Laporan Pendahuluan Hipertermi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK KLINIK KEBUTUHAN DASAR MANUSIA HIPERTERMI



PENYUSUN : SARAS RATRI NURHIDAYATI 202114128



UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS 2021/2022



BAB I TINJAUAN TEORI



HIPERTERMI KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA



A. KONSEP FISIOLOGI Demam terjadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen. Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari pirogen eksogen adalah produk mikroorganisme seperti toksin atau mikroorganisme seutuhnya. Salah satu pirogen eksogen klasik adalah endotoksin lipopolisakarida yang dihasilkan oleh bakteri gram negatif. Jenis lain dari pirogen adalah pirogen endogen yang merupakan pirogen yang berasal dari dalam tubuh pasien. Contoh dari pirogen endogen antara lain IL-1, IL-6, TNF-a, dan IFN. Sumber dari pirogen endogen ini pada umumnya adalah monosit, neutrofil, dan limfosit walaupun sel lain juga dapat mengeluarkan pirogen endogen jika terstimulasi, Proses terjadinya demam dimulai dari stimulasi sel-sel darah putih (monosit, limfosit, dan neutrofil) oleh pirogen eksogen baik berupa toksin, mediator inflamasi, atau reaksi imun. Sel-sel darah putih tersebut akan mengeluarkan zat kimia yang dikenal dengan pirogen endogen (IL-1, IL-6, TNF-a, dan IFN). Pirogen eksogen dan pirogen endogen akan merangsang. Prostaglandin yang terbentuk kemudian akan meningkatkan patokan termostat di pusat termoregulasi hipotalamus. Hipotalamus akan menganggap suhu sekarang lebih rendah dari suhu patokan yang baru sehingga ini memicu mekanisme-mekanisme untuk meningkatkan panas antara lain menggigil, vasokonstriksi kulit dan mekanisme volunter seperti memakai selimut. Sehingga akan terjadi peningkatan produksi panas dan penurunan pengurangan panas yang pada akhirnya akan menyebabkan suhu tubuh naik ke patokan yang baru tersebut. Demam memiliki tiga fase yaitu: fase kedinginan, fase demam, dan fase kemerahan. Fase pertama yaitu fase kedinginan merupakan fase peningkatan suhu tubuh yang ditandai dengan vasokonstriksi pembuluh darah dan peningkatan aktivitas otot yang berusaha untuk memproduksi panas sehingga tubuh akan merasa kedinginan dan menggigil. Fase kedua yaitu fase demam merupakan fase keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas di titik patokan suhu yang sudah meningkat. Fase ketiga yaitu fase kemerahan merupakan fase penurunan suhu yang ditandai dengan vasodilatasi pembuluh darah dan berkeringat yang berusaha untuk menghilangkan panas sehingga tubuh akan berwarna kemerahan ( Dewi, 2017). B. DEFINISI Hipertemi merupakan suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh ( SDKI, 2016 ). Hipertermi adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh melebihi titik tetap (set poin) lebih dari 370C, yang biasanya diakibatkan oleh kondisi tubuh eksternal atau internal yang menciptakan lebih banyak panas daripada yang dapat dikeluarkan oleh tubuh. Demam (hipertermi) adalah suatu keadaan dimana suhu tubuh lebih tinggi dari biasanya dan merupakan gejala dari suatu penyakit. ( Taribuka et al., 2020).



C. KARAKTERISTIK Menurut SDKI ( 2016 ) Gejala dan tanda : a) suhu tubuh lebih dari 37,90C oral atau 38,80C rektal b) Kukit merah c) Kejang d) Takikardi e) Takipnea f) Kulit terasa hangat D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI Menurut Mawadahnur, dkk (2021 ) faktor-faktor yang mempengaruhi : a) Umur, pada bayi baru lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuhnya belum sempurna. Oleh karena itu suhu tubuh bayi sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan dan harus dilindungi dari perubahan-perubahan suhu yang ekstrem, b) Jenis kelamin, jenis kelamin dapat mempengaruhi suhu tubuh, misalnya terdapat peningkatan suhu tubuh sebesar 0,3 – 0,50C pada wanita yang sedang mengalami ovulasi. Hal tersebut karena selama ovulasi terjadi peningkatan hormon progesteron. Hormon progesteron meningkatkan basal metabolisme rate, c) Emosi, keadaan emosi dan perilaku yang berlebihan dapat mempengaruhi suhu tubuh. Peningkatan emosi dapat meningkatkan suhu tubuh. Pada orang yang apatis, depresi dapat menurunkan produksi panas sehingga suhu tubuh pun dapat menurun, d) Aktivitas fisik, suhu tubuh dapat meningkat sebagai hasil dari aktivitas fisik seperti olahraga. Olahraga dapat meningkatkan metabolisme sel sehingga produksi panas pun meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan suhu tubuh, e) Lingkungan juga dapat mempengaruhi suhu tubuh seseorang. Lingkungan yang suhunya panas dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh. E. TAHAPAN-TAHAPAN Menurut Pratmawati (2019) Fase-fase hipertermia : a) Fase I: awal 1) Peningkatan denyut nadi 2) Peningkatan kecepatan dan kedalaman pernafasan 3) Menggigil akibat stres dan kontraksi obat 4) Kulit pucat dan dingin karena vasokontriksi 5) Merasakan sensasi dingin 6) Dasar kuku mengalami sianosis karena vasokontriksi 7) Rambut kulit berdiri 8) Keluaran keringat berlebih 9) Peningkatan suhu tubuh b) Fase II: proses demam 1) Proses pendinginan menghilang



2) Kulit terasa hangat / panas 3) Merasa tidak panas / dingin 4) Peningkatan nadi dan laju pemafasan 5) Peningkatan rasa haus 6) Dehidrasi ringan sampai berat 7) Mengantuk, delirium / kejang akibat iritasi sel saraf 8) Lesi mulut herpetik 9) Kehilangan nafsu makan 10) Kelemahan, keletihan dan nyeri ringan pada otot akibat katabolisme protein c) Fase III: pemulihan 1) tampak kulit merah dan hangat 2) Berkeringat 3) Menggigil ringan 4) mengalami dehidrasi F. MASALAH ATAU GANGGUAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA Menurut Hidayat dan Uliyah (2015) gangguan kebutuhan dasar manusia : 1) Masalah personal hyegiene 2) Masalah kebutuhan eliminasi 3) Masalah kebutuhan aktivitas 4) Masalah istirahat dan tidur 5) Masalah kebutuhan dan kenyamanan 6) Masalah kebutuhan cairan dan elektrolit G. PENGKAJIAN Menurut Rusdianto, dkk (2016) pengkajian : a. Identitas klien Identitas pasien dan identitas penanggung jawab b. Keluhan utama Keluhan yang paling dirasakan pasien c. Riwayat penyakit sekarang d. Keadaan umum pasien : TTV, suhu, Nadi, RR e. Pemeriksaan fisik 1) Sistem pernafasan 2) Sistem pencernaan 3) Sistem perkemihan 4) Sistem integumen dan muskuloskeketal



H. DIAGNOSA Menurut SDKI (2016) : 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit



2. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis 3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan I. INTERVENSI Diagnosa Hipertermi berhubunga n dengan proses penyakit



Tujuan Intervensi Setelah dilakukan tindakan 3x4 jam, 1. Monitor TTV diharapkan hipertermi pasien dapat 2. Berikan kompres air teratasi dengan kriteria hasil : hangat 1. Suhu tubuh menurun kembali 3. Ajarkan tirah baring normal 37 4. Kolaborasikan dengan 2. Nadi dan RR dalam rentang dokter pemberian obat, normal cairan dan elektrolit 3. Suhu kulit membaik kembali normal 4. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan 3x4 jam, 1. Monitor ttv berhubunga diharapkan nyeri akut pasien dapat 2. Observasi nyeri n dengan teratasi dengan kriteria hasil : 3. Berikan fasilitas agen cidera 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu istirahat dan tidur untuk fisiologis penyebab nyeri, mampu mengurangi nyeri menggunakan tehnik 4. Ajarkan tehnik nonfarmakologi untuk nonfarmakologi (tarik megurangi nyeri nafas dalam, relaksasi) 2. Nyeri berkurang menjadi skala 5. Kolaborasikan dengan 2 dokter pemberian analgetik. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam, 1. Identifikasi kemampuan untuk aktivitas diharapkan intoleransi aktivitas pasien beraktivitas berhubunga dapat teratasi dengan kriteria hasil : 2. Libatkan keluarga n dengan 1. Mampu melakukan aktivitas dalam aktivitas kelemahan sehari-hari secara mandiri 3. Ajarkan cara 2. Keseimbangan aktivitas dan melakukan aktivitas istirahat yang di inginkan Kolaborasikan dengan terapis okupasi dalam merencanakan program aktivitas



DAFTAR PUSTAKA



Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1. Cetakan III : DPP PPNI Dewi. E. K, 2017. Asuhan Kperawatan Pada Klien Demam Tipoid Dengan Gangguan Hipertermi di Ruang Melati Rumah Sakit Umum Daerah Bangil Pasuruan. Karya Tulis Ilmiah. Taribuka. N, Rochmaedah. S, & Silawane. I, 2020. Gambaran Pengetahuan dan Penatalaksaan Ibu Dalam Menangani Hipertermi pada Balita di Wilayah kerja Puskesmas



Perawatan Haria Keacamatan Saparua Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2020. Lobal Health Science. Volume 5 ISSN 2503-5088. Mawadahnur. I, Immawati, Dewi. T. K, 2021. Penerapan Pemberian Tapid Sponge Bath Untuk Mengatasi Masalah Keperswtan Hipertermia pada Anak Toodler (1-3 Tahun). Jurnal Cendikia Muda. Volume 1, Nomor 2, ISSN 2807-3649. Hidayat. A.A & Uliyah. M, 2015. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika.