Laporan Magang Tasya Qurrata 705140026 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Pelaksanaan Internship PT Arya Noble Semester 7 Tahun Akademik 2017/2018



Disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Internship Oleh: Tasya Qurrata A’yun 705140026



Program Studi Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara 2017



BAB I PENDAHULUAN



1.3 Pendahuluan Pengangguran merupakan masalah sosial dalam perekonomian negara khususnya produktivitas



di



Indonesia. dan



Keberadaan



pendapatan



negara



pengangguran berkurang



menyebabkan



sehingga



dapat



menyebabkan timbulnya kemiskinan serta masalah-masalah sosial lainnya (Gotama, 2013). Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, bahwa tingkat pengangguran terbuka pada Februari 2015 mencapai 7,45 juta orang, pada Februari 2016 tingkat pengangguran terbuka sudah mulai menurun menjadi 7,02 juta orang (Sawitri, 2016). Sedangkan pada tahun 2017 jumlah pengangguran terbuka pada Februari 2017 mencapai 7,01 juta orang (Maryati, 2017). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut, dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran terus menurun dari tahun ke tahun. Penurunan jumlah pengangguran di Indonesia bukanlah satu-satunya parameter prestasi yang dapat dilihat dan diperhitungkan. World Bank mempublikasikan unemployment rate Indonesia berada pada angka 5.6% pada tahun 2016, angka tersebut masih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Malaysia (3.3%), Singapore (1.8%), dan Qatar (0.8%). Data tersebut mengindikasikan bahwa persaingan dunia kerja di Indonesia semakin ketat. Hal ini diperkuat dengan besarnya arus globalisasi yang mengakibatkan terbukanya persaingan antar pencari kerja dari dalam maupun luar negeri. Maka tingkat persaingan dalam memasuki dunia kerja



semakin ketat, oleh sebab itu perusahaan akan memiliki standar yang semakin tinggi dan selektif dalam memilih calon pekerjanya. Hal ini dilakukan perusahaan untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten yang diharapkan akan meningkatkan nilai bagi perusahaan tersebut (Gotama, 2013). Tingginya persaingan tersebut menuntut mahasiswa untuk memiliki competitive advantage dalam dirinya baik secara akademis maupun nonakademis agar mampu menghadapi persaingan dalam dunia kerja. Menurut Aninditya (2014) untuk menghadapi dunia kerja nyata, mahasiswa perlu memiliki kemampuan, tidak hanya pengetahuan teoritis saja, tetapi pengalaman



praktis,



softskill,



serta



kemampuan



mengaplikasikan



pengetahuan teoritis ke dalam dunia kerja nyata juga menjadi faktor penting dalam kompetensi. Gotama (2013) menyatakan bahwa pendidikan yang dilakukan di perguruan tinggi saat ini masih terbatas pada pemberian teori dan praktek. Oleh



sebab



itu,



agar



dapat



memahami



dan



memecahkan



setiap



permasalahan yang muncul di dunia kerja, maka para mahasiswa perlu melakukan kegiatan pelatihan kerja (internship) secara langsung di instansi/lembaga yang relevan dengan program pendidikan yang diikuti. Output yang diharapkan setelah menyelesaikan ikatan akademik dari Fakultas



Psikologi



Universitas



Tarumanagara,



mahasiswa



dapat



memanfaatkan ilmu dan pengalaman yang telah diperoleh selama masa pendidikan dan masa pelatihan kerja (internship) untuk lebih mengenali bidang pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dimiliki serta mampu menghadapi tantangan di dunia kerja.



Program Internship merupakan salah satu program yang dikembangkan di Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara demi menghasilkan Sarjana yang siap bekerja, dan memiliki keterampilan yang telah ditentukan oleh pemerintah dalam Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Nomor 44 tahun 2015 mengenai Standar Nasional Pendidikan Tinggi. Dalam peraturan



tersebut,



untuk



mencapai



Standar



Kualifikasi



yang telah



ditetapkan, maka salah satu metode pembelajaran yang disarankan adalah praktek lapangan, yang dalam Kurikulum Program Studi Sarjana Psikologi dituangkan dalam mata kuliah internship. Program Internship sangat penting dan bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya mahasiswa. Melalui program ini mahasiswa berkesempatan untuk mengaplikasikan konsep-konsep yang telah dipelajari ke dalam tugas yang diberikan ataupun menyiapkan solusi atas masalah yang timbul baik sesuai maupun di luar ekspektasi sehingga kelak para lulusan dari Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara siap berkompetensi, serta unggul dalam dunia kerja.



1.2 Tujuan Internship 1.2.1



Secara umum, pelaksanaan internship ini bertujuan untuk (a) Menciptakan lulusan Psikologi Universitas Tarumanagara yang berkompeten di dunia kerja sesuai dengan keahliannya. (b) Meningkatkan kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. (c) Meningkatkan pengetahuan dalam kerja baik dalam hal keilmuan maupun pengalaman kerja.



Commented [a1]: Liat hasil di laporan



(d) Memacu motivasi mahasiswa yang berminat menjadi calon tenaga kerja yang handal dan siap kerja. 1.2.2



Secara khusus, kegiatan ini bertujuan (a) Memahami aplikasi teori dan konsep-konsep psikologi yang telah dipelajari, (b) Mengaplikasikan ilmu psikologi dalam konteks dan lingkungan pekerjaan nyata, (c) Mengaplikasikan keterampilan berpikir ilmiah dan keterampilan meneliti dalam konteks pekerjaan, (d) Mengaplikasikan



keterampilan



dalam



mengidentifikasi



masalah, mencari solusi permasalahan, dan menjalankan solusi permasalahan yang sesuai dengan kaidah ilmiah, (e) Mengaplikasikan keterampilan mengelola pekerjaan, (f) Mengembangkan



sikap



kerja



melaksanakan



komitmen,



positif



termasuk:



bertanggungjawab,



disiplin, menjaga



kesehatan fisik maupun psikologis, menjalankan etika dalam berkomunikasi dan berelasi.



Tujuan dari mata kuliah Internship yang tertera di atas sejalan dengan kurikulum pendidikan sarjana psikologi yang ditetapkan Asosiasi Penyelenggara Pendidikan Tinggi Psikologi Indonesia, yaitu menghasilkan lulusan yang mampu mengidentifikasi masalah, mencari solusi, dan menjalankan solusi permasalahan yang sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah psikologi.



1.3 Manfaat Internship



Manfaat penulisan laporan internship ini antara lain: A) bagi mahasiswa manfaat yang di dapatkan adalah menerapkan ilmu psikologi yang telah diperoleh diperkuliahan langsung ke dunia kerja, mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan, menambah wawasan



setiap



mahasiswa



mengenai



dunia



internship



(magang),



memperoleh pengalam kerja, mengenal dunia kerja, menambah dan meningkatkan



keterampilan



serta



keahlian



dibidang



praktek,



serta



memperoleh pengetahuan mengenai prosedur pelaksanaan training-training yang dilakukan di Arya Noble; B) bagi fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara manfaat yang di dapatkan adalah sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana kurikulum yang telah diterapkan sesuai



dengan



kebutuhan



tenaga



kerja



di



lapangan,



dan



upaya



memperkenalkan nama perguruan tinggi di dunia kerja; dan C) bagi Arya Noble, manfaaat dari pelaksanaan internship bagi institusi (Arya Noble) adalah mendapatkan bantuan tenaga kerja dan fikiran dari mahasiswamahasiswa yang melakukan internship, adanya kerjasama antara fakultas psikologi Universitas Tarumanagara dengan Arya Noble. Sehingga Arya Noble dikenal oleh kalangan akademis serta adanya kritikan-kritikan yang membangun dari mahasiswa-mahasiswa yang melakukan praktek internship. Program Internship sangat penting dan bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya mahasiswa. Melalui program ini mahasiswa berkesempatan untuk memproyeksikan konsep-konsep yang telah dipelajari ke dalam tugas yang diberikan, menyiapkan solusi atas masalah yang timbul baik sesuai maupun di luar ekspektasi, serta berbagai manfaat yang telah disebutkan sebelumnya



sehingga



kelak



para



lulusan



dari



Fakultas



Psikologi



Universitas



Tarumanegara siap, unggul, serta memiliki komptensi pada dunia kerja.



BAB II GAMBARAN TEMPAT INTERNSHIP 2.1 Gambaran Umum Institusi PT. Arya Noble merupakan Holding Company yang memiliki brand sub bisnis yaitu Erha Clinic, Genero Pharmaceutical, Derma Xp dan Marco Padang Grill. PT. Arya Noble bergerak dalam consumer lifestyle company yang meliputi healthcare dan pharmaceutical yang di awali dengan berdirinya Erha Clinic pada 28 September 1998. Saat ini PT. Arya Noble adalah perusahaan yang masih sedang berkembang, sehingga PT. Arya Noble mengembangkan usahanya dengan memperluas klinik-klinik baru di berbagai kota. Fokus dari bisnis PT. Arya Noble ini adalah healthy life solution dan other life solution. Pada healthy life solution terdapat di Erha Clinic, Genero Pharmaceutical, dan Derma Xp. Sedangkan other life solution termasuk pada Marco Padang Grill. Founder dan CEO dari PT. Arya Noble adalah Bapak Ricardo Handoko, Co-Founder dari PT Arya Noble adalah dr. Ronny Handoko, SpKK (K) dan Ibu Amelia Handoko juga yang menjadi President dari PT Arya Noble. Arya Noble mempunyai tugas untuk men-develop strategi, mengontrol, mengawasi, men-support seluruh aktivitas operasional dari Strategic Business Unit (SBU). Arya Noble memiliki visi “To be a Regional Brand & Servant Leader Creator” yang artinya adalah Arya Noble mau menjadi perusahaan yang memiliki brand regional sehingga brandnya dikenal se-



Indonesia Raya. Seperti pada lambang Arya Noble dengan gambar anak kecil dengan pesawat yang di dominasi warna orange dengan arti kewirausahaan dan warna biru yang artinya kepemimpinan yang melayani. Gambar anak kecil dan pesawat terbang ini memiliki arti bahwa setiap anak kecil mempunyai mimpi untuk dapat terbang tinggi seperti pesawat sehingga dapat melewati semua rintangan yang ada hingga dikenal banyak orang. PT Arya Noble memiliki dua tujuan, yaitu (1) melalui hasil karya kita, kita membuat kehidupan sehari-hari konsumen menjadi penuh warna & harapan; (2) melalui kepemimpinan kita, kita membuat setiap Aryaner siap untuk menjalani kehidupan yang mempunyai tujuan dan sukses. Setiap karyawan yang ada di PT Arya Noble akan mendapatkan julukan yaitu Aryaners. Pada PT Arya Noble terdapat 10 Arya Way, yaitu (1) work with talent, (2) work with purpose, (3) work with vision, (4) work with integrity, (5) work with winning spirit, (6) Work with servant leadership mindset, (7) work with teamwork, (8) work with innovation & entrepreneurship, (9) work with swift & excellence, dan (10) work with smile & style. Penulis akan menjelaskan satu-persatu SBU yang ada di PT Arya Noble. Pertama adalah Erha, Erha adalah sebuah bisnis unit dari Arya Noble yang bergerak di dalam bidang clinical dermatology melalui jaringan Erha Clinic, Erha Skin, Erha Apothecary dan rangkaian produk OTC (Over the Counter) Skincare. Erha memiliki core bisnis yaitu skin health solution, dan bisnis fokus pada clinical dermatology OTC skin care. Erha memiliki banyak cabang diantaranya Erha Clinic 15 cabang, Erha Skin 19 cabang, Erha Apothecary 25 cabang, Erha derma center 8 cabang, dan EPI 7 cabang. Sehingga Erha di support oleh 149 dermatologists, 39 GP, dan 85 of GP+.



Setelah itu ada Genero, Genero adalah SBU dari Arya noble yang bergerak dibidang farmasi, dengan spesialisasi pada Contract Development &



Manufacturing







CDMO.



Memiliki



core



bisnis



pharmaceuticals,



cosmeceuticals & nutraceuticals, CDM solution. Sedangkan fokus bisnisnya pada research services, formulation services, manufacturing services, regulatory services, quality control services, packaging services, logistic services, brand, design and marketing services. Genero juga sempat beberapa



kali



mendapatkan



achivements



yaitu



pada



tahun



2010



mendapatkan certification of good manufacturing practices (GMP) for Plant 2, dan pada tahun 2015 ISO 22716 (cosmetic GMP) Halal Assurance System. Ketiga ada Derma Xp, Derma Xp adalah Strategic Business Unit dari Arya Noble, berdiri pada 2015 dan berfokus pada aesthetic dermatology. Memiliki core bisnis yaitu dermatology dan bisnis fokusnya pada aesthetic dermatology. Terakhir adalah Marco Padang Grill, Marco adalah satu Strategic Business Unit di bawah naungan Arya Noble yang bergerak di Industri Food & Beverage dengan brand Marco Padang Grill yang sudah diperkenalkan kepada masyarakat luas sejak tahun 2009. Core bisnis dari Marco adalah taste sensation & relax solution, sedangkan fokus bisnis Marco adalah padang culinary art. Berikut ini penulis lampirkan struktur organisasi dari PT Arya Noble:



Gambar 2.1 Struktur organisasi PT Arya Noble



PT ARYA NOBLE Investment Company (Venture Capital)



BOARD OF COMMISSIONERS Co-Founder & Chairman Dr. Ronny Handoko



BOARD OF DIRECTORS Chairman Ricardo Handoko Deputy Chairman Amelia Handoko Member Marcel T.P., Richard P.R., A.B. Aji Executive Secretaries



CEO OFFICE



Founder & Chief Executive Officer Ricardo Handoko Chief Internal Auditor Amelia Handoko



Arya Innovation & Incubation Center Chief Business Development Officer Pjs. Ricardo Handoko



PT ARYA HEALTHCARE Investment Vehicle for Healthcare Industry Investments



ARYA NOBLE HOLDING Center of Excellence



Chief Executive Officer Ricardo Handoko



Co-Founder & President Amelia Handoko Deputy President Marcel Tunggamoro Putra



Director Noviana Supit



Operation Chief Operation Officer Marcel Tunggamoro Putra



Human Capital Chief Human Capital Officer Pjs. Marcel Tunggamoro Putra



Learning & Culture Chief Learning & Culture Officer Lanny Wongso



Corporate Risk Management Chief Risk Officer Andreas Bayu Aji *Report directly to President



MIDSTREAM BRANDS (BtoD)



Finance Chief Financial Officer* Ajay K. Nahar



DOWNSTREAM BRANDS (BtoC)



Strategy Management Chief Strategy Management Officer Pjs. Ricardo Handoko



UPSTREAM BRANDS (BtoB)



Healthcare Industry Strategic Brand Units



Chief Design & Corp. Brand Officer Richard P. Robot



PT ARYA SYNERGY Investment Vehicle for Creative &Technology Industry Investments



PT ARYA PROPERTY Investment Vehicle for Property Investments



EMILIE FAITH FOUNDATION Investment Vehicle for Humanity Investments



Chief Executive Officer Ricardo Handoko



Chief Executive Officer Ricardo Handoko



Chief Executive Officer Ricardo Handoko



Creative Industry Strategic Brand Units



PT GENERO PHARMACEUTICALS Healthcare & Aesthetics Industry Services



PT MARCO CULINARY CONCEPTS Padang Peranakan Culinary



Chief Executive Officer Alfons Sindupranata Directors Budihardjo Chandra



Chief Executive Officer Pjs. Ricardo Handoko



PT PHARMACORE MEDICALS Specialty Pharmaceuticals Chief Executive Officer Plt. Sadrakh Danny S.



PT TEATRUM KREASI GLOBAL Creative Ventures Partner & Chief Executive Officer Richard P. Robot



PT PHARMACORE COSMECEUTICALS (DERMA XP) Dermaceuticals Chief Executive Officer Andy Surjadi



PT ERHA MEDICALS / ECI Consumer Dermatology Chief Executive Officer Patria Goutama Director Noviana Supit



2.2 Profile Institusi Arya College merupakan learning institution dari Arya Noble yang dirancang untuk membantu perusahaan agar dapat menjawab tantangan bisnis. Beberapa tantangan bisnis yang dihadapi oleh Arya Noble adalah tekanan persaingan, perubahan perilaku customer dan masalah talent issues. Arya College memiliki visi untuk menjadi institution pembelajaran yang paling diinginkan, dan inspiratif bagi customers Arya, karyawan, suppliers, partners, dan future development user. Visi Arya College ini juga berdasarkan dari Visi yang di terapkan oleh Arya Noble. Tujuan dari Arya College ini adalah untuk membuat seluruh Aryaners senang dan percaya diri dengan kemampuan dan kinerja kompetitif mereka



dalam menciptakan produk yang inovatif, memberikan eksekusi yang cepat, dan menjadi excellent value creator. Tidak hanya tujuan dan visi tetapi Arya College juga memiliki ambisi yaitu mampu menciptakan aryaners dan pemimpin yang sukses. Penulis juga akan melampirkan gambar Arya College vision roadmap. Gambar 2.2 Arya College Vision RoadMap



Roles dari Arya College yaitu, (1) performance drives, (2) mind and behavior transformation drives, (3) learning accelerator, (4) change agent in culture, (5) continuous learning promoter, (6) knowledge and skill transfer. Peranan tersebut dibuat agar menghasilkan value di Arya College. Hasil dari value tersebut adalah selalu bersemangat untuk berbagi dalam hal apa saja, berani menciptakan pemimpin, dan yang paling penting terakhir adalah never stop learning. Berikut ini penulis melampirkan struktur organisasi dari Arya College.



Gambar 2.3 Struktur organisai Arya College



Direktur AC



Next Big Things Assesment Center



Learning Center



Leadership Development



Learning Development Learning Experience Knowledge Management



Arya College memiliki direktur bernama ibu Lanny Wongso, dan penulis di tempatkan di bagian learning experience. Tugas dari learning center ini adalah untuk kegiatan training-training bagi seluruh staff dan leader agar lebih excellent. Tidak jauh beda dengan learning center, learning experience memiliki tugas untuk mempersiapkan seluruh proses kegiatan training dari sebelum acara hingga acara training selesai. Learning center ini memiliki overall objectives, yaitu agar setiap peserta yang mengikuti kegiatan training tersebut akan mendapatkan pengetahuan baru, insight, dan acquisition. Sehingga menghasilkan articles atau journal review, various methods of deliverable (event dan non event), entertaining learning event, dan non event learning. Pada bagian leadership development memiliki tugas untuk membuat leader, redevelop people agar dapat menjadi pemimpin yang excellent. Sedangkan assessment center memiliki tugas untuk mencari orang-orang yang kompeten dengan melakukan test-test seperti test IQ, DISC, KREAPLIN, dan lain-lain.



BAB III PELAKSANAAN INTERNSHIP



3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan Pelaksanaan kegiatan internship, dilaksanakan di PT. Arya Noble dengan alamat 88@Kasablanka Office Tower Floor No.17, Jl. Casablanca No.88, RT.16/RW.5, Menteng Dalam, Tebet, Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penulis ditempatkan di Arya College, dan melakukan tanda tangan kontrak internship pada awal masuk kerja yaitu selama 6 bulan dimulai dari tanggal 4 September 2017 hingga tangga 4 Maret 2018. Waktu pelaksanaan kegiatan internship setiap hari Senin sampai dengan hari Jumat pukul 08:30 hingga pukul 17:30 WIB. Durasi bekerja yaitu selama 7 jam 30 menit dengan 1 jam 30 waktu istirahat yaitu pukul 11:30 hingga 13:00 WIB. Penulis melakukan izin kerja setiap hari Jumat terkait dengan adanya jadwal bimbingan seminar proposal dengan dosen di Universitas Tarumanagara. 3.2 Deskripsi Kegiatan atau Tugas Penulis melakukan kegiatan internship di bidang Psikologi Industri dan Organisasi dan ditempatkan di bagian learning experience. Learning experience termasuk di bagian training. Ketika kegiatan training berlangsung penulis memiliki tugas yaitu (a) memesan konsumsi makan siang, snack untuk peserta dan fasilitator; (b) mempersiapkan seluruh perlekapan seperti ATK, camera, handycame, tripod, laptop training, kabel roll, time seeker, coffee maker, dan absensi peserta; (c) mengirim email undangan training kepada peserta, (d)



membuat, (d) memperhatikan sound system selama berlangsungnya acara training, (e) memperhatikan suhu udara di ruangan, (f) menyambut peserta training dan mengkonduk peserta untuk mengisi absensi, (g) mempersiapkan makan siang, snack di meja untuk para peserta, (h) merekam seluruh kegiatan training menggunakan handycame, (i) mendokumentasikan kegiatan training, (j) mengkonduk peserta untuk mengisi feedback kegiatan training, (k) mengecek di typeform feedback yang diberikan para peserta dan fasilitator, (l) merapikan seluruh peralatan yang digunakan setelah selesai, (m) memindahkan seluruh video dan foto kegiatan training ke hardisk, dan (n) mendownload hasil feedback para peserta dan fasilitator untuk di buat reportnya. Ketika tidak ada training, penulis melakukan beberapa pekerjaan lainnya seperti: (a) mengerjakan report feedback peserta training menggunakan Ms. Excel yang di download dari typeform, (b) mengerjakan laporan report feedback fasilitator training menggunakan Ms. Excel yang di download dari typeform, (c) membuat laporan feedback keseluruhan dari bulan Januari hingga bulan September, (d) membuat laporan feedback fasilitator keseluruhan dari bulan Januari



hingga



bulan



September,



(e)



mengecek



kelengkapan



laporan



pertanggung jawaban setiap event, (f) menginput e-budget list yang digunakan department assessment center selama setahun dari bulan Januari hingga Desember, (g) menginput e-budget list yang digunakan department learning center selama setahun dari bulan Januari hingga Desember, (h) menginput epproval Arya Award, (k) membuat form absensi untuk Arya Noble Award berdasarkan SBU, dan pekerjaan lainnya.



BAB IV PEMBAHASAN



4.1 Hasil Pengamatan dan Pengalaman Selama Kegiatan Internship Berdasarkan hasil pengamat dan pengalaman yang penulis dapatkan dari sebulan bekerja di Arya College adalah penulis belajar untuk dapat membuat acara training dari mulai pra-event acara training hingga post-event acara training berlajan dengan baik. Berikut ini penulis lampirkan flow chart kegiatan training.



Gambar 4.1 Flow Chart Kegiatan Training Kegiatan training



Pra Event



Finance (membuat BP, mengajukan tanda tangan, mengajukan & mecairkan dana).



Cetakan (mencetak participant workbook, mencetak product gift M peserta, membuat rundown, mempersiapkan semua cetakan, mencetak banner Arya College).



Materi (materi e-learning & kuis, materi untuk training, menyiapkan video, music, pre test & post test).



M



Participant (melakukan rekap peserta dan mengkonfirmasi peserta).



ATK (mempersiapkan semua ATK yang dibutuhkan).



Melakukan pertemuan untuk pembagian tugas pada saat event ke PIC.



Konsumsi (memesan makan siang, pemesanan makan malam, pemesanan snack pagi atau sore).



Mempersiapkan hadiah bagi peserta yang paling aktif. M



Invitation (mengirim poster teaser, design undangan, review design undangan, mengirim undangan ke peserta .



Venue (booking tempat, mengirimkan request ke FAM terkait vanue dan layout, memeriksa setting layout, memeriksa infokus dan layar, dan memeriksa AC).



M M M



Mengcek semua PIC pada posisi jobdesknya masingmasing.



Event



Venue (memastikan kursi dan meja sesuai layout, menyiapkan laptop menyala dengan baik, memastikan sound terdengar jelas, memasitikan suara MIC jelas, memastikan meja registrasi, memastikan papan tulis tersedia, memastikan ATK tersedia, memastikan materi di laptop, memastikan AC menyala dengan baik, memastikan pencahayaan terang, memastikan name table sudah tersedia, memastikan kesiapan snack, makan siang atau malam, memastikan kesiapan kopi & teh, memastikan camera dalam keadaan baik & siap digunakan, memastikan handycame dalam keaadaan baik dan siap digunakan).



Start time event



End time event Event (rundown acara)



Cetakan tersedia



End event (fasilitator mengisi fasilitator form, melakukan clean all venue, melakukan clean all trash, membawa kembali “cetakan” dan ATK, memastikan turn off all electronic devices).



Post-Event



Materi (meminta materi final ke mengerjakan report form feedback evaluasi peserta).



Report (proses tanda tangan fasilitator form, melakukan rekap pre test & post test, mengerjakan report form feedback evaluasi peserta, mengerjakan report form feedback evaluasi fasilitator, mengerjakan report form feedback evaluasi Arya College team, mengirimkan ‘thank you letter’ ke peserta, mengirimkan ‘Invesment Gain’ ke leader, melakukan pemberian sertifikat, mengerjakan final report operation, menginput man hour, menginput data employee training, melakukan rekap peserta training).



Finance (melakukan pembayaran all item, menyelesaikan pembuatan LBA/EVF).



Dokumentasi (mengumpulkan foto, update foto kegiatan di social media Arya College, menyimpan materi ke sharing folder, menyimpan semua hasil dokumentasi).



Berdasarkan flow chart kegiatan training tersebut penulis belajar untuk mempersiapkan segala peralatan yang akan digunakan pada saat training berlangsung.



Pada



proses



pra-event



biasanya



penulis



belajar



untuk



mempersiapkan ruangan yang akan digunakan dan membuat template denah (layout) penempatan meja untuk para peserta agar dapat belajar dengan baik. Lalu penulis juga mempersiapkan untuk memesan makanan dan snack yang sesuai untuk para peserta agar dapat berkonsentrasi selama kegiatan training berlangsung. Pada saat pemesanan konsumsi penulis juga harus belajar untuk menyesuaikan harga makanan dengan anggaran yang telah disiapkan untuk setiap level pekerjaan. Penulis juga mempersiapkan segala keperluan seperti coffe break, time seeker, handycame, camera, absensi peserta, workbook, ATK (alat tulis kertas) dan laptop yang berisikan modul kegiatan training. Ketika event berlangsung penulis belajar untuk membuatan kegiatan training berjalan dengan lancar, menciptakan suasana yang kondusif yaitu dengan, mengatur suhu ruangan, sound system, menjadi time seeker untuk fasilitator agar rundown acara dapat berjalan sesuai dengan waktu yang sudah ditetapkan, dan memberikan pelayanan yang terbaik kepada para peserta training. Setelah kegiatan training telah selesai (post-event) penulis dan team akan merapikan seluruh peralatan yang digunakan seperti peralatan ATK, handycame, camera, dan lain-lain kembali ke ruangan Arya College dan mengisi form post-event. Form post-event berisikan banyak hal tetapi tidak semuanya penulis kerjakan baru beberapa bagian saja seperti, mengirimkan thank you letter kepada peserta, mengirimkan ‘Invesment Gain’ kepada leader, memeriksa seluruh peralatan yang digunakan tidak ada yang hilang, dan mengerjakan report feedback yang diberikan para peserta, dan fasilitator.



Arya College memiliki COE (Calender Of Event) setiap tahunnya, sehingga seluruh kegiatan training dapat terlaksana dengan baik. Proses kegiatan training yang dilakukan di PT. Arya Noble setiap bulan yang rutin dilakukan cukup beragam yaitu, jumpstart di adakan sebulan 2 kali untuk menyabut karyawan baru atau biasa disebut ‘Welcome Aryaners’. Training ini diberikan agar karyawan baru tersebut dapat mengenal lebih baik mengenai PT Arya Noble, dan agar mereka mengetahui segala peraturan yang ada di PT Arya Noble. Kegiatan jumpstart ini biasa diadakan setiap tanggal 2 dan tanggal 15. Lalu ada kegiatan AHA! Moment untuk leader, executive ataupun professional yang akan membahas mengenai fenomena-fenomena terbaru yang ada di dunia. AHA! Moment biasa dilakukan setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya beberapa kegiatan training seperti, diamond model, business model canvas, PDCA, English fo Marco, be a great leader, creativity, Genero service excellent,effective time management, dan lain sebagainya. Kegiatan training di Arya College dibagi menjadi 3 bagian yaitu leadership, management, dan strategies. Tidak hanya kegiatan training-training saja tetapi Arya College juga mempersiapkan kegiatan penghargaan untuk para karyawan yang ada di PT Arya College. Kegiatan penghargaan untuk karyawan atas hasil kerja



terbaik yang Aryaners telah



berikan kepada perusahaan. 4.2 Analisis Training atau pelatihan merupakan sebuah usaha terencana yang dilakukan oleh perusahaan untuk memfasilitasi pembelajaran karyawan mengenai kompetensi yang terkait dengan pekerjaannya. Kompetensi tersebut termasuk pengetahuan, keterampilan atau perilaku yang penting untuk dapat menunjang



kinerja yang sukses (Riggio, 2008). Menurut Cascio (2005), pelatihan merupakan suatu program terencana untuk meningkatkan kinerja pada tingkat individu, kelompok maupun organisasi. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pelatihan merupakan sebuah usaha terencana untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan atau perilaku individu kelompok maupun organisasi agar dapat menghasilkan kinerja optimal. Tujuan dari pelatihan yang dilakukan menurut Noe (2005) adalah agar karyawan dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diajarkan dalam program pelatihan untuk kemudian diaplikasikan ke dalam situasi pekerjaan sehari-hari. Sikula (dalam Puspasari, 2012) menyatakan bahwa secara umum tujuan dari pelatihan dan pengembangan secara umum, antara lain adalah: a. Meningkatkan Produktivitas Pelatihan dapat meningkatkan taraf prestasi tenaga kerja pada jabatannya sekarang. Prestasi kerja yang meningkat mengakibatkan peningkatan dari produktivitas. b. Meningkatkan Mutu Pelatihan dan pengembangan yang tepat tidak hanya meningkatkan kuantitas dari keluaran tetapi juga meningkatkan kualitas atau mutu dari keluaran. Tenaga kerja yang berpengetahuan dan berketerampilan baik hanya akan membuat sedikit kesalahan dan cermat dalam pekerjaan. c. Meningkatkan Ketepatan dalam Perencanaan Sumber Daya Manusia Pelatihan



dan



pengembangan



yang



tepat



dapat



membantu



perusahaan untuk memenuhi keperluannya akan tenaga kerja dengan



pengetahuan dan keterampilan tertentu di masa yang akan datang. Jika suatu saat diperlukan, maka lowongan yang ada dapat secara mudah diisi oleh tenaga kerja dari dalam perusahaan sendiri. d. Meningkatkan Semangat Kerja Iklim dan suasana organisasi pada umumnya menjadi lebih baik jika perusahaan mempunyai program pelatihan yang tepat. Suatu rangkaian reaksi positif dapat dihasilkan dari program pelatihan perusahaan yang direncanakan dengan baik. e. Menarik dan Menahan Tenaga Kerja yang Berpotensi Baik Para tenaga kerja, terutama para manajer, memandang kemungkinan untuk mengikuti pendidikan atau pelatihan sebagai bagian dari imbalan jasa (compensation) dari perusahaan terhadap mereka. Mereka berharap perusahaan membayar program pelatihan yang mengakibatkan mereka bertambah pengetahuan dan keterampilan dalam keahlian mereka masing-masing. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang menawarkan program pelatihan dan pengembangan yang khusus untuk menarik tenaga kerja yang berpotensi baik. f.



Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pelatihan yang tepat dapat membantu menghindari timbulnya kecelakaan kerja di perusahaan dan dapat menimbulkan lingkungan kerja yang lebih aman dan sikap mental yang lebih stabil.



g. Menghindari Keusangan (Obsolescence) Usaha pelatihan dan pengembangan diperlukan secara terus-menerus supaya para tenaga kerja dapat mengikuti perkembangan terakhir dalam bidang kerja mereka masing-masing. Hal ini berlaku baik untuk tenaga



kerja pekerja (non manajerial) maupun untuk tenaga kerja manajerial. h. Menunjang Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth) Pelatihan



dan



pengembangan



tidak



hanya



menguntungkan



perusahaan tetapi juga menguntungjan tenaga kerja itu sendiri.



Menurut Riggio (2008) terdapat beberapa tahapan dalam menyusun program pelatihan, yaitu: a. Menilai Kebutuhan Pelatihan Sebuah program pelatihan yang efektif harus dimulai dengan menilai kebutuhan pelatihan. Dengan kata lain, organisasi harus mengetahui halhal apa saja yang perlu diketahui oleh karyawan untuk melakukan pekerjaan mereka. Penilaian kebutuhan pelatihan melibatkan analisis di berbagai level, yaitu level organisasi (kebutuhan dan tujuan organisasi), level tugas (persyaratan untuk melakukan pekerjaan), dan level individu (keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan). Sebagai tambahan, analisis juga dapat dilakukan pada level demografis (kebutuhan pelatihan spesifik dari kelompok demografis yang beragam, seperti wanita dan pria, latar belakang usia pekerja yang berbeda, dan lain sebagainya). b. Menetapkan Tujuan Pelatihan Tahap kedua adalah menetapkan tujuan pelatihan. Tujuan pelatihan harus spesifik dan dapat diasosiasikan dengan hasil yang terukur. Tujuan pelatihan harus dapat menjelaskan apa yang harus dicapai oleh peserta dalam sebuah program pelatihan. Adanya tujuan pelatihan dapat



membantu dalam mendesain program pelatihan dan memilih teknik dan strategi pelatihan yang tepat. Selain itu, penekanan pada penyusunan tujuan pelatihan yang spesifik dan terukur penting untuk dilakukan terkait dengan evaluasi dari efektifitas program pelatihan. c. Mengembangkan dan Menguji Materi Pelatihan. Beberapa faktor perlu dipertimbangkan dalam mengembangkan materi pelatihan, seperti latar belakang pendidikan dan keahlian peserta, apakah materi pelatihan berfokus pada hal yang berkaitan secara langsung dengan peningkatan kinerja pekerjaan, dan metode pelatihan seperti apa yang dapat memberikan manfaat yang terbaik, serta biaya yang sesuai. Selain itu, materi pelatihan juga harus diuji sebelum digunakan, misalnya saja dengan melibatkan sekelompok karyawan yang dapat memberikan reaksi terhadap materi dan program yang disusun. Dengan begitu, dapat dilakukan perbaikan terhadap materi dan program pelatihan. Kroehnert (1995) menyatakan bahwa terdapat lima belas metode instruksi yang dapat membuat pelatihan menjadi efektif dan efisien. Lima belas metode tersebut



adalah ceramah,



pembentukan



grup



untuk



ceramah yang dimodifikasi diskusi),



latihan



(peserta



(melibatkan mencobakan



keterampilan yang mereka dapatkan dari pelatihan), membaca (peserta diminta membaca bahan tertentu untuk kemudian didiskusikan), grup diskusi (baik diskusi terstruktur, forum terbuka, maupun diskusi panel), metode fishbowl (peserta dibagi menjadi lingkaran dalam dan lingkaran luar dan secara bergantian menjadi pengamat dan orang yang diamati), bermain peran, simulasi, permainan, video atau film, brainstorming,



metode instruksi terprogram (computer-based instruction), field trips (melalukan tur atau ekspedisi), dan terakhir adalah metode tanya jawab. d. Implementasi Program Pelatihan. Tahap selanjutnya dari model pelatihan adalah mengimplementasikan program pelatihan. Ketika mengimplementasikan program pelatihan, ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan, seperti kesiapan dan harapan dari peserta dan iklim organisasi terhadap pelatihan, yaitu apakah karyawan dan organisasi memandang positif dan mendukung pelatihan. Hal yang juga penting untuk diperhatikan adalah memberitahukan peserta mengenai alasan dilakukannya pelatihan, untuk memberikan informasi kepada mereka mengenai manfaat pelatihan bagi dirinya maupun organisasi (Riggio, 2008). Hal yang perlu dipertimbangkan adalah kapan dan seberapa sering pelatihan dilaksanakan, siapa yang memimpin pelatihan, sesi dalam pelatihan, dimana pelatihan diadakan, dan lain sebagainya. e. Evaluasi Program Pelatihan Secara umum, alasan diadakannya evaluasi program pelatihan adalah untuk menentukan keefektifitasan dari program pelatihan tersebut. Kirkpatrick (dalam Riggio, 2008) menjelaskan beberapa alasan khusus perlu dilakukannya evaluasi pelatihan, yaitu:



1. Untuk membenarkan keberadaan dari departemen pelatihan dengan menunjukkan bagaimana hal tersebut berkontribusi terhadap tujuan dan sasaran organisasi.



2. Untuk menentukan apakah program pelatihan dapat dilanjutkan atau tidak.



3. Untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana meningkatkan program pelatihan di masa yang akan datang. Adapun tujuan lain dilaksanakannya evaluasi yaitu untuk memperoleh informasi yang akurat dan obyektif tentang suatu program pelatihan yang telah direncanakan dan dilaksanakan. Informasi tersebut dapat berupa proses pelaksanaan program, dampak/hasil yang dicapai, efisiensi. Hasil evaluasi dapat juga dijadikan tolak ukur apakah program training tersebut berhasil atau tidak, dapat dilanjutkan atau dihentikan, serta dapat dijadikan pijakan untuk menyusun program training lanjutan. Berbagai model evaluasi yang telah dikembangkan, sangat popular, dan banyak dipakai sebagai strategi atau pedoman kerja dalam pelaksanaan evaluasi program pembelajaran diantaranya 1) Evaluasi Model Kirkpatrick (Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model), 2) Evaluasi Model CIPP (Context, Input,



Prosess,



and



Product),



dan



3)



Evaluasi



Model



Stake



(Model



Couintenance). Dari empat model ini masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda. Namun, penulis lebih memfokuskan pada evaluasi model Kirkpatrick. Kirkpatrick adalah salah seorang ahli evaluasi program pelatihan dalam bidang pengembangan



sumber



daya



manusia



(SDM).



Model



evaluasi



yang



dikembangkan oleh Kirkpatrick dikenal dengan istilah Kirkpatrick Four Levels Evaluation Model. Evaluasi terhadap efektivitas program pelatihan (training) menurut Kirkpatrick (1998) mencakup empat level evaluasi, yaitu: level 1 reaction, level 2 learning, level 3 behavior, dan level 4 result. Evaluasi terhadap reaksi peserta pelatihan/program berarti mengukur kepuasan peserta (customer satisfaction). Program



pelatihan



dianggap



efektif



apabila



proses



pelatihan



dirasa



menyenangkan dan memuaskan bagi peserta pelatihan sehingga mereka tertarik termotivasi untuk belajar dan berlatih. Dengan kata lain peserta pelatihan akan termotivasi apabila proses pelatihan berjalan secara memuaskan bagi peserta yang



pada



akhirnya



akan



memunculkan



reaksi



dari



peserta



yang



menyenangkan. Sebaliknya apabila peserta tidak merasa puas terhadap proses pelatihan yang diikutinya maka mereka tidak akan termotivasi untuk mengikuti pelatihan lebih lanjut. Kirkpatrick (1998:20) mengemukakan “learning can be defined as the extend to which participans change attitudes, improving knowledge, and/or increase skill as a result of attending the program”. Berdasarkan pendapat dari Kirkpatrick terdapat tiga hal yang dapat instruktur ajarkan dalam program pelatihan, yaitu pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Peserta pelatihan dikatakan telah belajar apabila pada dirinya telah mengalami perubahan sikap, perbaikan pengetahuan maupun peningkatan keterampilan. Evaluasi pada level ke 3 (evaluasi tingkah laku) ini berbeda dengan evaluasi terhadap sikap pada level ke 2. Penilaian sikap pada evaluasi level 2 difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan pelatihan dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta kembali ke tempat kerja. Kriteria keberhasilan pada evaluasi level ke 3 adalah perubahan sikap yang telah terjadi setelah mengikuti pelatihan akan diimplementasikan setelah mahasiswa mengikuti perkuliahan, sehingga penilaian tingkah laku ini lebih bersifat eksternal. Evaluasi hasil dalam level ke 4 ini difokuskan pada hasil akhir (final result) yang terjadi karena peserta telah mengikuti suatu program. Dalam



kegiatan pembelajaran model evaluasi ini mengarah pada hasil akhir yang diperoleh mahasiswa (Kirkpatrick, 1998). Evaluasi dilakukan untuk memperoleh gambaran atau informasi tentang hasil dan proses belajar peserta pelatihan, serta mengetahui kesulitan-kesulitan yang muncul pada saat proses bekerja. Evaluasi juga berkaitan erat dengan proses penilaian, baik itu penilaian hasil bekerja maupun penilaian proses bekerja. Evaluasi berfungsi untuk mengembangkan suatu program pelatihan. Evaluasi juga berfungsi untuk menetapkan kedudukan suatu program pelatihan berdasarkan ukuran/kriteria tertentu,sehingga suatu program dapat dipercaya, diyakini dan dapat dilaksanakan terus, atau sebaliknya program itu harus diperbaiki atau disempurnakan. Arya College menerapkan system evaluasi dari Krikpatrick ini. Pada setiap kegiatan training maupun program-program lain yang dilakukan, pada sesi terakhir peserta selalu diminta untuk mengisi feedback mengenai materi, fasilitator, dan insight yang mereka dapatkan. Agar team Arya College dapat melihat hasil dari training yang dilakukan efektif atau tidak, dan juga sebagai pembelajaran untuk para fasilitator mengenai cara pengajaran mereka baik atau tidak. Tabel 4.2.1 Pertanyaan pada feedback bagian materi Diisi dengan skala 1-4 Saya memahami isi pelatihan ini



Materi pelatihan yang diberikan sesuai dengan tujuan pelatihan yang ditetapkan.



Materi pelatihan yang diberikan sudah seimbang secara teori dan praktek



Isi program pelatihan ini relevant dengan apa yang saya butuhkan di pekerjaan dan kehidupan sehari-hari



Aktivitas pelatihan yang dilakukan sangat membantu saya dalam memahami materi pembelajaran yang diberikan



Materi pelatihan menolong saya untuk sukses.



Tabel 4.2.2 Pertanyaan pada feedback bagian fasilitator Fasilitator memfasilitasi peserta secara interaktif



Fasilitator melibatkan peserta untuk aktif selama proses pembelajaran



Skala 1-4



Skala 1-4



Masukan atau kritikan terhadap fasilitator secara general.



Materi presentasi yang diberikan mampu menarik perhatian saya untuk terus focus dalam proses pembelajaran



Pengetahuan saya mengenai topic ini setelah mengikuti training:



Skala 1-10



Skala 1-10



Tabel 4.2.3 Pertanyaan pada feedback bagian insight Jelaskan secara singkat pengetahuan apa yang telah anda peroleh dari program pembelajaran ini



Hal apa yang akan anda aplikasikan setelah training ini?



Hal apa yang anda perbaharui dalam pekerjaan setelah training hari ini ?



Insight apa yang akan anda bagikan ke tim anda mengenai maeri hari ini?



Hasil yang di dapatkan dari laporan feedback tersebut akan diolah kembali menjadi sebuah report dan di lihat hasilnya. Sehingga team Arya College mengetahui apa saja yang perlu diperbaiki atau di tingkatkan lebih pada kegiatan training. Selain itu, pada beberapa training juga terdapat pre-test dan post-test kepada peserta training. Kegiatan tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa dalam para peserta memperhatikan kegiatan training yang dilakukan.. Terdapat dua metode pelatihan yang dapat digunakan menurut Handoko (dalam Endayani, Hamid, & Djudi, 2015) yaitu (a) metode on the job training, yaitu pelatihan yang dilakukan di tempat kerja, karyawan akan dilatih mengenai



pekerjaan baru dengan pengawasan langsung oleh seorang pelatih (fasilitator); (b) metode off the job training, yaitu metoode pelatihan yang dilakukan di luar tempat kerja, meliputi teknik-teknik presentasi informasi dan metode simulasi. Pada PT Arya Noble metode pelatihan yang dilakukan lebih kepada metode on the job training.



Daftar Pustaka Aninditya, P. (2014). Pengendalian internal pada siklus pengeluaran anggaran kantor perwakilan bank Indonesia New York menggunakan analisis dokumentasi dan rekonsiliasi. Jakarta: Universitas Indonesia.



Cascio, W. F. (2005). Managing human resources: Productivity, quality of work life, profits. (6th ed). New York: McGraw Hill Endayani, F., Hamid, D., & Djudi, M. (2015). Pengaruh Pelatihan Kerja Terhadap Kemampuan Kerja dan Kinerja Karyawan. Malang: Universitas Brawijaya. Vol.25 No. 1 Gotama, H. W. (2013). Prosedur audit atas akun penjualan dan piutang usaha pada PT HWG. Jakarta: Universitas Indonesia Kirkpatrick, D. L. 1998. Evaluating Training Programs: The Four Levels. San Francisco: Berrett-Koehler Publisher, Inc. Maryati. (2017). Jumlah pengangguran terbuka capai 7,01 juta. Retrived September 23, 2017, from http://www.antaranews.com/berita/627592/jum lah-pengangguran-terbuka-capai-701-juta



Noe, R.A. (2005). Employee training and development (3th ed). New York: McGraw Hill Puspasari, M. (2012). Pelatihan Team Building untuk Meningkatkan Feedback Environment dan Kualitas Team Member Exchange.



Riggio, R.E. (2008). Introduction to industrial/organizational psychology (5th ed). New Jersey: Prentice Hall. Sawitri. (2016). BPS: Pengangguran Terbuka di Indonesia Capai 7,02 Juta Orang. Retrived September 23, 2017, from https://m.tempo.co/read /news/2016/05/04/173768481/bps-pengangguran-terbuka-di-indonesiacapai-7-02-juta-orang World Bank Group, (2017). Unemployment, total (% of total labor force) (modeled ILO estimate). Retrived 3 Oktober, 2017, from https://data.worldbank.org/i ndicato r/SL.UEM.TOTL.ZS