LP ACL MUJI Palhadad Askep [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN RUPTUR ACL (ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT)



Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah Program Profesi Ners



Disusun Oleh: Muji Palhadad, S.Kep 11194692010076



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN 2021



LEMBAR PERSETUJUAN LAPORAN PENDAHULUAN RUPTUR ACL (ANTERIOR CRUCIATE LIGAMENT)



Tanggal 26 Januari 2021



Disusun oleh : Muji Palhadad, S.Kep 11194692010076



Banjarmasin, 26 Januari 2021 Mengetahui, Preseptor Akademik,



Rifa`atul Mahmudah, S.Kep., Ns., MSN NIK. 1166062013061



Preseptor Klinik,



Abdul Wahab, S. Kep., Ns NIP. 19830128 201001 1 007



A. Anatomi dan Fisiologi 1.



Anatomi Ligamentum intercondylicum



Cruciatum (celah



dalam



Anterius rongga



berada sendi



di lutut),



dalam



septum



berjalan



dari



coraniolateral ke caudomedial yaitu dari facies medialis condylus leteralis femoris ke tuberculum intercondyloideum tibiale dan fossa intecodyloidea anterioc (Tim Anatomi,2012).



ACL istilah cruciate berasal dari kata crux yang artinya (menyilang) dan crucial (sangat penting).Cruciate ligament saling bersilangan satu sama yang lain. Menyerupai huruf X. ACL adalah stabelizer untuk knee joint pada aktivitas pivot. ACL mula berkembang pada minggu ke 14 usia gestasi, berukuran sebesar jari kita dan panjangnya ata-rata 38mm dan lebar rata-rata 10 mm, dan dapat menahan tekanan seberat 500 pon sekitar 226kg. Ligamentum ini melekat pada area intercondylaris anterior tibiae dan berjalan kearah atas, kebelakang dan lateral untuk melekat pada bagian posterior permukaan medial condylus lateralis femoris Ligamentum ini akan mengendur bila lutut ditekuk dan akan menegang bila lutut diluruskan sempurna. Ini tidak hanya mencegah anterior translasi dari tibia pada femur tetapi juga memungkinkan untuk helicoid biasa tindakan lutut, sehingga mencegah kemungkinan untuk patologi meniscal. Ini terdiri dari dua bundel, sebuah bundel anteromedial, yang ketat di fleksi, dan bundel posterolateral, yang lebih cembung dan ketat dalam ekstensi. Suplai vaskuler ACL berasal dari arteri geniculate middle, serta dari difusi melalui sheath sinovial nya . persarafan dari ACL



terdiri dari mechanoreceptors berasal dari saraf tibialis dan memberikan kontribusi untuk proprioseptifnya, serabut rasa nyeri dalam ACL yang hampir tidak ada,ini menjelaskan mengapa ada rasa sakit yang minimal setelah ruptur ACL akut sebelum pengembangan hemarthrosis yang menyakitkan. 2. Fisiologi Dari ligamen lutut, cruciates adalah yang paling penting dalam menyediakan pengekangan pasif untuk anterior / posterior gerakan lutut. Jika salah satu atau kedua cruciates terganggu, biomekanik selama kegiatan jalan mungkin terganggu. Fungsi utama dari ACL adalah untuk mencegah translasi anterior dari tibia, dalam ekstensi penuh, ACL menyerap 75% muatan anterior dan 85% antara 30 dan 90 ° fleksi. Selain itu, fungsi lain ACL termasuk melawan rotasi internal tibia dan varus/ valgus angulasi dari tibia dengan adanya cedera ligamen kolateral, hilangnya ACL menyebabkan penurunan magnitude pada coupled rotasi selama fleksi, dan lutut yang tidak stabil. Kekuatan tarik ACL sekitar 2200N tetapi berubah dengan usia dan beban berulang. B. Pengertian ACL rupture adalah robekan di salah satu ligamen lutut yang menghubungkan tulang kaki atas dengan tulang kaki bagian bawah. ACL menjaga kestabilan lutut.Ruptur ACL seringkali terjadi pada atlet olahraga dengan high-impact.



Ruptur ACL adalah robeknya ligament anterior cruciatum yang menyebabkan sendri lutut menjadi tidak stabil sehingga tulang tibia bergeser secara bebas.



C. Etiologi Penyebab cedera ACL dapat ditimbulkan oleh berbagai aktivitas (tidak hanya aktivitas olahraga). Penyebab cedera berdasarkan betapa sering aktivitas tersebut menyebabkan cedera ACL dapat dikelompokkan sebagai berikut : 1.



Gerakan Berputar yang terlalu cepat dan tidak normal (Non-Contact)



2.



Lutut berpilin saat mendarat



3.



Kontak atau benturan langsung(Diktat Anatomy, 2012).



Sedangkan Menurut Robert G. Mark MD dalam bukunya yang berjudul "The ACL Solution", di jelaskan urutan penyebab terjadinya cedera ACL sebagai berikut: 1.



Cutting and Pivoting Sport Kebanyakan pemicu cedera ACL pada atlet berasal dari situasi non-contac (sekitar 70%). biasanya terjadi saat atlet mendarat setelah melakukan lompatan, merubah arah dengan cepat untuk menghindari pemain lawan, atau saat atlet melakukan gerakan berhenti secara mendadak (Mark & Mykleburst,2012).



2. Usia Usia muda merupakan kelompok penyumbang angka cedera ACl tertinggi. Faktornya adalah karena mereka melakukan banyak aktivitas fisik dalam kegiatan sehari – hari maupun dalam latihan olahraga kesehatan atau prestasinya. American Academy of Orthopaedicmemberikan data bahwa dari 2000 operasi yang dilakukan untuk cedera ACL kebayakan pasien dalam range usia 15 - 25 tahun (Mark & Mykleburst,2012) 3. Jenis Kelamin Studi menjelaskan bahwa wanita yang aktiv dalam "Cutting Sport " -sepak bola, bola basket, dll- memiliki 6 kali resiko lebih tinggi untuk menderita cedera ACl dibanding pria dengan jenis olahraga yang sama. Sebagian besar dari wanita yang menderita ACL yakni pada usia 12 - 18 tahun (Mark & Mykleburst,2012). Penyebabnya adalah, secara anatomi kondisi "Valgus" wanita lebih lunak dari pada pria. Itu yang menyebabkan wanita memiliki resiko terkena cedera ACl lebih tinggi dibanding dengan pria. Selain itu, faktor tingginya hormon esterogen pada siklus menstruasi membuat kekompakkan sendi menurun, sendi menjadi lebih tidak setabil.



D. Klasifikasi Cedera ligament yang berkenaan dengan "Sprain" dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1.



Grade 1 Sprain : ligamen sedikit tertarik namun masih mampu menjaga kesetabilan sendi lutut.



2.



Grade 2 Sprain : Ligamen tertarik dengan hebat dan membuat sendi lutut menjadi longgar/tidak setabil



3.



Grade 3 Sprain : ligamen mengalami sobekan total bahkan hingga terputus sehingga sendi lutut kehilangan kesetabilan Sedangkan menurut Giam (1993:137) tingkatan dalam cedera olahraga dikelompokkan sebagai berikut :



4.



Cedera ringan merupakan cedera dengan robekan yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop, sedikit keluhan, dan tidak mengganggu performance atlet, misalnya : lecet, memar, atau robek ligamen kecil.



5.



Cedera sedang adalah cedera dengan kerusakan jaringan, menimbulkan rasa nyeri, bengkak, merah, atau panas dengan menimbulkan gangguan fungsi dan mempengaruhi performance atlet, misalnya : robek otot, dan robek ligament.



6.



Cedera berat yaitu cedera dengan robekan otot atau ligamen secara lengkap atau hampir lengkap atau faktur tulang yang memerlukan istirahat total, pengobatan intesif, bahkan operasi.



E. Tanda dan gejala 1.



Pasien selalunya merasa atau mendengar bunyi "pop" di lutut pada saat cedera yang sering terjadi saat mengganti arah, pemotongan, atau pendaratan dari melompat (biasanya kombinasi hiperekstensi /poros). Ketidakstabilan mendadak di lutut (lutut terasa goyah). Hal ini bisa terjadi setelah lompatan atau perubahan arah atau setelah pukulan langsung ke sisi lutut.



2.



Nyeri di bagian luar dan belakang lutut.



3.



Lutut bengkak dalam beberapa jam pertama dari cedera. Ini mungkin merupakan tanda



4.



perdarahan dalam sendi. Pembengkakan yang terjadi tiba-tiba biasanya merupakan tanda cedera lutut serius. Gerakan lutut terbatas karena pembengkakan dan / atau rasa sakit. Kebanyakan cedera pada ACL dapat didiagnosis melalui anamnesa yang cermat menekankan mekanisme kejadian cedera ditambah dengan pemeriksaan fisik yang sesuai. Pastikan anamnesa mencakup mekanisme kejadian cedera sekarang dan kejadian sebelumnya jika ada.



F. Patofisiologi Dari ligamen lutut, cruciates adalah yang paling penting dalam menyediakan pengekangan pasif untuk anterior / posterior gerakan lutut. Jika salah satu atau kedua cruciates terganggu, biomekanik selama kegiatan jalan mungkin terganggu. ACL, seperti semua ligamen lain, terdiri dari tipe kolagen. Ultrastruktur ligament sangat mirip dengan tendon, tetapi serat didalam ligamen lebih bervariasi dan memiliki isi elastin yang lebih tinggi. Ligamen menerima suplai darah dari lokasi insersinya. Vaskularisasi dalam ligamen adalah seragam, dan ligamen masing-masing berisi mechanoreceptors dan ujung saraf bebas yang diduga membantu dalam menstabilkan sendi. Ruptur ACL yang paling umum, adalah ruptur midsubstan. Jenis ruptur ini terjadi terutama sewaktu ligamentum ditranseksi oleh condillus femoral lateral yang berputar. ACL menerima suplai darah kaya, terutamanya dari arteri geniculate medial, sewaktu ACL pecah, haemarthrosis biasanya berkembang dengan cepat.



G. Pathway



H. Komplikasi Orang yang mengalami cedera ACL berada pada risiko lebih tinggi terkena osteoartritis lutut, dimana tulang rawan sendi memburuk dan permukaan halusnya menjadi kasar. Arthritis dapat tetap terjadi meskipun Anda telah menjalani operasi untuk merekonstruksi ligamen. I.



Pemeriksaan penunjang 1.



Pemeriksaan Gerakan Sendi Lutut Pemeriksaan gerakan sendi lutut sangat penting karena setiap kelainan pada



lutut



akan



memberikan



gangguan



pergerakan



lutut.



Pada



pemeriksaan perlu diketahui apakah gerakan disertai nyeri atau krepitasi. Secara normal gerakan fleksi pada sendi lutut sebesar 120-145 derajat dan gerakan ekstensi 0 derajat dan mungkin ditemukan hiperekstensi sebesar 10 derajat. 2.



Uji stabilitas sendi lutut yang dapat dilakukan : a.



Pemeriksaan ligamentum kolateral medial dan lateral



b.



Robekan pada ligamentum kolateral medial dapat diperiksa melalui uji abduction stress dan pada ligamentum kolateral lateral melalui uji adduction stress.



c.



Pada pemeriksaan ini sendi lutut dalam keadaan ekstensi penuh, satu tangan pemeriksa memegang pergelangan kaki dan satunya pada lutut. Dengan kedua tangan dilakukan abduksi untuk menguji ligamentum medial, dan adduksi untuk menguji lgamentum lateral. Apabila terdapat robekan pada ligamentum kolateral maka dapat dirasakan sendi bergerak melebihi batas normal.



d.



Pemeriksaan ligamentum krusiatum anterior dan posterior



e.



Kedua ligamentum ini berfungsi untuk stabilisasi sendi lutut karah depan dan belakang. Ligamentum krusiatum anterior berfungsi untuk mencegah tibia tergelincir ke depan femur, sedangkan ligamentum krusiatum posterior pada arah sebaliknya.



f.



Cara pemeriksaan : Uji Drawer



1) Lutut difleksikan 90 derajat dan pemeriksa duduk pada kaki pasien untuk mencegah gerakan kaki. Dengan meletakkan kedua tangan di belakang tibia 2) bagian proksimal dan kedua ibu jari pada kondilus femur, kemudian dilakukan tarikan pada tibia ke depan dan ke belakang. Kecurigaan adanya robekan pada ligamentum krusiatum apabila ada gerakan yang abnormal, baik ke depan 3) ataupun ke belakang. g.



Uji Lachman Pada pemeriksaan ini lutut difleksikan 15-20 derajat. Satu tangan memegang tungkai atas pada kondilus femur, sedangkan tangan lainnya



memegang



tibia



proksimal.



Kedua



tangan



kemudian



digerakkan ke depan dan belakang antara tibia proksimal dan femur. h.



Pemeriksaan



pivot



shift



lateral



Pemeriksaan



ini



merupakan



pemeriksaan tambahan untuk mengetahui defisiensi pada ligamentum krusiatum anterior. Caranya kaki yang mengalami kelainan diangkat, Dimana kaki kanan diangkat tangan kanan dan kaki kiri diangkat dengan tangan kiri dan lutut dalam keadaan ekstensi maksimal. Dengan satu tangan pemeriksa memutar dari arah luar tungkai bawah persis di sebelah bawah lutut sehingga terjadi tekanan valgus. Pada saat yang bersamaan tibia dirotasi ke medial. Selanjutnya lutut difleksi secara perlahan-lahan dari posisi ekstensi. Pemeriksaan positif apabila kondilus lateralis tibialis terelokasi secara spontan pada kondilus femur ketika fleksi mencapai 30-35 derajat. 3.



Pemeriksaan Radiologi Foto polos dapat memperlihatkan bahwa ligamen telah mengavulsikan sepotong tulang kecil – ligamen medial biasanya dari femur, ligamen lateral dari fibula, ligamen krusiatum anterior dari spina tibia dan krusiatum posterior dari bagian belakang tibia atas. Film tekanan (kalau perlu dibawah anestesi) dapat menunjukkan apakah engsel sendi terbuka ke satu sisi.



4.



Pemeriksaan Artroskopi Bila terjadi robekan hebat pada ligamen kolateral dan kapsul, artroskopi tidak boleh dilakukan karena ekstravasasi cairan akan menghambat



diagnosis dan menyulitkan prosedur selanjutnya. Indikasi utama untuk melakukan artroskopi adalah pada robekan ligamentum krusiatum terisolasi yang dicurigai, dan pada sprain yang lebih ringan untuk menyingkirkan cedera internal lain misalnya robekan meniskus, yang (kalau ada) dapat ditangani seketika itu juga. A. Penatalaksanaan medis 1.



Terapi Operasi Pembentukan ligament. Kebanyakan ACL yang robek tidak boleh di jahit dan disambung semula. Untuk membolehkan reparasi dari ACL untuk restorasi stabilitas lutut adalah rekonstruksi dari ligament tersebut. Ligament tersebut akan di ganti dengan graft jaringan ligament. Graft tersebut akan menjadi dasar untuk ligament yang baru untuk tumbuh. Graft tersebut diambil dari beberapa sumber. Selalunya dari tendon patella, yang merupakan sambungan patella dan tibia. Tendon hamstring pada posterior pada juga sering digunakan. Kadang tendon kuadrisep yang insersinya dari patella ke paha dapat digunakan. Graft dari kadaver (allograft) juga dapat digunakan. Penyembuhan semula mengambil masa sekurang-kurangnya 6 bulan sebelum atlit dapat berolahraga setelah operasi. Tindakan operasi untuk rekonstruktif ACL dapat digunakan dengan arthroscopi dengan insisi yang kecil. Opperasi artroskopi kurang invasive. Kelebihan dari artroskopi adalah kerana kurang invasive,kurang nyeri, masa rawat inap lebih pendek dan penyembuhan lebih cepat. Tehnik ini telah dilakukan lebih dari 200 kali sejak tahun 2007. Tehnik operasi ini sangat populer di USA, Eropa dan Jepang karena dengan tehnik ini, hasilnya sangat memuaskan pasien. Saat ini tehnik operasi ini dipakai sebagai standard untuk operasi cedera ACL atlet-atlet papan atas kelas dunia, misalnya Tiger Wood. Setelah luka bedah disembuhkan oleh pasien maka akan menjadwalkan pertemuan pertama mereka dengan



seorang fisioterapis.



Terapis fisik untuk



mengembangkan rencana untuk mengobati pasien. Tujuan utama awal untuk



mengurangi



pembengkakan



dan



bekerja



untuk



mencegah



pembentukan jaringan parut. Tujuan berikutnya adalah untuk menyediakan berbagai gerak kembali, sekaligus memperkuat otot-otot yang mendukung sendi lutut. Dengan berbagai peningkatan gerak dan kekuatan, terapis fisik



rehabilitasi mereka akhirnya kegiatan dengan panggung dan kontrol neuromuskular gerakan fungsional yang sesuai dengan kebutuhan seharihari pasien. Ini harus mengikuti jalannya akronim pada tahap awal pemulihan dari robek ACL. 2. Terapi Non-Operasi ACL yang robek tidak akan sembuh sendiri dan harus dioperasi. Namun terapi tanpa operasi efektif kepada pasien yang sudah tua dengan aktivitas kehidupan yang sederhana. Jika stabilitas pada lutut intak, indikasinya adalah tanpa operasi. a.



Bracing Alat ini dapat memproteksi lutut dari ketidakstabilan. Selanjutnya bias diteruskan dengan pemakaian tongkat yang dapat mengurangi beban pada kaki.



b.



Terapi Fisikal Apabila oedem berkurang, rehabilitasi akan bermula. Olahraga yang spesifik dapat restorasi fungsi pada lutut dan menguatkan otot kaki yang memberi sokongan padanya



A. Penatalaksanaan keperawatan 1.



Pengkajian a.



Identitas – nama lengkap pasien, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin,



nama



orang



tua



atau



suami



atau



isteri



atau



penanggungjawab, alamat, pendidikan pekerjaan, suku bangsa dan agama b.



Keluhan utama – keluhan yang dirasakan pasien yang membawa pasien pergi ke dokter atau mencari pertolongan. Hal yang perlu ditanyakan meliputi nyeri, kekakuan, pembengkakan, deformitas, disabilitas dan penyakit sistemik



c.



Riwayat penyakit sekarang – riwayat perjalanan penyakit merupakan cerita yang kronologis, terinci dan jelas mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum keluhan utama sampai pasien datang berobat



d.



Riwayat penyakit dahulu – mengetahui kemungkinan-kemungkinan adanya hubungan antara penyakit yang pernah diderita dengan penyakitnya sekarang



e.



Riwayat penyakit dalam keluarga – untuk mencari kemungkinan penyakit herediter, familial atau penyakit infeksi



f.



Riwayat pengobatan – apakah yang sudah dilakukan / diberikan ketika insiden terjadi.



g.



Pemeriksaan fisik meliputi: 1) Look, cari apakah terdapat: a) Deformitas, terdiri dari penonjolan yang abnomal, angulasi, rotasi, dan pemendekan b) Functio laesa (hilangnya fungsi), mencari tau apakah bagian yang terkena cedera masih dapat berfungsi dengan baik atau tidak. c) Lihat juga ukuran panjang tulang, bandingkan kiri dan kanan. 2) Feel apakah terdapat nyeri tekan. 3) Move, untuk mencari: a) Krepitasi, terasa bila ada fraktur ketika digerakkan. b) Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif. c) Seberapa jauh gangguan-gangguan fungsi, gerakan-gerakan yang tidak mampu dilakukan, d) Range of motion(derajat dari ruang lingkup gerakan sendi), dan kekuatan



2.



Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul a.



Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik



b.



Gangguan



mobilitas



fisik



Berhubungan



dengan



Kerusakan



muskuloskeletal c.



Resiko tinggi trauma b.d ketidak mampuan mengerakkan tungkai bawah dan ketidaktahuan cara mobilisasi yang adekuat



d.



Resiko infeksi b.d prosedur invasif



e.



Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi



3.



Intervensi keperawatan



N



SDKI



SLKI



SIKI



O 1



Nyeri akut berhubungan



Setelah dilakukan tindakan



Manajemen nyeri



dengan agen cedera



keperawatan 3x 24 jam, nyeri



fisik



akut dapat teratasi dengan kriteria hasil: Tingkat nyeri L. 08066 1) Keluhan nyeri dari cukup



Observasi 1.



lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,



menurun (2) ke meningkat intensitas nyeri



(5) 2) Meringis



dari



Identifikasi



cukup 2. skala nyeri



menurun (2) ke meningkat (5)



Identifikasi



3.



respon nyeri non verbal



3) Perasaan takut mengalami



Identifikasi



cedera berulang dari cukup 4. menurun (2) ke meningkat



faktor yang



(5)



memperberat dan memperingan nyeri Identifikasi



5.



pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri Identifikasi



6.



pengaruh budaya terhadap respon nyeri Identifikasi



7.



pengaruh nyeri pada kualitas hidup Monitor



8.



keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan Monitor efek



9.



samping penggunaan analgetik Terapeutik 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi pijat,



aroma terapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain) 2. Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) 3. Fasilitasi istirahat dan tidur 4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi 1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi meredakan nyeri 3. Anjurkan memonitor nyri secara mandiri 4. Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi Kolaborasi pemberian



analgetik, jika perlu



2



Gangguan fisik dengan



mobilitas Setalh



dilakukan



Berhubungan keperawatan Kerusakan mobilitas



muskuloskeletal



tindakan Dukungan Ambulasi diharapkan Observasi



meningkat



dengan



1. Identifikasi



adanya



kriteria hasil :



nyeri atau keluhan fisik



Mobilitas Fisik



lainnya



1. Pergerakan



ekstremitas



2. Identifikasi



dari skala 3 sedang ke



fisik



skala 5 meningkat



ambulasi



2. Kekuatan otot dari skala 3 sedang



ke



skala



5



membaik 3. Rentang



mrlskuksn



3. Monitor frekuensi nadi dan



tekanan



sebelum gerak



(ROM)



toleransi



darah



melakukan



ambulasi



dari skala 3 sedang ke Terapeutik skala 5 meningkat



1. Fasilitasi



aktivitas



ambulasi dengan alat bantu 2. Fasilitasi



melakukan



mobilisasi fisik 3. Libatkan dalam



keluarga melakukan



ambulasi Edukasi 1. Jelaskan



tujuan



melakukan



prosedur



ambulasi 2. Anjurkan



melakukan



ambulasi dini 3. Ajarkan sederhana



ambulasi yang



mungkin bisa dilakukan