIP Press, e.print.undip.ac.id Pannekoek, A. J., 1949, dalam susetyo, edy. 2015:9. Melacak Bukti bukti okupasi komunitas prasejarah di lingkungan karst jawa timur bagian selatan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta



13