LP Menopause - Irma Agustina [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN MENOPAUSE STASE KEPERAWATAN MATERNITAS DOSEN PEMBIMBING Ns. Fitri Fujiana, M.Kep, Sp.Kep.Mat



DISUSUN OLEH : IRMA AGUSTINA I4051201013



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2020



1. Konsep Dasar a. Pengertian Menopause ialah tahap akhir proses biologis yang dialami perempuan berbentuk produksi hormone seks perempuan ialah ekstrogen dan progestron dari indung telur. Disebut menopause apabila perempuan tidak lagi haid sepanjang satu tahun. Rata- rata terjadi pada umur 50 tahunan. Sesudah menopause indung telur masih tetap memproduksi ekstrogen akan tetapi dalam jumlah sangat kecil (Sukarni dalam Bong. 2019) Menopause ialah fase dimana perempuan tidak mengalami haid. Kerapkali perempuan mengalami menopause dengan rasa khawatir serta takut karena memasuki umur tua dan sudah tidak dapat melahirkan anak akibat yang ditimbulkan dari kondisi ini menyusutnya hormone ekstrogen, hormone progesterone dan hormone seks dapat memunculkan gejala fisik yang mungkin yang barangkali dirasakan dikala menggapai masa menopause ialah berbentuk rasa panas yang seketika melanda bagian atas badan, keluar keringat yang berlebihan pada malam hari, susah tidur, iritasi pada kulit, indikasi pada mulut serta gigi, kekeringan Miss V, kesulitan menahan buang air kecil, serta kenaikan berat tubuh (Gordon et al, dalam Lestari, Putri dan Yunitasari, 2020). Jadi bisa disimpulkan menopause adalah perubahan pada wanita ketika periode menstruasi berhenti pada usia 50 tahunan yang disebabkan mengalami penurunan fungsi indung telur, sehingga produksi hormone ekstrogen berkurang. b. Etiologi Penyebab menopause menurut Abernethy dalam Andrews (2010) yaitu: 1) Perubahan hormone saat menopause Sepanjang fase perimenopause, kadar ekstradiol turun sedangkan kadar FSH dan LH meningkat. Akan tetapi kadar hormone tersebut berfluktuasi disekitar waktu menopause serta terjadi kegagalan korpus luteum. FSH meningkat secara bertahap dan mencapai puncak setelah perdarahan berakhir terjadi. Kadar FSH kembali turun 10-20 tahun setelah menopause (Cakravati et al dalam Andrews (2010)). Saat sebelum terjadi menopause, estradiol dan estrogen ialah estrogen sirkulasi utama di dalam tubuh. Kedua hormon ini dihasilkan terutama di ovarium, dengan estradiol sebagai hormon utama. Estrogen juga dihasilkan melalui perubahan satu



hormon, yaitu androstenodion yang disekresikan oleh kelanjar adrenal. Setelah menopause, kadar estrogen maupun ekstradiol turun secara drastis dan estrogen menjadi estrogen dominan. 2) Menopause premature, penyebabnya yaitu: a) Pembedahan Apabila kedua ovarium diangkat, menopause terjadi dengan segera. Gejala yang dirasakan bisa jadi lumayan parah meski hanya terjadi dalam waktu pendek. Terapi sulih hormon diberikan tidak hanya untuk mencegah timbulnya gejala, tetapi juga untuk membantu melindungi dari penyakit kardiovaskuler dan osteoporosis. Histerektomy (yaitu dengan mempertahankan salah satu atau dua ovarium) terbukti dapat mempercepat usia terjadinya menopause pada beberapa wanita. b) Alami Kadang kala, menopause terjadi secara langsung pada usia jauh lebih muda. Hal ini diakibatkan oleh abnoramalitas kromosom ataupun penyakit autoimun pada ovarium. Kadang kala, pemicu menopause prematur tidak ditemukan. Gejala menopause tertentu dapat muncul atau tidak muncul sama sekali sehingga dibutuhkan pengkajian secara saksama. c) Iatrogenik Menopause dini iatrogenik, ialah diakibatkan oleh pengaruh luar, seperti kemoterapi atau radioterapi, dapat cukup traumatis, terutama jika wanita tersebut berhasil menghadapi penyakit keganasan, tetapi harus menghadapi menopause dini akibat pengobatan tersebut. c. Manifestasi Klinik Siklus haid dikontrol dua hormon yang di produksi di kelenjar hipofisis yang terdapat di otak (FSH dan LH) serta dua hormon yang dihasilkan oleh ovarium (estrogen dan progesterone). Disaat menjelang menopause FSH dan LH akan terus diproduksi oleh kelenjar hipofisis secara wajar. Namun, karna ovarium terus menjadi tua tidak bisa merespons FSH dan LH sebagaimana yang seharusnya, sehingga menimbulkan estrogen dan progesterone yang di produksi semakin berkurang. Menopause terjadi ketika kedua



ovarium tidak dapat menghasilkan hormon estrogen dan progesterone dalam jumlah yang cukup buat dapat mempertahankan siklus haid. (Brown, P & Spencer, R. F, 2007) Depresi atau stres menjadi salah satu ciri serta indikasi yang sering terjadi pada perempuan menopause. Hal ini terkait dengan terdapatnya penurunan kadar hormon estrogen



yang



mempengaruhi



terhadap



neurotransmiter



dalam



otak



sehingga



memunculkan perasaan cemas yang merupakan penyebab terbentuknya depresi atau stres (Mulyani, 2013). . d. Patofisiologi Saat sebelum haid berhenti, sebenarnya pada seseorang wanita telah berlangsung berbagai perubahan pada ovarium seperti sclerosis pembuluh darah, berkurangnya jumlah folikel, dan menurunya sintesis steroid seks. Penurunan fungsi ovarium itu menyebakan berkurangnya kemampuan ovarium itu menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin. Keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya intraksi antara hipotalamus-hipofisis. Pertama-tama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian, turunnya produksi steroid ovarium menyebakan berkurangnya reaksi umpan balik negative terhadap hipotalamus. Keadaan ini meningkatkan produksi FSH dan LH. Dari kedua gonadotropin itu ternyata yang paling mencolok peningkatannya adalah FSH. Oleh karena itu, peningkatan kadar FSH merupakan petunjuk hormonal yang paling baik untuk mendiagnosis sindrom klimakterik. Secara endokrinologis, masa klimakterium ditandai oleh turunnya kadar ekstrogen dan meningkatnya pengeluaran gonadotropin. Gambaran klinis dari defiensi estrogen bisa berbentuk gangguan neurovegetatif, gangguan psikis, gangguan somatic dan gangguan siklus haid. (Andrews, 2010)



e. Pathway (Andrews, 2010) Perubahan usia



Gangguan siklus haid



Menopause



Perubahan ovarium: 1. Sclerosis pembuluh darah 2. Berkurannya jumlah folikel 3. Menurunnya, sintesis steroid seks Penurunan kadar ekstrogen dan peningkatan pengeluaran gonadotropin



Resiko komplikasi masalah masalah massa tulang



Berkurangnya kemampuan ovarium utuk menjawab rangsangan gonadotropin



Produksi FSH dan LH meningkat



Terganggunya unteraksi hipotalamus dan hipofisis



Berkurangnya reaksi umpan balik negative terhadap hipotalamus



Kegagalan fungsi korpus luteum



Penurunan produksi steroid ovarium



Definsit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi



Gangguan Somatik



Sulit tidur, ketidakpuasaan tidur



Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur



f. Perubahan Pada Saat Menopause Menurut Mulyani (2013) ada beberapa perubahan seseorang pada saat menopause, yaitu:  Perubahan Organ Reproduksi Disaaat berhentinya haid berdampak bermacam organ reproduksi akan mengalami perubahan karena sel telur tidak produksi, sehingga mempengaruhi terhadap komposisi hormone dalam organ reproduksi.  Perubahan Hormon Hormon estrogen terdiri dari tiga tipe ialah estradiol, estron, dan estriol. Estradiol, estron, dan estriol memiliki fungsi yang sama ialah melindungi kesehatan jantung, tulang, kehalusan kulit, serta kelembapan missV. Pada masa remaja, saat sudah mengalami haid dan ovarium sudah aktif, produksi estradiol menjadi meningkat dua belas kali lebih besar dibanding pada masa kanak-kanak. Sesudah perempuan mendekati masa menopause produksi estradiol mulai menyusut dan pada masa menopause akan berhenti. Perubahan hormon pada menopause tidak cuma hormon estrogen, namun terdapat perubahan pada hormon progesteron tetapi hormon ini tidak pengaruhi langsung pada perubahan perempuan. Produksi hormon estrogen yang alami penurunan akan menyebakan terbentuknya perubahan pada haid menjadi tidak sering, sedikit, bahkan siklusnya menjadi terhambat. Produksi hormon estrogen yang menurun akan mempengaruhi langsung pada keadaan fisik tubuh maupun organ reproduksi perempuan.  Perubahan Fisik 



Berat Badan Bertambah Sebagian besar wanita alami pertambahan berat badan, tentang ini di duga ada hubungannya dengan gangguan pertukaran zat dasar metabolik lemak serta turunnya kadar hormon estrogen dalam darah mengakibatkan lemak yang biasa digunakan untuk membentuk pantat dan paha menjadi menurun dan hilang. Dampaknya lemak akan menumpuk di perut dan pinggul







Perut Kembung



Perempuan lazimnya alami perut kembung saat sebelum periode haid dikarenakan sebab retensi gas dan cairan, bisa pula diakibatkan oleh terapi hormon pengganti ataupun yang disebut terapi sulih hormon. 



Mudah Lelah Keadaan ini diakibatkan sebab berat badan yang berlebih atau karna menopause itu sendiri. Lemas, pegal-pegal pada otot persendian, dan keletihan yang terjadi sehabis makan ialah keadaan terkait dengan fluktasi hormon.







Insomnia dan Gangguan Tidur Gejala menopause bisa mengakibatkan stres pada tubuh, sehingga dapat mengakibatkan insomnia maupun gangguan tidur.







Kerontokan Rambut







Pusing Keadaab ini dapat berlangsung dari tekanan darah rendah, fluktuasi kadar gula darah, dan hipoglikemia yang semuanya merupakan indikasi menopause







Denyut Jantung Tidak Teratur







Inkontinesia Urin Masalah dalam mengontrol kandung kemih dapat berlangsung sepanjang menopause. Kadar hormon estrogen yang rendah menimbulkan penipisan jaringan kandung kemih dan saluran kemih yang berdampak penurunan kontrol dari kandung kemih ataupun mudah terjadinya kebocoran air seni akibat lemahnya otot di sekitar kandung kemih.







Perubahan Kulit Perubahan kulit disaat menopause dipengaruhi oleh hormon estrogen yang berfungsi dalam melindungi elastisitas kulit. Pada saat haid berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada daerah dekat wajah, leher dan lengan kulit.



 Perubahan Emosi 



Perubahan Mood Perubahan mood atau yang disebut mood swing ialah sesuatu keadaan yang umum berlangsung pada perempuan menopause seperti gampang marah, khawatir, tidak sabaran, dan depresi.







Kecemasan Keadaan ini busa terjadi pada wanita menopause. Kecemasan ialah respon alamiah terhadap suatu tentang yang akan atau telah diamalami seperti khawatir, detak jantung yang cepat, berkeringat, tremor otot, mual, ketegangan, dan ketakutan yang tidak beralasan







Stress Keadaan ini diakibatkan karena penurunan kadar hormon estrogen sehingga menimbulkan



turunnya



neurotransmiter



di



dalam



otak



yang



hendak



mempengaruhi suasana hati seseorang. g. Factor Yang Mempengaruhi Menopause Menurut Kumalasari dan Iwan Andhyantoro (2012), factor factor yang mempengaruhi menopause adalah sebagai berikut:  Usia haid pertama kali (menarche) Semakin muda seseorang hadapi menstruasi pertama kalinya, semakin tua atau lama ia memasuki menopause  Jumlah Anak Sebagian peneliti menemukan bahwa kian kerap seorang wanita melahirkan hingga terus menjadi tua ataupun lama mereka memasuki masa menopause.  Usia Melahirkan Semakin tua seseorang melahirkan anak, semakin tua ia mulai mamasuki usia menopause. Hal ini terjadi karena kehamilan dan persalinan akan memperlambat system kerja organ reproduksi bahkan akan memperlambat proses penuaan tubuh.  Factor Psikis Keadaan seorang wanita yang tidak menikah dan bekerja diduga memengaruhi perkembangan psikis seorang wanita. Menurut beberapa penelitian, mereka akan mengalami masa menopause lebih muda, dibandingkan mereka yang menikah dan tidak bekerja/bekerja atau tidak menikah dan tidak bekerja.  Wanita Dengan Histerektomi Menopause juga dapat terjadi pada wanita yang mengalami pengangkatan rahim (histerektomi, misalnya sebagai akibat adanya Universitas Sumatera Utara 18 tumor di uterus, mereka akan mengalami gejala menopause pada usia yang lebih muda).



 Pemakaian Kontrasepsi Kontrasepsi jenis hormonal bekerja dengan cara menekan fungsi indung telur sehingga tidak memproduksi sel telur. Pada wanita yang menggunakan kontrasepsi ini akan lebih lama atau tua memasuki menopause  Merokok Wanita perokok diduga akan lebih cepat memasuki masa menopause. Merokok mempengaruhi cara tubuh memproduksi atau membuang hormone estrogen. Di samping itu juga, beberapa peneliti meyakini bahwa komponen tertentu dari rokok juga berpotensi membunuh sel telur. Menurut hamper semua studi yang pernah dilakukan, wanita perokok akan mengalami masa menopause pada usia yang lebih muda yaitu 43 hingga 50 tahun.  Sosial Ekonomi Status sosial ekonomi, disamping pendidikan dan pekerjaan suami, begitu juga hubungan antara tinggi badan dan berat badan wanita diduga dapat memengaruhi usia menopause.  Budaya dan Lingkungan Pengaruh budaya dan lingkungan sudah dibuktikan sangat memengaruhi wanita untuk dapat atau tidak dapat menyesuaikan diri dengan fase klimakterium dini  Status gizi Menurut Mulyani (2013), faktor yang juga mempengaruhi menopause lebih awal umunya disebabkan mengkonsumsi yang sembarangan. Bila mau menghindari menopause lebih awal dapat dilakukan dengan menerapkan pola hidup sehat seperti berhenti merokok, serta mengkonsumsi makanan yang baik misalnya sejak masih muda rajin mengkonsumsi makanan seperti kedelai, kacang merah, bengkoang, atau papaya.  Stress Seperti halnya cemas memepengaruhi menopause, stress juga merupakan salah satu faktor yang bisa menentukan kapan wanita akan mengalami menopause. Jika seseorang sering merasa stress maka sama halnya dengan cemas, wanita tersebut akan lebih cepet mengalami menopause. (Mulyani, 2013)



2. Asuhan Keperawatan a. Pengkajian  Anamnesa  Identitas  Keluhan yang berhubungan dengan sindrom perimenopause pusing, berdebardebar, rasa panas, sulit tidur, berkeringat, selera makan menurun, gangguan pencernaan, gangguan indera, dll) 



Keluhan dan riwayat penyakit yang berhubungan dengan penyakit







Degereratif ( DM, Hipertensi, kegemukan/obesitas, osteoporosis, jantung, hati, dan kanker) atau penyakit saluran penceranaan (Gastritis, colitis) serta penyakit infeksi kronis (TBC, diare)







Keluhan psikologis: cemas, kekhatiwaran, rasa takut, depresi, penolakan.







Riwayat KB dan penggunaan obat hormonal







Riwayat kebiasaan BAB dan BAK







Riwayat alergi, intoleransi dan diet khusus







Riwayat kesehatan gigi, mulut, apakah menggunakan gigi palsu







Riwayat asupan makan perhari







Riwayat penggunan obat







Aktivitas sehari-hari yang dilakukan dan riwayat pekerjaan (Jenis dan frekuensi)







Pola hubungan seksual







Riwayat menstruasi







Riwayat operasi gineklogi







Riwayat obstetri



 Pemeriksaan Fisik 



Keadaan umum: Kesadaran







Tanda-tanda klinis gizi kurang atau lebih: -



Gizi Kurang : kurus, sangat kurus, pucat atau bengkak (edema)



-



Gizi Lebih : gemuk atau sangat gemuk (obesitas)







System Kardiovaskuler : tensi, nadi







System Pernapasan : Frekuensi Napas, Bunyi Napas







System Gastrointestinal : peristaltic usus







System genitatourinarius : nyeri tekan suprapubis







System muskuloskletal : pemeriksaan sendi, aterosklerosis







System metabolic/endokrin: pemeriksaan kelenjar getah bening (bengkak dan sakit) dan payudara







System neurologic : pemeriksaan reflex







Sitem reproduksi







Pemeriksaan genetalia : inpeksi genetalia eksterna dan pemeriksaan vagina pengambilan lendir atau pap smear







Pemeriksaan bimanual untuk melihat posisi uterus dan sekitarnya serta kedua adneksa.



 Pemeriksaan Antropometri Untuk menilai status gizi seseorang perlu dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan, kemudian dihitung IMT dengan cara sebagai berikut: IMT =



berat b adan ( kg ) tinggi badan(m)2



Cara dapat digunakan untuk mengukur Berat Badan ideal dengan menggunakan rumus sebagai berikut: BB ideal = (TB-100)-10% (TB-100) Batas ambang yang diperbolehkan adalah + 10%. Bila >20% terjadi obesitas b. Diagnose 



Definsit pengetahuan berhungan dengan kurangnya informasi







Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur



c. Perancanaan No DX 1



Diagnosa Definsit



Tujuan



Intervensi



pengetahuan Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam Edukasi Kesehatan



berhubungan dengan kurangnya diharapkan informasi



tingkat



pengetahuan



pasien Observasi



membaik, dengan kriteria hasil: a. Kemampuan



menjelaskan



- Identifikasi kesiapan dan kemampuan pengetahuan



tentang suatu topic meningkat b. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun.



menerima - Identifikasi factor factor yang dapat meningkatkan



dan



menurunkan



motivasi perilaku hidup bersih dan sehat Teraupetik - Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan - Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan - Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi - Jelaskan



2



Gangguan berhubungan control tidur



pola dengan



factor



risiko



mempengaruhi kesehatan tidur Setelah dilakukan intervensi selama 3x 24 jam Dukungan Tidur kurang diharapkan pola tidur pasien membaik dengan Observasi



yang



dapat



kriteria hasil:



- Identifikasi pola aktivitas tidur



a. Keluhan sering terjaga meningkat



- Identifikasi factor pengganggu tidur



b. Keluhan tidak puas meningkat



(fisik dan psikologis) Teraupetik - Modifikasi lingkungan - Tetapkan jadwal tidur rutin - Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (pijat, terapi akupresur) Edukasi - Jelaskan



pentingnya



tidur



cukup



selama sakit - Anjurkan menepati kebiasaan tidur - Sesuaikan jadwal pemberian obat atau tindakan untuk menunjang siklus tidur terjaga



Daftar Pustaka Andrews,Gilly. (2010). Buku Ajar Kesehatan Reproduki Wanita. Jakarta:EGC. Bong, Maria Theresia,. Mudayatiningsih, Sri,. Susmini. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Menopause Dengan Tingkat Stress. Nursing News Vol 4. (1). Istighosah, Nining. (2017). Kajian Asuhan Pada Menopause: Sebuah Strategi Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup. Jurnal Kebidanan Vol 6 (1). Kumalasari, Intan & Iwan Andhyantoro. (2012). Kesehatan Reproduksi untuk Mahasiswa Kebidanan dan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Lestari, Ayu,. Putri, Riski Hediya,. Yunitasari, Eva. (2020). Hipertensi Pada Wanita Menopause; Sebuah Tinjauan Literatur. Wellness And Healty Magazine. Vol 2, (2). ISSN 2655-9951 Mulyani S. 2013. Menopause Akhir Siklus Menstruasi Pada Wanita di Usia Pertengahan. Yogyakarta: Nuha Medika. PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawtaan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, edisi 1. Jakarta: DPP PPNI Spencer, R, F., & Brown, P. (2007). Simple Guides Menopause. Jakarta: Erlangga.