Laporan Seminar Kasus [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN SEMINAR KASUS ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PADA NY. S USIA 37 TAHUN G2P1Ab0Ah1 USIA KEHAMILAN 36+4 MINGGU DENGAN PRE EKLAMSIA DI POLI KANDUNGAN, RSUD SLEMAN TAHUN 2021



Disusun Oleh : LAILYA NUR ISTIQOMAH P07124219040



SARJANA TERAPAN KEBIDANAN SEMESTER V POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN YOGYAKARTA TAHUN 2021



HALAMAN PERSETUJUAN Laporan Seminar Kasus Patologis Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny. S Usia 37 Tahun G2P1Ab0Ah1 Usia Kehamilan 36+4 Minggu dengan Pre eklamsia di Poli Kandungan, RSUD Sleman Tahun 2021 Telah Mendapatkan Persetujuan Pada Tanggal :



Menyetujui Pembimbing Akademik



Pembimbing Lahan



NurDjanah, SST. M.Kes



Riyanti, S.ST



NIP.



NIP. 196502101994032011



2



HALAMAN PENGESAHAN Laporan Seminar Kasus Patologis Asuhan Kebidanan Kehamilan Pada Ny. S Usia 37 Tahun G2P1Ab0Ah1 Usia Kehamilan 36+4 Minggu dengan Pre eklamsia di Poli Kandungan, RSUD Sleman Tahun 2021 Telah Disahkan Pada Tanggal :



Mengesahkan Pembimbing Akademik



Pembimbing Lahan



NurDjanah, SST, M.Kes



Riyanti, S.ST



NIP.



NIP. 196502101994032011



Mengetahui, Ketua Jurusan Kebidanan



Dr. Yuni Kusmiyati, SST, MPH NIP. 197606202002122001



3



KATA PENGANTAR Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih atas bimbingan dan dukungan yang diberikan dalam penyusunan laporan ini kepada: 1. Dr. Yuni Kusmiyati, SST., MPH, selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Seminar Kasus Praktik Kebidanan Patologis ini. 2. Yuliasti Eka Purnamaningrum, S.ST., M.PH., selaku Ketua Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Seminar Kasus Praktik Kebidanan Patologis ini. 3. Wafi Nur Muslihatun, S.SiT, M. Kes (Epid) selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam meyusun Laporan Seminar Kasus Praktik Kebidanan Patologis ini. 4. Riyanti, S.ST selaku Pembimbing Lahan yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyusun Laporan Seminar Kasus Praktik Kebidanan Patologis ini. 5. Ny. N yang telah bersedia menjadi klien dalam seminar kasus praktik kebidanan kegawatdaruratan. 6. Teman-teman



dan



semua



pihak



telah



memberikan



motivasi



untuk



menyelesaikan laporan ini. Kami menyadari bahwa dalam menyusun laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya laporan ini. Kami juga berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi kami sebagai penyusun.



Sleman, 03 Oktober 2021 Penyusun



4



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………………………. i HALAMAN PERSETUJUAN………………………………………………………………ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………………… iii KATA PENGANTAR……………………………………………………………………… iv DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………v BAB I…………………………………………………………………………………………1 A.



Latar Belakang……………………………………………………………………...1



B.



Tujuan………………………………………………………………………………. 2



C.



Manfaat……………………………………………………………………………... 3



BAB II……………………………………………………………………………………….. 4 A.



Kegawatdaruratan Maternal……………………………………………………… 4



B.



Konsep Dasar Post Date…………………………………………………………. 6



C.



Konsep Jarak Kehamilan Terlalu Dekat……………………………………….. 11



D.



Metode Kontrasepsi……………………………………………………………… 13



E.



ASI…………………………………………………………………………………. 17



F.



Stimulasi Puting Payudara……………………………………………………….19



BAB III……………………………………………………………………………………... 20 A.



Tinjauan Kasus…………………………………………………………………… 20



B.



Pembahasan ………………………………………………………………………33



BAB IV……………………………………………………………………………………...35 A.



Kesimpulan……………………………………………………………………… 35



B.



Saran……………………………………………………………………………….35



DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………36



5



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Preeklampsia merupakan komplikasi kehamilan dan persalinan yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, proteinuria dan oedema, yang kadang-kadang disertai dengan komplikasi koma. Gejala dari preeklampsia seperti hipertensi, oedema dan proteinuria sering tidak diperhatikan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat timbul menjadi preeklampsi berat, bahkan eklampsia (Prawihardjo S, 2014: 532). Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk menetukan gejala preeklampsia mana yang timbul lebih dahulu. Secara teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeklampsia ialah oedema, hipertensi, dan terakhir proteinuria merupakan gejala yang paling penting. Namun sayangnya penderita sering kali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrum, maka penyakit ini sudah cukup lanjut (Sarwono, 2014). Gejala preeklampsia dapat dicegah dan dideteksi secara dini. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan secara rutin mencari tanda-tanda preeklampsia, sangat penting dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia. Ibu hamil yang



mengalami



preeklampsia



berat



perlu



ditangani



dengan



segera.



Penanganan ini dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak (Prawihardjo S, 2014: 543).



Status gizi merupakan salah salah satu status kesehatan yang mempengaruhi kejadian preeklampsia selain riwayat penyakit-penyakit yang 6



terkait (preeklampsia, hipertensi, dan diabetes melitus). Ibu hamil yang mengalami obesitas beresiko lebih besar mengalami preeklampsia. Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja jantung lebih berat. Semakin gemuk seseorang maka semakin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung sehingga dapat meyebabkan terjadinya preeklampsia. Selain itu faktor kecemasan juga menjadi pemicu terjadinya preeklampsia dimana kecemasan dapat mengakibatkan gangguan seperti meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung (Dyah Ayu Wulandari, 2016:17). Dampak preeklampsia pada ibu hamil yaitu terjadi kerusakan organ-organ tubuh seperti, sistem saraf pusat, perdarahan intrakranial, gagal jantung, gagal ginjal, gangguan fungsi hati dan edema paru, sedangkan pada janin ialah intrauterine fetal growth restriction, solusio plasenta, prematur, sindroma distress, kematian janin, perdarahan intraventikular, kematian janin, dan kematian maternal (Sarwono, 2014:550). Insiden preeklampsia di Negara berkembang sekitar 1,8%-18%. Preeklampsia dan eklampsia menempati urutan kedua sebagai penyebab kematian di Indonesia dengan presentasi sebesar 26,9% pada tahun 2012 dan meningkat kembali pada tahun 2013 yaitu sebanyak 27,1%. (Depkes RI, 2015). Kematian ibu terjadi akibat berbagai komplikasi dalam kehamilan, 7



persalinan atau periode setelah melahirkan. Komplikasi tersebut disebabkan oleh penyakit langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung terjadi akibat komplikasi obstetrik atau penyakit kronik yang menjadi lebih berat selama kehamilan. Penyebab langsung yang sering ditemui antara lain perdarahan, preeklampsia/eklampsia,dan infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung terjadi akibat penyakit yang telah ada sejak atau sebelum kehamilan atau penyakit yang timbul selama kehamilan seperti malaria dan anemia. (Sarwono, 2014). Data yang didapatkan menurut WHO pada tahun 2014 melaporkan bahwa Angka Kematian Ibu di dunia mencapai 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara yaitu 179.000 jiwa dan Asia Tenggara mencapai 16.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di Asia Tenggara yaitu Indonesia mencakup 214 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 170 per 100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per100.000 kelahiran hidup, Thailand 44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup dan Malasyia 39 per 100.000 kelahiran hidup. (WHO, 2014) Di Indonesia AKI tergolong masih tinggi dan merupakan masalah besar bagi pembangunan kesehatan Indonesia. Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) AKI tahun 2012 meningkata yaitu sebesar 350/100.000 kelahiran hidup dari 288/100.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia adalaha perdarahan, 39%, preeklampsia/eklampsia 24%, infeksi 8



7%, partus lama 5%, abortus 5% dan lainnya 33% (SDKI, 2012). Sedangkan di Negara maju, angka kejadian preeklampsia berkisar antara 6% - 7% (Kemenkes, 2014). * DATA YANG DI SLEMAN / YOGYAKARTA Pada umunya kehamilan akan berlangsung normal dan sering kali kehamilan berubah menjadi kehamilan patologi. Deteksi dini gejala dan tanda bahaya selama kehamilan merupakan upaya terbaik untuk mencegah terjadinya gangguan yang serius terhadap kehamilan ataupun keselamatan ibu hamil. Deteksi dini didapatkan dari pemeriksaan tekanan darah secara rutin pada saat pemeriksaan kehamilan (antenatal care). Karena itu pemeriksaan kehamilan rutin mutlak dilakukan agar preeklampsia dapat dideteksi lebih awal (Sarwono, 2014). Dari data-data yang ada diatas kejadian preeklampsia pada ibu hamil kadang meningkat dan kadang menurun namun dari angka kejadian tersebut dapat menjadi acuan bagi kita sebagai petugas tenaga kesehatan khsusunya seorang Bidan



yang



harus



mampu



mengurangi



sepenuhnya



angka



kejadian



preeklampsia. Karena dapat kita ketahui bahwa seorang ibu hamil yang mengalami preeklampsia berat akan beresiko mengalami kejang dan syok dan kadang berujung pada kematian apabila tidak mendapatkan penanganan yang cepat. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian tentang Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil dengan Preeklampsia. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa



dapat



mengetahui



cara



penanganan



serta



mengembangkan pola pikir dalam memberikan asuhan kebidanan pada Ny. N usia 27 tahun G4P3Ab0Ah3 usia kehamilan 40 +6 minggu dengan 9



kehamilan post date di RSUD Sleman sesuai dengan kompetensi dan wewenang bidan. 2. Tujuan Khusus 1) Mahasiswa dapat melaksanakan pengkajian kasus Ny. N dengan kehamilan post date. 2) Mahasiswa



dapat



mengidentifikasi



diagnosa/masalah



kebidanan



berdasarkan data subyektif dan data obyektif pada kasus Ny. N dengan kehamilan post date. 3) Mahasiswa dapat menentukan masalah potensial yang mungkin terjadi pada kasus Ny. N dengan kehamilan post date. 4) Mahasiswa mampu menentukan kebutuhan segera pada kasus kasus Ny. N dengan kehamilan post date. 5) Mahasiswa dapat merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada kasus Ny. N dengan kehamilan post date. 6) Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan untuk menangani kasus Ny. N dengan kehamilan post date. 7) Mahasiswa dapat melaksanakan evaluasi untuk menangani kasus Ny. N dengan kehamilan post date 8) Mahasiswa dapat melakukan pendokumentasian kasus Ny. N dengan kehamilan post date C. Manfaat 1. Bagi Mahasiswa a) Mahasiswa mampu melakukan dan dapat mengaplikasikan ilmu pengetahuan / teori dan pengalaman nyata / kasus dalam memberikan asuhan kebidanan pada kehamilan dengan post date. b) Menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam memperoleh kasus kehamilan dengan post date sehingga dapat menambah keterampilan. 2. Bagi Bidan Pelaksana Dapat memberikan asuhan kebidanan yang tepat, cepat dan komprehensif terutama pada kehamilan dengan post date. 3. Bagi Ibu hamil



10



Dapat memahami kondisi atau keadaan kehamilan ibu sendiri serta mengetahui anjuran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kegawatdaruratan Maternal 1. Pengertian a) Kegawatdaruratan Kegawatdaruratan adalah kejadian yang tidak diduga atau terjadi secara tiba-tiba, seringkali merupakan kejadian yang berbahaya. Kegawatdaruratan dapat didefinisikan sebagai situasi serius dan kadang berbahaya yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan membutuhkan tindakan segera guna menyelamatkan jiwa. b) Kegawatdaruratan Obstetri Kegawatdaruratan



obstetri



adalah



kondisi



kesehatan



yang



mengancam jiwa yang terjadi dalam kehamilan, selama atau sesudah persalinan. c) Kasus Gawat Darurat Obstetri Kasus obstetri yang apabila tidak segera ditangani akan berakibat fatal yaitu, kematian pada ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi penyebab utama kematian ibu, janin dan bayi baru lahir. 2. Jenis-jenis kegawatdaruratan maternal masa kehamilan a) Pada Kehamilan Muda : 1)



Abortus 11



2)



Kehamilan Ektopik Terganggu



3)



Mola Hidatidosa



b) Pada Kehamilan Lanjut 1)



Perdarahan antepartum (solutio plasenta dan plasenta previa)



2)



Pre Eklamsia/Eklamsia



3)



Kehamilan ganda



4)



Kelainan dalam lamanya kehamilan (prematur, postmatur, IUGR)



5)



Kelainan



air



ketuban



(ketuban



pecah



sebelum



waktunya,



polihidramnion, oligohidramnion) c) Syok obstetric



3. Pengkajian awal kasus kegawatdaruratan kebidanan secara tepat a)



Jalan nafas dan pernafasan Perhatikan adanya cyanosis, gawat nafas, lakukan pemeriksaan pada kulit: adakah pucat, suara paru: adakah wheezing, sirkulasi tanda tanda syok, kaji kulit (dingin), nadi (cepat >110 kali/menit dan lemah), tekanan darah (rendah, sistolik < 90 mmHg)



b)



Perdarahan pervaginam Bila ada perdarahan pervaginam, tanyakan : Apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, riwayat persalinan sebelumnya dan sekarang, bagaimana proses kelahiran plasenta, kaji kondisi vulva (jumlah darah yang keluar, plasenta tertahan), uterus (adakah atonia uteri), dan kondisi kandung kemih (apakah penuh).



c)



Klien tidak sadar/kejang Tanyakan pada keluarga, apakah ibu sedang hamil, usia kehamilan, periksa: tekanan darah (tinggi, diastolic > 90 mmHg), temperatur (lebih dari 380C)



d)



Demam yang berbahaya Tanyakan apakah ibu lemah, lethargic, sering nyeri saat berkemih. Periksa temperatur (lebih dari 390C), tingkat kesadaran, kaku kuduk, paru paru (pernafasan dangkal), abdomen (tegang), vulva (keluar cairan purulen), payudara bengkak. 12



e)



Nyeri abdomen Tanyakan Apakah ibu sedang hamil dan usia kehamilan. Periksa tekanan darah (rendah, sistolik < 90 mmHg), nadi (cepat, lebih dari 110 kali/ menit) temperatur (lebih dari 380C), uterus (status kehamilan).



f)



Perhatikan tanda-tanda berikut: Keluaran darah, adanya kontraksi uterus, pucat, lemah, pusing, sakit kepala, pandangan kabur, pecah ketuban, demam dan gawat nafas



4. Peran bidan pada kegawatdaruratan kebidanan Bidan mempunyai peranan penting dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu melalui kemampuannya untuk melakukan pengawasan, pertolongan pada ibu, pengawasan pada bayi baru lahir (neonatus), pada persalinan, ibu post partum serta mampu mengidentifikasi penyimpangan dari kehamilan dan persalinan normal dan melakukan penanganan yang tepat termasuk merujuk ke fasilitas pelayanan yang tepat. Pengenalan dan penanganan kasus-kasus yang gawat seharusnya mendapat prioritas utama dalam usaha menurunkan angka kesakitan serta angka kematian ibu, namun tentu saja pencegahan lebih baik daripada pengobatan. Dalam kegawatdaruratan, peran bidan antara lain: a) Melakukan pengenalan segera kondisi gawat darurat b) Stabilisasi



klein



(ibu),



dengan



oksigen,



terapi



cairan,



dan



medikamentosa dengan: 1)



Menjamin kelancaran jalan nafas, memperbaiki fungsi sistem respirasi dan sirkulasi



2)



Menghentikan perdarahan



3)



Mengganti cairan tubuh yang hilang



4)



Mengatasi nyeri dan kegelisahan



c) Ditempat kerja, menyiapkan sarana dan prasarana di kamar bersalin, yaitu: 1)



Menyiapkan radiant warmer/ lampu pemanas untuk mencegah kehilangan panas pada bayi



2)



Menyiapkan alat resusitasi kit untuk ibu dan bayi



3)



Menyiapkan alat pelindung diri 13



4)



Menyiapkan obat obatan emergensi



d) Memiliki keterampilan klinik, yaitu: 1)



Mampu melakukan resusitasi pada ibu dan bayi dengan peralatan yang berkesinambungan.



2)



Memahami



dan



mampu



melakukan



metode



efektif



dalam



pelayanan ibu dan bayi baru lahir, yang meliputi making pregnancy safer, safe motherhood, bonding attachment, inisiasi menyusu dini dan lain lainnya. B. Konsep Dasar Post Date Pada umumnya kehamilan berlangsung 40 minggu atau 280 hari yang dihitung dari hari pertama haid terakhir (HPHT). Akan tetapi, sekitar



7%



kehamilan dapat berlangsung lebih dari 42 minggu yang disebut dengan postdate. 1. Definisi Kehamilan post date atau disebut juga dengan istilah kehamilan postmatur,



postterm,



serotinus,



kehamilan



lewat



bulan,



prolonged



pregnancy atau extended pregnancy adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu atau 249 hari. 2. Etiologi Penyebab terjadinya kehamilan post date belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa teori yang mengemukakan penyebab kejadian kehamilan post date. Tetapi semua teori tersebut pada dasarnya mengarah bahwa kehamilan postdate merupakan akibat dari gangguan terhadap timbulnya persalinan. Beberapa teori etiologi kehamilan post date dijabarkan seperti berikut: a) Teori oksitosin Salah satu penyebab kehamilan post date diperkirakan karena kurangnya pelepasan oksitosin dari neurohipofisis ibu hamil pada saat kehamilan tua. Oksitosin merupakan hormon yang merangsang terjadinya kontraksi uterus yang merupakan salah satu tanda-tanda persalinan. Kurangnya hormon ini dalam tubuh ibu pada kehamilan tua diperkirakan dapat memperlambat terjadinya persalinan. b) Teori kortisol/ ACTH (Adrenocorticotropic Hormone) janin



14



Dimulainya persalinan diduga akibat peningkatan kadar kortisol plasma janin secara tiba-tiba. Hormon kortisol ini akan mempengaruhi plasenta dengan cara mengurangi produksi hormon progesteron dan meningkatkan produksi hormon estrogen yang kemudian akan mempengaruhi peningkatan hormon prostaglandin yang merangsang terjadinya persalinan. Pada kondisi tertentu, beberapa janin dapat mengakibatkan hormon kortisol tidak diproduksi dengan baik, yaitu pada janin yang memiliki cacat bawaan seperti anensefalus dan hipoplasia adrenal serta janin yang tidak memiliki kelenjar hipofisis. c) Pengaruh progesteron Penurunan kadar progesteron pada kehamilan tua dipercaya meningkatkan sensitivitas uterus terhadap hormon oksitosin. Turunnya kadar progesteron yang tidak terlalu banyak pada kehamilan tua diduga dapat menyebabkan kehamilan post date. d) Saraf uterus Kontraksi uterus pada kehamilan tua disebabkan oleh tekanan pada ganglion servikalis dari pleksus frankenhauser. Kurangnya tekanan pada ganglion diduga mengakibatkan kehamilan post date. Keadaan ini dapat terjadi karena kelainan letak janin, tali pusat pendek, atau bagian bawah janin belum masuk pintu atas panggul. 3. Faktor Risiko Beberapa faktor risiko pada ibu yang mempengaruhi terjadinya kehamilan post date antara lain: a)



Genetik Ibu yang memiliki riwayat kehamilan post date kemungkinan 1,3 kali lebih tinggi untuk mengalami kehamilan post date pada kehamilan berikutnya.



b)



Obesitas Ibu yang memiliki indeks massa tubuh tinggi lebih berisiko karena jaringan lemak pada wanita hamil memiliki hormon estrogen yang aktif lebih banyak, selain itu wanita gemuk juga mungkin memiliki status metabolism yang berubah sehingga ada kemungkinan faktor endokrin terlibat dalam mengubah inisiasi persalinan pada wanita gemuk.



c)



Umur 15



Dari segi biologis ibu hamil yang usianya kurang dari 20 tahun perkembangan alat-alat reproduksinya belum sempurna. Sedangkan ibu hamil pada usia lebih dari 35 tahun perkembangan alat-alat reproduksinya



sudah



mengalami



kemunduran.



Hal



ini



dapat



menyebabkan komplikasi yang abnormal seperti kehamilan post date. d)



Faktor psikologis Stress yang dialami ibu saat hamil juga dapat mempengaruhi perkembangan janin seperti cacat bawaan, serta kerentanan tidak timbulnya his.



e)



Paritas Pada multipara sering dijumpai kehamilan post date karena ibu hamil dengan paritas lebih dari 3 memiliki uterus yang sudah sering meregang sehingga uterus menjadi longgar dan menyebabkan kepala tidak cepat masuk ke pintu atas panggul sehingga kepala tidak menekan



fleksus



frankenhauser



yang



bisa



menimbulkan



his



rangsangan untuk terjadi kontraksi. 4. Diagnosis Penentuan diagnosis pada kehamilan post date berdasarkan data dari HPHT. Oleh karena itu, bidan harus memastikan HPHT dari ibu adalah benar. Jika ibu tidak mengetahui HPHTnya secara pasti, maka diagnosis bisa dilakukan melalui pemeriksaan tinggi fundus uteri, ultrasonografi atau radiologi. 5. Penatalaksanaan a)



Pastikan usia kehamilan Keakuratan usia kehamilan merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan diagnosa kehamilan post date.



b)



Pantau kesejahteraan janin Untuk mencegah terjadinya kematian neonatal harus selalu dilakukan pemantauan terhadap kesejahteraan janin dengan menggunakan USG atau NST (Non Stress Test)



c)



Pencegahan kehamilan post date Ibu yang hamil cukup bulan dianjurkan untuk melakukan hal-hal yang dapat



merangsang



persalinan



misalkan



dengan



cara



sering



16



berhubungan intim dengan pasangan tanpa kondom, sering berjalan kaki, dan melakukan stimulasi puting payudara d)



Tatalaksana Umum Menurut kemenkes RI (2016) tatalaksana untuk kehamilan post date adalah sebagai berikut: 1) Sedapat mungkin rujuk pasien ke rumah sakit 2) Apabila memungkinkan, tawarkan pilihan membrane sweeping antara usia kehamilan 38-41 minggu setelah berdiskusi mengenai risiko dan keuntungannya 3) Menawarkan induksi persalinan mulai dari usia kehamilan 41 minggu dengan syarat serviks sudah matang 4) Pemeriksaan antenatal untuk mengawasi kehamilan meliputi nonstress test dan pemeriksaan volume cairan amnion 5) Bila usia kehamilan telah mencapai 42 minggu, lahirkan bayi



e)



Pengelolaan selama persalinan Persalinan post date merupakan persalinan yang berbahaya bagi janin karena dapat mengancam jiwa. Setiap persalinan post date harus dilakukan dengan pengamatan yang ketat dan sebaiknya dilaksanakan di rumah sakit dengan pelayanan operatif dan perawatan neonatal yang memadai. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persalinan post date adalah sebagai berikut: 1) Pantau kontraksi uterus dan kesejahteraan janin selama proses persalinan 2) Hindari penggunaan obat penenang atau analgesik selama proses persalinan 3) Hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu 4) Persiapkan oksigen dan bedah sesar apabila sewaktu-waktu terjadi gawat janin 5) Cegah terjadinya aspirasi mekonium dengan cara mengusap wajah dan melakukan resusitasi segera setelah bayi lahir 6) Lakukan



pemeriksaan



terhadap



kemungkinan



hipoglikemia,



hypovolemia, hipotermia, dan polisitemia pada bayi baru lahir. 6. Komplikasi 17



Kehamilan post date dapat meningkatkan risiko kematian ibu dan anak. Beberapa komplikasi dari kehamilan postdate. Komplikasi terhadap bayi: a) Risiko 2 kali lebih tinggi mengalami kejadian anak lahir mati dan kematian neonatal dini b) Aspirasi meconium c) Insufisiensi utero-plasenta d) Infeksi intrauterine e) Makrosomia f)



Distosia bahu



g) Asfiksia Komplikasi terhadap ibu: a) Laserasi perineum parah b) Persalinan lama c) Perdarahan post partum d) Persalinan seksio sesarea e) Tromboemboli C. Konsep Jarak Kehamilan Terlalu Dekat Jarak kehamilan terlalu dekat merupakan jarak antara kehamilan satu dengan berikutnya kurang dari dua tahun (24 bulan). Beberapa hal penyebab terjadinya jarak kehamilan terlalu dekat yaitu karena ibu memang sengaja tidak menggunakan alat kontrasepsi, kegagalan dalam penggunaan alat kontrasepsi



sehingga



kehamilan



tidak



direncanakan,



dan



rendahnya



pengetahuan tentang kehamilan. Ibu hamil yang jarak kelahirannya dengan anak terkecil kurang dari dua tahun kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak tersebut masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya (Rochjati, 2011) Bahaya yang dapat terjadi pada ibu hamil yang jarak kelahirannya kurang dari 24 bulan antara lain: a)



Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu masih lemah Rahim ibu yang jarak kehamilannya terlalu dekat belum siap untuk menampung dan menjadi tempat tumbuh kembang janin yang baru. Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah perdarahan 18



sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan perubahan tanda vital seperti kesadaran menurun, pucat, limbung, berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi 100 kali permenit, maka penanganan harus segera dilakukan. (Prawirohardjo, 2011) b)



Bayi prematur/lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu Kelahiran prematur adalah kelahiran yang terjadi sebelum minggu ke-37 atau lebih awal dari hari perkiraan lahir. Kondisi ini terjadi ketika kontraksi rahim mengakibatkan terbukanya leher rahim (serviks), sehingga membuat janin memasuki jalan lahir. Jarak kehamilan yang terlalu dekat memberikan kehamilan sehingga



indikasi



meningkatkan



kurang risiko



siapnya



rahim untuk



terjadinya kelahiran



prematur. c)



Bayi dengan berat badan lahir rendah/ BBLR < 2500 gram Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir