14 0 260 KB
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) DI RUANG AGATE BAWAH RSU DOKTER SLAMET GARUT
Oleh : SANTI YULIAN KHGC.18047
PROGRM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES KARSA HUSADA GARUT 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN GASTROENTERITIS AKUT (GEA) I.
Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi Penyakit Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah, serta ketidaknyamanan abdomen (Muttaqin, 2011). Gastroenteritis
atau
diare
adalah
penyakit
yang
ditandai
dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair), dengan/tanpa darah dan/atau lendir (Sudaryat, 2007). Gastroenteritis atau diare merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak seperti biasanya, dimulai dengan peningkatan volume, keenceran serta frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah (Hidayat, 2006). Dapat disimpulkan Gastroenterits atau diare akut adalah inflamasi lambung dan usus yang disebabkan oleh berbagai bakteri, virus, dan pathogen, yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (> 3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair). Diare juga dapat terjadi pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat dan pada neonatus lebih dari 4 kali sehari dengan atau tanpa lendir dan darah. B. Etiologi Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis sangat beragam , antara lain sebagai berikut : 1.
Faktor infeksi :
a.
Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum (enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella, V.Cholera, dan clostridium).
b.
Infeksi berbagai macam virus : enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan rotavirus. Penyebab diare terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
c.
Jamur : candida
d.
Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
2.
Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
a.
Alergi makanan, misal susu, protein
b.
Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
c.
Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
d.
Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
e.
Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
f.
Emosional atau stress
g.
Obstruksi usus
C. Tanda dan Gejala Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus gastroenteritis, antara lain : 1.
Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
2.
Suhu badan meningkat
3.
Nafsu makan berkurang atau tidak ada
4.
Timbul diare
5.
Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lender
6.
Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
7.
Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
8.
Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering
9.
Berat badan menurun
10. Pucat, lemah
D. Patofisiologi dan Pohon Masalah Diare adalah peningkatan keenceran dan frekuensi tinja. Diare dapat terjadi akibat adanya makanan / zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare. Hal ini disebut diare osmotik atau karena iritasi saluran cerna. Penyebab tersering iritasi adalah infeksi virus atau bakteri di usus halus distal atau usus besar. Iritasi usus oleh suatu pathogen mempengaruhi lapisan mukosa usus sehingga terjadi peningkatan produk-produk sekretorik, termasuk mukus. Iritasi oleh mikroba juga mempengaruhi lapisan otot sehingga terjadi peningkatan motilitas. Peningkatan motilitas menyebabkan banyak air dan elektrolit terbuang karena waktu yang tersedia untuk penyerapan zat-zat tersebut di kolon berkurang. Individu yang mengalami diare berat dapat meninggal akibat syok hipovolemik dan kelainan elektrolit. Selain itu diare dapat terjadi akibat rangsangan tertentu misalnya toksin, yang dikeluarkan oleh bakteri adalah contoh dari bahan yang sangat merangsang. Motilitas secara langsung menyebabkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus besar, sehingga unsur-unsur plasma yang penting ini terbuang dalam jumlah besar. Diare juga dapat disebabkan oleh faktor psikologis, misalnya ketakutan atau jenis-jenis stress tertentu, yang diperantarai oleh stimulasi usus oleh saraf parasimpatis.
E. Komplikasi Akibat diare dan kehilangan cairan dan elektrolit dapat terjadi berbagai komplikasi, sebagai berikut : a. Dehidrasi Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia. Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah air kecil dengan warna urine gelap, tidak mampu berkeringat dan perubahan ortostatik. b. Syok hipovolemik Syok yang terjadi karena penurunan abnormal volume cairan sirkulasi (plasma dalam tubuh). c. Kejang d. Bakterimia e. Malnutrisi f. Hipoglikemia g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus. h. Kematian Bila diare tidak ditangani dengan cepat dan tepat maka dapat menimbulkan kematian. F. Pemeriksaan Diagnostik 1.
Pemeriksaan darah tepi lengkap
2.
Pemeriksaan urine lengkap
3.
Pemeriksaan tinja lengkap dan biakan tinja dari colok dubur
4.
Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi sistemik
5.
Pemeriksaan sediaan darah malaria serta serologi Helicobacter Jejuni sangat dianjurkan
6.
Duodenal intubation untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif tentang pada diare kronik.
7.
Pemeriksaan darah 5 darah perifer lengkap, analisis gas darah (GDA) & elektrolit (Na, K, Ca, dan P serum yang diare disertai kejang)
8.
Pemeriksaan tinja - makroskopik dan mikroskopik - pH, dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet clinitest, bila diduga terdapat intoleransi laktosa - bila pedu dilakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi (culture dan sensitivity test)
9.
Pemeriksaan analisa gas darah
10. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal 11. Pemeriksaan serum elektrolit terutama kadar natrium, kalium, calsium dan fosfor (terutama pada penderita diare yang disertai kejang) 12. Pemeriksaan kadar glukosa darah bila terdapat tanda-tanda hipoglikemia G. Penatalaksanaan Medis 1.
Medis Dasar pengobatan diare adalah: a.
Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Cairan oralit yang dianjurkan oleh WHO-ORS, tiap 1 liter mengandung Osmolalitas 333 mOsm/L, Karbohidrat 20 g/L, Kalori 85 cal/L. Elektrolit yang dikandung meliputi sodium 90 mEq/L, potassium 20 mEq/L, Chloride 80 mEq/L, bikarbonat 30 mEq/L (Dipiro et.al., 2005). Ada beberapa cairan rehidrasi oral: a) Cairan rehidrasi oral yang mengandung NaCl, KCL, NaHCO3 dan glukosa, yang dikenal dengan nama oralit. b) Cairan rehidrasi oral yang tidak mengandung komponen-komponen di atas misalnya: larutan gula, air tajin, cairan-cairan yang tersedia di rumah dan lain-lain, disebut CRO tidak lengkap
2) Cairan parentral Cairan Ringer Laktat sebagai cairan rehidrasi parenteral tunggal. Selama pemberian cairan parenteral ini, setiap jam perlu dilakukan evaluasi: a) Jumlah cairan yang keluar bersama tinja dan muntah b) Perubahan tanda-tanda dehidrasi (Suharyono, dkk., 1994 dalam Wicaksana, 2011). b.
Pengobatan Antibiotik Pemberian antibotik secara empiris jarang diindikasikan pada diare akut infeksi, karena 40% kasus diare infeksi sembuh kurang dari 3 hari tanpa pemberian anti biotik. Pemberian antibiotik di indikasikan pada : Pasien dengan gejala dan tanda diare infeksi seperti demam, feses berdarah,, leukosit pada feses, mengurangi ekskresi dan kontaminasi lingkungan, persisten atau penyelamatan jiwa pada diare infeksi, diare pada pelancong, dan
pasien
immunocompromised.
Contoh
antibiotic
untuk
diare
Ciprofloksasin 500mg oral (2x sehari, 3 – 5 hari), Tetrasiklin 500 mg (oral 4x sehari, 3 hari), Doksisiklin 300mg (Oral, dosis tunggal), Ciprofloksacin 500mg, Metronidazole 250-500 mg (4xsehari, 7-14 hari, 7-14 hari oral atauIV). II.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi : 1.
Identitas Pasien
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama BAB lebih dari 3 kali
b.
Riwayat Penyakit Sekarang BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
c.
Riwayat Penyakit Dahulu Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
d.
Riwayat Kesehatan Keluarga Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
e.
Riwayat Kesehatan Lingkungan Penyimpanan
makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal. f.
Riwayat Nutrisi Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
3.
Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
a.
Bernafas Kaji pernafasan pasien. Kaji apakah pasien mengalami kesulitan saat bernafas
b.
Makan dan Minum Perlu ditanyakan kebiasaan makan dan minum sebelum dan selama MRS. Kebiasaan : pola makan, frekuensi, jenis. Perubahan :setelah di rumah sakit
c.
Eliminasi
1) BAK Kebiasaan : frekuensi, warna, bau. Perubahan setelah sakit 2)
BAB Kebiasaan : frekuensi, warna, konsistensi. Perubahan setelah sakit.
d.
Gerak dan Aktivitas Kaji gerak dan aktivitas pasien selama berada di RS
e.
Istirahat dan tidur Kebiasaan : kaji kebiasaan istirahat tidur pasien
Perubahan setelah sakit f.
Kebersihan Diri Kaji bagaimana toiletingnya pasien.
g.
Pengaturan suhu tubuh Cek suhu tubuh pasien, normal(36°-37°C), pireksia/demam(38°-40°C), hiperpireksia=40°C< ataupun hipertermi 3
Bab sering dengan
kali
konsistensi encer
-
Suhu
tubuh
meningkat -
Frekuensi meningkat
Cairan yang keluar nadi
banyak Dehidrasi Kekurangan volume cairan
Kekurangan cairan
volume
3
DS : -
Diare
DO :
Inflamasi saluran
-
Suhu tubuh diatas
pencernaan
nilai normal
Agen pirogenic
-
Kulit merah
Suhu tubuh meningkaat
-
Kejang
-
Takikardi
-
Takipnea
Hipertermia
- Kulit terasa hangat DS : 4
-
Klien
mengatakan
nyeri perut Klien
tampak
Dire
Klien
tampak
Pengeluaran mediator inflamasi : prostaglandin
Frekuensi
nadi
& bradikinin
meningkat
Berikatan dengan
-
Sulit tidur
nociceptor
-
Tekanan
darah
meningkat -
Nafsu
Nyeri Akut
Iritasi usus halus
gelisah -
Hiperperistaltik usus menyerap makanan
meringis -
GEA Usus tidak dapat
DO ; -
Hipertermia
Nociceptor nyeri meningkat
makan
Nyeri akut
berubah -
Berfokus pada diri
sendiri DS : 5
-
Klien
Makanan mengeluh
tidak nafsu makan -
Klien
mengeluh
nyeri abdomen DO : -
Berat
Toksin tidak dapat diabsorpsi Hiperperistaltik Kemampuan absorpsi menurun
badan
Inflamasi saluran
Ketidakseimbangan nutrisis kurang dari kebutuhan tubuh
menurun -
pencernaan
Bising
usus
Mual dan muntah
hiperaktif -
Otot
Anoreksia
pengunyah
lemah
Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
-
Otot menelan lemah
-
Membran
kebutuhan tubuh
mukosa
pucat -
Rambut
rontok
berlebihan -
C.
Diare
Diagnosis Keperawatan 1.
Diare berhubungan dengan inflamasi, iritasi/malabsorbsi usus adanya toksin/ penyempitan segmental.
2.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien, status hipermetabolik.
3.
Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
4.
Nyeri akut berhubungan dengan hiperperistaltik, diare lama, iritasi kulit atau jaringan, eksoriasi fisura perirektal, fistula
5.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan gangguan absorbsi nutrien status hipermetabolik.
D.
Perencanaan Keperawatan No Diagnosa 1 Diare
Tujuan Setelah dilakukan
Intervensi Manajemen Diare
Rasional Observasi :
berhubungan
tindakan keperawat
Observasi :
1. Untuk
dengan
selama 3x24 jam,
1. Identifikasi
inflamasi,
diare dapat diatasi
penyebab diare
membedakan penyakit
iritasi/malabsor
dengan kriteria hasil :
2. Identifikasi
2. Untuk
bsi usus adanya - Melaporkan
riwayat
mengetahui
toksin/
penurunan
pemberian
penyebab diare
penyempitan
frekuensi defekasi
makan
segmental
- Mengatakan
3. Monitor warna,
bahwa konstipasi
volume,
feses sudah normal
frekuensi, dan
- Nyeri abdomen menurun - Warna feses menjadi normal - Tidak ada mual
konsistensi tinja 4. Monitor tandatanda dan gejala hypovolemia
3. Untuk mengidentifikasi perubahan feses 4. Untuk mencegah terjadinya kekurangan volume cairan 5. Untuk membantu
Terapeutik :
pemenuhan
5. Berikan asupan
cairan
cairan oral 6. Berikan cairan intravena Edukasi : 7. Anjurkan makanan porsi kecil dan sering
6. Untuk mncegah terjadinya dehidrasi 7. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi 8. Membantu mengatasi diare
secara bertahap Kolaborasi : 8. Kolaborasi dengan dokter 2
Kekurangan
Setelah dilakukan
pemberian obat Manajemen
volume cairan
tindakan keperawatan
Hipovilemia
dan
b.d gangguan
selama 3x24 jam,
Observasi :
penurunan
1. Periksa tanda
volume
absorbs nutrien, diharapkan dapat
1. Mengidentifikasi mengelola cairan
status
mempertahankan
dan gejala
intravaskuler
hipermetabolik
volume cairan
hipovolemia
adekuat, dengan
(frekuensi nadi
menganalisis
kriteria hasil :
meningkat, nadi
keseimbangan
2. Membantu dalam
1. Membran mukosa
teraba lemah,
cairan dan drajat
tekanan darah
kekurangan
2. Turgor kulit elastis
menurun,
cairan
3. Tanda-tanda vital
tekanan nadi
3. Untuk
menyempi,
4. Untuk menggati
mulut lembab
stabil 4. Keseimbangan
turgor kulit
kehilangan
intake dan output
menurun,
cairan
cairan
membran mukosa kering, haus, lemah) 2. Monitor intake dan output cairan 3. Kaji TTV
5. Menggati cairan yang hilang 6. Untuk mempertahankan sirkulasi darah 7. Membantu
Terapeutik :
kebutuhan cairan
4. Berikan asupan
dalam tubuh
cairan oral Edukasi : 5. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral 6. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak Kolaborasi : 7. Kolaborasi pemberian cairan IV (mis NaCl, RL, Glukosa 2,5%) 3
Hipertermi
Setelah dilakukan
berhubungan
tindakan keperawatan
Manajemen Hipertermia
1. Mengidentifikasi penyebab
Observasi : 1. Identifikasi diharapkan suhu penyebab hipertermia (mis. tubuh menjadi normal dehidrasi, dengan kriteria hasil : terpapar lingkungan - Menggigil panasm berkurang penggunaan - Warna kulit normal incubator) - Kejang berkurang 2. Monitor suhu - Tidak pucat tubuh - Frekuensi 3. Monitor pernapasan normal komplikasi akibat hipertermia - Denyut nadi dalam Terapeutik : batas normal - Suhu tubuh dalam 4. Longgarkan atau lepaskan pakaian batas normal 5. Berikan cairan - Tekanan darah oral dalam batas normal 6. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hiperhidrosis (keringat berlebih) 7. Lakukan pendinginan eksternal (mis. selimut hipotermia atau kompres pada dahi, leher, dada. Abdomen, aksila) Edukasi : 8. Anjurkan tirah baring Kolaborasi : 9. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
dengan proses selama 3x24 jam, inflamasi
4
hipertermi 2. Untuk mengontrol kenaikan atau penurunan suhu tubuh 3. Untuk mencegah komplikasi 4. Proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat 5. Untuk mencegah terjadinya dehidrasi 6. Untuk membuat klien nyaman 7. Perpindahan panas secara konduksi 8. Untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses penyembuhan 9. Untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit 1. Mengetahui
Nyeri akut
Setelah dilakukan
Manajemen nyeri
berhubungan
tindakan keperwatan
Observasi :
seberapa
dengan
selama 3x24 jam,
1. Identifikasi
nyeri
hiperperistaltik,
diiharapkan nyeri
lokasi,
diare lama,
akut dapat teratasi
karakteristik,
berat
yang
rasakan 2. Mengetahui
di
iritasi kulit atau jaringan, eksoriasi fisura
dengan kriteria hasil : 1. Keluhan nyeri berkurang
perirektal,
2. Tidak ada mual
fistula
3. Nyeri terkontrol 4. Frekuensi BAB berkurang 5. Tampak tenang
duasi, frekuensi, kualitas,
tingkat nyeri 3. Untuk
intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri
mengetahui cara mengatasi nyeri 4. Untuk
3. Identifikasi factor
memberikan rasa yang
rileks
memperberat dan 5. Untuk memperingan
mengontrol
nyeri
membuat
Terapeutik : 4. Berikan
nyaman Teknik
nonfarmakologis (mis
dan
TENS,
lingkungan 6. Untuk memberikan
hypnosis,
informasi
akupresure,
meredakan nyeri
terapi
cara
music, 7. Untuk
biofeedback,
memberikan rasa
terapi
rileks
pijat,
aromaterapi) 5. Control
dan
nyaman 8. Untuk
lingkungan yang
mengurangi rasa
memperberat
nyeri
rasa nyeri (mis suhu
ruangan,
pencahayaan, kebisingan) Edukasi : 6. Jelaskan strategi meredakan nyeri 7. Ajarkan
teknik
nonfarmakologis
Kolaborasi : 8. Kolaborasi pemberian analgetik 5
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pemenuhan nutrisi seimbang kembali dengan kriteria hasil : Status Nutrisi
Frekuensi makan normal gangguan - Nafsu makan membaik absorbsi nutrien - Bising usus dalam status batas normal hipermetabolik - Tidak ada diare - Meningkatnya verbalisasi keinginan untuk meningkatkan nutrisi - Sikap terhadap makanan / minuman baik sesuai dengan tujuan kesehatan dengan
Manajemen nutrisi Observasi : 1. Identifikasi status nutrisi 2. Identifikasi alergi dan intoleransi makanan 3. Identifikasi makanan yang disukai 4. Monitor asupan makanan 5. Monitor berat badan Terapeutik : 6. Lakukan oral hygiene sebelum makan 7. Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai Edukasi : 8. Anjurkan makan sedikit tapi sering Kolaborasi : 9. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan jika perlu
1. Untuk mengetahui drajat kekurangan nutris 2. Untuk mencegah alergi yang disebabkan oleh makanan 3. Untuk menambah nafsu makan 4. Untuk mengetahui keseimbangan nutrisi 5. Untuk mengetahui penurunan atau bertambahnya BB 6. Untu membantu membunuh mikroorganisme di dalam mulut 7. Untuk menambah nafsu makan 8. Meminimalkan
mual muntah 9. Untuk memberikan diit sesuai kebutuhan pasien
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.A.A. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika Muttaqin, Arif. 2011.Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi asuhan keperawatan Medikal Bedah. Jakata : Salemba Medika Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI).Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI. Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat Sodikin. 2011.Asuhan Keperawatan Anak : Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Jakarta : Salemba Medika Sudaryat, 2007. Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta : Sagung Seto Suriadi dan Yuliani, Rita. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak.Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto