Unsur Intrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Unsur Intrinsik Novel Ronggeng Dukuh Paruk 1) Tema Novel Ronggeng Dukuh Paruk Tema yang menonjol dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yaitu bertemakan cinta, budaya, dan adat istiadat. Di mana novel Ronggeng Dukuh Paruk menceritakan tentang adat istiadat dan kebudayaan dari sebuah dukuh yang ada di Banyumas yang bernama Dukuh Paruk yang kondang dengan ronggengnya. Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk juga diselipkan kisah cinta asmara sang ronggeng Srintil yang merupakan tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk yang menjalin kisah cinta dengan pemuda bernama Rasus. 2) Tokoh dan Penokohan 



Srintil : memiliki watak Konyol dan kekanak-kanakan, “ tetapi Srintil tidak malas melakukan perbuatan yang lucu dimata orang-orang Dukuh Paruk”. Setia dan sabar “srintil setia menunggu kedatangan rasus kembali ke dukuh paruh”







Rasus: Berani “ketika perampok itu membelakangiku, aku berjalan hati-hati. Pembunuhan aku lakukan untuk pertama kali”. Suka berkhayal “penampilan srintil membantuku mewujudkan anganku tentang pribadi emak”







Warta: Berfikir rasional “ percuma, hanya sebatang linggis dapat menembus tanah sekeras ini, ujar Warta”. Jujur “ ya benar. Engkau cantik sekali sekarang, ujar Warta”







Darsun: Meremehkan “air? Ejek Darsun. Dimana kau dapat menemukan air?” . Pamrih “ah tidak, Potong Darsun. Kecuali engkau mau menari seperti ronggeng"







Sakarya: Percaya dengan hal mistis “sedikitpun Sakarya tidak ragu, Srintil telah kerasukan indang ronggeng”. pemikirannya belum maju, “tak seorangpun menyalahkan pikiran Sakarya. Dukuh Paruk hanya lengkap bila ada keramat Ki Secamenggala, cabul, sumpah serapah, dan ronggeng.







Kartareja: memiliki watak Licik “kartareja menipu sulam dan dower tentang siapa yang menang diantara mereka yang bisa mendapatkan malam bukak klambu”. dan juga Pemarah “emosi kartareja meluap ketika melihat sulam dan dower bertengkar dirumahnya”







Nyai Kartareja : Licik “memberikan minum pemabuk kepada sulam dan dower supaya bisa mengelabui mereka”. bersikap Tenang “nyai kartareja tetap tenang menghadapi sulam dan dower memperebutkan sayembara buka klambu”







Sakum: wataknya bertanggungjawab “ia berusaha menghidupi anak dan istrinya mesipun Cuma sebagai penabur gendang”. tidak mudah ditipu “meskipun dia buta, tetapi dia tidak bisa dibohongi orang lain”.







Dower: Pantang menyerah dan gigi berjuang “dia berusaha menawarkan ringgit perak dengan kerbau untuk bisa memenangkan sayembara bukak-klambu”. berwatak segala cara  “dower mencuri kerbau bapaknya dari kandang demi diberikan kepada Kartareja sebagai syarat pemenang bukak-klambu”.







Sulam: berwatak Sombong “Sulam meremehkan dower yang Cuma membawa kerbau untuk upah bukak-klambu”. Mudah ditipu dan dipengaruhi “sulam tertipu dengan pembicarain Nyai Kartareja







Waras : Tidak gampang tertarik “waras tidak tertarik kepada tubuh cantik srintil". dan juga Penyayang binatang “waras lebih suka memandikan burung kesayangannya”







Goder : Mudah di bujuk “setelah srintil membelikan mainan untuknya, barulah goder kembali kepelukan srintil. penasaran “goder menanyakan kepada tampi tentang siapa sebenarya srintil itu”







Tampi : berwatak Suka berbagi “tampi mau berbagi goder kepada srintil” dan juga Jujur “tampi berkata jujur saat ditanya srintil “apakah tampi sudah mengajarkan goder untuk takut kepadanya?”







Pak bakar : berwatak Jahat “membakar pekuburan dukuh paruh untuk menghasut orang dukuh paruk” dan Tidak bertanggung jawab “dia yang membuat srintil,sakarya,dan kartareja masuk penjra tapi dia tidak berbuat apa-apa”.







Bajus : gampang berjanji “bajus berjanji untuk menikahi srintil kepada orang dukuh paruk” dan juga Egois “ bajus cuma memanfaatkan srintil untuk kepentingan pribadi”



3) Latar Tempat/Suasana/Waktu 



Dukuh paruk “berderit baling-baling bambu yang dipasang anak gembala di tepian Dukuh Paruk”







Kebun “di tepi kampong, tiga anak bersusah payah mencabut sebatang singkong.”







Dibawah pohon nangka “ dipelataran yang membatu dibawah pohon nangka, srintil menari dan bertembang”







Rumah Nyai Kartareja “didalam rumah, Nyai Kartareja sedang menghias Srintil”.







Pasar dawuan “perkenalanku dengan pedagang singkong dipasar Dawuan memungkinkan aku mendapat upah”



4) Alur Cerita 



Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk ini menggunakan Alur Campuran sebagian besar menggunakan alur maju dan sesekali disertai flashback atau menceritakan masa lalu. Seperti cerita tempe bongkrek yang menimpa dukuh paruk dahulu ketika Srinti bayi.  







Juga menggunakan alur klimaks, karena masalah yang dialami pemeran utama semakin memuncak dan tidak mengalami penyelesaian yang bahagia pada akir cerita.



5) Gaya bahasa 



menggunakan majas simile / perumpamaan “tetapi Srintil tenang seperti awan putih bergerak di akhir musim kemarau”



6) Sudut Pandang 



Novel ini menggunakan sudut pandangan orang pertama pelaku utama, karena memakai kata “aku”







dan sudut pandang pengganti orang ketiga karena adanya kata “dia, –nya, dan nama tokoh”



7) Amanat Di dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk pengarang ingin menyampaikan bahwa jangan melihat orang dengan sebelah mata, namun lihat orang dari dalamnya. Juga jangan mudah dibodohi dan terhasut orang lain. Untuk itu ikutilah perkembangan jaman agar tidak mudah dibodohi oleh orang lain.



MAKALAH TUGAS AKHIR SEMESTER BAHASA INDONESIA



O L E H NAMA



: LINDA



KELAS



: XII- IPS 2



GURU PEMBIMBING



: LIRMA SUSANTI



SMA KARTIKA 1-4 PEMATANG SIANTAR T.A 2021-2022