Lianti LAPORAN PENDAHULUAN ANEMIA [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II DENGAN MASALAH ANEMIA DI RUANG BOUGENVIL I RSUD PROF DR.W.Z.JOHANNES KUPANG



OLEH: YOHANA JESICA DALIMAN YUBILIANTI,S.Tr.Kep NIM: PO 5303211211567 Pembimbing Institusi



Pembimbing Klinik



POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS AKT 03 TAHUN 2021/2022



A. Konsep Teori Anemia Anemia adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah yang sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Anemia adalah suatu kondisi di mana konsentrasi hemoglobin lebih rendah dari biasanya. Kondisi ini mencermin kan kurang nya jumlah normal eritrosit dalam sirkulasi. Akibat nya, jumlah oksigen yang di kirim ke jaringan tubuh juga berkurang (Sugeng Jitowiyono, 2018). Anemia adalah suatu kondisi konsetrasi hemoglobin kurang dari normal anemia merefleksikan jumlah eritrosit yang kurang dari normal di dalam sirkulasi. Akibatnya jumlah oksigen yang dihantarkan ke jaringan tubuh juga berkurang. Anemia bukan merupakan kondisi penyakit khusus melainkan suatu tanda adanya gangguan yang mendasari ( Brunner & Suddarth, 2015). B. Etiologi menurut ( Sugeng Jitowiyono, 2018 ) anemia bukanlah suatu kesatuan penyakit tersendiri,tetapi merupakan gejala berbagai macam penyakit dasar. Pada dasarnya anemia disebabkan oleh karena: 1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsung tulang. 2. Kehilangan darah keluar tubuh (perdarahan). 3. Proses penghacuran eritrosit oleh tubuh sebelum pada waktunya(hemolysis). Klasifikasi menurut etiopatogenesis: a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsung tulang 1. Kekurangan bahan esencial pembentukan eritrosit 



Anemia defisiensi besi







Anemia defisiensi asam folat







Anemia defisiensi vitamin b12



2. Gangguan pengguanaan (utilisasi) besi 



Anemia akibat penyakit kronik







Anemia sideroblastik



3. Kerusakan sumsum tulang 



Anemia aplastic







Anemia mieloptisik







Anemia pada keganasan hematologi







Anemia diseritripoietik







Anemia pada sindrom pada sindrom mielodisplastik



b. Anemia akibat hemoragi 1. Anemia pasca perdarahan akut 2. Anemia akibat perdarahan kronik c. Anemia hemolitik 1. Anemia hemolitik intraouskular 



Gangguan membrane eritrosit (membranopati)







Gangguan enzim eritrosit (enzimipati):anemia akibat defisiensi G6PD







Gangguan hemoglobin (hemoglobinopati)



2. Anemia hemolitik ekstrakorpuskular 



Anemia hemolitik autoimun







Anemia hemolitik mikroangiopatik







Lain-lain



d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui atau dengan patogeesis yang komplek Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi 1. Anemia hipokromik mikrositer, bila MCV 3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba dingin, Warna kulit pucat, turgor kulit menurun. Gejala dan Tanda Minor – Subjektif : Parastesia dan nyeri ekstremitas (klaudikasi intermiten). 2) Deficit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient dibuktikan dengan Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal .



3) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,kelemahan dibuktikan dengan gejala dan Tanda Mayor Subjektif Mengeluh lelah, Objektif frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi seha 4) Deficit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dibuktikan dengan data subjektif: Menolak melakukan perawatan diri, data objektif: Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri dan minat melakukan perawatan diri kurang 5) Risiko infeksi dibuktikan dengan Ketidakdekuatan pertahanan tubuh sekunder : penurunan homolobin



2. Intervensi Keperawatan No 1



2



Diagnosa keperawatan Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin



Tujuan (SLKI) Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien akan mempertahankan perfusi perifer yang efektif dengan kriteria hasil: a. Denyut nadi perifer cukup menurun(2) b. Warna kulit pucat menurun(5) c. Pengisian kapiler membaik(5)



Deficit nutrisi Setelah dilakukan bdengan tindakan keperawatan ketidakmampuan selama 3x24 jam mengabsorbsi nutrient nutirisi pasien di pertahankan dengan kriteria hasil:  Berat badan membaik(5)  Indeks masa



Intervensi keperawatan (SIKI) Perawatan sirkulasi (I.02079) Tindakan Observasi  Periksa sirkulasi perifer (mis.nadi perifer, edema, pengisian kapiler, warna, suhu,)  Monitor panas,kemerahan, nyeri, atau bengkak pada ekstermitas Terapeutik  Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi  Hindari pengukuran tekanan darah ekstermitas dengan keterbatasan perfusi  Lakukan pencegahan infeksi  Lakukan perawatan kaki Edukasi  Anjurkan melakukan perawatan kulit yang tepat (mis, melembabkan kulit kering pada kaki) Manajemen nutrisi Tindakan Observasi  Identifikasi status nutrisi  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan  Monitor asupan



   



3



Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen,kelemahan



tubuh membaik(5) Nafsu makan membaik(5) Bising usus membaik (5) Membrane mukosa membaik (5)



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien akan bebas terbebas dari intoleransi aktivitas dengan kriteria hasil:  Frekuensi nadi cukup menurun(2)  Saturasi oksigen meningkat (5)  Warna kulit membaik(5)  Tekanan darah membaik(5)  Frekuensi napas membaik(5)



makanan  Monitor berat badan  Monitor hasil periksaan laboratorium Terapeutik  Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi  Berikan makan tinggi protein dan tinggi protein Edukasi  Ajarkan diet yang diprogramkan Kolaborasi  Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makanan (mis,oereda nyeri, antiemetic), Manajemen energi Tindakan Observasi  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan  Monitor kelelahan fisik dan emosional  Monitor pola dan jam tidur  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas Terapeutik  Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah stimulus (mis.cahaya,suara, kunjungan)lakukan



4



Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan hemoglobin



Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien akan terhindar dari infeksi dengan kriteria  Demam menurun (5)  Kasar sel darah putih membaik (5)  Kadar sel dara putih membaik (5)



latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif Edukasi  Anjurkan tirah baring  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap Kolaborasi  Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asuaoan makanan Pencegahan infeksi Tindakan Observasi  Monitor tanda dan gejala infeksi local dan siskemik Terapeutik  Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien  Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi Edukasi  Jelaskan tanda dan gejala infeksi  Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar  Ajarkan etika batuk  Anjurkan meningkat asupan nutrisi  Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu



3. Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan merupakan bagian dari proses keperawatan. Tujuan implementasi adalah mengatasi masalah yang terjadi pada manusia. Setelah rencana keperawatan disusun, maka rencana tersebut diharapkan dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan yang diharapkan, tindakan tersebut harus terperinci sehingga dapat diharapkan tenaga pelaksansaan keperawatan dengan baik dan sesuai dengan waktu yang ditentukan Implementasi ini juga dilakukan oleh perawat dan harus menjunjung tinggi harkat dan martabat sebagai manusia yang unik. 4. Evaluasi keperawatan Evaluasi adalah tahapan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Evaluasi keperawatan ada 2 yaitu: 1) Evaluasi proses (formatif) yaitu valuasi yang dilakukan setiap selesai tindakan. Berorientasi pada etiologi dan dilakukan secara terus-menerus sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai. 2) Evaluasi hasil (sumatif) yaitu evaluasi yang dilakukan setelah akhir tindakan keperawatan secara paripurna. Berorientasi pada masalah keperawatan dan menjelaskan keberhasilan atau ketidakberhasilan. Rekapitulasi dan kesimpulan status kesehatan klien sesuai dengan kerangka waktu yang ditetapkan.



DAFTAR PUSTAKA Brunner & Suddarth (2015) Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC Jitowiyono, Sugeng,(2018).Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Hematologi. Yogyakarta: Pustaka Baru Press Ndun, F. T. (2018). Asuhan Keperawatan Penyakit Anemia Pada An.A.S Di Ruang Kenanga RSUD Prof,Dr. W.Z. Johannes. Nurarif, S.Kep.,Ns, A. H., & S.Kep.,Ns, H. K. (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda. Jogjakarta. PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan. PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan. PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan. Wijaya,AS dan Putri, Y.M.2013.Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan Dewasa Teori dan contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika