Novel Ronggeng Dukuh Paruk [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Tokoh dan Penokohan 1. Rasus : bersahabat, penyayang, pendendam, pemberani Bukti bahwa Rasus bersahabat “ Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong.” (Tohari,Ahmad, 2008:4) Bukti bahwa Rasus penyayang “ Suatu saat ku bayangkan emak ingin pulang ke Dukuh Paruk.” (Tohari,Ahmad, 2008:49) Bukti bahwa Rasus pendendam “ Nenek menjadi korban balas dendamku terhadap Dukuh Paruk......” (Tohari,Ahmad, 2008:47) Bukti bahwa Rasus pemberani “ Aku mengutuk sengit mengapa kopral Pujo belum juga muncul. Karena tidak sabar menunggu, maka timbul keberanianku” (Tohari,Ahmad, 2008:61) 2. Srintil : Bersahabat, seorang ronggeng, agresif, Dewasa Bukti bahwa Srintil bersahabat “ Sebelum berlari pulang. Srintil minta jaminan besok hari Rasus dan dua orang temannya akan bersedia kembali bermain bersama.” (Tohari,Ahmad, 2008:4) Bukti bahwa Srintil seorang Ronggeng “ ......., Srintil mulai menari. Matanya setengah terpeja. Sakarya yang berdiri di samping Kartsreja memperhatikan ulah cucunya dengan seksama. Dia ingin membuktikan bahwa dalam tubuh Srintil telah bersemayam indang ronggeng.” (Tohari,Ahmad, 2008:10) Bukti bahwa Srintil agresif “ aku tak bergerak sedikit pun ketika Srintil merangkulku, menciumiku. Nafasnya terdengar begitu cepat.” (Tohari,Ahmad, 2008:38) Bukti bahwa Srintil dewasa “ dia tidak mengharapkan uang. Bahkan suatu ketika dia mulai berceloteh tentang bayi, tentang perkawinan.” (Tohari,Ahmad, 2008:53)



3. Dursun : bersahabat Bukti bahwa Dursun bersahabat Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong.” (Tohari,Ahmad, 2008:4) 4. Warta : bersahabat, perhatian dan penghibur Bukti bahwa Warta bersahabat “ Di tepi kampung, tiga orang anak laki-laki sedang bersusah payah mencabut sebatang singkong.” (Tohari,Ahmad, 2008:4)



Bukti bahwa Warta perhatian dan penghibur “Rasus, kau boleh sakit hati. Kau boleh cemburu. Tetapi selagi kau tak mempunyai sebuah ringgit emas, semuanya menjadi sia-sia.” (Tohari,Ahmad, 2008:37) “Tidak apa-apa Warta. Percayalah sahabatku, tak ada yang salah pada diriku. Aku terharu. Suaramu memang bisa membuat siapa pun merasa begitu terharu.” (Tohari,Ahmad, 2008:37) 5. Sakarya (Kakek Srintil): Penyayang, tega Bukti bahwa Sakarya penyayang “dibawah lampu minyak yang bersinar redup. Sakarya, kamitua di pedukuhan kecil itu masih merenungi ulah cucunya sore tadi.” (Tohari,Ahmad, 2008:8) Bukti bahwa Sakarya tega “Jangkrik!” sahutku dalam hati. “kamu si tua bangka dengan cara memperdagangkan Srintil.” (Tohari,Ahmad, 2008:63) 6. Ki Secamenggala : nenek moyang asal Dukuh Paruk Buktinya adalah “hanya Sakarya yang cepat tanggap. Kakek Srintil itu percaya penuh Roh Ki Secamenggala telah memasuki tubuh Kartareja.....” (Tohari,Ahmad, 2008:27) 7. Kartareja dan Nyai Kartareja : mistis, egois Bukti bahwa Kartareja dan Nyai Karateja mistis “Satu hal disembunykan oleh Nyai Kartareja terhadap siapa pun. Itu ketika dia meniuokan mantra pekasih ke ubun-ubun Srintil.” (Tohari,Ahmad, 2008:9) “Tiba giliran bagi Kartareja. Setelah komat-kamit sebentar, laki-laki itu memberi aba-aba....” (Tohari,Ahmad, 2008:26) 8. Sakum : hebat Bukti bahwa Sakum hebat “ Sakum, dengan mata buta mampu mengikuti secata seksama pagelaran ronggeng.” (Tohari,Ahmad, 2008:9) 9. Nenek Rasus : linglung Bukti bahwa Nenek Rasus pikun “ Ah, semakin tua nenekku. Kurus dan makin bungkuk. Kasian, Nenek tidak bisa banyak bertanya kepadaku. Linglung dia.” (Tohari,Ahmad, 2008:62) 10. Santayib (Ayah Srintil) : bertanggungjawab, keras kepala Bukti bahwa Santayib bertanggungjawab “ Meski Santayiborang yang paling akhir pergi tidur, namun dia pulalah pertama kali terjaga di Dukuh Paruk.....” (Tohari,Ahmad, 2008:12)



Bukti bahwa Santayib keras kepala “Kalian, orang Dukuh Paruk. Buka matamu, ini Santayib! Aku telah menelan seraup tempe bongrek yang kalian katakan beracun. Dasar kalian semua, asu buntung! Aku tetap segar bugar meski perutku penuh tempe bingrek. Kalian mau mampus, mampuslah! Jangan katakan tempeku mengandung racun......” (Tohari,Ahmad, 2008:15) 11. Istri Santayib : Keibuan, prihatin Bukti bahwa Istri Santayib keibuan “ Srintil bayi yang tahu diri. Rupanya dia tahu aku harus melayani sampean setiap pagi.” (Tohari,Ahmad, 2008:12) Bukti bahwa Istri Santayib prihatin “Srintil kang. Bersama siapakah nanti anak kita, kang?” (Tohari,Ahmad, 2008:16) 12. Dower : mengusahakan segala macam cara Bukti bahwa Dower mengusahakan “ pada saja baru ada dua buah perak. Saya bermaksud menyerahkannya kepadamu sebagai panjar. Masih ada waktu satu hari lagi. Barangkali besok bisa kuperoleh seringgit emas.” (Tohari,Ahmad, 2008:34) “Aku datang lagi kek. Meski bukan sekeping ringgit emas yang kubawa, kuharap engkau mau menerimanya.” (Tohari,Ahmad, 2008:41) 13. Sulam : penjudi dan berandal, sombong Bukti bahwa Sulam penjudi dan berandal “ Dia juga kenal siapa Sulam adanya; anak seorang lurah kaya dari seberang kampung. Meski sangat muda, Sulam dikenal sebagai penjudi dan berandal.” (Tohari,Ahmad, 2008:42) Bukti bahwa Sulam sombong “ Sebuah pertanyaan yang menghina, kecuali engkau belum mengenalku. Tentu saja aku membawa sebuah ringgit emas. Bukan rupiah perak, apalagi kerbau seperti anak pecikalan ini.” (Tohari,Ahmad, 2008:42) 14. Siti : alim Bukti bahwa Siti alim “hw, jangan samakan Siti dengan gadis-gadis di Dukuh Paruk. Dia marah karena kau memperlakukannya secara tidak senonoh.” (Siti meleparkan singkong ke arah Rasus) (Tohari,Ahmad, 2008:50) 15. Sersan Slamet



: penyuruh, tegas



Bukti bahwa Sersan Slamet penyuruh “Pekerjaan dimulai.peti-prti logam serta barang lainnya diangkat ke atas pundak dan kubawa ke sebuah rumah....” (Tohari,Ahmad, 2008:54)



Bukti bahwa Sersan Slamet tegas “Katakan; ya! Kami tentara. Kami memerlukan ketegasan dalam setiap sikap,” kata Sersan Slamet tegas (Tohari,Ahmad, 2008:55) 16. Kopral Pujo : penakut Bukti bahwa Kopral Pujo penakut “ mengecewakan. Ternyata Kopral Pujo tidak lebih berani daripada aku......” (Tohari,Ahmad, 2008:60) 17. Tampi : penyayang, sabar. Bukti bahwa Tampi penyayang dan sabar : “Bagaimana Srin?” tanya Tampi setelah melangkahi pintu bilik. “Ini kubawakan untukmu pisang raja yang matang pohon. Wangi sekali,” 18. Masusi. Jahat, hidung belang, pendendam. Bukti : “ Dan Marsusi terkejut ketika sadar dirinya kini berada hanya beberapa jengkal dari Dilam. Dan dia berada dalam bilik itu, terus terang dalam rangka tujuan yang sama. Bila Dilam telah mencelakakan pemilik ladang yang telah meracuni kerbaunya, maka Marsusi akan membuat celaka seorang anak Dukuh Paruk yang telah mempermalukannya, menampik hajatnya. Pandangan mata Marsusi baur. Terbayang oleh Srintil memegang dada sambil terbatuk mengeluarkan darah segar. Ada beling dan paku-paku berhamburan dari mulutnya. Matanya terbeliak mengerikan. Kemudian terbayang keranda diusung menuju pekuburan diiringi tangis semua warga Dukuh Paruk. Marsusi menggeleng-gelengkan kepala. Menelan ludah dan membunuh rokoknya di lantai. Seperti halnya Dilam, pada saat itu pun Marsusui ingin segera pulang. Tetapi bayangan Srintil ketika menampiknya kelihatan lagi di depan mata. Urat-urat pipinya menggumpal. Pada saat itu terdengar suara dari dalam. Kakaek Tarim memamnggilnya.” 19.Diding. Kacung Tamir yang tunduk dan patuh pada majikan demi uang yangakan di bawanya pulang untuk anak istrinya. Bukti : “Pak, malam ini aku tidak ikut pulang ke penginapan. Aku dan Diding.” “He? Mengapa aku?” sela Diding. “Sudahlah, nanti uang makanku buat kamu.” “Kamu tidak ikut krmbsli ke Eling-eling?”



“Satu malam saja, Pak. Ah, malah saya bisa bekerja gasik besok pagi. Percayalah, Pak.” “Mau ke Dukuh Paruk, kan? Bajul cilik kamu!” “He...he...he.”



20. Tamir. Laki-laki hidung belang yang datang dari kota Jakarta dalam pekerjaannya pengukuran tanah untuk pembuatan jalan di Dukuh Paruk Pecikalan. Dia seorang laki-laki petualang perempuan yang patah hati oleh Srintil. Bukti : “Pada hari ke tiga ketika Bajus dan teman-temannya sedang berada di sebuah warung minuman di Dawuan, Tamir membuat pengakuan segar. “Siapa yang percaya padaku ketika kemarin aku pergi ke Dukuh Paruk hendak buang haja?” “Bajingan! Jadi apa perlumu kesana? Menemui perempuan itu?” tanya Bajus. “Jangan marah dulu, Pak. Pokoknya aku memperoleh ilmu penting. Aku tahu namanya : Srintil.” “Srintil? Nama yang aneh.” “Tak apa, kan? Yang penting bagaimana orangnya.” “Lalu?” “Dia tidak punya suami. Ini!” Semua diam, seakan cerita yang keluar dari mulut Tamir memerlukan kekhususan buat memahaminya. Dan Tamir cengar-cengir.



21. Bajus. Bujang tua yang baik kepada Srintil namun jauh dari perkiraan. Srintil sempat akan dijadikannya umpan demi proyek tendernya lolos. Bukti : “Ya, andaikan benar dia tidak bersuami, lalu kamu mau apa?” sela Diding. “Ah, berita apapun memang tak penting bagimu kecuali berita pembayaran gaji. Namun siapa tahu Pak Bjus menyukai keteranganku. Siapa tahu, Pak.” “Hus! Aku memang perjaka lapuk. Aku memang tertua diantara kalian. Namun mestinya tidak harus menjadi sasaran untuk celoteh semacam ini.”



22. Darman. Aparat kepolisian yang membantu maksud dan tujuan Marsusi kepada Srintil demi satu truk kayu bakar. Bukti : “Begini, Mas Darman. Aku memerlukan sedikit keterangan tentang Srintil,” kata Marsusui dengan suara rendah. “Srintil?” tanya Darman. Kepalanya condong ke depan dan matanya membulat. “Betul, Mas. Sampai kapankah kiranya Srintil dikenai wajib lapor?” “Wah, nanti dulu. Mengapa sampean bertanya tentang Srintil?” “Terus terang, ini berhubungan dengan keadaanku yang sudah menjadi dada.” “Ah, ya. Lalu mengapa Srintil?” Kata-kata Darman terputus dan berlanjut dalam hatinya; selagi semua orang bekerja keras menghapus jejak koneksitas dengan orang-orang yang terlibat peristiwa 1965, mengapa Marsusi berbuat sebaliknya?” “Mas Darman, sesungguhnya aku malu terus terang. Tetapi bagaimana ya, aku benar-benar tidak bisa melupakannya.” “Baik Pak Marsusi. Asal sampean camkan, situasinya bisa berkekmbang demikian rupa sehingga dapat menyulitkan diriku.” “Oh, aku sadar betul, Mas Darman. Akan ku jaga sekuat tenaga agar segala kaibat tindakanku, akulah yang menanggung, aku seorang. Sekarang katakan, kapan kiranya Srintil bebas dari waib melapor.”



23. Pak Blengur. Bos besar pemegang tender pembuatan jalan, jembatan dan gedung bupati (majikan Bajus). Lelaki petualang cinta dari satu perempuan ke perempuan lainya namun terketuk hati dan kesadarannya karena Srintil. Bukti : “Ternyata rapat berlangsung tidak hanya dua jam saja. Bajus berdiri dan melongok ke dalam. Dilihatnya Blengur sedang berbincang sambil berdiri dengan seorang pejabat penting yang berkantor di Eling-eling. Tak sabar, Bajus masuk. Dengan kesopanan seorang kacung diambilnya tas dari tangan Blengur, lalu berdiri menunggu. Keduanya kemudian keluar.



“Kok mereka pulang, Pak,” taya Bajus ketika melihat banyak mobil keluar meninggalkan hotel. “Sudah tak ada acara lagi?” ‘Tidak ada. Bupati tidak menghendaki ada pesta. Wah, kebetulan. Aku pun tak menghendaki pesta. Aku hanya ingin beristirahat.” “Kita bisa ngomong-ngomong sebenyar di sini, Pak?” “Soal apa?” “Biasa, Pak. Kepada siapa lagi kalau bukan pada Bapak saya minta pekerjaan. Nah, ini bagaimana Pak?” Blengur memperhatikan dua foto yang baru diserahkan kepadanya oleh Bajus. Kepalanya miringk ke kiri dan ke kanan, seakan lupa benda yang dipegangnya hanya berdimensi dua. Perempuan dalam foto ini langsung menjebak dengan kesan yang kuat.” 24. Lurah Pecikalan (kepala desa). Bijaksana dan peduli akan penduduknya. Bukti: “Lurah pecikalan yang tua dan kuno sesungguhnya merasa malu bila da priyayi proyek seperti Bajus masuk ke tengah kemelaratan Dukuh Paruk. Tentang kemelaratan di pedukuhan terpencil itu secara resmi bisa dihubungkan dengan kemampuannya sebagai kepala desa. Maka tanpa mengingat Dukuh Paruk yang waktu dihubungkan dengan keberingasan orangorang komunis, Lurah Pecikalan menyetujui keinginan Srintil yang disampaikan lewat Kartareja. Bahkan lurah tua itu memberi keterangan tentang beberapa orang yang hendak menjual rumah. Mereka adalah para penerima uang ganti rugi tanah dan bermaksud membangun rumah baru yang permanen.”



Tokoh dan Penokohan 1. 



Srintil kekanak-kanakan, “ tetapi Srintil tidak malas melakukan perbuatan yang lucu dimata orang-orang Dukuh Paruk”







Setia “srintil setia menunggu kedatangan rasus kembali ke dukuh paruh”







Pemilih “srintil tidak mau tidur dengan sembarang lelaki”







Penyayang “srintil sangat menyayangi goder, anak tampi yang bersamanya setiap hari”







Suka menolong “Srintil mau menolong Waras untuk membuat waras normal sebagai lelaki”







Mudah percaya “srinti percaya kepada bajus untuk dinikahi, padahal bajus punya maksud tertentu dibalik semuanya”







Gila “srintil menjadi gila setelah melihat kenyataan bahwa bajus tidak seperti yang diharapkan”







penggoda



2.



Rasus







Berani “ketika perampok itu membelakangiku, aku berjalan hati-hati. Pembunuhan aku lakukan untuk pertama kali”







Suka berkhayal “penampilan srintil membantuku mewujudkan anganku tentang pribadi emak”







Berserah diri “aku bersembahyang, aku berdoa untuk dukuh paruk agar sadar”







Tidak sombong “rasus, kembali ke dukuh paruk untuk melihat kampung halaman meskipun dia sudah menjadi seorang pasukan







Patuh kepada tanggung jawab “Rasus bersedia menerima semua resiko kalau dia melanggar peraturan seorang pasukan”







Kuat pada pendirian “Rasus rela dipukul sampai pingsan demi keinginannya melihat keadaan neneknya yang sudah tua di dukuh paruk”







Penyayang “Rasus tidak bisa melihat Srintil diperlakukan seperti seorang ronggeng yang ditakdirkan untuk melayani laki-laki manapun, sehingga rasus keluar dari dukuh paruk







Bekerja keras “Rasus mau menjadi penjual singkong untuk kelangsungan hidupnya”







Tabah “rasus berada dalam ketenangan sempurna ketika mengisap wajah nenek agar matanya tertutup







3. 



Mau belajar demi kemajuan 



merasa rendah diri karena Srintil telah menjadi ronggeng yang benar-benar kaya.







Bajingan tunggulah balas dendamku beberapa detik lagi. Warta



Berfikir dengn logika “ percuma, hanya sebatang linggis dapat menembus tanah sekeras ini, ujar Warta”







Jujur “ ya benar. Engkau cantik sekali sekarang, ujar Warta”



4.



Darsun







Menganggap remeh “air? Ejek Darsun. Dimana kau dapat menemukan air?”



 5.



Pamrih “ah tidak, Potong Darsun. Kecuali engkau mau menari seperti ronggeng” Sakarya







Percaya hal mistis “sedikitpun Sakarya tidak ragu, Srintil telah kerasukan indang ronggeng”







pemikirannya belum maju, “tak seorangpun menyalahkan pikiran Sakarya. Dukuh Paruk hanya lengkap bila ada keramat Ki Secamenggala, cabul, sumpah serapah, dan ronggeng



  6.



penuduh “sakarya menuduh srintil ada sesuatu dengan rasus” pengejut “sakarya terkejut mengdengar kata-kata pak Bakar yang mengandung penghinaan Kartareja







Licik “kartareja menipu sulam dan dower tentang siapa yang menang diantara mereka yang bisa mendapatkan malam bukak klambu”







Pemarah “emosi kartareja meluap ketika melihat sulam dan dower bertengkar dirumahnya”



7.



Nyai Kartareja







Licik “memberikan minum pemabuk kepada sulam dan dower supaya bisa mengelabui mereka”







Tenang “nyai kartareja tetap tenang menghadapi sulam dan dower memperebutkan sayebara buka klambu”







Resah/khawatir “ ia khawatir karna srintil belum pulang”



8.



Sakum







Kepabakan “ia berusaha menghidupi anak dan istrinya mesipun Cuma sebagai penabur gendang”







Punya rasa yang kuat “meskipun dia buta, tetapi dia tidak bisa dibohongi orang lain”



 



Dewasa “sakum meminta kepada rasus untuk menjemput srintil ke penjara” Pengertian “srintil selalu menceritakan masalahnya kepada sakum, dan hanya sakum yang mengerti dirinya”



9.



Dower







Pejuang “dia berusaha menawarkan ringgit perak dengan kerbau untuk bisa memenangkan sayembara bukak-klambu”







Pencuri “dower mencuri kerbau bapaknya dari kandang demi diberikan kepada Kartareja sebagai syarat pemenang bukak-klambu”







Dendam “dower pergi ke dukun untuk membalas sakit hatinya kepada srintil”



10.



Sulam







Sombong “Sulam meremehkan dower yang Cuma membawa kerbau untuk upah bukak-klambu”







Mudah dipengaruhi “sulam tertipu dengan pembicarain Nyai Kartareja 



11.



Sulam dikenal sebagai penjudi dan berandal. Waras







Tidak suka wanita “waras tidak tertarik kepada tubuh cantik srintil”







Penyayang binatang “waras lebih suka memandikan burung kesayangannya”



12.



Goder







Murah di bujuk “setelah srintil membelikan mainan untuknya, barulah goder kembali kepelukan srintil







Berani “goder menanyakan kepada tampi tentang siapa sebenarya srintil itu”







Penakut “goder takut ketika sritil ingin memeluknya, karna goder sudah lama tidak melihat srintil”



13.



Tampi







Suka berbagi “tampi mau berbagi goder kepada srintil”







Jujur “tampi berkata jujur saat ditanya srintil “apakah tampi sudah mengajarkan goder untuk takut kepadanya?”







Bijaksana “tampi menjelaskan kepada goder tentang siapa srintil itu sebenarnya”



14.



Pak bakar







Jahat “membakar pekuburan dukuh paruh untuk menghasut orang dukuh paruk”







Tidak bertanggung jawab “dia yang membuat srintil,sakarya,dan kartareja masuk penjra tapi dia tidak berbuat apa-apa”



15.   



Bajus Manis dimulut “bajus berjanji untuk menikahi srintil kepada orang dukuh paruk” Egois “ bajus cuma memanfaatkan srintil untuk kepentingan pribadi” Tidak menghargai wanita “bajus memberikan srintil kepada bosnya untuk dipuaskan”



Santayib memiliki sifat keras, tidak mudah putus asa, dan penyayang. Istri santayib mempunyai sifat baik, patuh, dan penyayang. Nenek Rasus memiliki sifat penyayang,sabar dan pikun Sakarya kakek Srintil memiliki sifat kolot, keras, dan penyayang Nyai Sakarya nenek Srintil mempunyai sifat penyayang+ penyabar dan peduli kpada orang lain tetangga namun dia tetap tunduk pada nasibnya sebagai rakyatkecil Sakum memiliki sifat tekun+baik+ optimis akan hidupnya Ki Kertareja memiliki si'at kolot+ keras+ penyayang+ licik Nyai Kartareja memiliki sifat materialistis+ pandai membujuk dan licik Sersan Pujo mem1unyai si'at baik )an tegas