Laporan KP Kevin Ra [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 17-PTR1-01B DI PT.PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN –INDRAMAYU



Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Kerja Praktek dan Seminar pada semester V di Program Studi D3 Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro



LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN Pelaksanaan :3 July 2017 S/D 3 Agustus 2017



Oleh Kevin Rusydi Abdillah NIM: 151321014



POLITEKNIK NEGERI BANDING 2017



Page |i



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN



PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 17-PTR1-01B DI PT.PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN –INDRAMAYU PT. PERTAMINA (PERSERO) RU-VI Balongan-Indramayu, Jawa Barat



Periode 3 Juli s/d 3Agustus 2017 Oleh Kevin Rusydi Abdillah 151321014 Laporan ini telah diperiksa dan disetujui oleh : Pembimbing Kerja Praktek



Maintenance Area III Section Head



Dadan Iskandar



Sumardianto Senior Officer BP Refinery



RosnamoraH



P a g e | ii



KATA PENGANTAR



Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah Nya sehingga penulis dapat melaksanakan kerja praktek di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan dan menyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul : “PEMERIKSAAN DAN



PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR



DISTRIBUSI 17-PTR1-01B DI PT.PERTAMINA (PERSERO) RU VI BALONGAN –INDRAMAYU”. Pembuatan laporan ini merupakan bentuk pelaporan kegiatan kerja praktik yang telah di laksanakan penulis pada tanggal 03 Juli s/d 03 Agustus 2017 dengan tujuan sebagai salah satu syarat kelulusan dari mata kuliah kerja praktik semester v jurusan Teknik Elektro Program studi Teknik Listrik Politeknik Negeri Bandung. Dalam Penulisan laporan kerja praktek ini, penulis menemui berbagai kesulitan dan kendala dalam penyelesaianya, oleh karena itu penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa adanya bimbingan, dukungan, dan Inspirasi dari berbagai pihak, maka laporan ini tidak dapat diselesaikan sesuai dengan harapan penulis. Pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua , adik-adik saya, sebagaisumber kehidupan, pembimbing dan pendidik yang bijaksana yang selalu memberikan doa, nasehat, dan dukungan nya baik moril maupun materil yang tidak terhingga dalam meniti jalan hidup ini. 2. Bapak Malayusfi, BSEE., M.Eng, selaku Ketua Jurusuan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bandung. 3. Bapak Supriyanto, ST., MT, selaku Ketua Program Studi Teknik Listrik. 4. Bapak Dwi Septianto, Drs., SST., M.Eng. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis dan atas semua semangat dan motivasi yang diberikan.



P a g e | iii



5. Bapak Dadan Iskandar, selaku pembimbing perusahaan yang telah banyak membantu selama penulis kerja praktik dalam ilmu maupun nasihat. 6. .Bapak Wayan S, Kang Ricky Nurrahman, Mas Arya Thoni W , Bapak Edi dan seluruh staff dan karyawan Electrical & Instrument Engineering Maintenance Area III yang telah banyak meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan membantu sela kerja praktik 7. Bapak Yanto Selaku HR RU VI dan Seluruh staff pegawai Pusdiklat serta divisi K3 yang telah memberi arahan kerja praktek. 8. Bapak Haris Santana dan Ibu Cici serta Putra Putrinya , yang telah memberikan tempat tinggal sementara dan banyak dukungan lainnya. Terimakasih banyak atas segala bantuan yang diberikan. 9. Andika Jumawi, Iful Saeful M, Xena Nurjaman, dan Wanda Candra Nugraha selaku sahabat dan rekan kerja praktek yang selalu menemani untuk berbagi dan berdiskusi ilmu dengan penulis. 10. Semua anggota Himpunan Mahasiswa Listrik (HML) POLBAN yang telah memberikan pengalaman kepada kami untuk tetap siap menghadapi masalah serumit apapun. 11. Eka Farida Pitriyanni yang selalu memberikan motivasi dorongan dan semangat kepada penulis Penulis



menyadari



bahwa



masih



banyak



kekurangan



dalam



perancangan dan pembuatan laporak kerja praktik ini. Oleh karena itu besar harapan penulis untuk menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan laporan ini. Semoga laporan kerja praktik ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa Politeknik Negri Bandung khususnya dan dapat memberikan pengetahuan lebih untuk para pembaca masyarakat luas pada umumnya. Bandung, Agustus 2017



Penulis



P a g e | iv



DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vii DAFTAR TABEL............................................................................................... viii BAB I



PENDAHULUAN 1.1



Tinjauan Umum Perusahaan ......................................................... 1



1.1.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) ............................... 1 1.1.2 Logo, Slogan, Visi dan Misi Perusahaan ...................................... 3 1.1.3 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ... 5 1.1.4 Logo, Slogan, Visi dan Misi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ....................................................................................... 7 1.1.5 Tata Letak PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ........... 8 1.1.6 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan 12 1.1.7 Kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ............... 17 1.1.8 Bahan Baku PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan ............. 18 1.1.9 Sistem Pembangkitan Listrik di PT. PERTAMINA (Persero) RUVI Balongan ................................................................................ 20 1.1.10 Sistem Distribusi Listrik di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ..................................................................................... 22 1.1.11 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ................................. 23 1.2



Latar Belakang Masalah .............................................................. 26



1.3



Tujuan ......................................................................................... 27



1.4



Batasan Masalah.......................................................................... 27



Page |v



BAB II



1.5



Waktu dan Tempat Prlaksanaan .................................................. 28



1.6



Metode Pelaksanaan Praktek Kerja ............................................. 28



1.7



Sistematika Penulisan.................................................................. 28



DASAR TEORI TRANSFORMATOR 2.1



Transformator.............................................................................. 30



2.1.1 Pengertian Transformator............................................................ 31 2.1.2 Kontruksi Transformator............................................................. 32 2.1.3 Prinsip kerja Transformator ........................................................ 36 2.2



Jenis-Jenis Transformator ........................................................... 38



2.3



Sistem Pendingin Transformator................................................. 39



2.4



Teori Dasar Pengaman ................................................................ 40



2.4.1 Syarat Pengaman Transformator ................................................. 41 2.5



Jenis Pengaman Pada Transformator .......................................... 42



2.6



Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) .............................................. 42



2.6.1 Jenis-jenis Circuit breaker ........................................................... 43 2.7



Fuse (Sekering) ........................................................................... 43



2.8



Macam-macam gangguan pada transformator ............................ 44



2.9



Pemeliharaan Peralatan Listrik Tegangan Tinggi ....................... 45



2.9.1 Pengertian Dan Tujuan Pemeliharaan ......................................... 45 2.9.2 Paduan Pemeliharaan Transformator .......................................... 46 BAB III



PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 17- PTR1-01B 3.1



Sistem Distribusi Tenaga Listrik di kilang PERTAMINA RU-VI



Balongan............................................................................................. 48 3.2



Transformator 17-PTR1-01B ...................................................... 49



P a g e | vi



3.3



Peralatan pengaman Transformator 17-PTR1-01B ..................... 52



3.3.1 Differential Relay ........................................................................ 52 3.3.2 Over Current Relay ..................................................................... 52 3.3.3 Ground Fault Relay ..................................................................... 52 3.4



Pengaman Internal Transformator............................................... 53



3.4.1 Liquid Temperatur Gauge ........................................................... 53 3.4.2 Liquid Level Gauge..................................................................... 54 3.4.3 Pressure Vacuum Gauge ............................................................. 55 3.4.4 Pressure Relief Device (PRD) ..................................................... 56 3.4.5 Rapid Pressure Rise Relay ......................................................... 56 3.4.6 Perubahan Tap (Tap Charger) ..................................................... 58 3.5



Pemeriksaan Transformator 17-PTR1-01B................................. 59



3.5.1 Pemeriksaan Electrical Sebelum Instalasi dan penyambungan .. 59 3.5.2 Pemeriksaan fisik sebelum pemasang dan penyambung ............ 61 3.6



Pemeliharaan Transformator 17-PTR1-01B ............................... 62



3.6.1 Tujuan pemeliharaan : ................................................................. 62 3.6.2 Kegiatan pemeliharaan ................................................................ 62 3.6.3 Pemeliharaan menurut kondisi .................................................... 62 3.6.4 Pemeliharaan Berkala.................................................................. 63 3.7 BAB IV



Analisa Kebocoran Oli Tranformator 17-PTR1-01B.................. 65



PENUTUP 4.1



Kesimpulan ................................................................................. 66



4.2



Saran............................................................................................ 66



DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ x LAMPIRAN .......................................................................................................... xi



P a g e | vii



DAFTAR GAMBAR Gambar 1. 1 Logo PT. PERTAMINA (Persero) ..................................................... 5 Gambar 1. 2 Logo Unggulan PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ......... 8 Gambar 1. 3 Letak Geografis PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan ..... 11 Gambar 1. 4 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan 12 Gambar 3. 1 Transformator 17-PTR1-01B ........................................................... 50 Gambar 3. 2 Differntial Relay (87T)...................... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 3 Over Current Relay (50-50N-51-51N)Error!



Bookmark



not



defined. Gambar 3. 4 Ground Fault Relay (50G-51G) ........ Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 5 Lockout Relay (86).) ......................... Error! Bookmark not defined. Gambar 3. 6 Liquid Temperatur Gauge ................................................................ 53 Gambar 3. 7 Liquid Level Gauge .......................................................................... 54 Gambar 3. 8 Pressure Vacuum Gauge .................................................................. 55 Gambar 3. 9 Pressure Relief Device ..................................................................... 56 Gambar 3. 10 Rapif Pressure Rise Relay .............................................................. 57 Gambar 3. 11 Tap Charger .................................................................................. 58



P a g e | viii



DAFTAR TABEL Tabel 1. 1 Sejarah Perkembangan PT. PERTAMINA (Persero) ........................... 2 Tabel 1. 2 Kapasitas Produksi Kilang PT. PERTAMINA (Persero) ...................... 3 Tabel 1. 3 Hasil produk bahan baku...................................................................... 18



Page |1



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Umum Perusahaan 1.1.1 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) Sampai saat ini minyak bumi masih menjadi komoditas utama di Indonesia, baik sebagai sumber energi maupun sebagai bahan dasar produk turunan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Proses pengolahan minyak bumi menjadi produk dengan nilai ekonomi tinggi merupakan tujuan utama dari perusahaanperusahaan yang bergerak dalam bidang eksplorasi sampai dengan industri petrokimia hilir. Pengelolaan sumber daya ini diatur oleh negara untuk kemakmuran rakyat seperti yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 33 ayat 3. Hal ini ditujukan untuk menghindari praktik monopoli dan mis-eksploitasi kekayaan alam. Usaha pengeboran minyak di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Jan Raerink pada tahun 1871 di Cibodas dekat Majalengka (Jawa Barat), namun usaha tersebut mengalami kegagalan. Kemudian dilanjutkan oleh Aeilo Jan Zykler yang melakukan pengeboran di Telaga Tiga (Sumatera Utara) dan pada tanggal 15 Juni 1885 berhasil ditemukan sumber minyak komersial yang pertama di Indonesia. Sejak itu berturut-turut ditemukan sumber minyak bumi di Kruka (Jawa Timur) tahun 1887, Ledok Cepu (Jawa Tengah) pada tahun 1901, Pamusian Tarakan tahun 1905 dan di Talang Akar Pendopo (Sumatera Selatan) tahun 1921. Penemuan-penemuan dari penghasil minyak yang lain mendorong keinginan maskapai perusahaan asing seperti Royal Deutsche Company, Shell, Stanvac, Caltex dan maskapai-maskapai lainnya untuk turut serta dalam usaha pengeboran minyak di Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia, terjadi beberapa perubahan pengelolaan perusahaan minyak di Indonesia. Pada tanggal 10 Desember 1957, atas perintah Mayjen Dr. Ibnu Soetowo, PT EMTSU diubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional (PT PERMINA). Kemudian dengan PP No. 198/1961 PT PERMINA



Page |2



dilebur menjadi PN PERMINA. Pada tanggal 20 Agustus 1968 berdasarkan PP No. 27/1968, PN PERMINA dan PN PERTAMINA dijadikan satu perusahaan yang bernama Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PN PERTAMINA). Sebagai landasan kerja baru, lahirlah UU No. 8/1971 pada tanggal 15 September 1971. Sejak itu, nama PN PERTAMINA diubah menjadi PT. PERTAMINA, dan dengan PP No. 31/2003 PT. PERTAMINA menjadi (Persero), yang merupakan satu-satunya perusahaan minyak nasional yang berwenang mengelola semua bentuk kegiatan di bidang industri perminyakan di Indonesia. Tabel 1. 1 Sejarah Perkembangan PT. PERTAMINA (Persero)



1945



April 1954 10 Desember 1957



: Berdirinya Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (PTMNRI) di Tarakan, yang merupakan perusahaan minyak nasional pertama di Indonesia. : PT PTMNRI → Tambang Minyak Sumatera Utara (TMSU) : TMSU berubah menjadi PT Perusahaan Minyak Nasional (PT PERMINA)



1 Januari 1959



: NVNIAM berubah menjadi PT Pertambangan Minyak Indonesia (PT PERMINDO)



Februari 1961



: PT PERMINDO berubah menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak (PN PERTAMIN) yang berfungsi sebagai satu-satunya distributor minyak di Indonesia.



1 Juli 1961



: PT PERMINA dijadikan PN PERMINA (PP No.198/1961)



20 Agustus 1968



: Peleburan PN PERMINA dan PN PERTAMIN menjadi Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (PN PERTAMINA) sesuai PP No. 27/1968



15 September 1971



: PN PERTAMINA berubah menjadi PT. PERTAMINAberdasarkan UU No. 8/1971



17 September 2003



: PT. PERTAMINA menjadi PT. PERTAMINA (Persero) sesuai PP No. 31/2003



Page |3



Sebagai salah satu elemen penting dalam usaha pemenuhan kebutuhan BBM di Indonesia tantangan yang dihadapi PT. Pertamina (Persero) semakin berat karena lonjakan kebutuhan BBM harus diiringi dengan peningkatan pengolahan minyak bumi agar suplai BBM tetap stabil. Dalam pembangunan nasional, PT. Pertamina (Persero) memiliki tiga peranan penting, yaitu: a.



Menyediakan dan menjamin pemenuhan akan kebutuhan BBM.



b.



Sebagai sumber devisa negara.



c.



Menyediakan kesempatan kerja sekaligus pelaksana alih teknologi danpengetahuan.



Untuk mencapai sasaran dan menghadapi tantangan terutama di dalam negeri, PT. Pertamina (Persero) membangun unit pengolahan minyak di berbagai wilayah di Indonesia. Saat ini PT. Pertamina (Persero) telah mempunyai enam buah kilang, yaitu : Tabel 1. 2 Kapasitas Produksi Kilang PT. PERTAMINA (Persero)



No Unit Pengolahan



Kapasitas (MBSD)



1



RU II Dumai



170.0



2



RU III Plaju



133.7



3



RU IV Cilacap



348.0



4



RU V Balikpapan



260.0



5



RU VI Balongan



125.0



6



RU VII Kasim



10.0



1.1.2 Logo, Slogan, Visi dan Misi Perusahaan 



Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero)



Visi dan misi PERTAMINA (Persero) adalah sebagai berikut:



Page |4



Visi: “Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.” Misi: “Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.” 



Logo dan Slogan PT. PERTAMINA (Persero)



Selama 37 tahun (20 agustus 1968 – 1 Desember 2005) orang mengenal logo kuda laut sebagai identitas PERTAMINA. Perkiraan perubahan logo sudah dimulai sejak 1976 setelah terjadi krisis PERTAMINA. Pemikiran tersebut dilanjutkan



pada



tahun-tahun



berikutnya



dan



diperkuat



melalui



Tim



Restrukturisasi PERTAMINA tahun 2000 (Tim Citra) termasuk kajian yang mendalam dan komprehensif sampai pada pembuatan TOR dan perhitungan biaya. Akan tetapi, program tersebut tidak sempat terlaksana karena adanya perubahan kebijakan ataupergantian direksi. Wacana perubahan logo tetap berlangsung sampai dengan terbentuknya PT. PERTAMINA (PERSERO) pada tahun 2003. Adapun pertimbangan pergantian logo yaitu agar dapat membangun semangat baru, membangun perubahan corporate cultre bagi seluruh pekerja, mendapatkan pandangan (image) yang lebih baik diantara global oil dan gas companies serta mendorong daya saing perusahaan dalam menghadapi perubahanperubahan yang terjadi, antara lain : 1. Perubahan peran dan status hukum perusahaan menjadi perseroan. 2. Perubahan strategi perusahaan untuk menghadapi persaingan dan semakin banyak terbentuknya entitas bisnis baru di bidang Hulu dan Hilir. Slogan



RENEWABELE



SPIRIT



yang



diterjemahkan



menjadi



“SEMANGAT TERBARUKAN”. Dengan slogan ini diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan berubah menjadi enterpreneur dan custumer oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan. Permohonan pendaftaran ciptaan logo baru telah disetujui dan dikeluarkan oleh Direktur Hak Cipta, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit



Page |5



Terpadu dan Rahasia Dagang, Departemen Hukum dan HAM dengan syarat pendaftaran ciptaan No.0.8344 tanggal 10 Oktober 2005. Logo baru PERTAMINA sebagai identitas perusahaan dikukuhkan dan diberlakukan terhitung mulai tanggal 10 Desember 2005. Selama masa transisi, lambang /tanda pengenal PERTAMINA masih dapat /tetap dipergunakan.



Gambar 1. 1 Logo PT. PERTAMINA (Persero)



Arti Logo : 1. Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan representasi bentuk panah, dimaksudkan sebagai PERTAMINA yang bergerak maju dan progresif 2. Warna – warna yang berani menunjukkan langkah besar yang diambil PERTAMINA dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis dimana: Biru



: mencerminkan handal, dapat dipercaya dan bertanggung jawab



Hijau : mencerminkan sumber daya energi yang berwawasan lingkungan Merah : mencerminkan keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam kesulitan 1.1.3 Sejarah Singkat PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan Kilang Balongan dibangun dengan system project financing dimana biaya invetasi pembangunannya dibayar dari revenue kilang Balongan sendiri dan dari keuntungan Pertamina lainnya. Dengan demikian maka tidak ada dana atau equity dari pemerintah yang dimasukkan sebagai penyertaan modal sebagaimana waktu



Page |6



membangun kilang-kilang lainnya sebelum tahun 1990. Oleh karena itu kilang Balongan disebut kilang milik PERTAMINA. Kilang Balongan adalah merupakan kilang yang dirancang untuk mengolah minyak mentah jenis Duri (80%). Pada tahun 1990-an, crude Duri mempunyai harga jual yang relatif rendah karena kualitasnya yang kurang baiksebagai bahan baku kilang. Kualitas yang rendah dari crude duri dapat terlihat diantaranya dari kandungan residu yang sangat tinggi mencapai 78%, kandungan logam berat dan karbon serta nitrogen yang juga tinggi. Teknologi kilang yang dimiliki di dalam negeri sebelum adanya kilang Balongan tidak mampu mengolah secara efektif dalam jumlah besar, sementara itu produksi minyak dari lapangan Duri meningkat cukup besar dengan diterapkannya metode SecondaryRecovery. Saat ini, feed yang digunakan pada kilang Balongan merupakan campuran crude Duri, Minas, dan Nile Blend dengan perbandingan 41:35:24. Dasar pemikiran didirikannya kilang RU VI Balongan untuk memenuhi kebutuhan BBM yaitu: 1. Pemecahan permasalahan minyak mentah (Crude) Duri. 2. Antisipasi kebutuhan produk BBM nasional, regional, dan internasional. 3. Peluang menghasilkan produk dengan nilai tambah tinggi. Daerah Balongan dipilih sebagai lokasi kilang dan proyek kilang yang dinamakan proyek EXOR I (Export Oriented Refinery I) dan dirikan pada tahun 1991. Pada perkembangan selanjutnya, pengoperasian kilang tersebut diubah namanya Pertamina Refinery Unit VI Balongan. Start Up kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Peresmian ini sempat tertunda dari perencanaan sebelumnya (30 Januari 1995) karena unit Residue Catalytic Cracking (RCC) mengalami kerusakan. Unit RCC ini merupakan unit terpenting di kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan, yang mengubah residu (sekitar 62 % dari total feed) menjadi minyak ringan yang lebih berharga. Residu yang dihasilkan



Page |7



sangat besar sehingga sangat tidak menguntungkan bila residu tersebut tidak dimanfaatkan. Kapasitas unit ini yang sekitar 83.000 BPSD merupakan yang terbesar di dunia untuk saat ini. Dengan adanya kilang minyak Balongan, kapasitas produksi kilang minyak domestik menjadi 1.074.300 BPSD. Produksi kilang minyak Balongan berjumlah kurang lebih 34 % dari bahan bakar minyak yang dipasarkan di Jakarta dan sekitarnya. 1.1.4 Logo, Slogan, Visi dan Misi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan 



Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan



Visi dan misi PERTAMINA RU VI Balongan adalah sebagai berikut: Visi: Menjadi Kilang Terkemuka di Asia Tahun 2025 Misi: -



-



-



“Mengolah crude dan naptha untuk memproduksi BBM, BBK, Residu, NBBM dan Petkim secara tepat jumlah, mutu, waktu dan berorientasi laba serta berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan pasar.” “Mengoperasikan kilang yang berteknologi maju dan terpadu secara aman, handal, efisien dan berwawasan lingkungan.” “Mengelola aset RU VI Balongan secara profesional yang didukung oleh sistem manajemen yang tangguh berdasarkan semangat kebersamaan, keterbukaan dan prinsip saling menguntungkan.” “Memiliki Tata Nilai 6C yaitu Clean, Competitive, Confident, Customer Focused, Commercial, Capable.” 



Logo dan Slogan PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan Slogan dari PT. Pertamina (Persero) adalah “Renewable Spirit”



atau “Semangat Terbarukan”. Slogan tersebut diharapkan mendorong seluruh jajaran pekerja untuk memiliki sikap enterpreneurship dan costumer oriented yang terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan.



Page |8



Gambar 1. 2 Logo Unggulan PT PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan



Logo PT Pertamina (Persero) RU VI memiliki makna sebagai berikut: 1. Lingkaran : fokus ke bisnis inti dan sinergi 2. Gambar : konstruksi regenerator dan reaktor di unit RCC yang menjadi ciri khas dari PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan 3. Warna : o Hijau



: berarti selalu menjaga kelestarian lingkungan hidup



o Putih : berarti bersih, profesional, proaktif, inovatif dan dinamis dalam setiap tindakan yang selalu berdasarkan kebenaran o Biru



: berarti loyal kepada visi PT Pertamina (Persero)



o Kuning : berarti keagungan PT Pertamina (Persero) RU VI 1.1.5 Tata Letak PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan Pabrik PT. PERTAMINA (Persero) RU VI didirikan di kecamatan Balongan, kabupaten Indramayu, Jawa Barat (40 km arah barat laut Cirebon). Untuk penyiapan lahan kilang, yang semula sawah tadah hujan, diperlukan pengurukan dengan pasir laut yang diambil dari pulau Gosong Tengah yang dikerjakan dalam waktu empat bulan. Transportasi pasir dari tempat penambangan ke area penimbunan dilakukan dengan kapal yang selanjutnya dipompa ke arah kilang. Sejak tahun 1970, minyak dan gas bumi dieksploitasi di daerah ini. Sebanyak 224 buah sumur berhasil digali. Di antara sumur-sumur tersebut, sumur yang berhasil memproduksi adalah sumur Jatibarang, Cemara, Kandang Haur Barat, Kandang Haur Timur, Tugu Barat, dan lepas pantai. Sedangkan produksi



Page |9



minyak buminya sebesar 239,65 MMSCFD disalurkan ke PT. Krakatau Steel, PT. Pupuk Kujang, PT. Indocement, Semen Cibinong, dan Palimanan. Depot UPPDN III sendiri baru dibangun pada tahun 1980 untuk mensuplai kebutuhan bahan bakar di daerah Cirebon dan sekitarnya. Tata letak pabrik disusun sedemikian rupa hingga memudahkan jalannya proses produksi serta turut mempertimbangkanaspek keamanan dan lingkungan. Untuk mempermudah jalannya proses produksi, unit-unit dalam kilang disusun sedemikian rupa sehingga unit yang saling berhubungan jaraknya berdekatan. Dengan demikian pipa yang digunakan dapat sependek mungkin dan energi yang dibutuhkan untuk mendistribusikan aliran dapat diminimalisir. Untuk keamanan, area perkantoran terletak cukup jauh dari unit-unit yang memiliki resiko bocor atau meledak, seperti RCC, ARHDM, dll. Unit-unit yang berisiko diletakkan di tengah-tengah kilang. Unit terdekat dengan area perkantoran adalah unit utilitas dan tangki-tangki yang berisi air sehingga relatif aman. Area kilang terdiri dari : • Sarana kilang



: 250 ha daerah konstruksi kilang : 200 ha daerah penyangga



• Sarana perumahan



: 200 ha



Ditinjau dari segi teknis dan ekonomis, lokasi ini cukup strategis dengan adanya faktor pendukung, antara lain : a. Bahan Baku Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan adalah : o Minyak mentah Duri, Riau (awalnya 80%, saat ini 50% feed). o Minyak mentah Minas, Dumai (awalnya 20%, saat ini 50% feed). o Gas alam dari Jawa Barat bagian timur sebesar 18 Million Metric Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD).



P a g e | 10



b. Air Sumber air yang terdekat terletak di Waduk Salam Darma, Rejasari, kurang lebih 65 km dari Balongan ke arah Subang. Pengangkutan dilakukan secara pipanisasi dengan pipa berukuran 24 inci dan kecepatan operasi normal 1.100 m3 serta kecepatan maksimum 1.200m3. Air tersebut berfungsi untuk steam boiler, heat exchanger (sebagai pendingin) air minum, dan kebutuhan perumahan. Dalam pemanfaatan air, kilang Balongan ini mengolah kembali air buangan dengan sistem wasted water treatment, di mana air keluaran di-recycle ke sistem ini. Secara spesifik tugas unit ini adalah memperbaiki kualitas effluent parameter NH3, fenol, dan COD sesuai dengan persyaratan lingkungan. c. Transportasi Lokasi kilang RU VI Balongan berdekatan dengan jalan raya dan lepas pantai utara yang menghubungkan kota-kota besar sehingga memperlancar distribusi hasil produksi, terutama untuk daerah Jakarta dan Jawa Barat. Marine facilities adalah fasilitas yang berada di tengah laut untuk keperluan bongkar muat crude oil dan produk kilang. Fasilitas ini terdiri dari area putar tangker, SBM, rambu laut, dan jalur pipa minyak. Fasilitas untuk pembongkaran peralatan dan produk (propylene) maupun pemuatan propylene dan LPG dilakukan dengan fasilitas yang dinamakan jetty facilities. d. Tenaga Kerja Tenaga kerja yang dipakai di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan terdiri dari dua golongan, yaitu golongan pertama, dipekerjakan pada proses pendirian Kilang Balongan yang berupa tenaga kerja lokal nonskill sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar, sedangkan golongan kedua, yang dipekerjakan untuk proses pengoperasian, berupa tenaga kerja PT. PERTAMINA (Persero) yang telah berpengalaman dari berbagai kilang minyak di Indonesia.



P a g e | 11



Gambar 1. 3 Letak Geografis PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan



P a g e | 12



Gambar 1. 4 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan



1.1.6 Struktur Organisasi PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan mempunyai struktur organisasi yang menerangkan hubungan kerja antar bagian yang satu dengan yang lainnya dan juga mengatur hak dan kewajiban masing-masing bagian. Tujuan dibuatnya struktur organisasi adalah untuk memperjelas dan mempertegas kedudukan suatu bagian dalam menjalankan tugas sehingga akan mempermudah untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Maka biasanya struktur organisasi dibuat sesuai dengan tujuan dari organisasi itu sendiri. Struktur organisasi RU VI Balongan terdiri atas beberapa bagian yang mempunyai fungsi dan tanggung jawab masing-masing yaitu sebagai berikut :



P a g e | 13



o General Manager Tugas pokok General Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh kegiatan di Refinery Unit VI sesuai dengan visi misi unit bisnis yang meliputi kegiatan pengembangan pengolahan, pengelolaan operasi kilang, kehandalan kilang, pengembangan kilang, supply chain operation, procurement, serta kegiatan pendukung lainnya guna mencapai target perusahaan di Refinery Unit VI. o Senior Man. Op & Manufacturing Tugas pokok Senior Man. Op & Manufacturing adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi penyusunan rencana operasi kilang, kegiatan operasi kilang, assesment kondisi peralatan, pemeliharaan turn around / overhoul, pemeliharaan rutin dan non-rutin, pengadaan barang dan jasa, pengadaan bahan baku, intermedia, dan gas, penerimaan, penyaluran, storage management, pengelolaan sistem akutansi arus minyak, dan operasional HSE serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis agar kegiatan operasi berjalan dengan lancar dan aman di Refinery Unit VI o Production-I Manager Tugas pokok Production-I Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan, penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak, pengelolaan mutu, dan operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi produk BBM / NBBM secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan, serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI. Prod 1. Membawahi : RCC, HSC, dan DHC.



P a g e | 14



o Production-II Manager Tugas pokok Production-II Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem dan tata kerja operasi kilang, rencana operasi dan kegiatan operasi kilang, pengadaan produk, barang, dan jasa, pengelolaan penerimaan, penyaluran, dan storage management, pengelolaan sistem arus minyak, pengelolaan mutu, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business operasional program HSE dalam rangka mendukung seluruh kegiatan operasional kilang dalam melakukan pengolahan minyak mentah menjadi produk BBM, NBBM, secara produktif, efisien, aman, dan ramah lingkungan sesuai dengan perencanaan perusahaan di Refinery Unit VI Prod II Membawahi : Utilities, Lab, POC, dan OM. o Refinery Planning & Optimization Manager Tugas pokok Refinery Planning & Optimization Manager adalah mengarahkan, mengkoordinasikan, dan memonitor evaluasi perencanaan, pengembangan / pengelolaan bahan baku, dan produk kilang berdasarkan kajian keekonomian, kemampuan kilang serta kondisi pasar; evaluasi pengadaan, penerimaan, dan penyaluran bahan baku; evaluasi kegiatan operasi kilang; evaluasi pengembangan produk; pengelolaan Linear Programming serta pengelolaan hubungan pelanggan dalam rangka mendukung kegiatan operasional yang paling efektif, efisien, dan aman serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / proses bisnis di Refinery Unit VI. o Maintenance Execution Manager Tugas pokok Maintenance Execution Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan turn around dan overhaul (plant stop), pemeliharaan peralatan kilang rutin & non-rutin, pembangunan dan pemeliharaan aset bangunan, fasilitas sosial, dan fasilitas umum lainnya, dan heavy equipment, transportation, rigging, dan scaffolding, optimalisasi aset pengelolaan mutu tools worksho, dan correction action saat operasi kilang untuk memastikan peralatan



P a g e | 15



kilang siap beroperasi dengan tingkat kehandalan, kinerja peralatan yang paling optimal, menjadi role model, dan menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas dan memenuhi HSE excellence di Refinery Unit o Maintenance Planning & Support Manager Tugas pokok Maintenance Planning & Support Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan pemeliharaan serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business peralatan kilang yang meliputi rencana strategi perusahaan, pengelolaan mutu, strategi dan rencana dan kehandalan, assesment kondisi kilang, kegiatan pemeliharaan, vendor management, anggaran, dan pemeliharaan data seluruh peralatan kilang untuk memberikan jaminan kelayakan operasi peralatan sesuai peraturan pemerintah dan / atau standar & code serta aspek HSE yang belaku agar peralatan dapat dioperasikan sesuai jadwal untuk memenuhi target produksi yang direncanakan di Refinery Unit VI. o REL Manager Tugas pokok REL Manager adalah mengkoordinir, merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi pelaksanaan kehandalan kilang meliputi penetapan strategi pemeliharaan kilang (anggaran, strategi dan rencana), pengembangan teknologi, assessment / inspeksi kondisi kilang, pemeliharaan kilang terencana (termasuk TA dan OH) serta pengadaan barang dan jasa yang berkaitan dengan kebutuhan operasi pemeliharaan kilang serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas / process business dalam upaya mencapai tingkat kehandalan kilang dan safety yang optimal sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku di Refinery Unit o T/A (Turn-Around) Manager Tugas pokok T/A Manager adalah mengkoordinir, mengarahkan, mengendalikan, memonitor, dan mengevaluasi seluruh tahapan proses kerja turnaround (TA/PS/COC) dan over-haul (OH) equipment, mulai dari tahap persiapan /



P a g e | 16



perencanaan, pelaksanaan & proses start-up, hingga post TA-OH yang sesuai best practice / pedoman TA, pedoman pengadaan barang & jasa, peraturan pemerintah, standard & code



yang berlaku dalam



upaya



mendukung kehandalan



pengoperasian peralatan kilang hingga seluruh peralatan yang telah diperbaiki dan di-overhaul tersebut dapat beroperasi dengan aman dan handal sampai dengan jadwal TA-OH berikutnya, untuk mendukung pemenuhan target produksi yang direncanakan di Refinery Unit VI. o Engineering & Development Manager Tugas pokok Engineering & Development Manager adalah mengarahkan, memonitor, mengendalikan, dan mengevaluasi penyusunan sistem tata kerja operasi kilang apabila ada modifikasi/revamp/unit baru, kegiatan pengembangan kilang pengembangan teknologi, pengembangan produk, pengelolaan kegiatan operasi kilang, pengelolaan pengadaan barang dan jasa, pengelolaan program HSE, pengelolaan anggaran investasi guna mendukung kegiatan operasi pengolahan berdasarkan hasil identifikasi potensi risiko sehingga dapat terkelola suatu kinerja ekselen yang memberikan kontribusi positif bagi perusahaan dan berorientasi kepada pelanggan, produktivitas, dan keamanan kilang Refinery Unit VI. o HSE Manager Tugas poko HSE Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi penerapan aspek HSE di Refinery Unit VI yang meliputi penyusunan, sosialisasi & rekomendasi kebijakan & STK HSE, identifikasi risiko HSE, mitigasi risiko HSE, peningkatan budaya HSE, implementasi operasional program HSE, investigasi HSE, penyediaan peralatan dan fasilitas HSE, HSE regulation & standard code compliance serta HSE audit agar kegiatan pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat, pelestarian lingkungan, keselamatan dan kesehatan kerja dapat tercapai sesuai dengan rencana dalam upaya mencapai HSE excellence.



P a g e | 17



o Procurement Manager Tugas pokok Procurement Manager adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi sistem tata kerja procurement, pengadaan barang dan jasa, vendor management, penerimaan barang dan jasa, distribusi, warehouse management, perjanjian kerjasama pengadaan jasa, dan facility support serta menunjukkan komitmen HSE dalam setiap aktivitas di fungsi Procurement Refinery Unit VI. o General Affairs Tugas pokok General Affairs adalah mengarahkan, memonitor, dan mengevaluasi kegiatan terkait relasi dengan pihak regulator, media, dan stakeholder, hubungan pelanggan (internal & eksternal), kredibilitas perusahaan, komunikasi eksternal dan internal, Corporate Social Responsibility (CSR) / Community Development (CD) / Community Relation (CR), dokumen dan literatur perusahaan, corporate activity, manajemen security, budaya security, operasional program security, emergency program, pengelolaan peralatan dan fasilitas security, juga security regulation compliance untuk mendukung kegiatan operasional agar berjalan efektif dan optimal di fungsi Refinery Unit VI. 1.1.7 Kilang PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan mempunyai kapasitas 125.000 BPSD dengan bahan baku yang terdiri dari minyak mentah Duri 80% , minyak mentah minas 20%, dan gas alam dari Jatibarang sebagai bahan baku H2 Plant sebanyak 18 MMSCFD. Pengolahan bahan baku tersebut menghasilkan produk sebagai berikut:



P a g e | 18



Tabel 1. 3 Hasil produk bahan baku



No



Jenis Produk



A



Satuan



BBM:



B B



Kapasitas



Motor Gasoline



58.000 BPSD



Kerosene



11.900 BPSD



Automotive Diesel Oil



27.000 BPSD



Industrial Diesel Oil



16.000 BPSD



Decant Oil & Fuel Oil



9.300



BPSD



Non BBM: LPG



565



Ton



Propylene



545



Ton



Ref. Fuel Gas



125



Ton



Sulfur



28.



Ton



1.1.8 Bahan Baku PT. Pertamina (Persero) RU-VI Balongan 1.1.8.1



Bahan Baku Utama



Minyak mentah yang diolah di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan adalah berupa minyak minas (light oil) dan minyak duri (heavy oil) yang berasal dari Dumai dan Riau pada awalnya perbandingan Duri : Minas = 80 % : 20 %. Namun dalam perkembangan selanjutnya dengan pertimbangan optimasi yang lebih baik, jumlah perbandingan Duri : Minas menjadi 50 % : 50 %. Selain itu juga dilakukan pencampuran dengan minyak JMCO (Jatibarang Mixed Crude Oil), Nile Blend, mudi (Gresik), Banyu Urip, Azeri (Malaysia) dalam jumlah yang kecil karena kandungan minyak duri dan minas sudah mulai terbatas dan sifat dari minyak tersebut sesuai dengan kondisi dari PT. PERTAMINA RU VI Balongan. Dalam prosesnya minyak mentah yang berasal dari Duri menghasilkan residu yang lebih banyak dari pada minyak yang berasal dari Minas. Hal ini diakibatkan komponen yang terkandung dalam Minyak Duri sebagian besar



P a g e | 19



adalah senyawa hidrokarbon yang memiliki rantai panjang. Komposisi minyak bumi dapat berubah setiap hari, bergantung kepada minyak bumi yang tersedia pada lokasi sumber. 1.1.8.2



Bahan Baku Penunjang



PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan juga menggunakan bahanbahan pendukung berupa bahan kimia, katalis, gas alam, dan resin dalam masing-masing unit proses. Gas alam digunakan sebagai bahan baku di Hydrogen Plant diperoleh dari lapangan Jatibarang, Jawa Barat. Hidrogen yang dihasilkan Hydrogen Plant digunakan pada proses hydrotreating untuk menghilangkan pengotor- pengotor pada minyak mentah dan produk. 1.1.8.3



Bahan Baku Sistem Utilitas



Bahan baku Utilitas adalah bahan baku yang dibutuhkan di unit utilitas sebagai sarana penunjang proses. Dalam proses Utilitas bahan baku yang dibutuhkan adalah air dan udara. Air berasal dari Bendungan Salam Darma di Kabupaten Subang. Air ini sebelum digunakan diolah terlebih dahulu sehingga bebas dari pengotor dan mineral. Air ini digunakan sebagai pendingin, pemasok listrik umpan, pembangkit kukus, pemadam kebakaran, serta keperluan kantor dan perumahan karyawan. Penggunaan air di RU VI Balongan disertai dengan proses treatment air sisa proses. Hal ini bertujuan untuk mengolah air sisa proses seperti sour water menjadi air proses kembali. Udara digunakan sebagai udara tekan serta untuk pembakaran dan penyedia nitrogen. Udara tekan juga dapat digunakan untuk sistem kontrol pabrik dan sebagai bahan pada unit penyedia nitogen.



PT Pertamina (Persero) RU VI Balongan juga menggunakan bahan-bahan pendukung berupa bahan kimia, katalis, gas alam, dan resin dalam masing-masing unit proses. Gas alam digunakan sebagai bahan baku di Hydrogen Plant diperoleh dari lapangan Jatibarang, Jawa Barat. Hidrogen yang dihasilkan Hydrogen Plant digunakan pada proses hydrotreating untuk menghilangkan pengotor- pengotor pada minyak mentah dan produk.



P a g e | 20



1.1.9 Sistem Pembangkitan Listrik di PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI Balongan PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan memiliki tegangan referensi yang terbilang cukup besar yaitu sebesar 20 kV berbeda dengan tegangan referensi yang biasa dipakai di industri-industri lainnya yang di suplai dari PLN. Selain itu, PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan juga mempunyai pandangan ke depan untuk segala aspek keselamatan, jadi semua instalasi listrik dan pemasangannya sudah mengikuti prosedur-prosedur yang ada sesuai dengan PUIL 2000 dan IEC. Seperti yang kita ketahui bahwa di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan ini menggunakan fuel oil dan fuel gas yang kemudian dibakar di dalam boiler dengan bahan baku berupa air yang dipanaskan. Sistem pembangkitan yang ada di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan ini menggunakan sistem rankine yaitu proses terjadinya penguapan secara berulang-ulang (sistem rankine). Berikut adalah proses pembangkitan tenaga listriknya: 1. Pada awalnya air di ambil dari Waduk Salam Darma dengan jarak 70 KM dari Balongan menggunakan pipa penstock. Didalam proses penyaluran terjadi proses treatment sehingga air yang di dapat menjadi bersih 2. Setelah itu air di tampung didalam tangki air dan di pompa menuju Balongan dengan menggunakan Water pump (pompa air) 3. Penampungan air di simpan dan di tampung dalam 2 tangki 54-T-101 A/B 3



masing- masing berkapasitas 66.000 m dan dari tangki tersebut air di bagi sesuai kebutuhan. 30% air memasuki demineralisasi plant dan 60% air dipakai untuk sistem cooling water dan sisanya untuk service water, drinking water dan fire water. 4. Kemudian untuk pembangkitan awalnya menggunakan air yang memasuki demineralisasi plant. Demin ini berfungsi untuk menghilangkan ketidak murnian air (suspended solid, ion kation, chlorine, CO2, dan zat organik lainnya) yang terdapat dalam air, sehingga air yang dihasilkan mempunyai kemurnian yang tinggi sesuai dengan spesifikasi feed boiler.



P a g e | 21



5. Air demin ini di pompa dan memasuki deareator yang berfungsi untuk menghilangkan kembali kandungan oksigen dan selama memasuki deareator air ini dipanaskan dengan low preassure steam (LPS) atau uap bertekanan o



rendah, jadi pada saat memasuki boiler air sudah memiliki suhu 50 C. 6. Air dari deareator tadi dipompakan menuju boiler, dari boiler ini air o



tersebut dipanaskan kembali hingga menembus titik didihnya yaitu 100 C. Air di boiler ini dipanaskan hingga membentuk uap bertekanan tinggi (HPS) 3



o



o



yaitu dengan tekanan 43 kg/cm dan bersuhu 370 C – 380 C. Jadi hasil dari boiler ini berupa uap kering bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi (steam superheated). 7. Dari boiler steam superheated ini masuk ke header dan diarahkan menuju turbin. 8. Steam superheated tersebut akan memutar turbin dengan putaran 4792 rpm yang terkopel dengan reduction gear di turunkan putarannya menjadi 1500 rpm pada poros generator. 9. Pada generator kemudian timbul medan magnet yang di eksitasi dari eksiter untuk diinjeksikan pada medan putar stator dan kemudian timbulah gaya gerak listrik (GGL) pada generator dengan memotong garis medan magnet pada stator. 10. Tegangan yang dihasilkan dari generator sebesar 10 kV kemudian di naikkan dengan transformator step up menjadi 20 kV dan dimasukkan ke main feeder 20 kV yang terletak di main substation (SS01). Dari SS01 tegangan listrik di turunkan dengan transformator step down dari 20 kV ke 3kV dan untuk motor-motor 400 V didapat dari feeder 3 kV yang diturunkan dengan transformator step down dengan rasio 3 kV/400 V. 11. Setelah memutar turbin, tenaga steam akan berkurang menjadi MPS (Middle Preassure Steam) dan LPS (Low Preassure Steam). Untuk MP tekanannya 3



19,5 kg/cm dan dimanfaatkan untuk memutar pompa-pompa turbin dan



P a g e | 22



untuk LP tekanannya 3,5 kg/cm



3



di kondensasikan melalui condensor



sehingga menjadi condensate dan digunakan kembali untuk umpan air boiler. 1.1.10 Sistem Distribusi Listrik di PT. PERTAMINA (Persero) RU VI Balongan Sistem penyaluran tenaga listrik yang digunakan di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan untuk mendapatkan kontinuitas dan kehandalan yang tinggi dalam penyaluran tenaga listriknya menggunakan Double Feeder Secondary Selective karena: -



Output dari generator dengan tegangan 10 kV dinaikkan menggunakan step up transformator menjadi 20 kV.



-



Dari masing-masing output step up transformator selanjutnya masuk ke substation (SS) induk untuk dikumpulkan pada 2 switchgear A dan B yang terhubung paralel.



-



Dari busbar A dan B selanjutnya disalurkan ke seluruh substation (SS) yang ada di iap-tiap area menggunakan double feeder (A dan B)



-



Tegangan 20 kV diturunkan menjadi menjadi 3,15 kV dan dari 3,15 kV diturunkan kembali menjadi 400 V. Antara switchgear A dan B baik tegangan 3,15 kV maupun 400 V dilengkapi dengan ATS Transfer yang memungkinkan bekerja paralel.



-



Tegangan 3,15 kV digunakan untuk mensuplai beban seperti motor-motor



tegangan tinggi sebagai penggerak pompa, kompresor berkapasitas besar. Tegangan 420 V digunakan untuk mensuplai motor-motor tegangan rendah sebagai penggerak pompa, kompresor, blower, finfan, heater. Tegangan 400 V juga diperlukan untuk mensuplai UPS (Uninteruptible Power Supply) dan DCS sebagai control peralatan instrumentasi Sedangkan tegangan 230 V dipergunakan untuk penerangan area kilang, bengkel, perkantoran, perumahan dan keperluan lain



P a g e | 23



1.1.11 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) PT. PERTAMINA (PERSERO) telah mengambil suatu kebijakan untuk selalu memprioritaskan aspek KK dan LL dalam semua kegiatan untuk mendukung pembangunan nasional. Manajemen PT. PERTAMINA (PERSERO) RU VI Balongan sangat mendukung dan ikut berpartisipasi dalam program pencegahan kerugian baik terhadap karyawan, harta benda perusahaan, terganggunya kegiatan operasi serta keamanan masyarakat sekitarnya yang diakibatkan oleh kegiatan perusahaan. Pelaksanaan tugas bidang LKKK ini berlandaskan : -



UU No 1/1970



Mengenai keselamatan kerja karyawan di bawah koordinasi Depnaker. -



UU No 2/1951



Mengenai ganti rugi akibat kecelakaan kerja di bawah koordinasi Depnaker. -



PP No 11/1979



Mengenai persyaratan teknis pada kilang pengolahan untuk keselamatan kerja di bawah koordinasi Dirjen Minas. -



UU No 4/1982



Mengenai ketentuan pokok pengolahan lingkungan hidup dibawah koordinasi Depnaker. -



KLH PP No 29/1986



Mengenai ketentuan AMDAL di bawah koordinasi KLH. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh KK dan LL RU IV untuk mendukung progam diatas terdiri atas 5 kegiatan: a. Keselamatan kerja



d. Lindungan lingkungan



b. Pelatihan



e. Rekayasa



c. Penanggulangan kebakaran



P a g e | 24



Kegiatan tersebut dijalankan oleh seksi-seksi: 1.



Seksi keselamatan kerja mempunyai tugas,antara lain:



-



Mengawasi keselamatan jalannya operasi kilang.



-



Bertanggung jawab terhadap alat-alat keselamatan kerja.



-



Bertindak sebagai instruktur safety



-



Membuat rencana pencegahan



2.



Seksi lindungan lingkungan mempunyai tugas, antara lain:



-



Memprogram rencana kelola lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan.



-



Mengusulkan tempat-tempat pembuangan limbah dan house keeping.



3.



Seksi penanggulangan kebakaran, administrasi, dan latihan. mempunyai tugas antrara lain:



-



Membuat prosedur emergency agar penanggulangan berjalan dengan baik.



-



Mengelola regu kebakaran agar selalu siap bila suatu waktu diperlukan.



-



Mengadakan pemeriksaan kehandalan alat-alat firing.



-



Membuat rencana kerja pencegahan kebakaran.



-



Menyiapkan dan mengadakan pelatihan bagi karyawan dan kontaraktor agar lebih menyadari keselamatan kerja.



-



Membuat dan menyebarkan buletin KK dan LL pada karyawan agar wawasan karyawan tentang KK dan LL meningkat.



-



Meninjau gamabar-gambar dan dokumen proyek.



-



Melakukan evaluasi-evaluasi yang berhubungan langsung dengan LKKK. Adanya seksi-seksi tersebut diatas bertujuan untuk mencegah kecelakaan, kebakaran, maupun pencemaran lingkungan dari segi engineering.



P a g e | 25



Lingkungan kesehatan dan keselamatan kerja (LKKK) membuat program dengan pedoman A-850/E-6900/99-30: 1.



Bendera kecelakaan 



Warna kuning (satu minggu dikibarkan), untuk kecelakaan ringan yaitu tidak menimbulkan hari hilang (first aid accident).







Abu-abu muda (dua minggu dikibarkan), untuk kecelakaan kerja yaitu kehilangan hari kerja (lost time).







Hitam dengan strip putih (satu bulan dikibarkan), untuk kecelakaan fatal yaitu menyebabkan kematian.



2.



Bendera kebakaran 



Merah (satu minggu dikibarkan), untuk kebakaran yaitu kerugian di bawah U$ 10000.







Merah strip hitam (satu bulan dikibarkan), untuk kebakaran yaitu kerugian melebihi U$ 10000.



3.



Bendera pencemaran 



Biru (satu minggu dikibarkan), untuk pencemaran dimana tidak terjadi klain dari penduduk.



 4.



Hitam (satu bulan dikibarkan), untuk pencemaran dimana terjadi klain dari penduduk



Papan informasi kejadian Papan ini berisi lokasi, tanggal, tingkat keparahan kejadian yang



mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja, kebakaran dan pencemaran. Tempat pemasangannya di fire station, lokasi kejadian, dan lemari on call.



P a g e | 26



1.2 Latar Belakang Masalah Sistem tenaga listrik merupakan hal yang penting dalam suatu perusahaan. Tanpa system ini, suatu perusahaan tidakdapat menjalankan operasinya. Semua instrument dan peralatan elektronik serta mesin listrik yang tidak dapat bekerja atau gagal beroperasi bias mengakibatkan kerugian besar. Hal ini juga berlaku di PT.Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Tidak beroperasinya RU VI Balongan yang merupakan pemasok utama BBM dan produk olahan minyak lain untuk provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat akan menyebabkan kerugian tidak hanya bagi PT.Pertamina, tetapi juga bagi kedua wilayah yang menjadi pusat politik dan ekonomi di Indonesia tersebut. Untuk itu, system tenaga listrik RU VI Balongan menjadi hal yang sangat penting dan perlu mendapat perhatian lebih demi kelancaran operasi. Sistem jaringan listrik Pertamina RU VI Balongan menggunakan system radial pada kilang. Sistem transmisi dimulai dari generator dengan keluaran 10 kV, kemudian diteruskan dengan menaikan tagangan menjadi 20 kV menggunakan transformator ste up. Lalu tagangan 20 kV tadi disalurkan ke 20 kV main double busbar di dalam Main Station, dari sini tegangan didistribusikan ke semua Sub Station. Pada setia Sub Station , tegangan kerja diturunkan dari 20 kV ke 3,15 kV oleh transformator step down. Didalam Sub Station, tegangan kembali diturunkan dari 3,15 kV menjadi 420 kV. Selanjutnya melaui trafo distribusi energy listrik di sub station, dilanjutk pendistribusian ke beban. Sistem transmisi dan distribusi harus diatur dan direncanakan dengan baik agar diperoleh tingkat efisiensi yang tinggi baik dalam penggunaan daya maupun material. Selain itu dengan perencanaan yang baik maka akan mempermudah pemeliharaannya. Transformator adalah salah satu alat yang sangat vital dalam suatu rangkaian atau



jaringan listrik. Seperti pada bagian pembangkit, jaringan



transmisi dan distribusi, begitupun di Pertamina RU VI balongan , kegagalan kerja pada transformator dapat menyebabkan kerugian yang besar karena beberapa unit motor- motor tegangan



tinggi sebagai penggerak pompa,



P a g e | 27



kompresor berkapasitas besar akan berhenti bekerja hal ini juga berarti berhentinya proses produksi di unit tersebut. Melakukan pemeriksaan (monitoring) dan pemeliharaan pada tranformator bertujuan untuk menjamin keberlangsungan penyaluran tenaga listrik dan menjamin keandalannya, dengan demikian dapat memperkecil



kemungkinan



kerusakan pada motor. Dalam pemeriksaan dan pemeliharaan transformator ini diperlukan tindakan yang berkala dan teratur sehingga dapat mengoptimalkan kerja pada transformator.



1.3 Tujuan Tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah sebagai berikut : Memenuhi syarat luluspada mata kuliah semester V



Kerja Praktik dan seminar di



Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro



Politeknik Negeri Bandung Mempelajari system tenaga listrik di refinery Unit VI Balongan mulai dari pembangkitan hingga distribusi Mempelajari pemeriksaan dan pemeliharaan pada transformator distribusi 20/3,15 kV



1.4 Batasan Masalah o Mempelajari sitem tenaga listrik di Refinery Unit VI Balongan mulai dari pembangkit hingga distribusi o Mempelajari pemeriksaan dan pemeliharaam pada trnsformator distribusi 20/3..15 kV



P a g e | 28



1.5 Waktu dan Tempat Prlaksanaan Kerja Praktek dilaksanakan selama satu bulan, dari tanggal 03-07-2017 Hingga 03-08-2017, bertempat di PT.Pertamina (Persero) Redinery Unit VI Balongan, Indramayu, Jawa Barat di bagian Maintenance Area III Electrical And Indstrument Section.



1.6 Metode Pelaksanaan Praktek Kerja Kera Praktek dilaksanakan dalam bentuk-bentuk : o Diskusi Diskusi dilakukan dengan pembimbing kerja praktek dan pegawai yang bekerja di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan. Pembimbig memberikan penjelasan mengenai cara kerja berbagai peralatan di tempat kerjapraktek. o Orientasi Lapangan Melakukan pengamatan langsung mengenai system kelistrikan di PT. Pertamin (Persero) RU VI Balongan. Selain itu penulis juga melakukan beberapa pengecekan beberapa perangkat listrik. o Studi Literatur Penarian dasar teori melalui textbook. Studi Literatur dilakukan untuk mendukung pemahaman penulis mengenai bahan yang diabahas.



1.7 Sistematika Penulisan Laporan kerja praktek ini memberi gambaran umum mengenai PT.Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilanjutkan dengan system kelistrkan di RU VI Balongan dengan berfokud pada pemeriksaan dan pemeliharaan pada transformator distribusi 20/3,15 kV. Sitemaikanya sebagai berikut:



P a g e | 29



1. Bab I Pendahuluan Bagian ini berisi mengenai tinjauan umum perusahaan seperti sejarah singkat Perusahaan, Struktur . latar belakang, tujuan, dan manfaat dari penulis melakukan praktik kerja lapangan ini. Selain itu informasi mengenai lokasi dan waktu pelaksanaan, Adapun metode penulisan juga dibahas pada bagian ini. 2. Bab II Dasar Teori Transformator Dalam bab ini berisikan teori dasar transformator, klasifikasi transformator, rugi-rugi dan efisiensi transformator. 3. Bab III Pemeriksaan dan Pemeliharaan Transformator Distribusi 17PTR1-01B Berisi penjelasan terkait pemeriksaan secara elektrikal dan fisik serta pemeliharaan rutin pada transformator 4. Bab VI Penutup a. Berisi Kesimpulan dan Saran



P a g e | 30



BAB II DASAR TEORI TRANSFORMATOR 2.1 Transformator Transformator merupakan suatu alat listrik yang mengubah tegangan arus bolak-balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet. Transformator digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Pengguna transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan sesuai dan ekonomis untuk berbagai keperluan misalnya untuk kebutuhan akan tegangan tinggi dalam menyalurkan daya listrik jarak jauh. Transformator terdiri dari 3 komponen utama yaitu : a. Kumparan Primer



 



b. Kumparan Sekunder c. Inti Transformator



 Ada 3 Syarat yang harus dipenuhi agar terjadi induksi elektromagnetik yaitu : a) Power AC Pada kumparan primer yang membangkitkan medan magnet b) Kumparan sekunder bertindak sebagai konduktor yang menerima tegangan induksi c) Perubahan kekuatan medan magnet yang akan menimbulkan gerakan relatif dari magnet didalam inti. Bila 3 syarat tersebut terpenuhi, maka tegangan pada kumparan primer akan diinduksikan ke kumparan sekunder.



P a g e | 31



2.1.1 Pengertian Transformator Transformator atau lebih dikenal dengan nama “Transformer” atau “trafo” sejatinya adalah suatu peralatan Listrik yang mengubah daya listrik AC pada satu level tegangan yang satu ke level tegangan berdasarkan prinsip induksi elektromagnetik tanpa merubah frekuensinya. Transformator biasa digunakan untuk mentransformasikan tegangan (menaikkan atau menurunkan tegangan AC). Selain itu, transformator juga dapat digunakan untuk sampling tegangan, sampling arus, dan juga mentransformasikan impedansi. Transformator terdiri dari dua atau lebih kumparan yang membungkus inti besi feromagnetik. Kumparan yang satu dihubungkan dengan sumber listrik AC (kumparan Primer) dan kumparan yang lain mensuplai listrik ke beban (kumparan Sekunder), bila terdapat lebih dari dua kumparan maka kumparan tersebut akan disebut sebagai kumparan tersier, kuarter, dst.



Gambar 2. 1 Transformator



P a g e | 32



Transformator bekerja berdasarkan prinsip elektromagnetik. Ketika kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegang bolak-balik, perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan perubahan medan magnet. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi. Inti besi berfungsi mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan oleh arus listrik yang melalui kumparan sehingga, fluks magnet yang ditimbulkan akan mengalir ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan sekunder akan timbul GGL induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal balik (Mutual inductance). Bila pada rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban) maka akan mengalir arus pada kumparan sekunder. Jika effesiensi sempurna (100%), semua daya pada lilitan primer akan dilimpahkan ke lilitan sekunder. 2.1.2 Kontruksi Transformator



Gambar 2. 2Kontruksi Transformator 17-PTR1-01B



P a g e | 33



a) Inti Besi Inti besi suatu transformator berfungsi sebagai rangkaian magnet yang dibangkitkan oleh kumparan primer yang diberi tegangan bolak balik dimana garis gayanya berubah-ubah terhadap waktu. Inti besi dibuat berlapis-lapis yang terdiri dari plat tipis, gunanya untuk memperkecil kerugian daya yang disebabkan oleh arus yang dinamakan arus pusar ( Eddy Current ) yaitu arus yang timbul karena induksi di dalam inti besi oleh medan bolak-balik.



Gambar 2. 3 Inti Besi Transformator



b) Kumparan Transformator Kumparan transformator digunakan sebagai lilitan pada transformator baik untuk lilitan primer maupun pada lilitan sekunder. Untuk transformator penaik tegangan ( step up ) jumlah lilitan pada sekundernya lebih banyak dari pada jumlah lilitan primernya. Sedangkan pada transformator penurun tegangan ( step down ) jumlah lilitan primernya lebih banyak dari pada jumlah lilitan sekundernya. Lilitan primer adalah bagian yang dihubungkan dengan sumber tegangan, sedangkan lilitan sekundernya adalah lilitan yang dihubungkan pada rangkaian beban ( load ).



P a g e | 34



Gambar 2. 4 Kumparan Transformator



c) Isolasi Didalam transformator penggunaan isolasi supaya tidak terjadi hubung singkat antara lilitan dengan lilitan, atau lilitan dengan kerangka transformator. Maka semua kawat harus diberi isolasi dan biasanya isolasi terdiri dari bahan email, prespan, dan pertinak atau pita katun, lak dan vernis.Untuk transformator tegangan tinggi kumparannya dicelupkan atau dimasukkan kedalam minyak atau zat cair yang bersifat isolasi. d) Pendingin Biasanya dalam pengoperasian transformator akan panas yang disebabkan oleh beban lebih, rugi-rugi tembaga, maka sebaiknya transformator dilengkapi dengan sistem pendingin. Media pendingin digunakan minyak transformator, biasanya untuk daya besar dan teganngan tinggi. Fungsi dari minyak transformator tersebut selain untuk pendingin juga merupakan isolasi antar winding/body, biasanya rangka atau rumah transformator dibuat bersirip-sirip untuk memperluas permukaan sehingga daerah pendingin dalam hal ini akan lebih luas.



P a g e | 35



e) Minyak Transformator Pada transformator tenaga, minyak berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi sehinga hamper semua transformator yang berkapasitas besar, kumparan beserta inti besi dicelupkan kedalam minyak transformator. Minyak transformator terbuat dari bahan tumbuh-tumbuhan, bukan dari minyak bumi, warnanya sedikit kekuningan, mempunyai titik beku yan cukup rendah mencapai -8°C dan kekuatan dielektrik yang sensitf terhadap kelembaban air. Minyak transformator harus memenuhi persyaratan, yaitu : a.



Kekuatan isolasi tinggi sekitar >30KV/2.5mm sebelum purifying



dan >50KV/2.5m setelah purifying (Standart SPLN-1: 1982, IEC158/296). b.



Penyalur panas yang baik, berat jenis dan viskostas yang kecil



sehingga cepat mendinginkan peralatan. c.



Mempunyai kestabilan terhadap pengaruh kimia (asam,basa).



f) Bushing Bushing



adalah



tempat



penyambungan/terminal



hubungan



antara



kumparan transformator baik untuk penghantar yang keluar dari golongan sekunder, melalui sebuah konduktor yang diselubungi oleh isolator dimana isolator tersebut berfungsi sebagai penyekat antara konduktor dengan tangki/body transformator, sehingga tidak akan terjadi adanya kontak listrik yang tidak dikehendaki.



Gambar 2. 5 Bushing



P a g e | 36



g) Hermetically sealed trafo yg tanpa konservator, biasa disebut hermetically sealed, memakai inert gas (contohnya nitrogen) sebagai medium pemuaian/ pengerutan minyak. Trafo ini tdk dipasang buccholz. Sebagai mekanikal protection, biasanya dipasang sudden pressure relay (SPR), yg kontaknya dipakai untuk trip breaker. Untuk instrumentasinya, disamping oil level & temperature, biasa juga dipasang pressure gauge (untuk indikasi negative pressure/ vacuum & positive pressure) 2.1.3 Prinsip kerja Transformator Prinsip kerja transformator adalah berdasarkan induksi elektromagnetik yang menghendaki adanya gandengan magnet apabila arus listrik bolak-balik mengalir melalui penghantar kumparan primer dan sekunder yang mengelilingi inti besi maka akan berubah menjadi magnet, dimana gandengan magnet ini berupa inti besi tempat melakukan fluksi bersama, maka pada kedua ujung belitan tersebut akan terjadi beda potensial. Untuk memahami prinsip kerja tersebut dapat dilihat pada gambar 10 berikut ini.



Gambar 2. 6 Prinsip Kerja Trafo



Sisi belitan H1 H2 adalah sisi tegangan tinggi dan sisi belitan X 1 X2 adalah sisi tegangan rendah.Bila salah satu sisi, baik sisi tegangan tinggi (HV) atau sisi tegangan rendah (LV) dihubungkan dengan dengan tegangan bolak –



P a g e | 37



balik maka sisi tersebut disebut sisi primer, sedangkan sisi lainnya yang dihubungkan dengan beban disebut sisi sekunder. Sisi belitan H1 H2 dihubungkan dengan tegangan sebesar V1=VP, maka fluks bolak-balik akan dibangkitkan sebesar m maka fluks tersebut akan melingkar dan menghubungkan belitan kawat primer dengan belitan sekunder serta menghasilkan tegangan induksi (EMF=GGL) baik pada belitan sekunder maupun belitan primer yang akan mengikuti persamaan berikut : E1=Ep:4,44.f.Np.m(Volt) E2=Es:4,44.f.Ns.m(Volt)



Dan Persamaan :



Apabila transformer dianggap ideal, sehingga tidak terdapat kerugian daya, jika seluruh mutual flux yang di hasilkan salah satu kumparan akan diterima seutuhnya oleh kumparan yang lainnya tanpa adanya leakage flux maupun loss lain misalnya berubah menjadi panas. Atas dasar inilah didapatkan pula persamaan : P1 = P2 V1.I1 = V2.I2 N1.I1 = N2.I2 Dimana :  E1=EP : EMF(GGL) tegangan induksi yang dibangkitkan pada belitan primer (Volt) 



P a g e | 38



 E2=Es : EMF(GGL) tegangan induksi yang dibangkitkan pada belitan sekunder (Volt)   N1=NP: Jumlah belitan pada sisi primer   N2=Ns : Jumlah belitan pada sisi sekunder   m: Besrnya fluks maksimum (Webber)   F: Frekuensi (Hertz)   V1=Vp : Tegangan sumber yang masuk di primer (Volt)   V2=Vs : Tegangan sekunder ke beban (Volt)



2.2 Jenis-Jenis Transformator Berdasarkan penggunaannya transformator dibedakan menjadi beberapa yaitu : 1. Transformator Tenaga, Untuk transmisi dan distribusi



o







Transformator penaik tegangan (Step-Up Transformer)



Pada umumnya disebut transformer daya yang digunakan untuk menaikkan tegangan pembangkit menjadi tegangan transmisi.Hal ini dikarenakan jumlah gulungan primer (Np) lebih kecil dari Sekunder (Ns). 







Transformator penurun tegangan (Step-Down Transformator)



Biasa disebut transformator distribusi yang digunakan untuk menurunkan tegangan transmisi menjadi tegangan distribusi, pada jenis ini jumlah gulungan primer(Np) lebih besar dari sekunder (Ns). 2. Auto transformator yaitu transformator yang belitan primer dan sekunder menjadi satu, digunakan untuk slide regulator. 3. Transformator Instrumen, untuk pengukuran besaran listrik, yaitu trasformator arus dan transformator tegangan.



P a g e | 39



Pada transformator terdiri dari dua kumparan berbeda pada inti besi kumparan yang dikoneksikan dengan sumber tenaga listrik, disebut “Kumparan Primer.” Kumparan satunya yang dikoneksikan beban disebut”Kumparan Sekunder”.Jenis kumparanini dikenal sebagai kumparan double –wound.Sumber suplai selalu disebut kumparan primer.Setiap transformator mempunyai satu kumparan primer dan satu atau lebih transformator sekunder.



2.3 Sistem Pendingin Transformator Selama beroperasi, transformator akan mengeluarkan panas yang timbul dari inti besi dan lilitan tembaga. Agara tidak menimbulkan kerusakan maka diperlukan pendingin Berdasarkan pendinginnya, transformator dapat digolongkan dalam dua jenis yaitu transformator yang tercelup dan minyak (oil imersed transformer) dan transformator jenis kering ( dry type transformer). Cara pemberian nama tipe pendingin transformator yang diberikan oleh IEC dan British Standard adalah sebagai berikut :



a. ONAN (Oil Natural Air Natural), sirkulasi minyak dan sirkulasi udara berlangsungsecara ilmiah b. ONAF ( Oil Natural Air Forced), sirkulasi minyak berlangsung secara alamiah tetapisirkulasi udara berlangsung secara paksaan. c. OFAN (Oil Forced Air Air Natural), sirkulasi minyak berlangsung secara paksaantetapi sirkulasi udara berlangsung secara alamiah. d. OFAF ( Oil Forced Air Forced), sirkulasi minyak dan sirkulasi udara berlangsungsecara paksaan. e. AFWF (Air Forced Water Forced), sirkulasi udara dan sirkulasi air berlangsungpaksaan.



P a g e | 40



Sedangkan pemakaian istilah yang dipakai di Amerika adalah 1) Transformator tipe minyak a.



OA (Oil Imersed Self Cooled), Sirkulasi minyak dan sirkulasi udaraberlangsung alamiah.



b. OA / FA (Oil imersed self Cooled/Forced Air Cooled), merupakanpengembangan tipe OA yang dilengkapi dengan kipas angin. c.



FOA (Oil imersed Forced Oil Cooled With Forced Air Cooler), selaindilengakapi dengan kipas angin, tipe ini juga memakai pompa minyak.



d.



OW (Oil Imersed Water Cooled), Sirkulasi minyak dan sirkulasi airberlangsung secara alamiah.



e.



FOW (Oil Imersed Forced Oil With Forced Water Cooler), tipe sama dengantipe FOA, dimana udara diganti dengan air.



f.



OA / FOA, merupakan kombinasi beberapa tipe pendingin.



2) Transformator tipe kering a.



AA (Dry Type Self Cooled), Pendingin dengan udara secara alamiah



b. AFA (Dry Type Forced Air Cooled), Pendingin dengan udara secara paksaan. c.



AA / AFA, merupakan kombinasi antara tipe AA dan AFA.



2.4 Teori Dasar Pengaman Penaman adalah suatu alat perlengkapan listrik yang dibuat untuk mengamankan sistem dari gangguan atau kerusakan yang terjadi pada suatu peralatan listrik. Dan apabila terjadi hal tersebut rele akan bekerja memerintahkan circuit breaker (CB) untuk memutus atau melepas beban. Dan demikian gangguan



P a g e | 41



yang terjadi akan terisolir, terhindari dan mencegah gangguan tersebut merambat ke peralatan lainnyan yang ada pada sistem.



Gambar 2. 7 Prinsip Kerja Pengaman



Prinsip Kerja : Pada saat tejadi gangguan arus lebih (Over Current) maka pada relekontak dari rele arus lebih akan menutup (Close). Sehingga coil mendapat supply tegangan dari battery, Kemudian memberi perintah untuk membuka (open) circuit breaker, sehingga bagian yang diproteksi akan lepas beban. 2.4.1 Syarat Pengaman Transformator Pengaman transformator digunakan untuk melindungi transformator dari kerusakan ketika terjadi gangguan-gangguan transformator.Pengaman ini harus memenuhi syarat-syarat utama berikut. a. Sensitifitas, yaitu mendeteksi gangguan sekecil mungkin. b. Selektifitas, yaitu mendeteksi dan hanya mengisolir daerah yang terjadi gangguan saja. c. Kehandalan, yaitu bekerja dengan kehandalan yang bagus. d. Cepat, yaitu bekerja secepat mungkin ketika terjadi gangguan dan mengurangi kerusakan.



P a g e | 42



2.5 Jenis Pengaman Pada Transformator a. Diferensial Relay Diferensial rele ini berfungsi untuk mendeteksi bila terjadi perbedaan arus antara kumparan primer dan kumparan sekunder didalam trafo. Rele ini dihubungkan dengan lock out rele untuk memutus CB ( circuit breaker). b. Over current Relay rele ini berfungsi untuk mendeteksi keadaan tidak normal karena adanya arus lebih. Arus lebih tersebut timbul antara lain karena pembebanan yang berlebihan dan karena hubung singkat didalam transformator tersebut. c. Ground Fault Rele adalah rele yang berfungsi untuk melindungi suatu peralatan atau sistem yang diproteksinya bila terjadi gangguan hubung singkat ke bumi atau hubung singkat satu phasa ke tanah pada peralatan atau sistem itu sendiri.



2.6 Pemutus Tenaga (Circuit Breaker) Merupakan suatu piranti saklar mekanik yang secara otomatis akan membuka atau memutus rangkaian listrik apabila terjadi keadaan abnormal dalam sistem. Dalam keadaan gangguan (abnormal) pemutus tenaga harus mampu memutuskan gangguan secara otomatis, dengan demikian maka fungsi circuit breaker adalah:







Mengisolir peralatan yang  terganggu agar bagian yang tidak



terganggu tetap beroperasi secara normal. 







Membatasi kerusakan akibat  adanya arus lebih yang menyebabkan naiknya suhu peralatan (overheating).







P a g e | 43



2.6.1 Jenis-jenis Circuit breaker Jenis pemutus tenaga pada umumnya dibedakan dari cara dan bahan yang dipakai untuk memadamkan bunga api yang terjadi diantara kontak CB :



 Oil Circuit Breaker











Adalah jenis circuit breaker yang menggunakan minyak sebagai media pemadam bunga api listrik yang terjadi pada circuit breaker.











Air Circuit Breaker Adalah jenis circuit breaker yang menggunakan udara sebagai media pemadaman bunga api listrik yang terjadi pada circuit breaker.











SF6 Circuit Breaker



Adalah jenis circuit breaker yang menggunakan gas sebagai media pemadaman bunga api listrik yang terjadi pada circuit breaker.















Vacuum Circuit Breaker



Adalah jenis circuit breaker yang menggunakan ruang hampa atau vacuum udara sebagai media pemadam bunga api listrik yang terjadi pada circuit breaker.



2.7 Fuse (Sekering) Merupakan pengaman yang paling banyak di kenal orang.Bekerja sebagai penghantar ideal dalam keadaan normal, menyalurkan listrik dengan baik. Bila arus mengalir melebihi batas ukurannya (terjadi gangguan hubung singkat) sekering akan lebur, aliran listrik menuju sumber gangguan akan terputus. Terputusnya aliran ini mengamankan jaringan/saluran dan peralatan itu sendiri dari kerusakan yang lebih parah.



P a g e | 44



Dalam kerjanya sekering melakukan h;al-hal sebagai berikut : a.



Merasakan adanya Kelainan/gangguan



b.



Memutuskan aliran dengan cepat (instantaneous)



c.



Dapat merasakan keadaan over current dan bila melampaui settingnya atau waktu yang cukup lama akan putus.



2.8 Macam-macam gangguan pada transformator 1. Terjadi busur api yang kecil dan pemanasan lokal dapat disebabkan oleh :   







Cara penyambungan Konduktor yang tidak baik  Kontak-kontak listrik yang tidak baik  Kerusakan isolasi antara inti baut 2.



Gangguan pada sistem pendingin sebagaimana diketahui,



banyak transformator daya mempergunakan minyak transformator sebagai isolasi yang sekaligus bahan pendingin, suatu kenyataan adalah bahwa terjadinya suatu gangguan atau kerusakan di dalam transformator, maka dalam minyak itu akan berbentuk sejumlah gas. 3. 4.



Arus sirkulasi pada transformator yang bekerja paralel Gangguan hubungan singkat, pada umumnya gangguan ini



dapat dideteksi karena akan selalu timbul arus maupun tegangan yang tidak normal/tidak seimbang. Jenis gangguan ini antara lain, hubung singkat antara belitan, yaitu : 







Hubung singkat antara kumparan dan tanah.



    



Hubung singkat dua fasa. Kerusakan pada isolator transformtor.



P a g e | 45



5.



Hubung singkat luar Hubung singkat jenis ini terjadi diluar transformator daya,



misalnya: hubung singkat di bus, hubung singkat feeder dan gangguan hubung singkat disistem yang merupakan sumber bagi transformator daya tersebut. Gangguan ini dapat dideteksi karena timbulnya arus yang sangat besar, mencapai beberapa ratus kali arus nominalnya. 6.



Beban Luar (overload) Transformator daya dapat beroperasi secara terus menerus pada



beban nominalnya. Apabila beban yang dilayani lebih dari 100%, transformator daya akan mendapat pemanasan lebih, kondisi inin memungkinkan tidak segera menimbulkan kerusakan pada transformator daya, tetapi apabila berlangsung secar terus menerus akan mengakibatkan umur isolasi bertambah pendek.



2.9 Pemeliharaan Peralatan Listrik Tegangan Tinggi 2.9.1 Pengertian Dan Tujuan Pemeliharaan Pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah serangkaian tindakan atau proses kegiatan untuk mempertahankan kondisi dan meyakinkan bahwa peralatan dapat berfungsi sebagaimana mestinya sehingga dapat dicegah terjadinya gangguan yang menyebakan kerusakan. Tujuan pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah untuk nmenjamin kontinyunitas penyaluran tenaga listrik dan menjamin keandalan antara lain : a.



Untuk meningkatkan reliability, availability, dan effiency.



b.



Untuk memperpanjan umur peralatan



c.



Mengurangi resiko terjadinya kegagalan atau kerusakan peralatan



d.



Meningkatkan Safety peralatan



P a g e | 46



e.



Mengurangi lama waktu padam akibat sering gangguan



Faktor yang paling dominan dalam pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi adalah pada sistem isolasi. Isolasi disini meliputi isolasi keras( padat) dan isolasi minyak(cair). Suatu peralatan akan sangat mahal bila isolasinya sangat bagus, dari demikian isolasi merupakan bagian yang terpenting dan sangat menentukan umur dari peralatan. Untuk itu kita harus memperhatikan/memelihara sistem isolasi sebaik mungkin, baik terhadap isolasinya maupun penyebab kerusakan isolasi. Dalam pemeliharaan peralatan listrik tegangan tinggi kita membedakan antara pemeriksaan/monitoring(melihat, mencatat, meraba serta mendengarkan) dalam keadaan operasi dan memelihara (kalibrasi/pengujian, koreksi/resetting serta memperbaiki/membersihkan) dalam keadaan padam. Pemeriksaan atau monitoring dapat dilaksanakan oleh operator atau petugas patroli setiap hari sistem check list atau catatan saja Sedangkan pemeliharaan harus dilaksanakan oleh regu pemeliharaan. 2.9.2 Paduan Pemeliharaan Transformator Jenis-jenis pemeliharaan peralaran listrik adalah sebagai berikut : 1. Preventive Maintenance (Time Base Maintenance) Preventive Maintenance dalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan berkala secara rutin, atau berdasarkan waktu (time base) atau jam beroperasi (running hours)yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan kinerja peralatan yang optimum sesuai umur teknisnya. Kegiatan ini berpedoman kepada : Instruction dari pabrik, standar-standar yang ada (IEC, CIGRE, dan lainnya) dan pengalaman langsung di lapangan. 2. Predective Maintenance (Condition Base Maintenance) Predictive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan berdasarkan kondisi peralatan tersebut dengan cara memprediksi kondisi suatu peralatan listrik, apakah dan kapan kemungkinannya peralatan listrik tersebut menuju kegagalan. Dengan memprediksi kondisi tersebut dapat diketahui gejala



P a g e | 47



kerusakan secara dini,. Cara yang dipakai adalah memonitor kondisi setiap waktu secara online baik pada saat peralatan beroperasi atau tidak beroperasi. Untuk ini diperlukan peralatan dan personil khusus untuk analisa. 3. Corrective Maintenance Corrective Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dengan berencana pada waktu-waktu tertentu ketika peralatan listrik mengalami kelainan atau unjuk kerja rendah pada saatmenjalankan fungsinya dengan tujuan untuk mengembalikan pada kondisi semula disertai perbaikan dan penyempurnaan instalasi. Pemeliharaan ini disebut juga curative maintenance, yang bisa berupa trouble shooting atau penggantian part/bagian yang rusak atau kurang berfungsi yang dilaksanakan dengan terencana. 4. Proactive Maintenance Proactive Maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk memaksimalkan umur peralatan, proactive maintenance dapat dilakukan pada waktu perancangan, pembelian, penyimpanan, pengoperasian dan pemeliharaan 5. Breakdown Maintenance Berakdown maintenance adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada saat perlatan sudah mengalami gangguan atau kerusakan dan tidak dapat lagi dioperasikan,



kegiatannya



seperti



menganalisa penyebab gangguan



memperbaiki,



mengganti



komponen,



P a g e | 48



BAB III PEMERIKSAAN DAN PEMELIHARAAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 17- PTR1-01B 3.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik di kilang PERTAMINA RU-VI Balongan Untuk mendapatkan kontinuitas penyaluran tenaga listrik yang tinggi srta handal, maka sistem penyaluran tenaga listrik menggunakan double feeder secondary selective dengan mekanisme sebagai berikut : 1. Output generator dengan tegangan kerja 10KV dinaikkan menggunakan transformator step up menjadi 20KV. 2. Dari masing-masing output transformator step up selanjutnya masuk ke sub station (SS) dan di tampung pada unit 2 switchgear 20KV (switchgear A dan B Paralel) 3. Dari switchgear A dan B di SS1, disalurkan ke masing-masing sub station yang berada di unuit-unit kilang menggunakan double feeder (A dan B). 4. Di masing-masing sub station, melalui transformator step down, tegangan 20KV diturunkan menjadi tegangan kerja 3.15KV, dan dari tegangan 3.15KV diturunkan menjadi tegangan rendah 420 Volt. Antar switchgear A dan B (tegangan 3.15 maupun 420) dilengkapi dengan ATS transfer yang memungkinkan untuk bekerja paralel. Tegangan kerja 3.15KV digunakan untuk men-supply power motor-motor tegangan tinggi sebagai penggerak pompa, kompresor berkapasitas besar. Tegangan 420 Volt untuk men-supply power motor-motor tegangan rendah sebagai penggerak pompa kapasitas kecil, blower, finfan, heater. Tegamgan 420 Volt juga diperlukan untuk men-supply UPS(uninteraptible power supply), dan DC sistem sebagai kontrol peralatan instrumen. Sedangkan tegangan 240 Volt



P a g e | 49



dipergunakan untuk penerangan area kilang, Workshop, perkantoran, perumahan, dan keperluan lain. 3.2 Transformator 17-PTR1-01B Keberadaan transformator 17-PTR1-01B dilokasi sub station No. 17 untuk melayani beban listrik di unit NPU. Transformmator dioperasikan secara terus menerus dengan beban 70-85%. Beban-beban listrik tersebut diantaranya : 



33-P-112BM Deisohexanizer Overhead Pump 500 kw







33-P-101BM Carge Pump 483 kw







32-A-101-KIM Refigerant Compressor for Recovery Plus 990 kw







32-P-201BM Rich Oil Pump 169 kw







31-P-106BM Naptha Splitter Overhead Pump 307 kw







31-P-105BM Naptha Splitter Bottoms Pump 487 kw







31-P-103BM Naptha Splitter Reboiler Pump 275 kw







17-PTR2-03 3kV/420V Transformator for Regenant Superheater







17-PTR2-01B 3kV/420V Transformator







17-PSW2-01B VT Panel B







17-PSW2-01B Incoming Bus



Total Arus = 427 A



P a g e | 50



Gambar 3. 1 Transformator 17-PTR1-01B



Spesifikasi Transformator 17-PTR1-01B Phase Frequency



:3 Hz



: 50



KVA



: 11000 \



Volt



HV



: 20000 \



LV



: 3150 \



Ampere



HV



: 318 \



LV Impedance



: 2016 %



Insulation Class Bill (KV)



: 12 :A



H



: LI 125 AC 50 / LI 40 AC



P a g e | 51



V



10 N



Serial



o.



: 03131639



Standart



: IEC 76



Type Of Cooling



: ONAN



Vector Group



: Dyn 11 0



Temp. Rise Oil/Winding C : 55 / 65 Transformer Oil Liter : 5700 Transformer Weight



Kg : 23,500



Original Name Plate Manufacture Serial



: Trafindo Prima Perkasa No.



: 03131639



P a g e | 52



3.3 Peralatan pengaman Transformator 17-PTR1-01B Salah satu peralatan penting dari sistem distribusi tenaga listrik adalah sistem pengaman. Transformator umumnya dilengkapi CB (circuit Breaker) atau DS (Disconnect Switch ) yang dipasang didekat transformator dengan fungsi sebagai pemutus daya listrik ke/dari transformator atau untuk keperluan pemeliharaan transformator itu sendiri, dimana bekerjanya CB (circuit breaker) umumnya diputuskan/ditripkan oleh peralatan pengaman. LTG



Liquid Temperature Gauge



Diferensial Relay



LLG



Liquid Level Gauge



Over Current Relay



PVG Pressure Vacum Gauge PRD



Ground Fault Relay



Pressure Relief Device



RPRR Rapid Pressure Rise Relay 3.3.1 Differential Relay Differential Relay adalah pengaman yang menggunakan dua buah trafo arus sebagai sensor yang terpasang pada sisi masukkan dan keluaran transformator. Jika terjadi ganguan, rele ini akan langsung mentripkan CB. 3.3.2 Over Current Relay Rele ini bekerja dengan membaca input berupa besaran arus kemudian membandingankan dengan nilai setting, apabila nilai arus yang terbaca oleh rele melebihi nilai setting, maka rele akan mengirim perintah trip (lepas) kepada Pemutus Tenaga (PMT) atau Circuit Breaker (CB) setelah tunda waktu yang diterapkan pada setting. 3.3.3 Ground Fault Relay Pada dasarnya rele gangguan tanah adalah rele arus lebih yang dipergunakan untuk mengamankan gangguan ke tanah yaitu 1 (satu) fasa atau 2 (dua) fasa ke tanah. Rele gangguantanah (Ground Fault Relay) berfungsi untuk memproteksi jaringan tenaga listrik terhadap gangguan antara fasa atau 3 fasa dan hanya bekerja pada satu arah saja



P a g e | 53



3.4 Pengaman Internal Transformator Disamping pengaman dipasang diluar transformator (pada feeder transformator), pada internal transformator juga dilengkapi pengaman yang berfungsi sebagai indikator maupun fungsi mentripkan Circuit Breaker (sistem) bila terjadi gangguan dari dalam transformator. Pengaman seperti ini umumnya digunakan untuk gangguan awal didalam transformator yang tidak dapat dideteksi oleh rele differential dan rele lainnya. 3.4.1 Liquid Temperatur Gauge Liquid



Temperatur



gauge



terpasang



pada



transformator



untuk



mengukur/mendeteksi terjadinya panas berlebih pada minyak, tanki, terminal pada tanki, kegagalan sistem pendingin, dan lain-lain, yang berhubungan dengan sistem pendingin transformator.Alat ukur ini dilengkapi dengan jarum penunjuk warna merah sebagai setting suhu tertinggi minyak yang diijinkan dan jarum warna hitam untuk penunjukan suhu actual. Selama operasional normal, suhu yang terukur merupakan penjumlahan antara suhu lingkungan (ambient) dengan °



peningkatan suhu ( temperature rise). Jadi bila suhu lingkungan 30 C dan °



°



kenaikkan suhu 55 C, maka dibaca suhu 85 C. Suhu yang terbaca guna °



mengerjakan sistem alarm yaitu 90 C, sedangkan suhu yang terbaca guna tripping tidak tersambung dengan sistem



Gambar 3. 2 Liquid Temperatur



Gauge



P a g e | 54



3.4.2 Liquid Level Gauge Liquid level gauge atau oil level gauge adalah indicator yang terpasang pada transformator berfungsi sebagai alat ukur indicator ketinggian/banyaknya oil yang ada didalam tanki transformator. Level oil hendaknya tetap terjaga pada kondisi level yang telah ditentukan agar supaya kumparan transformator, terminasi pada isolator tetap terendam minyak (oil). Minyak didalam transformator berfungsi sebagai media isolasi dan pendingin, jika terjadi kebocoran minyak dan untuk sampilng minyak, maka minyak pada transformator berkurang/ketinggian minyak menurun. Pada indicator level oil ditandai dengan maxsimum/minimum dan warna merah/putih guna mengetahui kondisi minyak didalam tanki transformator, bila warna merah semakin melebar berarti minyak semakin berkurang, peralatan ini juga dilengkapi kontak yang berhubung dengan sistem alarm, sehingga apabila terjadi minyak berkurang hingga batas minimum, maka akan memberikan tanda alarm pada panel.



Gambar 3. 3 Liquid Level Gauge



P a g e | 55



3.4.3 Pressure Vacuum Gauge Pengaman ini menggunakan gas bertekanan positif (umumnya Nitrogen) yang mencegah udara memasukan tanki transformator meskipun terjadi perubahan temperatur lingkungan. Pembacaan tekanan gas didalam tanki transformator diperoleh dari pressure gauge. Pengetesan kebocoran inner gas dilakukan dengan menahan tekanan 3-4 psi selama 1-2 jam. Pada kondisi normal, tekanan nitrogen harus diatas nol, jika penunjukan tekanan 0 (nol) dalam jangka waktu lama, maka akan mengakibatkan kontaminasi dengan kondisi lingkungan yang menyebabkan menurunnya atau rendahnya dielectric strength oil transformator.



Gambar 3. 4 Pressure Vacuum Gauge



P a g e | 56



3.4.4 Pressure Relief Device (PRD) Pressure relief device model number 208-60U (operating pressure 8 PSI) merupakan peralan yang berfungsi untuk menghilangkan kelebihan tekanan gas atau udara didalam transformator dengan munculnya tuas ditengah peralatan sebagai jalan venting dan tanda terjadi tekanan lebih (lebih dari 8 psi). Bila tekanan telah kembali normal, maka tuas ini harus dimasukkan kembali secara manual. Hal ini sering terjadi pada saat mengisi gas nitrogen melebihi standard tekanan maksimum dari pressure relief device. Peralatan ini juga dilengkapi dengan kontak yang dihubungkan dengan circuit breaker, apabila terjadi gangguan pada transformator sehingga pressure relief device bekerja, maka kontak akan bekerja memerintahkan triping coil pada circuit breaker untuk membuka.



Gambar 3. 5 Pressure Relief Device



3.4.5 Rapid Pressure Rise Relay Rapid Pressure Rise Relay banyak digunakan pada transformator minyak (oil immersed transformer). Ada tipe yang bekerja pada saat terjadi perubahan mendadak gas yang beradadi atas minyak transformer , dan ada pula yang bekerja saat perubahan mendadak gas pada minyak itu sendiri . Perubahan gas terjadi



P a g e | 57



akibat hubung singkat antar kumparan, hubung singkat antar kumparan phasa, hubung singkat kumparan ke tanah. Perangkat mekanis yang dipatenkan untuk mendeteksi kejadian tekanan mendadak berdasarkan tingkat kenaikan tekanan dan batas aman yang ditetapkan oleh produsen transformator. Bila terjadi kenaikan tekanan yang berbahaya, Rapid Pressure Rise Relay akan berubah keadaan. Ini bisa dijadikan alarm atau sinyal perjalanan untuk meminimalkan potensi kerusakan tangki transformator.



Gambar 3. 6 Rapif Pressure Rise Relay



P a g e | 58



3.4.6 Perubahan Tap (Tap Charger) Perubahan tap adalah Peralatan bantu yang terpasang pada transformator. Perubahan tap ini berfungsi merubah perbandingan (rasio) transformer untuk mendapatkan tegangan sekunder sesuai yang diinginkan dari tegangan transmisi/tegangan primer yang berubah-ubah. Pada perubahan tap terdapat 6 rotari konduktor dan setiap fasa dihubungkan dengan 2 rotari konduktor, rotari konduktor terdiri dari 7 tap point. Sebagai penghantar listrik rotari konduktor ditekan oleh pegas. Jarak antara rotari konduktor anata fasa 3.55 cm. Kekuatan kontak pada rotari konduktor perubahan tap sangat ditentukan oleh pegas. Pegas perubahan tap terbuat dari bahan ebonite dan pada rotari konduktor dilapisi dengan perak (silver). Perubahan tap yang terpasang mempunyai rating arus sebesar 165A, 25 KV. Perubahan tap yang adaadalah type OFF load dengan mempunyai 5 Tap.



Gambar 3. 7 Tap Charger



P a g e | 59



3.5 Pemeriksaan Transformator 17-PTR1-01B 3.5.1 Pemeriksaan Electrical Sebelum Instalasi dan penyambungan a. Pemeriksaan Tahanan Isolasi Transformator Pemeriksaan dilakukan pada tahanan isolasi antara kumparan primer dan sekunder dengan titik pertanahaan (grounding), dan antar kedua kumparan primer dan sekunder tersebut dengan menggunakan megger. Sebelum menggunakan megger , bushing perlu dibersihkan menggunakan lap. b. Pemeriksaan Tap ChargerTrafo 



Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan turn ratio test, dengan memeriksa kesempurnaan kontak dari masing-masing sadapan (tapping).







Pemeriksaan masing-masing posisi sadapan (tapping), yang ditandai dengan angka 1 hingga 5. Masing-masing menunjukan tingkat tegangan sesuai dengan yang tercantum di name plate transformator. Posisi sadapan harus disesuaikan dengan tegangan kerja yang diinginkan.







Dalam Merubah posisi sadapan (tapping), cara pengoprasian tap charger adalah sebagai beikut : o embuka kunci tap charger dengan mengendorkan sekrup pengamannya  o Mengangkat sekrup utama o Putar posisi seperti yang diinginkan o Pasang kembali sekrup utama dan memastikan posisinya telah benar o Mengunci kembali tap charger dengan mengencangkan sekrup pengamannya



Pemeriksaan dilakukan pada 4 tahun sekali atau saat turn around. Pengujian tap charger pada transformator 17-PTR1-01B dengan rated 20/3,15 kV dilakukang dengan menggunakan Transformer Turn Ratio Test . posisi tap



P a g e | 60



charger ditentukan sesuai kebutuhan, pengujian menggunakan Transformer Turn Ratio Test dilakukan untuk menguji keandalan tap tersebut. Dengan menggunakan perhitungan tapping sebagai berikut : Tapping trafo =







; dengan perubahan ± 2,5%



Untuk perhitungan tapping trafo, nilai high voltage akan dihitung dengan nilai HV penambahan dan pengurangan sebesar 2,5 % yaitu sebesar 0,025 x 20.000 = 500 volt Contoh : I.



Untuk tegangan HV 20.000 volt ->



II.



Untuk tegangan HV 20.500 volt ->



III.



Untuk tegangan HV 21.000 volt ->



IV.



Untuk tegangan HV 19.500 volt ->



V.



Untuk tegangan HV 1 9.000volt ->















547











Hasil perhitungan ini disesuaikan dengan hasil pengujian tapping trafo menggunakan Transformer Turn Ratio Test , hasil pengujian dilakukan lebih dari satu kali dan diambil rata-ratanya, nilai pengujian pada suatu posisi tapping yang paling mendekati hasil perhitungan tapping itulah yang dipilih.



Gambar 3. 8 Tap Charger di name plate transformator 17-PTR1-01B



P a g e | 61



c. Transformator dalam sewaktu-waktu bisa saja dikerjakan secara paralel,oleh karena itu perlu diperhatikan /diperiksa bahwa : o Vector group kedua trafo harus sama o Rasio tegangan harus sama o Polaritas dan rotasi harus sama o Impedansi tegangan harus sama 3.5.2 Pemeriksaan fisik sebelum pemasang dan penyambung a. Pemeriksaan kembali kondisi trafo dengan memastikan tidak ada kebocoran, baut dan mur yang sudah kencang, dan pemeriksaan kembali kondisi alat-alat perlengkapan transformer. b. Pada transformer jenis hermetically-sealed dengan nitrogen (tanpa conservator), dengan memeriksa pressure vacum gauge. Pada suhu 0



keliling 30 C, pressure harus pada posisi antara +2psi hingg +3psi.



P a g e | 62



3.6 Pemeliharaan Transformator 17-PTR1-01B 3.6.1 Tujuan pemeliharaan : 1. Mencegah kerusakan transformator 2. Memeranjang umur kerja transformator 3. Pemeliharaan lebih murah 4. Tidak mengganggu operasi kerja alat dilapangan 5. Mengikuti standar pemeliharaan transformator 6. Melaksanakan pemeliharaan jangka pendek 7. Melaksanakan pemeliharaan jangka panjang 3.6.2 Kegiatan pemeliharaan 1. Memeriksa tahanan isolasi lilitan dan minyak transformator 2. Memeriksa system pendinginan, arrester, grounding cable, alarm 3. Membersihkan lingkungan disekitar transformator agan terjaga dari kotoran 4. Memeriksa semua alat pengaman dan pengukuran 5. Memeriksa bagian dalam transformator 6. Memerhatikan bagian trafo yang mengaliri arus listrik harus kedap udara 7. Seluruh instalasi trafo harus bersih dari kotoran 8. Bagian enamung oli agar keda udara dan tidak bocor



3.6.3 Pemeliharaan menurut kondisi Dalam pemeliharaan peralatan sendiri ada 2 kondisi yaitu : A. In Service/ Visual Inspection In Service Inspection adalah inspeksi/pemeriksaan terhadap peralatan yang dilaksanakan dalam keadaan peralatan beroperasi/bertegangan (on-line), dengan menggunakan 5 panca indera (five senses) dan metering secara sederhana, dengan pelaksanaan periode tertentu (harian, mingguan, bulanan, tahunan). Inspeksi ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui/memonitor kondisi peralatan



P a g e | 63







In Service Measurement/ On Line Monitoring



Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan peralatan bertegangan (On Line). Pengukuran dan/atau pemantauan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui/memonitor kondisi B. Shutdown Measurement/ Shutdown Fuction Check Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan peralatan tidak bertegangan (Off Line). Pengukuran dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur sederhana yang dilakukan oleh petugas pemeliharaan. 3.6.4 Pemeliharaan Berkala Dalam rangka menjaga agar suatu transformator dapat bekerja dan beroperasi dengan baik, maka perlu diadakan pemeliharaan rutin sebagai berikut a. Pemeliharaan berkala setiap Hari Pemeliharaan ini dilakukan Care)



dengan mengisi BEC ( Basic Equipment



Yaitu format pemeriksaan yang dilaksanakan secara visual (dengan



pengelihatan, pendengaran, peraba, dan perasa). Diisi dengan memberi checklist pada kolom hasil pemeriksaan sesuai dengan keputusan pemeriksa ( Hasil Terlampir) b. Pemeliharaan berkala setiap Bulan a. Pemeriksaan DGA (Dissolved gas analysis ) untuk mencegah terjadinya : kegagalan thermal (Faults thermal), dan deteroisasi/ pemburukan kertas isolasi/laminasi.  b. Pemeriksaan Bagian Luar   Memeriksa sambungan sambungan kabel/konduktor pada terminalterminal dan pentanahan. 



Memeriksa tinggi permukaan oli dan memastikan masih berada diatas batas yang ditunjukkan di oli level indicator/gauge.







Perlu memeriksa tekanan nitrogen yaitu diantara +2 psi dan +3 psi.



P a g e | 64



c. Pembersihan 



 Membersihkan isolator terminal dengan kain pembersih yang kering.







Membersihkan tanki dan radiator trafo dengan menggunakan angin, udara bertekanan untuk menghembuskan debu dan radiator. Jika sulit dibersihkan, dapat menggunakan cairan pembersih dan keringkan kembali dengan angin.







Jika ditemukan bagian yang berkarat, maka hapus karat ddengan



amplas dan segera di cat kembali.  d. Pemeriksaan Perlengkapan Transformer   Memeriksa perlengkapan trafo masih bekerja dengan baik. 



Jika dilengkapi dengan relay pengaman, perlu memeriksa kondisi dari contact pin.



c. Pemeliharaan Berkala Empat tahun ( saat Turn Around) 



Pemeriksaaan/kalibrasi pengaman transformator (rele differential. Rele overcurrent, rele ground fault, pressure relief device, sudden pressure).







Pemeriksaan tahanan kumparan transformator (megger )







Pemeriksaan terhadap kualitas oli trafo. Oli trafo harus bias menahan tegangan 30KV/2.5mm selama satu menit, sesuai dengan standar IEC. Pengukuran tegangan tembus minyak dapat dilakukan dengan peralatan yang sesuai (Oil Dielectric strength tester).







Purifier minyak trafo, jika kadar air dan tegangan tembus kondsi buruk.











P a g e | 65



3.7 Analisa Kebocoran Oli Tranformator 17-PTR1-01B Kebocoran oli dapat disebabkan oleh longgarnya sambungan atau ring shield yang terpasang pada kabel tegangan primer, rembesan yang keluar akan menyebabkan berkurangnya oli trafo, Pemeliharaan yang di berikan adalah dengan mengencangkan sambungan shield dan dengan menambahkan silikon agar rembesar dapat tertutup, hal ini dilakukkan pada saat trafo tidak bertegangan atau pada saat unit beban trafo dimatikan.



Gambar 3. 9 Rembesan Oli Pada Transformator 17-PTR1-01B



P a g e | 66



BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan uraian yang telah dibahas pada laporan yang telah disusun, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :  Pemeriksaan transformator sebelum instalasi sangat berguna untuk mengecek apakah transformator layak untuk digunakan sesuai kebutuhan beban dan sangat penting untuk mempermudah proses pemeliharaan selanjutnya  Penerapan Preventive maintenance pada sistem pemeliharaan pada Transformator 17-PTR1-01B sangat baik untuk mengetahui kondisi transformator secara up to date serta mencegah kegagalan kerja transformator dengan mengetahui gejala-gejala kerusakan yang mungkin terjadi  Pengecekan rutin harian dengan mengisi BEC (Basic Equipment Care) menjadi cara yang paling tepat untuk memelihara Transformator 17-PTR1-01B  Pada Transformator 17-PTR1-01B setelah diperiksa rutin terdapat rembesan oli , namun tidak mengganggu kinerja trafo dikarenakan parameter ketinggian oli trafo masih dalam level normal, begitu juga dengan parameter lain seperti kebisingan, temperatur trafo, tekanan nitrogen yang masih dalam batas normal sehingga Transformator 17-PTR1-01B masih dalam kondisi baik dan dapat digunakan pada proses operasi penyaluran tenaga listrik di PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan. 4.2 Saran  Untuk menjaga agar transformator tetap dalam kondisi prima, perlu dilakukan penanganan segera pada kasus rembesan oli trafo dengan



P a g e | 67



cara mengencangkan sambungan dan ring shield, dapat juga menambahkan silikon agar kebocoran dapat berhenti  Untuk mengetahui gangguan pada transformator sedini mungkin, perlu dilakukan pemeliharaan secara periodik (PM/PdM) dan tepat sasaran pada komponen transformator ( Tap Charger, Minyak Oli Transformator, sudden pressure rele, serta pengaman trafo yang lain ) minimal satu tahun sekali dan monitor parameter transformator ( temperatur, level ketinggian oli, dan tekanan nitrogen) minimal seminggu sekali



Page |x



DAFTAR PUSTAKA www.pertamina.com ; situs resmi PT. PERTAMINA (Persero). Diakses tanggal 15-07-2017 Panduan Instalasi, Penggunaan, dan Pemeliharaan Trafo. Jakarta. PT. Trafoindo Prima Perkasa. Catur Rukmana, Mahendra & Yusran, Yasser . “Pemeriksaan dan Pemeliharaan Transformator



Distribusi



13-PTR1-01B



PT.Pertamina



RU



VI



Balongan”.2011. Balongan. Nurdiansyah, Fajri. “Pemriksaan dan Pemeliharaan Transformator 13-PTR1-01B PT.Pertamina RU VI Balongan”. 2016. Balongan. Gambar enjinering : Dipersiapkan untuk program Bimbingan Praktis Ahli teknik (BPAT) di PT. Pertamina ( persero) RU VI Balongan. 2008. Balongan. Pertamina. General Specification for Electrical. 1991. Balongan.



P a g e | xi



LAMPIRAN



P a g e | xii



P a g e | xiii