Makalah Modul 9 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL 9 MENDIDIK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD BIASA KEGIATAN BELAJAR 1 IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS A. IDENTIFIKASI ABK Identifikasi adalah proses untuk menemukan adanya gejala kelainan pada siswa. Tujuan utama identifikasi adalah mengenal atau menemukan anak yang menyandang kelainan dan jenis kelainan



yang disandangnya.Identifikasi



didasarkan pada pada asumsi bahwa anak-anak yang menyandang kelainan menunjukkan penampilan atau perilaku yang sedikit banyak berbeda dari yang semestinya. Beberapa perilaku tampak sangat nyata berbeda, misalnya pada anak yang menyandang gangguan penglihatan, tuna daksa dan ganngguan pendengaran. Guru harus mampu mengamati anak secara cermat, dan menguasai jenis perilaku yang ditampilkan oleh masing-masing jenis ABK. Perilaku atau penampilan inilah harus diamati sebagai dasar untuk melakukan dekteksi atau diidentifikasi. Untuk mencapai tujuan ini berbagai teknik dapat diterapkan. Adapun teknik – teknik tersebut yaitu. 1.



Teknik Observasi Teknik observasi merupakan teknik yang paling banyak digunakan dalam melakukan identifikasi. Agar observasi yang kita lakukan dapat membantu munculnya dugaan (jika memang ada) bahwa seorang anak menderita kelainan kita perlu melengkapi diri dengan lembar observasi meskipun sifatnya sangat informal.



Lembar



observasi



ini



dapat



dibuat



sendiri



dengan



cara



mencantumkan karakteritik fisik ABK dari semua jenis sebagai indikator perilaku. 2.



Teknik Wawancara Setelah melakukan observasi, ada kemungkinan kita belum dapat membuat dugaan apakah anak tersebut mempunyai kelainan atau tidak karena data yang kita kumpulkan kurang lengkap. Untuk melengkapinya kita dapat melakukan wawancara dengan orang tua siswa, teman-teman anak tersebut atau dengan guru lain. Untuk memudahkan wawancara orang tua siswa, guru dapat



menggunakan lembar observasi sebagai acuan bahkan guru dapat memberikan lembar observasi tersebut pada orang tua siswa sehingga orang tua menyadari kelainan yang mungkin muncul pada anaknya.Wawancara tentu saja difokuskan pada data yang telah diperoleh karena tujuan memang untuk menguji apakah dugaan kita benar atau salah. 3. Tes Sederhana Tes Sederhana yang dibuat sendiri oleh guru, baik berupa tes perbuatan maupun tes tertulis dapat digunakan untuk mengidentifikasi munculnya kelainan pada anak-anak di kelas. Misalnya kita melihat anak sering memimiringkan kepalanya ke arah sumber suara, kita dapat memberikan beberapa perintah lisan dan melihat reaksi anak tersebut. Kita dapat pula memberikan tes membaca singkat untuk mengidentifikasikan apakah anak mempunyai kesulitan belajar membaca atau kita dapat menyuruh siswa menulis sesuatu untuk melihat apakah dia mempunyai kesulitan belajar menulis. Dari berbagai teknik identifikasi di atas, tentu sudah dapat kita simpulkan bahwa indentifikasi atau sering disebut deteksi adanya kelainan dapat dilakukan guru jika guru mempunyai wawasan yang memadai tentang karakteristik ABK. B



ASESMEN Asesman berasal dari bahasa inggris yaitu assessment, yang secara harfiah berarti penafsiran atau penilaian. Dalam kaitannya dengan ABK, asesmen dapat diartikan sebagai penilai atau menaksir kemampuan yang dimiliki oleh anak sehingga hasil asesmen dapat digunakan untuk menaksir bantuan yang diperlukan oleh anak tersebut. McLaughlin & Lewis (1985 :5), mengutip definisi dari Wallace & McLaughlin sebagai berikut. Education assessment of the handicapped is a “systematic process of asking educational relevant questions about a student’s learning behaviour for the purpose of placement and instruction”. Secara lengkap definisi diatas menyatakan bahwa asesmen pendidikan bagi ABK adalah satu proses yang yang sistematis dalam mengajukan pertanyaan pendidikan



yang relevan tentang perilaku belajar seorang siswa dengan tujuan penempatan dan pembelajaran. Informasi yang diperoleh dari asesmen digunakan untuk menempatkan anak pada sekolah atau kelas yang sesuai, serta mengembangkan program pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan anak tersebut. Ada 5 butir Kode Etik yang harus dipegang teguh dalam melakukan asesmen, sebagaimana yang diungkapkan oleh McLaughlin & Lewis (1985 : 608) yaitu : 1.



Tidak ada kecerobohan dalam pengadministrasian. Ini berarti, pengadministrasian dilakukan secara cermat dan akurat, yang antara lain meliputi proses pengumpulan informasi, pencatatan hasil tes, dan identitas siswa.



2.



Tidak ada jalan pintas dalam merancang rencana asesmen seorang siswa. Ini berarti langkah-langkah dalam melakukan asesmen harus diikuti secara cermat sehingga tidak ada langkah yang dilampaui / dilewati.



3.



Tidak ada kecurangan dalam pemberian skor. Skor harus diberikan secara objektif sehingga benar-benar menggambarkan perilaku/kemampuan anak yang sesungguhnya.



4.



Dalam pertemuan, anggota tim tidak boleh diwakili. Anggota tim wajib ikut dalam pertemuan yang membahas berbagai aspek asesmen. Dengan demikian, hasil pembahasan akan sesuai dengan persepsi anggota tim



yang



sesungguhnya. 5.



Tidak ada tindakan yang bersifat diskriminatif. Semua siswa harus diperlakukan sama dalam asesmen. Dengan demikian, tidak ada pilih kasih. Dengan menyimak kode etik di atas, tentu kita dapat memahami betapa ketatnya asesmen tersebut harus dilakukan. Keketatan ini kita pahami kita kaitkan dengan pemanfaatan hasil asesmen. Hasil yang keliru akan membawa bencana bagi anak. Asesmen merupakan tindak lanjut dari identifikasi. Jika identifikasi menghasilkan dugaan bahwa seorang siswa menyandang kelainan tertentu, misalnya kesulitan belajar menulis untuk mengetahui kejelasan dugaan tersebut, kita perlua melakukan asesmen. Dari asesmen yang dilakukan



tersebut



diharapkan



mendapatkan



informasi



yang



akurat



tentang



perilaku/kemampuan anak tersebut yang sekaligus merupakan informasi tentang tingkat kelainan yang disandang yang selanjutnya mengacu kepada kebutuhan siswa akan bantuan khusus. Inilah yang merupakan tujuan asesmen.



KEGIATAN BELAJAR 2 TINDAK LANJUT PELAYANAN PENDIDIKAN BAGI ABK A. Mengidentifikasi Jenis Layanan Pendidikan Yang di Butuhkan ABK Kebutuhan layanan bagi ABK tentu berbeda-beda dan bersifat sangat unik, artinya kebutuhan antara satu ABK dengan ABK lain hamper tidak ada yang sama. Hasil asesmen merupakan rujukan utama untuk menentukan kebutuhan layana pendidikan



bagi



ABK.



Hasil



asesmen



haruslah



ditafsirkan



oleh



tim



asesmen.Penafsiran hasil asesmen dapat dilakukan bersama dengan kolega (tim guru lain), kepala sekolah atau dengan teman guru Pendidikan Untuk melakukan penafsiran hasil asesmen, rambu-rambu berikut dapat kita jadikan acuan yaitu : 1.



Tujuan asesmen adalah mengukur atau menafsirkan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dalam bidang yang kita duga ia mengalami masalah/kelainan. Oleh karena itu, penafsiran hasil asesmen harus selalu mengacu kepada tujuan tersebut.



2.



Hasil asesmen akan digunakan untuk mengembangkan program bantuan/program pembelajaran bagi anak tersebut.



3.



Penafsiran terutama didasarkan pada informasi yang relevan, sedangkan informasi lain hanya digunakan sebagai penunjang. Dari penafsiran hasil asesmen, kita kemudian dapat memperkirakan atau



menfasirkan kebutuhan layanan pendidikan yang diperlukan oleh siswa bersangkutan.Agar perkiran atau penafsiran dapat berlangsung terarah, langkahlangkah pertimbangan dalam penafsiran kebutuhan layanan pendidikan adalah : 1.



Tetapkan kemampuan yang semestinya dikuasai oleh Anak.



2.



Deskripsikan kemampuan yang dimiliki anak berdasarkan hasil asesmen.



3.



Bandingkan kemampuan yang dimiliki anak dengan kemampuan yang seharusnya dia dikuasai.



4.



Gambarkan kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki anak dengan kemampuan yang dia miliki.



5.



Berdasarkan kesenjangan tersebut, tafsiran kebutuhan program layanan pendidikan untuk mencapai kemampuan yang semestinya. Berdasarkan rambu-rambu dan langkah-langkah tersebut, kita coba



melakukan penafsiran terhadap hasil asesmen dan penafsiran kebutuhan layanan dari 4 kasus / contoh yang dikaji. Contoh 1. Hasil asesmen menunjukan bahwa Tedi : a. Mengalami kesulitan dalam memenggal kata sehingga dia mengucapkan kata yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih dengan penggalan yang salah. b. Mempunyai kesulitan membaca vocal ganda, seperti baik, biak dan bua sehingga kata-kata tersebut dibaca dengan yang salah c. Mendapat kesulitan dalam memahami isi bacaan dan menebak kata dari konteks sehingga hanya dapat menjawab lima kata dari 36 kata yang ditebaknya, Siswa kelas 3 semestinya sudah mampu membaca kata dengan lancar dan pemenggalan yang benar, mengucapkan vocal ganda dengan benar, serta semestinya sudah mampu memahami isi bacaan sederhana sehingga dia dapat menebak kata-kata tertentu dari konteks bacaan atau kalimat. Berdasarkan kesenjangan ini, Tedi memerlukan bantuan atau layanan khusus dalam : a.



Memenggal kata, terutama untuk kata-kata yang terdiri dari tiga suku kata atau lebih.



b.



Membaca vocal ganda atauu dua vocal yang tidak diselengi oleh konsonan.



c.



Memahami isi bacaan serta menebak kata dari konteks.



Contoh 2. Hasil asesmen menunjukkan bahwa Rita mendapat kesulitan belajar menulis, a.



kesulitan membedakan bentuk huruf sehingga ia menuliskan huruf a, u dan o dengan bentuk yang hamper sama, demikian pula bentuk huruf e dan l.



b.



kesulitan dalam memelihara jarak huruf dan jarak kata sehingga tulisan yang dibuatnya menunjukkan jarak huruf dan jarak kata yang tidak teratur.



c.



kesulitan dalam ejaan sehingga banyak kata yang salah eja, termasuk menambah dan mengurangi atau menukar huruf sehingga tulisannya banyak yang salah eja.



Siswa Kelas 1 SD Cawu 3 semestinya sudah mampu menulis huruf dengan bentuk yang benar serta mampu memelihara jarak huruf dan jarak kata, tapi kenyataannya Rita belum mampu menguasai kemampuan tersebut. Rita memerlukan bantuan layanan pendidikan seperti : a.



Rita memerlukan bantuan dalam membedakan bentuk huruf serta menggambar huruf.



b.



Rita memerlukan bantuan dalam membuat jarak yang tetap antar huruf dan antarkata



c.



Rita memerlukan bantuan dalam mengeja kata dan membedakan bunyi yang dibandingkan oleh setiap huruf.



Contoh 3. Irman mengalami gangguan pendengaran yang diakibatkan oleh masuknya binatang ke dalam telinganya, akibat gangguan tersebut Irman sangat lamban menangkap perinta lisan, tetapi ia tidak mengalami kesulitan dengan perintah tertulis. Anak normal seusia Irman semestinya mampu memahami perintah lisan dengan cepat



dan



tidak



menunjukan



gerak-gerak



yang



mencurigakan.



Namun



kenyataannya Irman sering menunjukan gerak-gerak yang mencurigakan dan tidak mampu memahami perintah lisan secara cepat. Berdasarkan tafsiran dan fakta-fakta tersebut, kita dapat memperkirakan bahwa bantuan layanan yang dibutuhkan oleh Irman adalah layanan yang berkaitan dengan asesmen untuk gangguan pendengarannya dan upaya untuk mengatasinya. Contoh 4 Trini mendapat kesulitan dalam mengisi waktu luang setelah selesai mengerjakan tugas-tugas yang diberikan sehingga ia menjadi pengganggu teman-temannya. Hal ini disebabkan kemampuan intelektual Trini yang melebihi teman-temannya. Padahal untuk ukuran anak normal, tugas-tugas yang diberikan oleh guru sesuai dengan waktu yang disediakan untuk menyelesaikannya. Berdasarkan hasil



asesmen dan kesenjangan tersebut kita dapat menafsirkan bahwa Trini memerlukan bantuan dalam mengisi waktu luang. Tafsiran yang kita buat di atas merupakan acuan bagi kita untuk merancang program.



B. MENGEMBANGKAN PROGRAM LAYANAN PENDIDIKAN Hasil asesmen dan segala usaha untuk menafsirkan kebutuhan layanan pendidikan bagi ABK yang ada di kelas tidak aka ada artinya, jika tidak kita tindak lanjuti dengan pengembangan program. Idealnya pengembangan program ini dilakukan oleh sebuah tim yang menangani anak ini sejak tahap identifikasi. Program yang disusun adalah Program Pengajaran Individual (PPI) karena memang program tersebut



diperuntukan



bagi



anak



secara



individual.



Keputusan



untuk



mengembangkan PPI bagi anal tertentu haruslah benar-benar didasarkan pada kebutuhan anak yang tidak mungkin akan terpenuhi jika tidak diberikan layanan pendidikan secara individual.



C. PELAKSANAAN PROGRAM Sebelum pelaksanaan program, ada beberapa hal yang berkaitan dengan pelaksanaan program perlu dipersiapkan, antara lain : 1.



Jadwal pelaksanaan harus disiapkan sesuai dengan rencana pada PPI.



2.



Materi pelajaran serta media yang akan digunakan.



3.



Pemberitahuan kepada orang tua.



4.



Jika guru akan dibantu oleh anggota tim lain, misalnya guru lain, tim harus menetapkan langkah-langkah pelaksanaan dan peran masing-masing anggota tim. Selama pelaksanaan program, guru melakukan penilaian kemajuan dengan



menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Oleh karena itu, guru jangan sampai lupa mengisi lembar observasi tersebut, segera setiap latihan selesai dan menuliskan catatan yang penting untuk setiap latihan. Hasil observasi dan catatan ini hendaknya dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki atau melakukan perubahan pada latihan berikutnya.



Selama pelaksanaan program, guru melakukan penilaian kemajuan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Oleh karena itu, guru jangan sampai lupa mengisi lembar observasi tersebut, segera setiap latihan selesai dan menuliskan catatan yang penting untuk setiap latihan. Hasil observasi dan catatan ini hendaknya dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki atau melakukan perubahan pada latihan berikutnya. Pada akhir program serta dua bulan setelah latihan diberikan tes akhir untuk melihat pencapaian pada akhir latihan. D. PENILAIAN PROGRAM PELAYANAN PENDIDIKAN Program yang telah dilaksanakan haruslah dinilai keefektifannya misalnya pada Tedi. Penilaian terutama ditekankan pada dampak program terhadap Tedi, berdasarkan hasil observasi / catatan setiap latihan dan hasil tes akhir. Kemungkinan penilaian / pertimbangan yang dapat kita lakukan untuk setiap komponen program, antara lain : 1. Barangkali tujuan yang kita tetapkan terlalu tinggi bagi Tedi 2. Barangkali materi yang kita siapkan kurang menarik. 3. Bagaimana kesulitan latihan atau kegiatan belajar dengan kemampuan. 4. Bagaimana kualitas test yang kita berikan. Dengan mengajukan pertimbangan seperti diatas dan menelaah hasil observasi dan catatan pada setiap latihan, kita dapat menetapkan keefektifan program.