LP Fam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FIBROADENOMA MAMMAE (FAM) Di Ruang Edelweiss RSUD Banyumas Jawa Tengah



Tugas Mandiri Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah



Disusun oleh : Rizki Darul Islami 16/408408/KU/19454



PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2018



FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)



A. Definisi Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum ditemukan. Fibroadenoma terbentuk dari sel – sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya menunjukkan tanda – tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Fibroadenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stroma jaringan ikat (Brunner & Suddath, 2001). Fibroadenoma mammae (FAM) adalah penyakit wanita muda dengan frekuensi yang paling tinggi pada wanita yang berumur 20 – 25 tahun (Sarwono, 2010). FAM merupakan tumor jinak yang berbatas tegas dengan konsistensi padat dan kenyal, benjolan atau massa tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epithel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai tumor campur/ mix tumour (Smeltzer, 2008). FAM banyak ditemukan pada payudara wanita yang timbul disaat usia subur. Tumor ini kebanyakan terjadi pada usia wanita yang lebih muda dan biasanya muncul diusia antara 20-30 tahun (Andrews, 2010). Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak pada payudara yang bersimpai jelas, berbatas jelas, soliter, berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. Fibroadenoma mammae umumnya dikenal dengan tumor mammae. Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui, diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kira – kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai diameter 2 – 3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas. Fibroadenoma jarang ditemukan pada wanita yang telah mengalami postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya, fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi pergantian hormon, dan pada orang –



orang yang mengalami penurunan kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien – pasien yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr. Fibroadenoma terbagi atas Juvelline Fibroadenoma, yang terjadi pada wanita remaja dan Myxoid Fibroadenoma yang terjadi pada pasien dengan Carney complex. Carney complex merupakan suatu sindrom neoplasma autosomal dominan yang terdiri atas lesi pada kulit dan mukosa, myxomas dan kelainan endokrin.



B. Etiologi Penyebab pasti fibroadenoma tidak diketahui. Namun, terdapat beberapa faktor yang dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium. Menurut Rosjidi (2000) Sampai saat ini, penyebab pasti tumor payudara belum diketahui. Namun, ada beberapa faktor resiko yang telah teridentifikasi, yaitu : a. Jenis kelamin Wanita lebih beresiko menderita tumor payudara dibandingkan dengan pria. Prevalensi tumor payudara pada pria hanya 1% dari seluruh tumor payudara. b. Riwayat keluarga Wanita yang memiliki keluarga tingkat satu penderita tumor payudara beresiko tiga kali lebih besar untuk menderita tumor payudara. Riwayat perkawinan dihubungkan dengan



status perkawinan dan usia perkawinan, paritas dan riwayat menyusui anak. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all (2011) di Iran menyatakan bahwa tidak menikah meningkatkan resiko kejadian Fibroadenoma Mammae (OR=6.64, Cl 95% 2.56-16.31) artinya penderita fibroadenoma mammae kemungkinan 6,64 kali adalah wanita yang tidak menikah. Hasil penelitian tersebut juga menyatakan bahwa menikah < 21 tahun meningkatkan resiko terjadinya fibroadenoma mammae. c. Faktor genetik Mutasi gen BRCA1 pada kromosom 17 dan BRCA2 pada kromosom 13 dapat meningkatkan resiko tumor payudara sampai 85%. Selain itu, gen p53, BARD1, BRCA3, dan noey2 juga diduga meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara. d. Faktor usia Resiko tumor payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. e. Faktor hormonal Kadar hormon yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormon akibat kehamilan, dapat meningkatkan resiko terjadinya tumor payudara. f. Faktor parietas dan menyusui Penurunan paritas meningkatkan insiden terjadinya fibroadenoma mammae, terutama meningkat pada kelompok wanita multipara. Pengalaman menyusui memiliki peran yang penting dalam perlindungan terhadap resiko kejadian fibroadenoma mammae. g. Penggunaan hormone Diperkirakan bahwa fibroadenoma mammae terjadi karena kepekaan terhadap peningkatan hormone estrogen. Penggunaan kontrasepsi yang komponen utamanya adalah estrogen merupakan faktor risiko yang meningkatkan kejadian fibroadenoma mamme. Berdasarkan penelitian yang dilakikan di Department of Surgery, University of Oklahoma Health Scieces Center (Organ, 1983), dilaporkan proporsi penderita fibroadenoma mammae yang menggunakan kontrasepsi dengan komponen utama estrogen adalah sekitar 60%. h. Obesitas Berat badan yang berlebihan (obesitas) dan IMT lebih dari normal merupakan faktor risiko terjadi fibroadenoma. Berdasarkan penelitian Bidgoli, et all diketahui bahwa IMT >



30 kg/m2 meningkatkan risiko kejadian fibroadenoma mammae (OR-2.45, Cl 95% 1.04=3.03) artinya wanita dengan IMT < 30 kg/m2. i. Stres Stress dapat meningkatkan produksi hormone endogen estrogen yang juga akan meningkatkan insiden fibroadenoma mammae. Berdasarkan peneliian Bidgoli, et all diketahui orang yang mengalami stress memiliki risiko lebih tinggi menderita fibroadenoma mammae (OR=1.43, Cl 95% 1.16-1.76) orang yang mengalami stress memiliki resiko 1,43 kali menderita fibroadenoma mammae dibandingkan dengan orang yang tidak stress. j. Usia saat kehamilan pertama Hamil pertama pada usia 30 tahun beresiko dua kali lipat dibandingkan dengan hamil pada usia kurang dari 20 tahun. k. Terpapar radiasi l. Intake alkohol m. Pemakaian kontrasepsi oral Pemakaian kontrasepsi oral dapat meningkatkan resiko tumor payudara. Penggunaan pada usia kurang dari 20 tahun beresiko lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pada usia lebih tua.



C. Klasifikasi Secara sederhana fibroadenoma dapat diklasifikasikan menjadi tiga macam: 1. Common Fibroadenoma Cammon fibroadenoma memiliki ukuran 1-3 cm, disebut juga dengan simple fibroadenoma. Sering ditemukan pada kelompok wanita umur muda antara 21- 25 tahun. Ketika fibrodema dapat dirasakan sebagai benjolan, benjolan itu biasanya berbentuk oval atau bulat, halus tegas dan bergerak sangat bebas. Sekitar 80% dari seluruh kasus fibroadenoma yang terjadi adalah fibroadenoma tunggal. 2. Giant Fibroadenoma Giant fibroadenoma adalah tumor jinak payudara yang memiliki ukuran dengan diameter lebih dari 5 cm. secara keseluruhan insiden giant fibroadenoma sekitar 4% dari seluruh kasus fibroadenoma. Giant fibroadenoma ditandai dengan ukuran yang besar dan



pembesaran massa enkapsulasi payudara yang cepat. Giant fibroadenoma dapat merusak bentuk payudara dan menyebabkan tidak simetris karena ukurannya yang sangat besar, sehingga perlu dilakukan pemotongan dan pengangkatan terhadap tumor ini. 3. Juvenile Fibroadenoma Juvenile fibroadenoma biasa terjadi pada remaja perempuan, dengan insiden 0,5- 2% dari seluruh kasus fibroadenoma. Sekitar 10-25% pasien dengan juvenile fibroadenoma memiliki lesi yang multiple atau bilateral. Tumor jenis ini lebih banyak ditemukan pada orang Afrika dan India Barat dibandingkan pada orang kaukasia. Fibroadenoma mammae juga dapat dibedakan secara histologi antara lain: a) Fibroadenoma Pericanaliculare Yakni kelenjar berbentuk bulat dan lonjong dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis b) Fibroadenoma Intracanaliculare Yaitu jaringan ikat mengalami proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang. Pada saat menjelang haid dan kehamilan tampak pembesaran



D. Manifestasi Klinis Menurut Nugroho (2011), tanda dan gejala fibroadenoma mammae adalah sebagai berikut : 1. Fibroadenoma dapat multipel dan bilateral 2. Benjolan berdiameter 2-3 cm 3. Benjolan tidak menimbulkan reaksi radang, mobile dan tidak menyebabkan pengerutan kulit payudara 4. Benjolan berlobus – lobus 5. Pada pemeriksaan mammografi , gambaran jelas jinak berupa rata dan memiliki batas jelas Secara makropis tumor berupa nodus berbatas tegas kenyal, putih abu-abu, dan menonjol diatas jaringan sekitar serta sering mengandung ronggarongga berbentuk celah. Stroma biasanya halus, selular dan sering sekali miksoid, mirip stroma intralobulus, membungkus rongga kistik dan glandular yang dilapisi oleh epitel. Ukuran lesi bervariasi mulai dari kurang 1cm garis tengahnya sampai tumor besar yang dapat menggantikan payudara (Kumar, 2010). Ukuran saat ditemukan rata-rata bergaris tengah 2-4cm. (Marwoto, 2010).



Fibroadenoma paling banyak dialami wanita lebih muda dan biasanya muncul diusia antara 20 dan 30 tahun. (Andrews, 2010). Giant fibroadenoma terjadi pada remaja sekitar usia 16 tahun atau perimenopouse sekitar usia 50 tahunan, karakter pertumbuhannya cepat dan dalam ukuran besar dan harus segera dilakukan insisi untuk pengangkatan tumor (Tjandra et al. 2008). Bentuk giant fibroadenoma berukuran sangat besar mencapai 10.15cm, untuk wanita Indonesia sebagai patokan lebih dari atau sama dengan 6cm (Marwoto, 2010).



E. Patofisiologi Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia dan proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses aberasi perkembangan normal. Fibroadenoma berkembang dari unit lobular duktus terminal karena proliferasi tak terkendali dari komponen epitel dan stroma (mungkin karena stimulasi estrogen) yang melibatkan bagian dari jaringan sekitarnya. Pertumbuhan jaringan ini sebagian dikompresi, sehingga menciptakan semacam pseudokapsul. Fibroadenoma memiliki struktur internal yang terdiri dari stroma dan elemen epitel. Unsur stroma mungkin mengalami degenerasi myxoid, seperti sklerosis, hialinisasi dan kalsifikasi, sedangkan elemen epitel dapat menimbulkan semua aspek proliferasi dan nonproliferasi yang mungkin dari parenkim payudara, seperti metaplasia apokrin, hiperplasia duktus, sklerosing adenosis dan kemerahan. Fibroadenoma yang ditandai dengan apokrin metaplasia, hiperplasia duktus, sclerosing adenosis atau kista yang didefinisikan sebagai "kompleks". Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui, diperkirakan sel stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi sel epitel. Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kira–kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan kebanyakan perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai diameter 2–3 cm. Fibroadenoma hampir tidak pernah menjadi ganas. Fibroadenoma jarang ditemukan pada perempuan yang telah mengalami postmenopause dan dapat terbentuk gambaran kalsifikasi kasar. Sebaliknya, fibroadenoma dapat berkembang dengan cepat selama proses kehamilan, pada terapi sulih hormon, dan pada orang–orang yang mengalami penurunan kekebalan imunitas, bahkan pada beberapa kasus, dapat menyebabkan keganasan. Pada pasien–pasien



yang mengalami penurunan kekebalan tubuh, perkembangan fibroadenoma berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr. Sampai saat ini penyebab dari tumor jinak payudara belum diketahui (idiopatik). Namun, ada faktor predisposisi yang mendukung terjadinya tumor pada payudara adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Hal itu disebabkan karena pada fase luteal dalam siklus menstruasi terjadi peningkatan kadar hormon estrogen dan penurunan kadar hormon progesteron. Sedangkan secara fisiologisnya pada saat menstruasi hormon estrogen dan progesteron meningkat dan dua hari sebelum menstruasi berakhir hormon estrogen dan progesteron menurun. Secara normalnya, fungsi estrogen untuk perkembangan jaringan stroma pada payudara, pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan untuk deposit lemak pada payudara. Sedangkan progesteron berfungsi untuk peningkatan perkembangan dari lobulus dan alveoli payudara, menyebabkan sel-sel alveolar berproliferasi, membesar dan bersifat sekretorik. Pembesaran jaringan payudara terjadi akibat meningkatnya kadar estrogen dan defisiensi kadar hormon progesteron dari ketidakteraturan siklus menstruasi. Sehingga terjadi peningkatan deposit lemak dan perkembangan jaringan payudara. Dan juga penurunan pembentukan lobulus dan alveoli. Apabila kejadian ini berlangsung secara terus-menerus dapat mengakibatkan tumor payudara (Guyten & Hall, 1997). Tumor dapat terjadi karena mutasi dalam DNA sel. Penimbunan mutasi merupakan pemicu munculnya tumor. Penimbunan mutasi di jaringan fibrosa dan jaringan epitel dapat menyebabkan proliferasi sel yang abnormal sehingga akan tampak tumor yang membentuk lobus- lobus hal ini dikarenakan terjadi gangguan pada nukleus sel yang menyebabkan sel kehilangan fungsi deferensiasi yang disebut anaplasia. Dengan rangsangan estrogen fibroadenoma mamae ukurannya akan lebih meningkat.



F. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan klinis fibroadenoma biasanya berbentuk melingkar, keras dan mobile serta sering disebut sebagai “breast mouse” karena mobilitasnya. Metode diagnosis adalah pemeriksaaan klinis, ultrasonografi dan sitologi aspirasi jarum halus/ biopsi ( Andrews, 2010).



Menurut Pamungkas (2011) fibroadenoma dapat didiagnosis dengan beberapa cara, yaitu: 1. Pemeriksaan fisik (phisycal examination) Pada pemeriksaan fisik akan memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah karakteristik benjolan mobile atau tidak mobile, kenyal atau keras,dst. Pada pemeriksaan fisik penderita diperiksa dengan sikap tubuh duduk tegak atau berbaring atau kedua-duanya. Kemudian diperhatikan bentuk kedua payudara, warna kulit, tonjolan, lekukan, adanya kulit berbintik, seperti kulit jeruk, ulkus, dan benjolan. Kemudian dilakukan palpasi dengan telapak jari tangan yang digerakkan perlahan-lahan tanpa tekanan pada setiap kuadran payudara. Palpasi dilakukan untuk mengetahui ukuran, jumlah, dapat bergerak-gerak, kenyal atau keras dari benjolan yang ditemukan. Dilakukan pemijatan halus pada puting susu untuk mengetahui pengeluaran cairan, darah atau nanah dari kedua puting susu. Cairan yang keluar dari puting susu harus dibandingkan. Pengeluaran cairan diluar masa laktasi dapat disebabkan oleh berbagai kelainan seperti fibroadenoma atau bahkan karsinoma. 2. Mammografi Proses penyinaran dengan sinar X terhadap payudara. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi



adanya



penyakit



pada



payudara



yang



tidak



diketahui



gejalanya



(asimptomatik). Pemeriksaan mammografi terutama berperan pada payudara yang mempunyai jaringan lemak yang dominan serta jaringan fibroglanduler yang relatif sedikit. Pada mammografi, keganasan dapat memberikan tanda-tanda primer dan sekunder. Tanda primer berupa fibrosis reaktif, comet sign (Stelata), adanya perbedaan yang nyata antara ukuran klinis dan radiologis, adanya mikroklasifikasi, adanya spikulae, dan ditensi pada struktur payudara. Tanda sekunder berupa retraksi, penebalan kulit, bertambahnya vaskularisasi, keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur, infiltrasi dalam jaringan lunak di belakang mamma dan adanya metastatis ke kelenjar (gambaran ini tidak khas). Mammografi digunakan untuk mendiagnosa wanita dengan usia tua sekitar 60-70 tahun. 3. Ultrasonografi (USG) Untuk mendeteksi luka-luka pada daerah padat payudara usia muda karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik jika



menggunakan mammografi. Pemeriksaan ini hanya membedakan antara lesi atau tumor yang solid dan kistik. Pemeriksaan gabungan antara USG dan mammografi memberikan ketepatan diagnosa yang tinggi.



Gambaran USG Fibroadenoma. Tampak massa hipoechoic yang rata, batastegas pada sebagian lobus merupakan khas dari fibroadenoma



4. Duktografi Diagnosis dengan pencritaan mammografi yang dapat menunjukan saluran air susu yang ada, mendiagnosis penyebab keluarnya cairan atau kotoran dari puting. 5. Biopsi Merupakan tindakan pengambilan contoh jaringan payudara yang dapat dilihat di bawah lensa mikroskop untuk mengetahui adakah sel kanker. Terdiri dari beberapa jenis, diantaranya: a) Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC) Dengan FNAC diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau ganas, tanpa harus melakukan sayatan atau mengiris jaringan. Pada FNAC diambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut dapat diperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop. Di bawah mikroskop tumor tersebut tampak seperti berikut : 1) Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan



berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus.



2) Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular



(perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler). 3) Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek



uniform. b) Care Needle Biopsy Prosedur yang digunakan untuk mengambil jaringan yang kecil dari area yang tidak normal pada payudar dengan menggunakan jarum yang sedikit lebih besar. c) Biopsi Stereotaksis Biopsy jenis ini menggunakan sinar x dan computer untuk melihat gambar. Tekhnik ini dapat menemukan benjolan yang tidak teraba, namun terlihat saat pemeriksaan mammogram. d) Biopsi terbuka melalui pembedahan Pembedahan dilakukan untuk mengeluarkan bagian dari benjolan kemudian dilihat dengan mikroskop. 6. Magneting resonances imaging (MRI) Dalam pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagi massa bulat atau oval yang rata dan dibandingkan dengan menggunakan kontras gadolinium-based. Fibroadenoma digambarkan sebagai lesi yang hypointense atau isointense, jika dibandingkan dengan jaringan sekitarnya dalam gambaran T1-weighted dan hypointense andhyperintense dalam gambaran T2-weighted.



Pemeriksaandengan MRI post-contras, memperlihatkan penyerapan yang cepat tanpa pembersihan,yang merupakan ciri khas dari fibroadenoma.



G. Penatalaksanaan Operasi eksisi merupakan satu-satunya pengobatan untuk fibroadenoma. Operasi dilakukan sejak dini, hal ini bertujuan untuk memelihara fungsi payudara dan untuk menghindari bekas luka. Pemilihan tipe insisi dilakukan berdasarkan ukuran dan lokasi dari lesi di payudara. Terdapat 3 tipe insisi yang biasa digunakan, yaitu: a. Radial Incision, yaitu dengan menggunakan sinar b. Circumareolar Incision c. Curve/Semicircular Incision



Tipe insisi yang paling sering digunakan adalah tipe radial. Tipe circumareolar, hanya meninggalkan sedikit bekas luka dan deformitas, tetapi hanya memberikan pembukaan yang terbatas. Tipe ini digunakan hanya untuk fibroadenoma yang tunggal dan kecil dan lokasinya sekitar 2 cm di sekitar batas areola. Semicircular incision biasanya digunakan untuk mengangkat tumor yang besar dan berada di daerah lateral payudara. Dengan pembiusan general, punggung penderita diganjal bantal tipis, sendi bahu diabduksikan ke arah kranial. Lokasi tumor ditandai dengan spidol/tinta. Desinfeksi lapangan operasi (dibawah klavikula), midsternal, linea aksilaris posterior sela iga torakal 8, dengan larutan desinfektan povidone iodine 105. Lapangan operasi dipersempit dengan doek steril.



Bila memungkinkan insisi dikerjakan sirkumareolar, tetapi bila lokasi tumor cukup jauh dari areola (>4 cm), maka insisi dikerjakan di atas tumor sesuai dengan garis Langer atau diletakkan pada daerah-daerah yang tersembunyi. Untuk insisi sirkumarelar maka puting susu dipegang dengan jari telunjuk dan ibu jari, dilakukan marker insisi. Dengan pisau dilakukan insisi periareolar sampai fasia superfisialis subkutan. Flap kulit diangkat ke atas dengan bantuan hak tajam, dengan gunting dilakukan undermining sepanjang fasia superfisial kearah lokasi tumor. Rawat perdarahan lalu identifikasi tumor. Jepit jaringan sekitar tumor pada 3 tempat dengan kocher, lalu dilakukan eksisi tumor sesuai tuntunan kocher. Rawat perdarahan lagi, orientasi seluruh bed tumor lalu dipasang redon drain dengan lubang di kuadran lateral bawah (bila menggunakan penrose drain, darin dikeluarkan di garis insisi). Jahit subkutan fat dengan plain cat gut 3.0. Jahit kulit dengan prolene 4.0. Luka operasi ditutup dengan kasa betadine. Dilakukan dressing luka operasi dengan teknik suspensi payudara (BH buatan) tanpa mengganggu gerakan sendi bahu.



H. Komplikasi Jenis tertentu dari fibroadenoma mammae bisa meningkatkan resiko kanker payudara. Meski demikian, kebanyakan kasus tidak sampai terjadi kanker payudara. Adapun yang memiliki kanker payudara yang memiliki fibroadenoma, biasanya memiliki komplikasi lainnya atau orang tersebut memiliki resiko kanker payudara yang tinggi dari keluarga atau lingkungannya (Taufan, 2011). Marwoto, dkk (2010) menyatakan adanya hubungan penyakit kelainan fibrokistik dengan timbunya karsinoma payudara adalah: 1. Beresiko minimal atau tanpa resiko menimbulkan karsinoma payudara: hiperplasia ringan, fibrosis, metraplassia apokrin dan mikro/makrokista simpleks. 2. Beresiko ringan (meningkatkan resiko 1,5-2 kali) hiperplasia sedang sampai keras, papilomatosis intraduktal, sklerosing adenosis, fibroadenoma, khususnya yang disertai dengan penyakit atau kelainan fibrokistik jenis proliferatif, atau mempunyai riwayat keluarga dengan kanker payudara. 3. Peningkatan bermakna (resiko sampai 5 kali) pada hiperplasia duktulus atau lobulus atipik. 4. Dengan fokus proliferatif multifokal, memiliki resiko yang sama menderita kanker payudara pada kedua sisi payudaranya. 5. Bila disertai riwayat keluarga menderita kanker payudara akan meningkatkan semua kategori, misalnya hiperplasia atipik resiko menjadi 10 kali lipat.



I. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul 1. Nyeri akut bd. agen cidera biologis 2. Ansietas bd. stressor 3. Nyeri akut bd. agen cidera fisik 4. Resiko Infeksi bd. pertahanan tubuh primer tidak adekuat



DAFTAR PUSTAKA Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan dan Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2007. Hal. 793 Desen Wan. Dalam : Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi 2. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 2008. Hal. 366 – 369. Eisenberg Ronald L. In : Clinical Imaging An Atlas of Differential Diagnosis. Fifth Edition. Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2010. Hal. 1392 – 1395. Farrow Joseph H. Fibroadenoma of The Breast. Available from : http://caonline.amcancersoc.org/. Fleischer Arthur C., Cullinan Jeanne A. Ultrasonography in Obsetrics and Gynaecology; Obsetric Radiology. In : Grainger Ronald G., Allison David. Grainger & Allison’s Diagnostic Radiology : A Textbokk of Medical Imaging. Third Edition. Churchill Livingstone. New York. 1997, Hal. 2003 – 2011. Gravelle I.H. Mammography. In : Sutton David. A Textbook of Radiology and Imaging. Volume 2. Churchill Livingstone. Great Britain. London. 1993, Hal. 1364 Hillegas Kathleen Branson. Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam : Anderson, Sylvia Price., Wilson Lorraine McCarty. Patofisiologi, Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2006. Hal. 1301 – 1302. Kuijper Arno., Mommers Ellen C.M., Van der Wall Elsken., Van Diest Paul J. Histopathology of Fibroadeno Makes Daniel. Atlas Ultrasonografi Payudara dan Mamografi. Balai Penerbit FKUI. Jakarta. 1992. Hal 16 – 19. Muttarak Malai. Breast Imaging : A Comprehensive Atlas. Booknet Company. Thailand. 2002. Hal. 33 – 177. Roubidoux Marilyn A. Breast, Fibroadenoma. Available from : http://emedicine.medscape.com/. Update on July 26, 2009. Ryan Stephanie., McNicholas Michelle., Eustace Stephen. In : Anatomy for Diagnostic Imaging. Saunders, Elsevier Health. Philadephia. 2004. Hal. 308 – 310. Shirley S.E., Mitchell D.I.G., Soares D.P., James M., Escoffery C.T., Rhodrn A.M., Wolff C., Choy L., Wilks R.J. Clinicopathologic Features of Breast Disease in Jamaica : Findings of the Jamaican Breast Disease Study. 2000 – 2002. Available from : http://lib.bioinfo.pl/ Sjamsuhidajat, R., De Jong Wim. Dalam : Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. Hal. 388 – 393. Zieve David., Wechter Debra G. Fibroadenoma – Breast. Available from : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/. Update on December 17, 2009. Kelcz Fred. Breast Imaging Using 3D-GRE. Available from : http://www.gehealthcare.com/.