5 0 190 KB
TUGAS MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN MASALAH KETIDAKBERDAYAAN Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Gerontik Dosen Pengampu : Ermawati Dalami, S.Kp, M.Kes
Disusun Oleh : KELOMPOK 7 Destafitri Egamalia
P27905118004
Diah Ayu Pertiwi
P27905118005
Dwiky Wijaya
P27905118006
Shaniatun Ni’mah
P27905118029
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KEMENKES BANTEN 2020/2021
KATA PENGANTAR Penulis mengucapkan puji syukur atas kehadirat Allah Swt, yang memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat kesehatan dan kesempatan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul asuhan keperawatan pada lansia dengan masalah ketidakberdayaan. Makalah ini tidak tersusun dengan sempurna dan masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam penulisannya. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan benar, bahkan bisa tersusun dengan sempurna. Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu pengetahuannya. Mudahmudahan makalah yang sederhana ini bisa dipahami bagi siapapun yang membacanya,dengan pemahaman yang di dapatkan pembaca dari makalah ini tentunya penulis akan memperbanyak ilmu pengetahuan agar bisa menyelesaikan makalah berikutnya dengan sempurna tanpa ada kesalahan,demi peningkatan mutu pendidikan kita bersama. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih atas perhatian, kritik, serta saran yang akan pembaca berikan kepada penulis nantinya.
Tangerang, 28 februari 2021
`
penulis
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Lansia merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi ransangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008). Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan mempertahankan struktur serta fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan jejas dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Dapat disimpulkan bahwa manusia, secara perlahan mengalami kemunduran struktur dan fungsi organ. Kondisi ini dapat mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lansia (Nugroho, 2008). B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan ketidakberdayaan ? 2. Apa saja penyebab terjadinya ketidakberdayaan? 3. Apa saja tanda dan gejala ketidakberdayaan? 4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pasien ketidakberdayaan? C. Tujuan Penulisan Tujuan Umum Penulisan: Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien ketidakberdayaan Tujuan Khusus Penulisan: 1. Untuk mengetahui pengertian dari ketidakberdayaan 2. Untuk mengetahui pengkajian keperawatan pada pasien ketidakberdayaan 3. Untuk mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien ketidakberdayaan
4. Untuk mengetahui intervensi keperawatan pada pasien ketidakberdayaan 5. Untuk mengetahui implementasi keperawatan pada pasien ketidakberdayaan 6. Untuk mengetahui evaluasi keperawatan pada pasien ketidakberdayaan D. Sistematika Penulisan BAB I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, masalah, tujuan, dan sistematika penulisan. BAB II : Berisi pembahasan yaitu menguraikan pembahasan kasus. Pembahasan yang menelaah kensenjangan teori dengan maslah laporan kasus dalam hal pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi serta alternatif pemecahannya. BAB III : Kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan dari pembahasan latar belakang serta saran yang penulis berikan.
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011). Menurut Nanda (2012) Ketidakberdayaan memiliki definisi persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempengaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan terjadi. Menurut nanda (2015-2017) ketidakberdayaan adalah pengalaman hidup kurang pengendalian terhadap persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan memengaruhu hasil. Menurut Wilkinson (2007) ketidakberdayaan merupakan persepsi seseorang bahwa tindakannya tidak akan mempengaruhi hasil secara bermakna, kurang penggendalian yangdirasakan terhadap situasi terakhir atau yang baru saja terjadi. Menurut Carpenito-Moyet (2007) ketidakberdayaan merupakan keadaan ketika seseorang individu atau kelompok merasa kurang kontrol terhadap kejadian atau situasi tertentu. Ketidakberdayaan adalah suatu hal yang dapat diklasifikasikan dalam persepsi subjektif dan dapat diamati secara objektif yang menunjukkan merasa kurang dapat mengontrol keadaan atau perasaan bahwa sesuatu yang dilakukan tidak dapat mempengaruhi hasil (Dryer,2007). Carpenito dan Moyet (2009) menyebutkan bahwa ketidakberdayaan adalah merupakan keadaan kehilangan kontrol personal terhadap kejadian atau situasi yang mempengaruhi tujuan dan gaya hidup.
Sedangkan, menurut doenges (2008) ketidakberdayaan dapat diartikan sebagai persepsi yang menyatakan bahwa apa yang dilakukan tidak memiliki efek signifikan terhadap hasil atau keadaan kehilangan kontrol terhadap situasi atau kejadian yang terjadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketidakberdayaan merupakan persepsi individu yang memandang bahwa dirinya tidak dapat melakukan sesuatu yang signifikan atau tidak dapat merubah terhadap suatu keadaan. Ketidakberdayaan beda dengan keputusasaan. Keputusasaan berarti bahwa seseorang mempercayai bahwa tidak ada solusi untuk masalahnya. Pada ketidakberdayaan, pasien mungkin mengetahui solusi permasalahannya, tetapi pasien tersebut berkeyakinan bahwa hal tersebut diluar kendalinya. 2. Batasan karakteristik: a. Bergantung pada orang lain b. Depresi c. Frustasi tentang ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sebelumnya d. Kurang berpartisipasi dalam perawatan e. Kurang rasa kendali f. Malu g. Merasa asing h. Ragu tentang penampilan peran 3. Factor yang berhubungan: a. Disfungsi lingkungan perawatan b. Interaksi interpersonal yang tidak memuaskan c. Regimen pengobatan yang rumit 4. Etiologi Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan dapat muncul disebabkan banyak faktor. Karpetino dan Moyet (2009), membagi etiologi ketidakberdayaan menjadi 3, yaitu patofisiologi, situasional, dan maturasional. Berdasarkan patofisiologi, ketidakberdayaan dapat muncul karena proses penyakit akut dan kronis, seperti ketidakmampuan mengkomunikasikan sakitnya, ketidakmampuan melakukan aktivitas fisik, ketidakmampuan mengerjakan peran dan tanggung jawabnya, kelemahan karena penyakit dan penyakit yang disebabkan kemunduran mental. Faktor situasional yang dapat menyebabkan ketidakberdayaan dapat
berupa perubahan personal dan lingkungan seperti hospitalisasi,peningkatan ketakutan atau menerima masukan negatif. Secara maturasional, proses pendewasaan menjadi remaja atau dewasa atau perubahan menjadi lansia, serta kehilangan (pmecatan, defisit sensori, kehilangan uang, dan orang terdekat). 5. Tanda dan Gejala Ketidakberdayaan Ketidakberdayaan ditandai dengan pengungkapan kata-kata yang menyatakan tidak memiliki kemampuan megendalikan situasi, tidak dapat menghasilkan sesuatu, frustasi dan ketidakpuasan terhadap aktivitas atau tugas, mengungkapkan keragu-raguan, ketidakmampuan melakukan perawatan diri, tidak berpartisipasi terhadap pengambilan keputusan, enggan mengungkapkan perasaan, ketergantungan yang dapat mengakibatkan iritabilitas, ketidaksukaan, murah dan rasa bersalah serta gagal mempertahankan ide. Tanda-tanda yang diungkapkan secara langsung merupakan tanda secara subjektif. Selain itu, secara objektif orang yang mengalami ketidakberdayaan akan menunjukkan sikap apatis dan pasif, ekspresi muka murung, bicara dan gerak lambat, tidur berlebihan, nafsu makan tidak ada, serta menghindari orang lain (standar asuhan keperawatan,2011). Dogans (2008) membagi ketidakberdayaan menjadi 3 kategori berdasarkan tanda dan gejala yang muncul kategori yang pertama merupakan ketidakberdayaan rendah. Orang yang mengalami ketidakberdayaan rendah akan menunjukkan ekspresi yang tidak menetu dan level energi yang fluktuatif, serta tampak pasif. Ketidakberdayaan sedang ditandai dengan ekspresi tidak puas dan frustasi karena tidak dapat melakukan tanggung jawab dan tugasnya, memiliki ketakutan, diasingkan oleh caregiver, ragu-ragu dalam menyampaikan kemarahan, rasa bersalah serta perasaan yang sebenernya dirasakan. 6. Jenis-jenis Ketidakberdayaan 1. Ketidakberdayaan situasional, ketidakberdayaan yang muncul pada sebuah peristiwa spesifik dan mungkin berlangsung singkat. 2. Ketidakberdayaan dasar, ketidakberdayaan yang bersifat meyebar, mempengaruhi tujuan , gaya hidup, dan hubungan. 7. Faktor-faktor ketidakberdayaan 1. Faktor Predisposisi Beberapa faktor yang dapat mendukung terjadinya masalah ketidakberdayaan menurut Stuart (2009) pada seseorang antara lain:
a) Biologis b) Psikologis c) Sosial Kultural d) Spiritual 2. Faktor Presipitasi a) Nature. b) Origin c) Timing d) Number 8. Hal yang dilakukan perawat dalam pendekatan pada pasien ketidakberdayaan 1. Lakukan pendekatan yang hangat, bersifat empati, tunjukkan respon emosional dan menerima pasien apa adanya. 2. Mawas diri dan cepat mengendalikan perasaan dan reaksi diri perawat sendiri ( misalnya : rasa marah, frustasi, dan empati). 3. Sediakan waktu untuk berdiskusi dan bina hubungan yang sifatnya suportif, beri waktu klien untuk merespon. 4. Gunakan teknik komunikasi terapeutik terbuka, eksplorasi dan klarifikasi. 5. Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan identifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada dalam kemampuan untuk mengontrol. 6. Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat berpegaruh terhadap ketidakberdayaan. 7. Diskusi tentang masalah yang dihadapi klien tanpa memintanya untuk menyimpulkan. 8. Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan melalui interupsi atau subsitusi. 9. Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran positif. 10. Evaluasi ketetapan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat klien. 11. Identifikasi presepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan pendapatnya yang tidak rasional. 12. Kurangi penilaian pasien yang negatif terhadap dirinya.
13. Bantu untuk menyadari nilai yang dimilikinya atau perilakunya dan perubahan yang terjadi. 14. Libatkan klien dalam menetapkan tujuan-tujuan perawatan yang realistis. 15. Berikan klien privasi sesuai kebutuhan yang ditentukan, 16. Berikan reinforcement positif untuk keputusan yang dibuat dan jika klien berhasil melakukan
kegiatan
atau
penampilan
yang
bagus,
motivasi
untuk
mempertahankan penampilan atau kegiatan tersebut. 17. Diskusikan dengan klien pilihan yang realistis dalam perawatan, berikan penjelasan untuk pilihan ini. Bantu klien untuk mendapatkan tujuan yang realistis. Fokuskan kegiatan pada saat ini bukan pada kegiatan masa lalu. 18. Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat dikontrolnya. Dukung kekuatan-kekuatan diri yang dapat diidentifikasi oleh klien. 19. Dorong kemadirian, tetapi bantu klien jika tidak melakukan.
ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian
Hari/tanggal
: Sabtu, 27 februari 2021
Jam
: 09.00 WIB
Metode
: wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen
A. Identitas 1. Klien Nama
: Ny. S
Umur
: 80 tahun
Agama
: Islam
Jemis kelamin
: Perempuan
Pendidikan
:-
Alamat
: kampung Budi Luhur
Suku
: Jawa
Status perkawinan
:-
Tanggal masuk
:
2. Penanggung Jawab Nama
: Ny. J
Hub. Dengan klien : Keluarga
B. Riwayat Masuk Panti
1. Alasan masuk panti Ibu Nur mengatakan, Ny. S masuk PSTW Budi Luhur diantar oleh tetangganya. Ny. S masuk BPSTW karena permintaan dari warga sekitar dikarenakan Ny. S tidak mempunyai siapa-siapa lagi untuk me “rumat” 2. Proses masuk panti Klien mengatakan sebelum masuk BPSTW Budi Luhur dirinya tinggal di rumah sendiri. Klien masuk ke BPSTW Budi Luhur diantar oleh kepala dusun di rumahnya.
C. Riwayat Kesehatan 1. Riwayat kesehatan sekarang Klien tirah baring. Klien mengatakan sudah sulit untuk duduk, setiap hari hanya tiduran saja. Klien mengatakan kaki kanannya pegel-pegel dan sulit untuk digerakkan. Klien mengatakan sudah tidak bisa duduk dan hanya tiduran saja. Kaki kanan klien terlihat udem (pitting udem derajat 3) 2. Riwayat kesehatan yang lalu Data dari RM klien menunjukkan bahwa Ny. S memiliki riwayat jatuh pada bulan Juni 2020. Data dari RM juga menunjukkan bahwa pada tanggal 13 Mei 2020 kaki klien mulai bengkak. 3. Riwayat kesehatan keluarga a) Klien mengatakan di keluarganya tidak ada penyakit menular maupun keturunan seperti darah tinggi. b) Genogram : Klien mengatakan dirinya 7 bersaudara namun klien lupa anak yang ke berapa D. Pola Kebiasaan 1. Aspek Fisik - Biologis a. Pola nutrisi/metabolic 1) Intake makanan : Klien mengatakan makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk, dan kadang sayur. Pemberian nutrisi pada klien dibantu oleh orang lain. Klien terlihat makan habis hanya 5 sendok. 2) Intake cairan: Klien mengatakan minum dengan tempat minum yang sudah disediakan di kasurnya. Klien minum terkadang denngan bantuan orang lain. Klien minum air putih sedikit tapi sering ±200 mL sehari. b. Pola eliminasi 1) Buang air besar :
Klien mengatakan b.a.b menggunakan diapers. Bila penuh, diapers diganti oleh pertugas 2) Buang air kecil Klien mengatakan b.a.k menggunakan diapers. Bila penuh, diapers diganti oleh petugas c. Pola Aktifitas Sehari – Hari -
Klien mengatakan tidak bisa mandi sendiri, mandi dibantu oleh orang lain dengan cara di lap.
Indeks KATZ tentang aktivitas kehidupan sehari – hari : No
Kegiatan
Keterangan
1.
Mandi
Klien mampu berdiri dan berpindah, klien mampu
Skor 0
mandi sendiri 2.
Berpakaian
Klien mandiri dan menggunakan pakaian sendiri
0
3.
Berpindah
Klien mampu berpindah namun dengan jalan sedikit
0
kaku 4.
Kontinen
Klien menyatakan b.a.k kadang keluar darah
0
BAB/BAK 5.
Makan
Klien makan sendiri tanpa dibantu orang lain
0
6.
Toileting
Klien mampu b.a.k dan b.a.b tanpa dibantu orang lain
0
Skor : 0 (ketergantungan) d. Pola tidur dan istirahat Klien mengatakan sering terbangun saat tengah malam hari (nglilir). 2. Aspek Mental – Intelektual – Sosial – Spiritual a. Konsep Diri 1) Identitas Diri Klien menyatakan dirinya adalah orang yang sudah tua.
2) Ideal Diri Klien mengatakan sudah lama tinggal di panti dan pasrah dengan keadaannya saat ini. 3) Gambaran Diri Klien mengatakan mengetahui tentang keadaannya saat ini dan pasrah dengan keadaannya. 4) Harga Diri Klien mengatakan tidak malu dengan keadaannya saat ini, klien mengatakan ketidakberdayaannya saat ini karena dirinya yang sudah tua 5) Peran Diri Klien menyatakan tidak pernah berkomunikasi dengan sesama klien di panti karena sudah tidak bisa apa-apa lagi. b. Emosional Klien
mengatakan
jarang
tersinggung
jika
ada
penghuni
panti
yang
menyinggungnya. Klien mengatakan jika ada penghuni panti yang marah, biasanya klien diamkan saja dan mencoba memahami semua sikap dan sifat yang dimiliki setiap penghuni panti. c. Intelektual / Pengetahuan Daya ingat sudah menurun Pengkajian fungsi kognitif menggunakan SPMSQ No
Pertanyaan
Jawaban
B/S
1.
Tanggal berapa hari ini ?
Tidak tahu
S
2.
Hari apa sekarang ini ?
Tidak tahu
S
3.
Apa nama tempat ini ?
Tidak tahu
S
4.
Berapa nomor telepon anda ?
Tidak tahu
S
.
Dimana Alamat anda ? 5.
Berapa umur anda ?
80 tahun
B
6.
Kapan Anda lahir ?
Tidak tahu
S
7.
Siapa Presiden Indonesia yang
Tidak tahu
S
sekarang ? 8.
Siapa presiden sebelumnya ?
Tidak tahu
S
9.
Siapa nama kecil ibu anda ?
Sakem
B
10.
Pengurangan 3 dari angka 20 dan
Tidak tahu
S
dikurangi 3 setiap bilangan baru hingga nilai habis
Penilaian : 1 – 2 kesalahan : tidak mempunyai kerusakan intelektual 3 – 4 kesalahan : kerusakan intelektual ringan 5 – 7 kesalahan : kerusakan intelektual sedang 8– 10 kesalahan : kerusakan intelektual berat Interpretasi hasil penilaian: kerusakan intelektual berat.
d. Aman nyaman Skala pengukuran Resiko jatuh Morse Parameter
Status /keadaan
skor
Riwayat jatuh 3 Tidak pernah
0
bulan terakhir
25
Pernah
nilai
Ket Klien
0
mengatakan belum
pernah
terjatuh Penyakit penyerta Ada
15
(diagnosa
0
Tidak ada
15
Kaki bengkak
klien
sekunder) Alat bantu jalan
Tanpa
alat
bantu, 0
Klien tidak bisa
tidak dapat jalan ,
berjalan
kursi roda, bed rest Tongkat penyangga
15
0
Kursi atau benda lain 30 untuk
tumpuan
berjalan Pemakaian infus Ya intravena/heparin
20
Tidak
Cara berjalan
Status mental
0
Klien 0
tidak
menggunakan infus
Normal, tidak dapat 0
Klien
nampak
jalan
berjalan
dengan
langkah
kecil-
Lemah
10
Tengganggu
20
Menyadari
0
0
kecil Klien
kelemahannya Tidak
menyadari 15
mengatakan 0
kelemahannya
dirinya lemah
sudah dan
selincah muda dulu Jumlah
15
Tingkat Resiko
Skor morse
Resiko rendah
0-24
Resiko sedang 25-44 Resiko tinggi >45 Interpretasi
: Resiko rendah
e. Hubungan interpersonal
tak
waktu
Klien mengatakan jarang ngobrol dengan teman satu wismanya karena sudah tidak bisa apa-apa.
f. Sosial APGAR Score : Sudah dikaji namun respon klien (-) No. 1.
Selalu
Kadang
Hampir tdk
(2)
(1)
pernah (0)
Pernyataan Saya merasa puas karena saya dapat membuat keluarga atau teman menolong saat terjadi hal
yang
V
menyulitkan
(adaptasi) 2.
Saya merasa puas dengan cara keluarga
atau
teman
membicarakan hal dan masalah yang
ada
dengan
V
saya
(Hubungan) 3.
Saya
merasa
puas
dengan
kenyataan bahwa keluarga atau teman
menerima
mendukung
keinginan
dan saya
V
untuk mencari arah kehidupan aktifitas baru (pertumbuhan) 4.
Saya merasa puas melihat cara keluarga
atau
teman
mengekspresikan afeksi dan respon mereka terhadap emosi saya
seperti
marah,
sedih
V
(Afeksi) 5.
Saya merasa puas atas cara teman
menghabiskan
waktu
V
bersama – sama (Pemecahan) Hasil Score
0
< 3 : terjadi disfungsi keluarga tingkat tinggi 4 – 6 : terjadi disfungsi keluarga tingkat menengah > 6 : tidak terjadi disfungsi sosial Intrepretasi : Terjadi disfungsi keluarga tingkat tinggi Skala Depresi Geriatri No
PERTANYAAN
YA
1
Apakah anda sebenarnya puas dengan kehidupan anda?
V
2
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan dan
TIDAK
V
minat atau kesenangan anda? 3
Apakah anda merasa kehidupan anda kosong?
V
4
Apakah anda sering merasa bosan?
V
5
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap
V
saat? 6
Apakah anda takut bahwa sesuatu yang buruk akan
V
terjadi pada anda? 7
Apakah anda merasa bahagia untuk sebagian besar
V
hidup anda? 8
Apakah anda sering merasa tidak berdaya?
9
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada
V V
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru? 10
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah
V
dengan daya ingat dibanding kebanyakan orang? 11
Apakah anda berpikir hidup anda sekarang ini
V
menyenangkan? 12
Apakah anda merasa tidak berharga seperti perasaan
V
anda saat ini? 13
Apakah anda merasa penuh semangat?
V
14
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada
V
harapan? 15
Apakah anda berpikir bahwa orang lain lebih baik
V
keadaannya daripada anda? SKOR
8
Skor 10-15 : depresi berat Skor 6-9 : depresi sedang Skor 0-5 : depresi ringan Intrepertasi data : Depresi sedang g. Support system Klien mengatakan dirinya tidak memiliki suami dan dulu hanya tinggal dengan kakaknya. h. Aspek spiritual Klien mengatakan ia beragama Islam. 2. Pemeriksaan fisik 1. Keluhan yang dirasakan saat ini : Klien mengatakan kaki kanannya pegal-pegal. Kaki kanan klien terlihat bengkak, pitting udem derajat 3. TD : 80/50 mmHg RR : 20 x/m N : 82 x/m S : 36,5oC 2. Kepala
:
a. Kepala : bentuk kepala simetris, rambut berwarna putih dan sebagian hitam, tidak tampak ketombe, tidak tampak kelainan pada kepala. b. Mata : konjungtiva tidak pucat, tidak ada nyeri tekan c. Telinga : Bentuk simetris, bersih, fungsi pendengaran baik, tidak ada serumen dan tidak ada nyeri tekan, tidak ada luka. d. Hidung : Bentuk simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada serumen,tidak ada nyeri tekan,tidak ada lesi atau jejas e. Mulut : Membran mukosa kering, tidak ada stomatitis, tidak ada pembesaran tonsil, tidak sianosis,dan tidak lesi,tidak ada nyeri tekan. f. Wajah : tidak tampak kelainan pada wajah. g. Leher : Tidak terdapat pembesaran kelenjar tiroid leher, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening h. Ekstrimitas : Atas : anggota gerak atas lengkap, tidak ada kelainan jari, tidak tampak edema. Bawah : anggota gerak bawah lengkap, tidak ada kelainan jari, tampak edema di kaki kanan (pitting udem derajat 3) Terdapat lesi di pantat dan paha kiri klien. Lesi berwarna kemerahan, tidak ada pus, tidak berbau, luas lesi ±3 cm Klasifikasi Dekubitus Derajat II (Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis dan dermis. Luka superficial dan secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet, atau lubang yang dangkal.) i. Dada : Simetris, tidak ada luka, tidak ada nyeri tekan 3. Analisa Data DATA
MASALAH
PENYEBAB
DS
Defisit perawatan
Ketidakberdayaan
-
Klien mengatakan tidak bisa mandi sendiri
-
Klien mengatakan mandi dibantu oleh orang lain
-
Klien mengatakan mandi di tempat tidur
diri
dengan cara di lap oleh petugas
-
Klien mengatakan tidak bisa makan sendiri
DO -
Indeks KATZ : 0
-
Klien tidak dapat pergi ke kamar mandi secara mandiri
-
Klien tidak dapat mengeringkan tubuh secara mandiri
-
Klien tidak bisa memegang alat makan secara mandiri
-
Kekuatan Otot : 4
4
4
4
4. Intervensi Keperawatan NO.
DX
TUJUAN
KEPERA
RENCANA
RASIONAL
TINDAKAN
Dx.
WATAN Ketidakber
Tujuan: Klien mampu
1
dayaan
mengontrol
-
Sp 1 Pasien -
Untuk
Kaji
menentukan
ketidakberdayaan dengan
ketidakberda
intervensi
kriteria hasil:
yaan klien
selanjutnya
-
Klien mampu
-
Bantu
klien
-
Agar klien dapat
berpartisipasi
menguraikan
mengungkapkan
dalam
perasaan nya
penyebab
Latih
ketidakberdayaan
pengambilan
-
klien
-
keputusan
untuk
Klien mampu
berpikir
termotivasi untuk
positif
aktif mencapai
-
nya -
Berpikir
positif
membawa
Latih
klien
perubahan
baik
tujuan yang
untuk
dalam fisik dan
realistis.
mengembang
mental individu
kan harapan
-
positif
menegaskan klien
(Afirasi
bahwa
klien
Positif)
mampu
lebih
Sp 2 Pasien -
-
baik. -
Evaluasi
mengetahui
ketidakberda
perkembangan
yaan
respon
Latih
Klien
ketidakberdayaan nya
mengontrol
-
Agar
dapat
ketidakberda
mengendalikan
yaan
situasi tertentu -
Sp 1 Keluarga
Agar
keluarga
Jelaskan
mengetahui
kondisi klien
kondisi klien dan
dan
mampu berperan
cara
merawat Sp 2 Keluarga -
Untuk
Kondisi
untuk
-
Untuk
dalam perawatan -
Untuk
melihat
Evaluasi
sejauh
mana
peran
peran
keluarga
keluarga
dalam
merawat
merawat
klien.
klien.
5. Implementasi dan evaluasi Nama: Ny. S
Dx Medis: -
Umur: 80 Tahun
Ruang: Melati
DIAGNOSA Ketidakberdayaan
IMPLEMENTASI -
Membantu klien
EVALUASI S:
untuk
-
mengungkapkan
senang dengan
perasaannya -
kondisi nya
Mengevaluasi kondisi
sekarang.
ketidakberdayaan -
-
Membantu klien
pelaksanaan diet
pengambilan
dan melakukan
keputusan yang
tindakan injeksi
berkaitan dengan -
Memotivasi klien aktif dalam mencapai tujuan yang realistis
-
Klien mau melakukan
berpartisipasi dalam
perawatan sendiri.
Klien mengatakana
pada dirinya O: -
Klien tampak antusias
-
Raut wajah klien tampak senang
A: Ketidakberdayaan teratasi P: Intervensi Dihentikan -
Sp 2: Evaluasi dan monitor motivasi klien dalam pola
pikir positif -
Sp Keluarga: Motivasi Kleuarga dalam peran harapan positif klien.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Ketidakberdayaan adalah persepsi atau tanggapan klien bahwa perilaku atau tindakan yang sudah dilakukannya tidak akan membawa hasil yang diharapkan atau tidak akan membawa perubahan hasil seperti yang diharapkan, sehingga klien sulit mengendalikan situasi yang terjadi atau mengendalikan situasi yang akan terjadi (NANDA, 2011). Lansia merupakan tahap akhir dalam kehidupan manusia. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi ransangan dari dalam dan luar tubuh yang berakhir dengan kematian (Nugroho, 2008). B. Saran Diharapkan mahasiswa untuk kedepannya lebih difokuskan untuk mengelola satu pasien selama pemintan berlangsung sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan lebih optimal.